Beriman Dan Berharap Hanya Kepada
Allah
(Ada Babtisan 3 Orang. Arti Babtisan
Ondolhon)
Tujuan
kehidupan manusia adalah kebahagiaan.Jika
ada pertanyaan, apakah ada manusia yang menginginkan hidupnya tidak bahagia
atau hidupnya selalu meminta penderitaan
datang kepadanya?Pastinya tidak.Konsep kebahagiaan setiap manusia pasti
berbeda-beda.Ada yang mengartikan kebahagiaan itu dgn keadaan atau perasaan senang dan
tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan); ada yang mengartikan beruntung dan
sebagainya.
Bagaimana
kebahagiaan itu bagi orang Kristen?Tidak
ada satu orang pun yang mendoakan datangnya penderitaan atau bencana dalam
dirinya.Akan tetapi, bagaimana jika
penderitaan, kesusahan menghinggapi orang Kristen? Apakah yang ia lakukan?
Mengutuki TUHAN, atau menyalahkan TUHAN? Bahkan ada yang menjadi ragu-ragu akan kuasa TUHAN dalam penderitaannya.
Tidak semua orang Kristen jika mengalami penderitaan dalam penuh kerendahatian
dan berhikmat.
Ada beberapa orang Kristen justru ingin
meminta keadilan kepada TUHAN dengan merincikan perbuatan baiknya, atau bahkan
sampai ia meninggalkan imannya dengan tujuan, lepas dari penderitaan dan
mendapat kebahagiaan. Timbul pertanyaan, apakah orang Kristen dijanjikan
hidupnya akan selalu memperoleh kebahagiaan di dunia ini? Bagaimana pertanyaan
tersebut diperhadapkan dengan nas perikop ini?
Ungkapan
itu Pemazmur tuangkan
melalui nyanyian, doa, pujian maupun seruan meminta tolong kepada Tuhan. Semua
itu menunjukkan ketergantungan Pemazmur kepada Allah.Pemazmur merasa hampa dan tidak ada apa-apanya tanpa Tuhan.Pergumulan
yang dihadapi Pemazmur menunjukkan betapa ia harus benar-benar berjuang untuk
membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan meskipun banyak tantangan yang ia hadapi. Dapat
Kita lihat betapa Pemazmur
1. Meyakini Pertolongan Tuhan (ay. 1 – 2)
Salah satu bukti iman
yang benar dari seorang Pemazmur adalah keyakinannya akan pertolongan Tuhan.
Dia tidak pernah ragu dan kuatir akan kemampuan Tuhan dalam menjawab
doa-doanya. Dengan keyakinan inilah pemazmur datang ke hadapan Tuhan
menyampaikan doa permohonannya. Ada 3
hal utama yang menjadi permohonannya kepada Tuhan.
Pertama, “Berilah Keadilan kepadaku, ya Allah”. Pemazmur sangat mengenal
Allah karena ia memiliki dan menjalin hubungan yang erat dengan Allah, sehingga
dia tahu bahwa Allah itu adalah Allah yang adil, yang tidak pernah kompromi
dengan kesalahan, tidak memandang orang, status dan jabatan, tidak berkenan
terhadap penindasan dalam bentuk apapun.
Kedua, “Perjuangkanlah perkaraku terhadap
kaum yang tidak saleh”. Ada banyak orang yang memilih berpindah keyakinan dan menggadaikan imannya demi mencari
keamanan dirinya sendiri, khususnya
ketika terjadi penghambatan atas iman percayanya.Ada juga orang yang
merencanakan pembalasan dendam ketika dia disakiti dan dihina.Namun bukan itu
yang dilakukan Pemazmur.Tantangan tidak mempengaruhi iman percayanya, malah semakin memperkokoh iman dan
ketergantungannya kepada Tuhan.Perbuatan orang yang tidak mengenal Tuhan itu
tidak dia balaskan, namun dia serahkan kepada Tuhan supaya Tuhan yang
membelanya.
Ketiga, “Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang”. Dalam
pelariannya Pemazmur sadar bahwa kalau bukan Tuhan yang meluputkannya, mungkin
dia akan mati di tangan orang-orang yang mengejarnya. Untuk itu, ia tidak ragu
lagi memohon kepada Tuhan agar para penipu dan orang curang yang suka
membalikkan fakta tidak mampu menjerumuskannya.
2. Kerinduan
Untuk Datang ke Rumah Tuhan (ay. 3 – 4)
Yang
lebih mengagumkan dari Pemazmur
adalah ketika dia memohon pertolongan Tuhan, tujuannya bukan semata-mata hanya
ingin bebas dari rencana jahat orang-orang yang mengejarnya. Namun ada sebuah
kerinduan dan harapan yang ia idam-idamkan di hatinya. Dia rindu ketika ia
Tuhan bebaskan, Tuhan juga menuntunnya
untuk berjalan menuju Bait Allah, bukan kembali ke rumahnya untuk berkumpul dengan keluarganya,
Dia meminta tuntunan Tuhan untuk membawanya ke gunung Tuhan supaya di sana dia
bisa beribadah kepada-Nya. Tanda Pemazmur memprioritaskan rumah Tuhan dibanding
tempat lain adalah dapat kita lihat dalam Mazmur
84 : 11, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari
di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah
Allahku dari pada diam
di kemah-kemah orang fasik.”
3. Berharap
dan Bersyukur Kepada Allah (ay. 5)
Pemazmur
menenangkan jiwanya sendiri yang sebelumnya tertekan dan gelisah karena
beratnya tantangan yang dia hadapi. Dia sadar bahwa tekanan dan kegelisahan itu
akan menjadi harapan yang pasti karena Tuhan yang menjadi penolong baginya.
Inilah alasan mengapa ia mengatakan, “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku
bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (ay. 5)”.
Sungguh
satu teladan iman yang amat hebat.Walaupun
dalam keadaan yang amat menghimpitnya, dia tetap yakin bahwa Tuhan adalah
penolongnya.Daud sangat yakin bahwa
Tuhan itu adil. Tuhan tidak akan membiarkan dirinya terus menerus berada
dalam himpitan musuh
Ia juga menyadari
bahwa ia tidak perlu merasa susah hati meskipun
musuh menjepitnya.
Sdr Yg Dikasihi Tuhan.
sekiranya saat ini, saudara juga sedang mengalami keterjepitan yang membuat jiwa saudara menjadi sesak, atau anggap
seolah tidak sanggup lagi bernafas karena berbagai masalah, entah itu karena himpitan ekonomi, persoalan
keluarga dan lain-lain, marilah kita belajar dari firman Tuhan dalam teladan
Daud . Maka saya mendorong saudara keluar dari jepitan yang sangat menyesakkan
itu.
Tegakkan kepala
saudara, dalam iman pandang terus kepada-Nya.Tuhan akan turun tangan menolong saudara keluar dari kondisi yang
menyesakkan ini.
Ada berbagai macam
bentuk badai kehidupan yang dirasakan setiap orang.
Ketika badai kehidupan itu datang
menerpa kita, maka
apa yang akan kita lakukan? Mazmur 43 akan memperlihatkan pada kita sikap dari
seorang (pemazmur) yang sedang menghadapi badai kehidupan yang sungguh amat
berat. Pemazmur berkata
seberat apapun masalah tetaplah
hanya Allah satu-satunya penolong atas masalah yang dihadapinya. Hanya bersama
Tuhan ada sukacita dan kegembiraan (ay.4), betapapun
pergumulan yang besar dihadapinya tidak akan merenggut sukacita dan
kegembiraannya. Sebab pemazmur yakin tidak ada yang dapat mengusik sukacitanya
sebab Tuhanlah yang akan tampil dalam perkaranya. Maka dengan dengan keyakinan
yang teguh pemazmur mampu menyatakan “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Sepertinya kalimat ini adalah
wujud kesedihan, tetapi ini adalah ungkapan keyakinan akan pertolongan Tuhan
yang membangkitkan semangat mengadapi kesulitan bersama Tuhan.
Sehingga tidak ada
sikap lain yang boleh ditunjukkan selain “Bersyukur”.
Mengapa?Sebab seberat apapun masalah yang dihadapi, ternyata masalah itu tidak
lebih dari kebesaran Tuhan yang mengatasi kehidupan ini. Firman Tuhan
mengatakan “Ucapkanlah syukur
senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada
Allah dan Bapa kita” (Efesus 5:20). Ucapan syukur kepada Allah telah
membuat kita mampu melewati hal-hal yang
sukar, yang mengarahkan pandangan kita kepada Allah yang berkuasa dan
menjauh dari ketakutan.Dengan bersyukur, kita telah membalikkan keadaan menjadi
lebih baik.Kita tidak lagi terbawa derasnya arus kesulitan, namun telah mampu
untuk menguasai diri untuk bertahan sebari menanti pertolongan Tuhan.Yang
selalu berpengharapan pada Tuhan akan selalu menerima kuasa Allah yang luar
biasa. Tuhan yang mengendalikan segala sesuatu pasti akan mendatangkan kebaikan
bagi setiap orang yang mengasihi Allah (Roma 8: 28). Tuhan tidak merancangkan
kecelakaan maupun penderitaan dalam hidup kita, namun Tuhan dengan kuasaNya
yang besar akan sanggup membalikkan keadaan justu menjadi kebaikan bagi kita.
Dalam setiap krisis dan masalah yang terjadi Tuhan ada dan bahkan sedang
bekerja mendatangkan kebaikan yang justru lebih jauh dari yang kita harapkan
dan pikirkan.Tuhan tidak diam, Tuhan
tidak tidur ketika kita menghadapi pergumulan.Dia berkuasa menguatkan dan
menyelamatkan hidup kita. Tuhan sedang menantikan seruan kita memohon kuasaNya,
maka Tuhan akan menguatkan dan menuntun kita kejalan kebaikan yang
dirancangkanNya. Ketika menghadapi badai kehidupan biarlah Firman Tuhan
Yesus selalu mengingatkan kita untuk tetap menyerahkan hidup hanya pada
Tuhan “Dimanakah
kepercayaanmu?” Sehingga kita tidak biarkan
bisikan iblis menguasai hati dan pikiran kita untuk menjauh dari kuasa Tuhan.
Amen. Pdt. RHL.
Tobing, S.Th.MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar