Selasa, 03 April 2018

Khotbah Jumat Agung 30 Maret 2018 Yoh 19:28-37


 Memandang Dan Percaya Kepada Yesus Yang Disalibkan

Di hari ini kita merayakan dan memperingati hari kematian Tuhan Yesus Kristus. Puncak dari perenungan kita  adalah bagaimana kita diajak untuk merenungkan makna penderitaan Kristus. Yesus datang ke dunia dalam kesederhanaan dan memulai hidup dalam penderitaan. Dalam pelayanan, Dia mengedepankan kebenaran. Kebenaran bukan menurut dunia tetapi menurut Tuhan. sebab kebenaran dunia selalu bercampur dengan dosa. Kebenaran dunia egois dan menghancurkan diri sendiri, orang lain dan lingkungan hidup. Tetapi kebenaran sorgawi, kebenaran dari Tuhan Allah tidak tercemar dengan dosa. Kebenaran dari Tuhan sering membuat orang atau kelompok orang marah dan berusaha kebenaran Tuhan itu disingkirkan. Pilatus mewakili manusia yg tidak mampu mengendalikan diri dan situasi. Pada akhirnya, Kesetiaan Pilatus di tentukan hanya untuk Kesejahteraan Pribadinya saja. Pada pengadilan Yesus oleh Pilatus sebenarnya yang teradili bukanlah Yesus, tetapi Pilatus sendiri dan orang banyak. Yesus tetap teguh dalam Kebenaran, Yesus tidak goyah walaupun Keputusan Kematian harus menjadi bagianNya.

Itulah Salib Yesus, itulah mahkota duri yang  diletakkan di atas kepala Yesus. Itulah tamparan di muka Yesus, itulah cemoohan yang didengar Yesus. Itulah cambuk yang menghantam tubuh Yesus. Itulah salib yang dipikul Yesus. Kebenaran yang memulihkan, kebenaran yang sejatinya mendamaikan, itulah kebenaran yang membawa pengharapan kehidupan kekal. Yesus memikul salib, salib yang tidak dicari, bahkan salib yang sebenarnya tidak pantas diterimanya.
Mel Gibson pernah menggambarkan penderitaan Yesus dalam film “The Passion of the Christ”. Dalam film itu digambarkan bagaimana penderitaan yang dialami Yesus jelang kematian-Nya. Ada orang yang berpendapat film ini terlalu sadis, tapi pernahkah kita membayangkan dan merenungkan bahwa apa yang sebenarnya dialami oleh Yesus pada waktu itu justru lebih dashyat dari apa yang dapat digambarkan melalui imajinasi manusia?
Yesaya 53:3 dan ayat 4b dan ayat 7 “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Padahal, kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Dia dianiaya, tetapi dia memberikan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Yesus dipilih dan ditentukan Tuhan Allah untuk memikul salib yang begitu berat dan membawa-Nya kepada kematian.

Dalam pembacaan kita hari ini kita mendengar, ketika Dia berada di atas kayu salib, Dia berkata “Aku haus”.  Suatu hal yang secara jasmaniah merupakan kesiksaan yang tak terkatakan. Dari kesiksaan batin karena dicemooh dan dihina, kesiksaan jasmani karena Dia ditampar, dicambuk dan sangat lelah karena memikul salib yang berat, mendaki ke Bukit Golgota, kesiksaan karena menahan sakit yang sangat menyiksa sebab tangan dan kaki-Nya dipaku di kayu salib.
Dia berteriak “Aku haus”… Apa respons para penjahat?. Mereka tidak memberi-Nya air, air segar, biarpun air itu pun tidak akan memulihkan penderitaan-Nya. Tetapi bukannya air segar yang diberikan.  Yang diberikan adalah anggur masam dicampur bunga masam, tanda kebengisan dosa, itulah yang mengantar Yesus masuk ke dalam maut.
Dan gambaran penderitaan Yesus itu membuat kita diajak merenungkan begitu sadisnya, begitu kejamnya penyiksaan terhadap Yesus, orang yang tak bersalah itu.

Hari ini kita menghayati penderitaan salib Yesus, di Jumat Agung ini. Dosa itu saudara-saudara riel. Dosa bukan konsep, dosa bukan ide, tetapi dosa sungguh-sungguh ada dalam eksistensi atau keberadaan kita. Dosa itu melekat dan bercokol sebagai kekuasaan yang merusak dan mematikan. Ketika manusia memakan buah baik dan jahat dalam kesaksian Kitab Kejadian 3, dosa itu merambah dan diwariskan ke segenap umat manusia.

Mazmur 51, pemazmur mengatakan dari dosa aku dikandung ibuku. Karena itu, tidak seorangpun yang tidak berdosa. Dan dosa membuat orang tak berdaya untuk menyelamatkan dirinya. Dan kebengisan dosa, dosa yang mematikan itu ditanggung oleh orang yang tak berdosa yaitu Yesus Kristus.Hari ini kita menghayati makna kematian Yesus.
Sekarang ini marilah kita melihat kepada Yesus, penderitaan Yesus itulah dosa masing-masing kita. Dia tak bersalah menjadi bersalah karena kita. Tetapi oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Oleh penderitaan Yesus kita diselamatkan.
Di hari ini kita diajak untuk merenungkan ngerinyadosa yang membawa penderitaan dan maut, tetapi dengan melihat dengan iman pada Yesus kita disembuhkan. Selamat Merayakan dan memperingati hari kematian Tuhan Yesus Kristus.
Pernyataan Yesus sudah selesai menunjukkan bahwa bagi Yesus salib bukan hanya sekedar penderitaan atau aniaya bagiNya, tetapi salib adalah sebuah tugas dan misi yang harus Ia emban dari Bapa.  Karena salib itu merupakan tugas yang tidak mudah, Yesus pun sujud dan berdoa,  "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).
     Ungkapan sudah selesai juga ungkapan bahwa Yesus telah menyelesaikannya dan taat sampai akhir seperti yang juga disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi,  "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).  Ketika Yesus disalibkan, Ia ditinggalkan oleh murid-muridNya.  Mereka kecewa karena Yesus tidak menyatakan diri sebagai raja, malah disalibkan.  Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sampai hari ini tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.
     Karena dosa, seharusnya kita yang menanggung hukuman, tapi kini telah diselesaikan oleh Kristus;  dan segala harga yang seharusnya kita bayar telah dilunasi olehNya.  Alkitab menyatakan,  "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:  Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu."  (1 Korintus 6:20).  Kita tahu harga dosa adalah maut dan penghukuman kekal.  Tetapi dalam Yesus Kristus telah diubah segala kutuk menjadi berkat;  dimerdekakan dari dosa menjadi hamba kebenaran!
     Bagaimana respons kita terhadap pengorbanan Kristus ini?  Dikatakan,  "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu."  Keselamatan adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, karena itu jangan pernah sia-siakan.  Jangan lagi kita hidup dalam dosa, melainkan mari kita hidup sebagai  'manusia baru'.  Dan selagi masih ada kesempatan mari kita gunakan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan memberi yang terbaik bagi Dia!
Ingatlah bahwa tidak ada satu pun orang yang tidak di dalam Yesus Kristus yang bisa lolos dari kebinasaan kekal, karena itu jangan sia-siakan keselamatan yang sudah kita terima ini;  mari kita kerjakan keselamatan ini dengan takut dan gentar pula!
Penderitaan yang tiada terbayangkan dirasakan oleh orang yang mengalami penghukuman di kayu salib.  Karena ketika orang dalam posisi tergantung sedikit saja bergerak akan menimbulkan sakit yang luar biasa.  Dikenal ada dua cara untuk menyalibkan orang yaitu diikat memakai tali dan dipaku.  Tuhan Yesus kemungkinan mengalami kedua cara itu!  Ketika Tomas berkata,  "'Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.'"  (Yohanes 20:27), berkatalah Tuhan Yesus kepadanya:  "'Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.'"  (Yohanes 20:27).
     Secara medis jika orang digantung dengan kedua tangan terangkat ke atas, maka darahnya akan dengan cepat mengalir turun ke bagian bawah tubuhnya.  Diperkirakan antara 6 sampai 12 menit tekanan darahnya akan turun menjadi separuhnya, sementara denyut jantung akan meningkat dua kali lipat.  Jantung akan kekurangan darah dan segera diikuti dengan pingsan.  Hal ini akan memicu kematian karena gagal jantung.  Namun apabila orang yang disalibkan belum mati dalam 2 atau tiga hari kemudian mereka akan dipercepat dengan cara crucifragium atau pematahan kaki.  "...tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,"  (Yohanes 19:33).  Artinya Tuhan Yesus tidak sempat dipatahkan kaki-Nya karena Ia telah mati terlebih dahulu beberapa jam setelah disalibkan.

     Fakta ini semakin menegaskan bahwa Tuhan Yesus benar-benar mati di kayu salib,  "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,"  (1 Korintus 15:3).  Dan bukan kebetulan jika Tuhan Yesus disalibkan di antara dua orang penjahat yang adalah gambaran keberadaan manusia yang berdosa.
Apa yang terjadi pada diri Yesus telah direncanakan oleh Bapa dan dinubuatkan oleh para nabi. Ia datang untuk melaksanakan misi dari Bapa sekaligus menggenapi nubuat-nubuat dalam PL. Untuk itu, Ia rela menderita dan mati di kayu salib "supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci" (28, 36, 37). 
Semalam suntuk menjalani serangkaian proses pengadilan, disiksa dan tergantung di kayu salib dengan darah yang bercucuran, tentu
membuat Yesus sangat lelah dan haus (lih. Mzm 22:16; 69:22). Dalam Matius 27:34 dikatakan bahwa Dia menolak minum anggur bercampur empedu, tetapi di sini Dia mau meminum anggur asam. Meski kehausandan harus minum anggur asam, Yesus tetap menunjukkan kekayaankasih dan anugerah Allah kepada orang berdosa. Ia rela menanggungmurka Allah demi keselamatan manusia. Namun, Ia menang dan secara
sempurna dapat menyelesaikan misi dari Bapa (30).
Yesus akhirnya menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa. Nyata bahwa Yesus mati bukan karena tangan manusia. Ia mati karena tunduk pada kehendak Allah yang menginginkan Dia menggantikan manusia menjadi kurban penebus dosa. Maka kematian Yesus pun sesuai dengan apa yang tertulis dalam PL (36; bdk. Kel 12:46; Bil 9:12; Mzm 34:21), 
yaitu tak satu pun kaki-Nya yang dipatahkan untuk mempercepat
kematian-Nya. Darah bercampur air yang keluar dari lambung-Nya
menandakan bahwa Dia sungguh-sungguh menderita lahir dan batinserta benar-benar mati sebagai manusia sejati demi menyelamatkan manusia. Ini juga menggenapi nubuat lain bahwa: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam" (Za. 12:10; Why 1:7).
 Bila Yesus mau menanggung penderitaan fisik yang sangat menyakitkanitu, adakah kita hanya mau enak-enakan saja dalam mengikut Dia, hanya mau sukacita, hanya mau terima berkat? Ingatlah, bahwa mengikut Yesus berarti juga menapaki jalan salib, jalan penderitaan karena iman kita.

Maka menderita karena Yesus harus membuat kita maju dalam iman, dan bukannya mundur. 
Saudaraku yang terkasih, percaya pada pemeliharaan Tuhan adalah hal yang mutlak bagi setiap orang percaya.  Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melampaui batas kekuatan kita.  Pada saat yang tepat Dia pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar yang terbaik.  Karena itu jangan lupa untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan dan mengamini setiap janji Tuhan dalam hidup kita.
Kita tidak boleh asal-asalan menjalani hidup kekristenan kita.  Sebab  "kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."  (1 Petrus 2:10).  Kita yang dulunya berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan ke dalam terangNya yang ajaib;  kita yang dulunya adalah hamba dosa kini menjadi hamba kebenaran  (baca  Roma 6:17-18);  status kita pun berubah menjadi anak-anak Allah.  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,"  (Roma 8:17);  itu semua karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib! Amen. Pdt. RHL. Tobing, S.Th. MA
Ada sebuah ilustrasi. Seorang pemuda hanya tertunduk lesu, memandang tiang gantungan yang menanti di hadapannya. Andaikan ia tahu akan berakhir begini, tentu tidak akan sekarang ... sudah terlambat. Seorang petugas mengikatnya dengan tali dan mempersiapkannya untuk digantung. Sambil menuju tiang gantungan, terlintas di pikirannya, ibunya yang juga satu-satunya keluarganya yang tinggal, sedang menangisinya. Kini hanya tinggal menunggu lonceng. Ya, tinggal menunggu sedentang lonceng dan ia akan meninggalkan dunia fana ini untuk selama-lamanya. Peraturannya saat itu, hukuman gantung dilaksanakan setelah lonceng besar berbunyi. Ia sudah pasrah dan menunggu ajalnya.
Saat itu pukul 11 siang hari. Ditunggunya satu jam ... dua jam ... lonceng tidak juga berbunyi hingga pukul 2 siang. "Akh, berarti kematianku sudah sangat dekat?" pikir si pemuda. Tapi lonceng tidak juga berdentang hingga pukul 5 sore. Lonceng itu memang bergerak sejak siang, namun ternyata bukan bunyi yang dikeluarkannya, melainkan tetesan darah !!!
 Di tengah-tengah lonceng besar tersebut, ternyata ada seorang wanita tua yang menjepit bola di dalam lonceng hingga tidak terdengar bunyinya. Saat lonceng tersebut dipukul, wanita ini menjepitkan dirinya di dalam lonceng besar itu. Wanita tua itu tak lain adalah ibu sang pemuda yang akan dihukum!!! Akhirnya, pemuda tersebut dibebaskan dari hukumannya karena lonceng tersebut tidak juga berbunyi, sesuai dengan peraturan yang ada. Begitu besarnya cinta Ibu itu terhadap anaknya, hingga dia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan anak yang dikasihinya. Ibu itu melambangkan Tuhan kita, Yesus Kristus yang telah rela membayar harga yang seharusnya menjadi tanggungan kita, dengan mati di kayu salib, agar kita diselamatkan. Seharusnya, kitalah yang sepatutnya digantung, kitalah yang sepatutnya disalib! Namun cinta Tuhan amat besar bagi kita, Cintanya tiada batasnya bagi kita anak-anak Nya.


Tidak ada komentar: