Memandang Dan Percaya
Kepada Yesus Yang Disalibkan
Di hari ini kita merayakan dan memperingati hari kematian Tuhan Yesus
Kristus. Puncak dari perenungan kita adalah bagaimana kita diajak
untuk merenungkan makna penderitaan
Kristus. Yesus datang ke dunia dalam kesederhanaan dan
memulai hidup dalam penderitaan. Dalam
pelayanan, Dia mengedepankan kebenaran. Kebenaran bukan menurut dunia
tetapi menurut Tuhan. sebab kebenaran dunia selalu bercampur dengan dosa. Kebenaran dunia egois dan
menghancurkan diri sendiri, orang lain dan lingkungan hidup. Tetapi kebenaran
sorgawi, kebenaran dari Tuhan Allah tidak tercemar dengan dosa. Kebenaran dari
Tuhan sering membuat orang atau kelompok orang marah dan berusaha kebenaran Tuhan itu disingkirkan. Pilatus mewakili manusia
yg tidak mampu mengendalikan diri dan situasi. Pada akhirnya, Kesetiaan Pilatus di tentukan hanya untuk
Kesejahteraan Pribadinya saja. Pada
pengadilan Yesus oleh Pilatus sebenarnya yang teradili bukanlah Yesus,
tetapi Pilatus sendiri dan orang banyak. Yesus tetap teguh dalam Kebenaran, Yesus tidak goyah walaupun Keputusan Kematian harus
menjadi bagianNya.
Itulah Salib Yesus, itulah mahkota duri yang diletakkan di
atas kepala Yesus. Itulah tamparan di muka Yesus, itulah cemoohan yang didengar
Yesus. Itulah cambuk yang menghantam tubuh Yesus. Itulah salib yang dipikul
Yesus. Kebenaran yang memulihkan, kebenaran yang sejatinya mendamaikan, itulah
kebenaran yang membawa pengharapan kehidupan kekal. Yesus memikul salib, salib
yang tidak dicari, bahkan salib yang sebenarnya tidak pantas diterimanya.
Mel Gibson pernah menggambarkan penderitaan Yesus dalam
film “The Passion of the Christ”.
Dalam film itu digambarkan bagaimana penderitaan yang dialami Yesus jelang kematian-Nya.
Ada orang yang berpendapat film ini terlalu sadis, tapi pernahkah kita
membayangkan dan merenungkan bahwa apa yang sebenarnya dialami oleh Yesus pada
waktu itu justru lebih dashyat dari apa yang dapat digambarkan melalui
imajinasi manusia?
Yesaya 53:3 dan ayat 4b dan ayat 7 “Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat
dihina, sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Padahal, kita mengira
dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Dia dianiaya, tetapi dia memberikan
diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Yesus dipilih dan ditentukan
Tuhan Allah untuk memikul salib yang begitu berat dan membawa-Nya kepada
kematian.
Dalam pembacaan kita hari ini kita mendengar, ketika Dia berada di atas
kayu salib, Dia berkata “Aku haus”.
Suatu hal yang secara jasmaniah merupakan kesiksaan
yang tak terkatakan. Dari kesiksaan batin karena dicemooh dan dihina, kesiksaan jasmani karena Dia ditampar,
dicambuk dan sangat lelah karena memikul salib yang berat, mendaki ke Bukit
Golgota, kesiksaan karena menahan sakit yang sangat menyiksa sebab tangan dan
kaki-Nya dipaku di kayu salib.
Dia berteriak
“Aku haus”… Apa respons para penjahat?.
Mereka tidak memberi-Nya air, air segar,
biarpun air itu pun tidak akan memulihkan penderitaan-Nya. Tetapi bukannya
air segar yang diberikan. Yang diberikan adalah anggur masam dicampur
bunga masam, tanda kebengisan dosa, itulah yang mengantar Yesus masuk ke dalam
maut.
Dan gambaran penderitaan Yesus itu membuat kita diajak
merenungkan
begitu sadisnya, begitu kejamnya penyiksaan terhadap Yesus, orang yang tak
bersalah itu.
Hari ini kita menghayati penderitaan salib Yesus, di Jumat Agung ini. Dosa
itu saudara-saudara riel. Dosa bukan
konsep, dosa bukan ide, tetapi dosa sungguh-sungguh ada dalam eksistensi
atau keberadaan kita. Dosa itu melekat
dan bercokol sebagai kekuasaan yang merusak dan mematikan. Ketika manusia
memakan buah baik dan jahat dalam kesaksian Kitab Kejadian 3, dosa itu merambah
dan diwariskan ke segenap umat manusia.
Mazmur 51, pemazmur mengatakan dari dosa aku dikandung
ibuku.
Karena itu, tidak seorangpun yang tidak berdosa. Dan dosa membuat orang tak
berdaya untuk menyelamatkan dirinya. Dan kebengisan dosa, dosa yang mematikan
itu ditanggung oleh orang yang tak berdosa yaitu Yesus Kristus.Hari ini kita menghayati makna kematian
Yesus.
Sekarang ini
marilah kita melihat kepada Yesus, penderitaan Yesus itulah dosa masing-masing
kita. Dia tak bersalah menjadi bersalah karena kita. Tetapi oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Oleh penderitaan
Yesus kita diselamatkan.
Di hari ini
kita diajak untuk merenungkan ngerinyadosa yang membawa penderitaan dan
maut, tetapi dengan melihat dengan iman pada Yesus kita disembuhkan. Selamat
Merayakan dan memperingati hari kematian Tuhan Yesus Kristus.
Pernyataan Yesus sudah selesai menunjukkan
bahwa bagi Yesus salib bukan hanya sekedar penderitaan atau aniaya bagiNya, tetapi salib
adalah sebuah tugas dan misi yang
harus Ia emban dari Bapa. Karena salib itu merupakan tugas yang tidak
mudah, Yesus pun sujud dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(Matius 26:39).
Ungkapan sudah
selesai juga ungkapan
bahwa Yesus telah menyelesaikannya dan taat sampai akhir seperti yang juga disampaikan Rasul Paulus kepada
jemaat di Filipi, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib." (Filipi 2:8). Ketika Yesus disalibkan, Ia ditinggalkan
oleh murid-muridNya. Mereka kecewa karena Yesus tidak menyatakan diri
sebagai raja, malah disalibkan. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sampai
hari ini tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.
Karena dosa, seharusnya kita
yang menanggung hukuman,
tapi kini telah diselesaikan oleh Kristus; dan segala harga yang
seharusnya kita bayar telah dilunasi olehNya. Alkitab
menyatakan, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas
dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1
Korintus 6:20). Kita tahu harga dosa adalah maut dan penghukuman
kekal. Tetapi dalam Yesus Kristus telah diubah segala kutuk menjadi
berkat; dimerdekakan dari dosa menjadi hamba kebenaran!
Bagaimana respons kita terhadap
pengorbanan Kristus ini? Dikatakan, "Karena itu
muliakanlah Allah dengan tubuhmu." Keselamatan adalah
anugerah terbesar dalam hidup kita, karena itu jangan pernah sia-siakan.
Jangan lagi kita hidup dalam dosa, melainkan mari kita hidup sebagai
'manusia baru'. Dan selagi masih ada kesempatan mari kita gunakan untuk
melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan memberi yang terbaik bagi Dia!
Ingatlah bahwa
tidak ada satu pun orang yang tidak di dalam Yesus Kristus yang bisa lolos dari
kebinasaan kekal, karena itu jangan sia-siakan keselamatan yang sudah kita
terima ini; mari kita kerjakan keselamatan ini dengan takut dan gentar
pula!
Penderitaan yang tiada terbayangkan dirasakan oleh orang yang mengalami
penghukuman di kayu salib. Karena ketika orang dalam posisi tergantung sedikit saja bergerak akan menimbulkan
sakit yang luar biasa. Dikenal ada dua cara untuk menyalibkan orang yaitu
diikat memakai tali dan dipaku.
Tuhan Yesus kemungkinan mengalami kedua cara itu! Ketika Tomas
berkata, "'Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan
sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku
ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.'" (Yohanes 20:27), berkatalah Tuhan Yesus
kepadanya: "'Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku,
ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah.'" (Yohanes 20:27).
Secara medis jika orang digantung
dengan kedua tangan terangkat ke atas, maka darahnya akan dengan cepat mengalir
turun ke bagian bawah tubuhnya. Diperkirakan
antara 6 sampai 12 menit tekanan darahnya akan turun menjadi separuhnya, sementara denyut jantung akan meningkat dua
kali lipat. Jantung akan kekurangan darah dan segera diikuti dengan
pingsan. Hal ini akan memicu
kematian karena gagal jantung. Namun apabila orang yang disalibkan
belum mati dalam 2 atau tiga hari kemudian mereka akan dipercepat dengan
cara crucifragium atau
pematahan kaki. "...tetapi ketika mereka sampai kepada
Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan
kaki-Nya," (Yohanes 19:33). Artinya Tuhan Yesus tidak sempat
dipatahkan kaki-Nya karena Ia telah mati terlebih dahulu beberapa jam setelah
disalibkan.
Fakta ini semakin menegaskan
bahwa Tuhan Yesus benar-benar mati di kayu salib, "Sebab yang sangat
penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci," (1 Korintus 15:3). Dan bukan kebetulan jika Tuhan Yesus
disalibkan di antara dua orang penjahat yang adalah gambaran keberadaan manusia
yang berdosa.
Apa yang terjadi pada diri Yesus telah direncanakan oleh
Bapa
dan dinubuatkan oleh para nabi. Ia datang untuk melaksanakan misi
dari Bapa sekaligus menggenapi nubuat-nubuat dalam PL. Untuk itu,
Ia rela menderita dan mati di kayu salib "supaya genaplah yang
ada tertulis dalam Kitab Suci" (28, 36, 37).
Semalam suntuk
menjalani serangkaian proses pengadilan, disiksa dan tergantung di kayu
salib dengan darah yang bercucuran, tentu
membuat Yesus sangat lelah dan haus (lih. Mzm 22:16; 69:22). Dalam Matius 27:34 dikatakan bahwa Dia menolak minum anggur bercampur empedu, tetapi di sini Dia mau meminum anggur asam. Meski kehausandan harus minum anggur asam, Yesus tetap menunjukkan kekayaankasih dan anugerah Allah kepada orang berdosa. Ia rela menanggungmurka Allah demi keselamatan manusia. Namun, Ia menang dan secara
sempurna dapat menyelesaikan misi dari Bapa (30).
Yesus akhirnya menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa. Nyata bahwa Yesus mati bukan karena tangan manusia. Ia mati karena tunduk pada kehendak Allah yang menginginkan Dia menggantikan manusia menjadi kurban penebus dosa. Maka kematian Yesus pun sesuai dengan apa yang tertulis dalam PL (36; bdk. Kel 12:46; Bil 9:12; Mzm 34:21),
membuat Yesus sangat lelah dan haus (lih. Mzm 22:16; 69:22). Dalam Matius 27:34 dikatakan bahwa Dia menolak minum anggur bercampur empedu, tetapi di sini Dia mau meminum anggur asam. Meski kehausandan harus minum anggur asam, Yesus tetap menunjukkan kekayaankasih dan anugerah Allah kepada orang berdosa. Ia rela menanggungmurka Allah demi keselamatan manusia. Namun, Ia menang dan secara
sempurna dapat menyelesaikan misi dari Bapa (30).
Yesus akhirnya menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa. Nyata bahwa Yesus mati bukan karena tangan manusia. Ia mati karena tunduk pada kehendak Allah yang menginginkan Dia menggantikan manusia menjadi kurban penebus dosa. Maka kematian Yesus pun sesuai dengan apa yang tertulis dalam PL (36; bdk. Kel 12:46; Bil 9:12; Mzm 34:21),
yaitu tak satu
pun kaki-Nya yang dipatahkan untuk mempercepat
kematian-Nya. Darah bercampur air yang keluar dari lambung-Nya
menandakan bahwa Dia sungguh-sungguh menderita lahir dan batinserta benar-benar mati sebagai manusia sejati demi menyelamatkan manusia. Ini juga menggenapi nubuat lain bahwa: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam" (Za. 12:10; Why 1:7).
kematian-Nya. Darah bercampur air yang keluar dari lambung-Nya
menandakan bahwa Dia sungguh-sungguh menderita lahir dan batinserta benar-benar mati sebagai manusia sejati demi menyelamatkan manusia. Ini juga menggenapi nubuat lain bahwa: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam" (Za. 12:10; Why 1:7).
Bila Yesus
mau menanggung penderitaan fisik yang sangat menyakitkanitu, adakah kita hanya
mau enak-enakan saja dalam mengikut Dia, hanya mau sukacita, hanya mau
terima berkat? Ingatlah, bahwa mengikut Yesus berarti juga menapaki
jalan salib, jalan penderitaan karena iman kita.
Maka menderita
karena Yesus harus membuat kita maju dalam iman, dan bukannya
mundur.
Saudaraku yang
terkasih, percaya pada pemeliharaan Tuhan adalah hal yang mutlak bagi setiap
orang percaya. Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melampaui batas kekuatan kita. Pada saat
yang tepat Dia pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar yang
terbaik. Karena itu jangan lupa untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan dan mengamini setiap janji Tuhan
dalam hidup kita.
Kita tidak boleh asal-asalan menjalani hidup kekristenan
kita.
Sebab "kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang
telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah
beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:10). Kita yang dulunya
berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan
ke dalam terangNya yang ajaib; kita yang dulunya adalah hamba dosa
kini menjadi hamba kebenaran (baca Roma 6:17-18); status kita pun
berubah menjadi anak-anak Allah. "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris,
maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah," (Roma
8:17); itu semua karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib! Amen.
Pdt. RHL. Tobing, S.Th. MA
Ada sebuah ilustrasi. Seorang pemuda hanya
tertunduk lesu,
memandang tiang gantungan yang menanti di hadapannya. Andaikan ia tahu akan
berakhir begini, tentu tidak akan sekarang ... sudah terlambat. Seorang petugas mengikatnya dengan tali dan
mempersiapkannya untuk digantung. Sambil menuju tiang gantungan, terlintas
di pikirannya, ibunya yang juga satu-satunya
keluarganya yang tinggal, sedang menangisinya. Kini hanya tinggal menunggu
lonceng. Ya, tinggal menunggu sedentang lonceng dan ia akan meninggalkan dunia
fana ini untuk selama-lamanya. Peraturannya saat itu, hukuman gantung
dilaksanakan setelah lonceng besar berbunyi. Ia sudah pasrah dan menunggu
ajalnya.
Saat itu pukul 11 siang hari. Ditunggunya satu jam ... dua jam
... lonceng tidak juga berbunyi hingga pukul 2 siang. "Akh, berarti
kematianku sudah sangat dekat?" pikir si pemuda. Tapi lonceng tidak juga
berdentang hingga pukul 5 sore. Lonceng itu memang bergerak sejak siang, namun
ternyata bukan bunyi yang dikeluarkannya, melainkan
tetesan darah !!!
Di
tengah-tengah lonceng besar tersebut, ternyata ada seorang wanita tua yang menjepit bola di dalam lonceng hingga tidak
terdengar bunyinya. Saat lonceng tersebut dipukul, wanita ini menjepitkan
dirinya di dalam lonceng besar itu. Wanita tua itu tak lain adalah ibu sang pemuda yang akan dihukum!!! Akhirnya, pemuda
tersebut dibebaskan dari hukumannya karena lonceng tersebut tidak juga berbunyi, sesuai dengan peraturan yang ada. Begitu besarnya cinta Ibu itu terhadap anaknya,
hingga dia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan anak yang dikasihinya. Ibu itu melambangkan Tuhan
kita, Yesus Kristus yang telah rela membayar harga yang seharusnya menjadi
tanggungan kita, dengan mati di kayu salib, agar kita diselamatkan. Seharusnya,
kitalah yang sepatutnya digantung, kitalah yang sepatutnya disalib! Namun cinta
Tuhan amat besar bagi kita, Cintanya tiada batasnya bagi kita anak-anak Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar