Jumat, 22 April 2016

Khotbah Minggu 24 April 2016 Kisah Para Rasul 11:1-18 Tema : Pertobatan Yang Memimpin Kepada Hidup Hamubaon ni Roha Asa Mangolu


Pendahuluan
Ketika mengadakan pembaruan selalu saja yang menjadi tema penting di dalamnya adalah "perubahan". Misalkan pembaruan dari sesuatu hal yang telah membudaya atau menjadi kebiasaan yang sudah mengakar di dalam masyarakat, seperti upaya pemerintah mengurangi pemakaian kantong plastik dan sejenisnya menimbulkan "konflik kecil" di dalam masyarakat. Perubahan lain yang lebih berdampak menimbulkan konflik misalkan perubahan jalur lalulintas dimana selama ini telah memberi kenyamanan  bagi sebagian pemakaianya tetapi oleh karena perubahan arah  lintasan maka menimbulkan "konflik". Yang lebih menggejolak misalkan perubahan peraturan ketika kebijakan baru di dalam suatu negara di izinkan perkawinan sama jenis kelamin, dan gereja menerimanya, memberkati pasangan satu jenis kelamin tersebut pastilah akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Untuk mencapai kemajuan memang harus mengalami perubahan, tapi apakah ajaran agama (jalan keselamatan) dapat di ubah? Tentu hal ini akan menjadi bahasan yang menarik di dalam  pembahasan Firman Tuhan ini, yaitu tentang sikap atau reaksi orang-orang Yahudi atas pembaruan dan perubahan pemahaman  keslamatan yang telah mereka pertimbangkan berdasarkan pendapat, pengalaman, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kepentingannya melawan keputusan Tuhan mengadakan perubahan oleh karena kasih dan kuasaNya.
 Pembahasan
Setelah pelayanan karya keselamatan  di dalam Yesus di tengah-tengah dunia berakhir, dan Dia telah meninggalkan dunia, maka  karya keselamatan  itu di lanjutkan oleh Roh Kudus melalui para Rasul dan orang-orang percaya. Gerakan Roh memperbarui cara hidup berjemaat; mengubah pandangan lama seperti yang dipahami dan dipertahankan oleh orang orang Yahudi yaitu  memperoleh keselamatan  hanya oleh karena menjadi keturunan Abraham, menjadi orang Yahudi sebab kepada Abraham dan keturunannyalah  Allah telah  menjanjikan  keselamatan yang kekal  (bdg Kej. 17:7-13). Menurut orang orang Yahudi hanya kaumnya yang layak menjadi umat Allah karena itu sebagai umat pilihan mereka dilarang bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi apalagi memasuki rumah mereka adalah najis.
 Pemahaman orang-orang Yahudi tersebut telah membelenggunya  "kaku" melakukan  keselamatannya. Mereka terkurung dan hanya menjadi dirinya sendiri,  menutup diri kepada orang yang bukan Yahudi dan  tidak menghargainya. Oleh sebab itu melihat Petrus dituntun Roh Kudus melayani ke Kaisarea kepada Kornelius dan orang orang yang bukan Yahudi membuat orang-orang Yahudi marah dan menuduh Petrus bersalah telah melanggar aturan tradisi yang selama ini mereka pelihara  "Orang-orang yahudi tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi apalagi memasuki rumah mereka." Karena itu Petrus harus mempertanggung jawabkan sikapnya tersebut. Orang-orang Kristen dari kelompok Yahudi berdebat dengan Petrus tentang kelayakan untuk memasuki persekutuan orang-orang yang bukan Yahudi, masuk rumah mereka dan makan bersama mereka.  Orang-orang Yahudi mempertahankan tradisi Abraham, yaitu tradisi sunat "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan." (Kis. 15:1). Mereka mengartikan ayat tersebut:  jika orang-orang yang bukan Yahudi ingin menjadi Kristen maka mereka harus disunakan terlebih dahulu (di Yahudikan terlebih dahulu), kemudian dibaptis menjadi kristen.
 Petrus tidak  cukup memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk mengubah tradisi lama Yahudi tersebut tapi Allah melalului Roh Kuduslah yang melakukanNya. Pada mulanya pemahaman Petrus sama dengan pemahaman orang-orang Yahudi, tapi melalui penglihatan yang ditunjukkan Allah kepadanya telah mengubah pemahamannya  yaitu; dari langit turun suatu benda yang berbentuk kain lebar yang di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang yang haram  dan tidak tahir dan Allah memerintahkan supaya Petrus menyembelih dan memakannya, tetapi Petrus menolaknya. Peristiwa itu terjadi sampai tiga kali sampai akhirnya Petrus memahami bahwa itulah petunjuk Allah supaya ia pergi ke Kaisarea kepada Kornelius dan jemaat yang bukan orang Yahudi (Kis 10). Ketika Petrus sedang mengajar orang orang kristen di Kaisarea Roh Kudus turun atas mereka sehingga mereka dipenuhi Roh dan mereka berkata-kata dalam bahasa Roh. Melihat kejadian tersebut membuat jemaat yang dari kelompok Yahudi tercengang-cengang keheranan.
 Apa yang dilakukan Allah melalui Roh Kudus di dalam pelayanan Petrus bukanlah awal dari pembaruan tentang pemahaman kesalahan bagi  orang-orang Yahudi. Pembaruan terjadi oleh karena kasih Allah seperti keterangan Yohanes di dalam injilnya tentang tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh. 3:16). Tujuan objek Kasih Allah adalah dunia yaitu supaya setiap orang dari segala bangsa dan suku yang oleh karena pelayanan injil menjadi percaya di menangkan dan menerima keselamatan.
 Suatu hari  di dalam pelayananNya Yesus di datangi wanita Kanaan (bukan Yahudi) dan berteriak kepada Yesus memohon keselamatan anak perempuannya yang kerasukan setan dan sangat menderita. Kepada perempuan itu Yesus menjawab: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Tetapi wanita itu mendekati Yesus dan menyembahNya dan terus memohon. Tapi jawab Yesus: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (bdg. Matius 15:21-28).
 Kasih Allah membawa harapan bagi semua orang sehingga dapat menjadi anak-anak pilihan Allah dan mengalami berkat serta keselamatan. Kasih Allah memungkinkan semua orang menjadi umat pilihanNya, tidak ada yang kecuali, bahwa setiap orang  yang mau datang kepadaNya, membuka hati dan menerima hidup baru menjadi umat pilihanNya yang akan mendapat pertolongan Allah dan bagian di dalam KerajaaNya.
 Refleksi dan Penutup
Ketika Petrus menanyakan kepada Yesus tentang upah yang akan diterimanya  oleh karena pemberitaan injil dan karena segala sesuatu yang telah dikorbankannya oleh karena Injil, maka Yesus memberi pengajaran,  yang ditutup dengan peringatan yang  keras  "Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Kesetiaan harus dipelihara dengan memperhitungkan kasih Allah bukan menghitung apa yang telah di perbuat.
 Menjadi anak pilihan Tuhan adalah anugerah yang senantiasa harus di syukuri, yaitu dengan cara setiap hari semakin penuh kasih dan murah hati. Sikap orang percaya yang benar, ketika mereka melihat orang  yang tidak diperhitungkan (dianggap tidak layak) mendapat kasih Allah, tetapi kepada mereka Allah menyatakan kasihNya maka oleh karena melihat bukti kasih Allah tersebut akan membangkitkan suka cita dan ucapan syukurnya  kepada Allah.  Mereka bersukacita bukan menjadi cemburu atau berkecil hati atau merasa tersaingi oleh karena kasih Allah tersebut.
 Melalui sikap orang-orang Yahudi orang percaya hendaknya  belajar; tidak boleh "sombong rohani". Mereka menganggap dirinya  yang lebih layak dan benar di hadapan Allah dan menutup diri terhadap pembaruan. Itulah yang membuat mereka menjadi terbelakang. Manusia memiliki kecerdasan untuk mempertimbangkan keputusannya, sehingga apabila manusia itu mau belajar dan memelihara hikmat Allah akan mengajarnya  memahami segala sesuatu yang terjadi dan memampukannya merespon dengan  benar. Amin. Dari Berbagai Sumber