Minggu, 18 Mei 2014

"Yesus Bagi yang Saleh dan Sekuler"


John Shelby Spong penulis buku “Yesus bagi Orang Non Religius” bersikukuh menggugat doktrin yang diimani orang saleh dalam kurun waktu yang cukup panjang. Buktinya, ia tidak meragukan Yesus sebagai Tuhan, tapi ia tidak ingin menyembah suatu Allah yang tidak dapat ditatang atau setia pada suatu tradisi yang mengharuskan mengunci rapat-rapat pikiran.
Yesus sebagai seorang wisatawan sorgawi yang datang dari Allah di balik langit melalui suatu kelahiran ajaib dan yang ketika karyanya sudah selesai kembali kepada Allah itu melalui suatu perjalanan kosmik. Bagi John Shelby Spong penulis bestseller “The Sins of Scripture” ini, kisah ajaib itu sesuatu yang secara harfiah tidak masuk akal, tetapi juga sedikit lebih dari uraian teologis yang berbelit-belit dan sukar dipahami. “Mereka tidak mengerti bahwa mereka sebetulnya telah mengubur Yesus di dalam peti dan suatu dunia lain, suatu waktu lain dan suatu tempat lain,” papar Spong.
Pada ulasan lain ia mengimbuhkan argumen yang radikal sekitar kelahiran Yesus. Tidak ada bintang di atas Betlehem. Tempat lahir Yesus di Betlehemn bukan sejarah. Nabi Mikha tidak meramalkannya. Sebuah bintang tidak memberitahukannya. Para Majus tidak mengikuti bintang itu. Bintang itu tidak membawa mereka ke istana raja atau ke rumah Betlehem, tempat yang dikatakan oleh tradisi sebagai tempat kelahiran bayi Kristus. Para Majus tidak mempersembahkan emas, mur dan kemenyan. “Semua rincian ini adalah bagian dari sebuah mitologi yang sedang tumbuh yang harus dipisahkan dari Yesus jika kita ingin melihatnya sebagaimana dia adanya.”
Tempat kelahiran Betlehem adalah suatu bagian lain dari suatu tradisi tafsir mesianik yang sedang berkembang. Jika sejarah adalah agenda utama kita, pada perayaan Natal kita harus bernyanyi “Hai kota mungil Nazaret” sebab kota inilah yang kuat kemungkinan sebagai tempat di mana orang yang dikenal sebagai Yesus dari Nazaret dilahirkan. “Ada apa dengan Yesus ini, sehingga membuat orang merasa perlu menyelimuti kelahirannya dengan asal-usulnya dari Betlehem dan dengan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban?” (hal. 28)
Buku yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Umum ini pun, berupaya membeberkan kisah orang tua Yesus dari sudut pandang Matius, Markus, Lukas dan sumber tertulis yang dinamakan Q (Jerman Quelle—sumber) “Bukankah ia ini anak tukang kayu. Bukankah ibunya bernama Maria?” (Matius 13:55)
Bagi Spong ayat ini rupanya menggugah, kenapa musti melibatkan Maria? Apakah nama itu sekedar melengkapi atau mempertanyakan siapakah sesungguhnya Maria? “Hanya dari penulisan ulang oleh Matius atas perikop Markus ini muncul tradisi Yusuf sebagai seorang tukang kayu. Matius melicinkan teks Markus sehingga teks ini selaras dengan perikop tentang kelahiran ajaib Yesus yang baru ia masukkan ke dalam injilnya.”
“Saya tidak percaya bahwa orang bernama Yusuf ini, yang menjadi ayah insani yang melindungi Yesus, pernah hidup. Teks-teks yang kita teliti di atas mendukung pernyataan saya ini. Yusuf dari awal sampai akhir adalah sosok mitologis ciptaan murni penulis yang kita sebut Markus.” (hal. 40) 
“Saya tidak berpikir ada orang yang mengetahui siapa ayah Yesus, termasuk para penulis Perjanjian Baru. Markus tidak pernah mengatakannya. Matius dan Lukas mengatakan bahwa Roh Kudus adalah ayah Yesus sebenarnya. Injil Yohanes, yang sering disebut Injil Keempat, menyingkirkan kisah kelahiran ajaib Yesus, tetapi merujuk pada Yesus sebabagai anak Yusuf pada dua kesempatan (Yohanes 1:45; 6:42)”
Menurut penulis buku yang aslinya “Jesus for the Non-Religions” ini, alasan mengapa Yusuf tetap menjadi sosok tidak jelas sepanjang sejarah Kristen, karena ia memang merupakan karakter sastrawi sejak dari awalnya, diciptakan dari mitologi interpretatif yang berkembang.
Memang, Spong tidak serta-merta menerima mitos interpretatif yang menyelimuti kehidupan Yesus dari sisi pemahaman tradisionil. “Namun, kendatipun telah mengatakan itu, saya tetap seorang Kristen yang setia. Saya masih meyakini kebenaran yang ditemukan dalam realitas asasi yang saya namakan Allah dan saya masih melihat di dalam Yesus keallahan dan kemanusiaan menetap sepenuh-penuhnya.” (hal. 84)
Terus terang, banyak informasi dijumpai saat membaca buku ini, bahkan membuat yang saleh akan geleng-geleng kepala dengan paparan John Shelby Spong yang amat berani. Soalnya, penulis yang juga dosen tamu di berbagai universitas di Amerika Utara ini, hendak membersihkan potret Yesus dari batas-batas agama yang dipahami secara tradisionil.
Buku ini bisa dijadikan refrensi perbandingan serta pantas dibaca para teolog, mahasiswa dan pendeta yang melayani di abad 21 ini. Baharuddin Silaen


"GERAKAN ZAMAN BARU THE NEW AGE MOVEMENT"


Salah seorang profesor Seminari Teologi di Dallas, Norman L. Geisler, menyatakan bahwa New Age Movement (NAM) adalah musuh Kekristenan yang paling berbahaya. Sayangnya, masih banyak yang belum tahu apa sebenarnya NAM itu sehingga banyak yang terjebak kedalamnya. Mungkin ada yang beranggapan ini adalah kepercayaan baru, padahal hanya sedikit yang baru pada gerakan ini. Ternyata pengajaran New Age mulai dikenal sejak tahun 1960an dimana banyak terjadi kegairahan untuk menggali filsafat timur, khususnya agama-agama mistik timur seperti Hinduisme, Budhisme dan Taoisme.
Ada 6 ciri utama pemikiran New Age, antara lain : all is unity, all is divine, humanity is divine, a change in consciousness, all religion are one, dan cosmic evolutionary optimism. Manusia adalah ukuran untuk semua hal, lebih mulia dari hewan, dan keselamatan dunia bergantung  pada manusia. Keselamatan itu adalah aktualisasi diri dan dosa adalah ketidaktahuan. Melalui proses kelahiran kembali yang lama (reinkarnasi), manusia akan mencapai kesempurnaan.
Pada prinsipnya, segala bentuk penyebaran NAM itu menonjolkan usaha manusia dalam penyatuan dirinya dengan alam. Dan tugas manusia adalah menyatukan diri dalam kekuatan dan keseimbangan alam itu. Bagi NAM, Tuhan tidak menciptakan dunia. Dia (Tuhan) menjadi dunia. All is unity menegaskan bahwa hanya ada satu esensi di alam semesta, setiap orang dan apapun menjadi bagian dari esensi itu (disebut juga monism).Tuhan adalah sebagai kekuatan impersonal hidup atau energi. Landasan filosofinya sendiri adalah Gnotisme dan Okultisme. Di tengah-tengah pengaruh rasionalisme dan materialisme yang tidak manusiawi di masa modern, NAM menawarkan pengubahan / transformasi tatanan masyarakat, ekonomi dan politik melalui pengalaman yang bersifat alami.
Bagaimana pendapat NAM tentang Yesus Kristus? NAM memaknakan Kristus sebagai Kesadaran Kristus (Christ Consciousness). Yesus dianggap hanya sebagai salah satu Kristus yang memperlengkapi dirinya untuk menerima kesadaran Kristus seperti yang dilakukan nabi lain seperti Buddha, Krisna, dan Muhammad. Oleh karena itu, jika pengikut New Age menyebut Tuhan dan Kristus maka mereka tidak sedang membicarakan Tuhan dan Kristus di dalam Alkitab.
Pemikiran New Age hampir sudah menyentuh semua area kehidupan, antara lain pendidikan, sejarah, kebudayaan, agama, politik, psikologi, ilmu pengetahuan dan kesehatan. Percaya adanya UFO, adanya anak indigo (anak-anak dengan kekuatan khusus dan aura warna ungu), adanya karma, aura yang dianggap sebagai energi yang dipancarkan oleh tubuh, dan 666 yang dianggap sebagai nomor alkitabiah oleh Alice Bayley  termasuk pemikiran New Age. Hati-hati ! Jangan terjebak dengan nama. Organisasi seperti Church Universal & Triumphant, Christian Science, dan The Unity School of Christianity termasuk organisasi New Age.
Beberapa praktek New Age adalah astrologi, bioenergi, spritualisme, reinkarnasi, yoga, meditasi, kegiatan okultisme, dsb. Adapun tokoh New Age yang terkenal adalah The Beatles, Jeremy Rifkin, Alice Bailey, Alvin Toffler, Shirley MacLaine, Abraham Maslow, Marilyn Ferguson, dan David Spangler. Musik bernuansa mistik mewarnai lagu-lagu The Beatles setelah mereka berguru pada Mahareshi Mahesh Yogi, seorang guru kebatinan India dan belakangan musik New Age dipopulerkan oleh musikus Jepang, Kitaro. Film New Age, khususnya film anak-anak menekankan kekuatan tenaga dalam atau tenaga batin yang digambarkan seperti sinar yang keluar dari pukulan seseorang, seperti Stars Wars dan Pokemon. Dalam film seri Star Wars diperlihatkan bahwa ucapan yang populer di kalangan Kristen, yaitu 'May God be with you' diganti menjadi 'May the Force be with you'. NAM juga secara praktis dipraktekkan dalam bisnis dengan pelatihan-pelatihan Gerakan Pengembangan Diri/Pribadi (Human Potential Movement). Kekuatan batin di sini dianggap sebagai bejana yang tak terhingga isinya atau potensi diri yang harus diaktualisasikan (menurut Abraham Maslow) dan direalisasikan (menurut Carl Jung), agar seseorang menjadi lebih percaya diri, misalnya 7 habis dan Asia Works. Ucapan terkenal yang menggambarkan falsafah ini adalah: 'If it is going to be, it is up to me."
Kekristenan juga mulai terpengaruh dengan gerakan ini. Hal ini dapat dilihat dalam munculnya teologi kemakmuran, kecendrungan untuk mengunjungi ‘holy land’, persekutuan yang cenderung hiruk pikuk di permukaan tetapi tidak mendalam, leburnya batas pendeta dengan jemaat, pembabtisan berulang-ulang, dan formalitas ibadat yang tidak lagi dipentingkan.
Bagaimana seorang Kristen menanggapi hal ini ? Kita telah diberikan Tuhan akal budi untuk bisa mengkritisi apa yang salah dan melihat apa yang benar di mata Allah. Salah satu yang dapat Anda kritisi adalah pernyataan Shirley MacLaine dalam bukunya 'Out on a Limb' bahwa 'I am God', suatu pandangan yang menjadikan manusia sebagai allah dan menurunkan allah dari takhtanya, bergeser dari theosentris kepada anthroposentris. Sebagai pengikut Kristus kita percaya percaya bahwa Alkitab adalah kebenaran yang objektif dan diinspirasi oleh Tuhan (baca 2 Tim 3:16; 2 Pet 1:21;Mat 5:18). Jadi, tidak ada individu yang boleh menjadikan dirinya dan perasaannya sebagai puncak otoritas. Alkitab harus menjadi standar objektif. Untuk melihat kebenaran dalam Alkitab yang bertentangan dengan ciri pemikiran dan prinsip New Age di atas, saudara-saudara dapat membaca Keluaran 3:14,20; Roma 3:23,5:12,6:23,1:18, Ef 2:8-9,Kis 4:12 dan 1 Kor 8:12.
Dari pengalaman 'batin yang bermasalah' dan 'berpotensi memberontak', para nabi selalu mengingatkan umat Tuhan. Difirmankan bahwa: "Bukan karena jasa manusia mereka menang, tetapi karena kuasa Allah" (Ulangan 9:5-6). Demikian juga penulis kitab Amsal mengatakan: "Percaya dan takutlah kepada Allah dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri" (Amsal 3:5-8). Dalam kitab Yeremia difirmankan bahwa: "Terkutuklah mereka yang mengandalkan kekuatan sendiri ... diberkati mereka yang mengandalkan Tuhan" (Yeremia 117:5-8).
Pdt. Herlianto, Mth, ketua Yabina ministry, dalam salah satu makalahnya mengingatkan agar kita waspada menghadapi filosofi yang didasarkan tradisi mistis kuno dan harus kembali kepada firman Allah yang benar agar kita tidak mencampuradukkan faham kekristenan dengan faham mistik. Kita juga harus mendoakan pengikut New Age agar mereka percaya kepada Kristus.

Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.(Kolose 2:8-9)
Karena ...
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:6-7). 


Sabtu, 17 Mei 2014

Yohannes 17: 1-11 (Khotbah Minggu 01 Juni 2014) Thema: "Supaya semua pengikut Kristus menjadi satu”

Doa adalah komunikasi yang paling ampuh dan tercepat untuk berbicara dengan Tuhan.
Doa adalah napas peredaran kehidupan rohani setiap orang yang percaya.
Kemajuan teknologi informasi terbukti cukup membantu antar individu maupun institusi dalam berkomunikasi. Memang efisiensi dan efektifitas menjadi tuntutan dunia era sekarang ini. Ambil contoh misalnya dengan semakin canggihnya handphone, yang tidak hanya bisa untuk mengirim pesan atau tulisan yang bisa dibaca maupun berkata-kata yang bisa didengar, namun bisa juga melihat orang yang sedang berbicara dengan kita. Namun di tengah kemajuan teknologi informasi ini, ternyata ada yang hilang dari kemajuan komunikasi ini. Anggapnya serasa sah dan cukup terwakili komunikasi jarak jauh, dengan slogan “jauh di mata dekat di hati”.Komunikasi tanpa ”sentuhan” dan kehadiran fisik secara bersama pada ruang dan waktu yang satu, bisa jadi telah kehilangan orisinalitasnya. Bisa-bisa terjadi saling memanipulasi fakta baik fisik maupun batin. Di samping itu di tengah hiruk-pikuk kecanggihan telekomunikasi, hati dan jiwa terasa ”kesepian” karena ketidak-hadiran fisik secara bersama.
Komunikasi langsung dalam komunitas kehidupan bersama religius baik secara verbal maupun spiritual masih relevan untuk dipertahankan. Pun pula dalam hal berdoa bersama. Di tengah derasnya iklan religius maupun permintaan tentang dukungan doa jarak jauh untuk sesuatu hal dari pemirsa tayangan televisi maupun dari pendengar pesawat radio, muncul masalah baru. Tentu menjadi relatif bila dipertanyakan sejauhmana kuasa doa jarak jauh itu. Namun ada yang hilang dari diri individu pendoa dan yang didoakan yakni nihilnya kehadiran bersama. Tidak bisa disalahkan bila semakin banyak pelayanan doa jarak jauh, yang menjadi masalah adalah bila telah terjadi komersialisasi doa. Apakah sudah menjadi suatu pemakluman karena zaman? Tentu bagi komunitas komunal tradisional akan ”menggugat” dengan adanya fenomena yang demikian ini. Tidak menutup kemungkinan masyarakat modern-pun mengalami hal serupa. Kehadiran bersama untuk berdoa lebih dari sekadar menjawab masalah yang didoakan, sebab ada sentuhan fisik, ada dukungan moral, yang akan dapat mengalirkan arus hangatnya pertautan batin dan spiritual.
Keterangan:
Doa Yesus dalam Yoh 17 dikenal “Doa Tuhan Yesus sebagai Imam Besar” tetapi ada yang berpendapat “ Doa penyerahan” atau “ Doa Kemenangan”  tetapi ini cenderung adalah nubuat dari Yesus sang Nabi. Yang tercantum di pasal 17 tidak dicatat di injil sipnotis tetapi Injil Yohanes tidak mencatat doa Yesus di Taman Getsemani. Jika eksegese bahwa ini adalah nubuatan dari Yesus sang Nabi maka doa Yesus di Getsemani benar benar hanya dicantumkan di Injil Sinopsis sedangkan bentuk nubuatan terdapat di Yohanes 17 hal ini disebabkan Yohanes 17 kata ἐρωτῶ bukan berarti berdoa melainkan lebih tepat meminta.
Ayat 1. Seruan telah tiba saatnya mengigatkan kita bahwa seluruh Injil Yohanes setuju pada salib-Nya. (Yoh 2:4; 7:30; dan 8:20) Yesus bekerja sesuai dengan waktu yang tepat. Saat waktu mendekat Yesus berkata menyatakan kerelaan-Nya untuk disalibkan dan mengerjakan tugas-Nya yaitu “Permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” Salib adalah kemuliaan sebab melalui salib maka sifat-sifat menjadi nyata seperti: kasih-Nya kepada manusia, ketaatan kepada kehendak Bapa, kerendahan hati-Nya, kasih karunia-Nya. Melalui salib manusia mengenal Bapa sehingga Bapa dipermuliakan.
Ayat 2. Pemuliakanlah Anak-Mu mengigatkan Allah Bapa bahwa sebelum dunia dan manusia diciptakan, dalam kekekalan yang lampau. Allah Bapa telah memberikan kepada Tuhan Yesus kuasa atas segala manusia. Allah Bapa memberikan kuasa itu dengan tujuan supaya Tuhan Yesus menyelamatkan setiap manusia yang dipilih oleh Allah Bapa. Permohonan agar Dia dipermuliakan berdasarkan rencana keselamatan yang ditakdirkan dalam masa kekekalan yang lampau. Tuhan Yesus mempunyai kuasa atas seluruh manusia, namun mereka yang dipilih Bapa akan menerima keselamatan dari Tuhan Yesus.
Ayat 3. Hidup yang kekal bukan status atau kualitas manusia. Hidup yang kekal adalah hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Mengenal Allah bukan saja jalan menuju kehidupan yang kekal, tetapi pengenalan tersebut adalah kehidupan yang kekal.
Ayat 4. Yesus berkata-kata seolah olah Dia telah menaati kehendak Bapa dan disalibkan, padahal belum. Apakah Yesus bernubuat? Apakah Yesus bersikap itu karena penyaliban-Nya sudah pasti? Tuhan Yesus mempermuliakan Bapa dengan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada-Nya. Jalan yang ditempuh Yesus adalah sesuatu yang khusus kepada Tuhan Yesus sendiri.
Ayat5. Kemuliaan yang Dia minta adalah kemuliaan surgawi yang Dia nikmati sebelum menjadi manusia, tetapi kemuliaan ini tidak dapat dipisahkan dengan kemuliaan salib.
Dalam ayat 6-11. Yesus mendoakan murid-murid. Dan menjadi alasan memohon dan Yoh 11b-16 supaya murid murid dilindungi, serta Yoh 17: 17-19 supaya murid murid dikuduskan. permintaan Yesus adalah sesuatu yang dikabulkan sehingga identik dengan nubuat.
Ayat 6-9. Mereka itu adalah milik-Mu dua kali diucapkan dalam waktu berdekatan. di ayat 6 memakai imperfect Tense dan di ayat 9 gunakan present tense. Apakah karena murid-murid adalah milik Bapa menjadi alas an Yesus meminta permohonan khusus? Alasan yang dikemukakan anara lain: bahwa Dia telah menyatakan nama Allah kepada mereka, bahwa mereka itu milik Allah dan Allah telah memberikan mereka kepada Tuhan Yesus, bahwa murid murid telah menuruti Firman Allah, bahwa iman para murid yang Dia ucapkan semakin mantab, bahwa murid murid menerima, mengetahui dan percaya Tuhan Yesus datang dari Allah. Mereka milik Bapa sehingga jadi berkat bagi dunia, karena murid-murid memberitakan Injil di dunia tetapi dunia tidak dapat diberkati dengan perkataan seperti ini karena dunia melawan Allah.
Ayat 10-11a. Setiap orang dapat berkata, segala milik-ku adalah milik-Mu tetapi hanya Tuhan Yesus berkata Milik-Mu adalah milik-Ku. Yesus akan meninggalkan murid-murid dan kembali ke Bapa sehingga memohon agar murid-murid dilindungi.
Khotbah:
Injil Yohanes 17:1-11 (Supaya mereka menjadi Satu)
Setelah Yesus memberikan petuah kepada para murid agar tetap tegar menghadapi penceraiberaian menjelang Ia ditangkap untuk disalibkan (Yoh 16:32-33), Ia berdoa kepada Bapa. Permohonan di hadirat Bapa adalah agar kemuliaan Bapa memancar kepada-Nya. Bahwa kemuliaan Kristus diwujudkan di dalam kesetiaan menjalankan pekerjaan penyelamatan bagi dunia. Kemuliaan Yesus Kristus dipancarkan dengan jalan penyelesaian pekerjaan penebusan dosa dunia.
Doa Yesus dilanjutkan dengan kesaksian bahwa umat telah Ia terima sebagai milik-Nya karena mau mendengarkan firman yang Ia sampaikan. Karena keterharuan atas iman percaya serta kesetiaan umat menjalani firman yang hidup itu, Yesus mengajukan permohonan agar umat yang dipercayakan kepada-Nya, mendapatkan pemeliharaan iman dan pengharapan. Dengan iman dan pengharapan yang sama maka umat menjadi satu. Pengakuan akan keesaan Allah ditunjukkan dengan kebersatuan hati dan perjuangan menjalani kehidupan di dunia yang penuh penghambatan. Yesus juga berdoa agar umat menjalani kehidupan di dunia dengan ketekunan membangun iman dan pengharapan yang sama dan yang satu.
Bertekun bersama di dalam doa membutuhkan prasyarat yakni proses bersekutu dan berdoa bersama tidak kalah pentingnya dari isi bahkan kuasa doa itu sendiri. Kuasa doa justeru dimaknai dari wujud persekutuan yang bertekun berdoa. Persekutuan doa tidak berhenti pada level basa-basi atau hanya formalitas belaka, yakni bahwa semua yang hadir turut menangkupkan kedua telapak tangan, memejamkan mata dan menundukkan kepala, namun tiada pertautan hati dan spiritual. Dalam pada itu ada dua dimensi penting yang mesti dihayati yakni pertama, makna kehadiran fisik dan hati di antara yang hadir di dalam persekutuan. Kedua, ketekunan berdoa bersama menuntut keseriusan olah spiritual.
Aplikasi:
1. Perkembangan/pertumbuhan gereja mula-mula tidak terlepas dari Kuasa Doa . Dalam Kisras 1: 6-14 dijelaskan bahwa Para rasul bertekun bersama berdoa di tempat yang dipersiapkan dengan baik, hal ini menunjukkan kesiapan fisik dan spiritualnya. Hal ini mengingatkan kita bagaimana mungkin kita bisa bertekun berdoa bila tidak mempersiapkan fisik yang segar dan hati yang saling rengkuh.
2. Sama seperti Yesus mendoakan para murid-Nya agar mendapatkan pemeliharaan iman dan pengharapan di tengah-tengah penceraiberaian oleh dunia melalui persekutuan dan persaudaraan di antara para murid-Nya. Baiklah kita saling mendukung dalam doa agar setiap warga jemaat terpeliharan iman dan pengharapan di tengah pergumulan hidup yang semakin sulit dan berat. Agar di dalam setiap pergumulan itu di antara kita tidak merasa ”sendirian”, namun ada kekuatan iman karena dukungan doa bersama.
Akhirnya marilah kita bertekun di dalam doa bersama dengan beralaskanpersaudaraan kasih, kesiapan hati, dan pengharapan akan kebaikan Tuhan sehingga masukilah doa dengan sukacita, serta berdoalah terus karena pergumulan hidup di dunia ini semakin berat.
Amen


"Jamita Syukuran mamasuhi bagas" Psalm 127: 1-3


Huria ni Tuhanta Yesus Kristus..!

Boasa hita ingkon mandok mauliate di ngolunta on…..? Psalmen 107 mandok:  Pardenggan Basa do Ibana jala ro di saleleng ni lelengna do asi ni roha-Na. Dia ma huroha denggan Basa ni Jahowa naung tajalo….! 1. Hipas hita sahat tu sadari on. 2. Boi dipasidung hamu pature bagas sibaganding tua on. Ala ni ido umbahen ta patupa acara on. Jala didok turpukta manogot on….Psalm 127: 1-3 jaha.
Dang ala ni godang nihepeng muna umbahen boi di pature hamu bagas on, dang ala ni hagogo on muna alai holan asi ni rohana sambing. Asa ingkon taingot  tongtong mandok mauliate tu Tuhan I, unang sai lalap holan mangalului angka ondeng.

Huria ni Tuhanta…!
Adong do umpama batak mandok: Pat ni manuk paturengreng, marrara mata mida hepeng, sian umpama on boi buatonta kesimpulan, na mansai penting situtu do hepeng I, jala mempunyai daya tarik na mempesonakan, na boi manarik jolma I tu hangaluton. Adong do na mandok: hepeng do mangatur negara on, molo piningkiran sungguh mengherankan, barang na so berharga I boi mangatur ngolu ni jolma, toho ma nanidok ni angka na malo I, Hepeng on ima; Habang so marhabongong  mardalan so mar pat, manginsir so marimbulu, ibana do na umburju laos ibana do na jumungkat.
Mansai toho do pandohan on sipata, ai boi do rasahononta, songon dia pengaruh ni hepeng I di ngolunta siapari on, sonang manang susa jolma I tergantung tu adong do hepeng na manang dang, ala ni onma umbahen jotjot jolma I menghalalkan segala cara, laho mangalului hepeng i. Lapatanna manangko pe taho asal ma hepeng, manggabusi halak manang mangangkali pe taho asal dalan ni hepeng. Ise ulaning sian hita on na so olo mamora, jala ise na so olo mangomo ? Ra, sude do halak sai mangusahahon pangomoan jala mangalui hamoraon di bagasan ngoluna.
Marasing- asing do dalan ni ganup halak laho mangalului pangmoanna. Maragam cara ditahi jala diula laho mangeahi hamoraon i. Di falsafah ni halak  Batak pe, termasuk do hamoraon songon sada sintasinta ni ngolu na ideal songon na tarida sian ungkapan  “ Hamoraon, Hasangapon, Hagabeon”. Persoalanna nuaeng, beha do hita menilai angka pangomoanta manang hamoraon I ? Beha do hita mangadopi angka arta manang hepeng na adong di hita ? Tongtong do hita mandok mauliate….? Tasadari do na ampuna ni Debata do sude i….? tarmasuk hosanta on….?

Huria ni Tuhanta Jesus.
Molo toho do hita mandok mauliate…tongtong do ringgas hita tumangihon hata-Na i…? Tasadari do na Pasu-pasu ni Jahowa do mambahen mamora, jala dang mardongan hangaluton dibahen tu hita. Manang aha pe na adong di hita, hamoraon, hagabeon nang hasangapon, sude I dang milikta, milik ni Debata do, ala ni ima ingkon manat  hita asa unang tapansuasaehon arta na pinasahat ni Debata, alai asa tapangke tu lomo ni rohaNa.

Unang do gabe holan pinggol-pinggol na badia hita dohot dila-dila na badia, holan na manangihon so dohot pangulaon, jala manghatahon dang mangulahon.  Di nasahali marnipi do Jon Wesly ima na pajongjonghon huria Methodis; di boan suru-suruan ni Debata ma ibana di nipina i tu surgo, diida si Jon Wesly ima di surgo sada meja na mansai balga, jala di ginjang ni meja i peak angka piring dohot dengke pare na ganjang-ganjang, jadi didok ibana ma tu suru-suruan i, ai na holan na mangan do jolma di surgo on…? Boasa peak angka piring dohot dengke pare di meja i ninna ibana, mengkel ma suru-suruan i, jala didok ma, dang piring i, pinggol-pinggol na badia do i, ima angka jolma na ringgas manangihon Hata ni Debata alai dang mangulahon, ujungna pinggol na ima na sahat tu surgo, alai anggo badanna i di api na rokko do ninna suru-suruan i. Jala na ganjang i, ima dila-dila na badia, na jotjot manghatahon Hata ni Debata alai dang hea mangulahon, ujungna holan dila na ima na sahat tu surgo, alai badanna di api na rokko do ninna suru-suruan i. Asa tu dos do hita songoni, molo so taulahon Hata ni Tuhanta i.
Antong binsan di lehon Tuhan i dope tingki di hita, dilehon pasu-pasuNa, bagas na uli on..taharingkothon ma mangulahon lomo ni rohaNa,
Dia ma lomo ni roha ni Debata…?

  1. Ringgas hita manangihon HataNai ( Heber 10: 25).
  2. Gugun Hata ni Kristus i, maringanan dibagasan hita jala masiajaran huhut masipasingotan hita (Kolose 3: 16).
  3. Asa boi taalo dosa i, ta jalo ma lombu-lombu hasintongan sian Tuhan I (Epesus 6:16). Amen.

Minggu, 04 Mei 2014

Khotbah Minggu 11 Mei 2014 JUBILATE Mazmur 23:1-6 “ Tuhan Adalah Gembala Kita”



Mazmur 23 adalah salah satu Mazmur yang sangat banyak dikhotbahkan dan dikutip oleh para pengajar, penginjil dan orang Kristen. Mengapa? Karena di dalam Mazmur ini, terdapat bukan saja kata-kata yang indah sebagaimana layaknya puisi Orang Ibrani, melainkan mengandung kekayaan teologis yang tidak ternilai tentang janji pemeliharaan Tuhan atas umatNya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud dan digolongkan ke dalam mazmur nyanyian. Disebut demikian karena Daud menyusun puisi ini sebagai ekspresi murni berupa ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan di dalam dan sepanjang hidupnya. Daud merasa bahwa tanpa Tuhan, dia bukan apa-apa ! Keyakinan yang samalah, yang seharusnya menjadi alasan dan mendorong kita untuk terhubung pada Tuhan, sebagaimana Daud telah melakukannya.
Kita akan belajar mengenai menjadi ungkapan isi hati Daud di dalam Mazmur 23

Tuhan adalah gembalaku, tak-kan kekurangan aku
Daud memberikan satu penegasan bahwa, dalam hidupnya, Tuhan digambarkan sebagai sosok gembala. Kita mengamati bahwa seorang gembala tidak pernah jauh dari domba-dombanya. Gembala mengenal dombanya dan demikian sebaliknya. Tugas seorang gembala sangatlah penting. Dia tidak saja mencukupi kebutuhan domba dengan memberi mereka makan, juga berjaga-jaga dari ancaman musuh. Gembala selalu bersama-sama dengan domba-dombanya. Itulah sebabnya dari sisi domba, dirinya akan merasa aman selama dia berada disamping gembalanya.

Daud menyadari bahwa hubungannya dengan Tuhan bukanlah sebuah hubungan simbiosis mutualisme, sebuah hubungan saling menguntungkan antara dua belah pihak. Hubungan Daud dengan Tuhan jauh melebihi kebutuhan-kebutuhan di dalam diri Daud sendiri dan itulah yang disebut dengan intimacy (keintiman). Daud mau menjelaskan bahwa Tuhan yang digambarkannya sebagai gembala itu adalah Tuhan yang selalu menuntun hidup Daud dan selalu berjalan bersamanya dan memenuhi apapun yang menjadi kebutuhannya. Itulah sebabnya, ketika spiritual connection ini berlangsung, maka kebutuhan akan terpenuhi dengan sendirinya. Tak-kan kekurangan aku, adalah ‘sebab-akibat’ dari pernyataan Daud yang menjadikan Tuhan sebagai gembalanya.
Pesan yang disampaikan di dalam kidung pembuka ini sangat jelas bagi kita, bahwa selama kita menjadikan Tuhan sebagai gembala dan selama kita juga mau menjadi domba yang baik bagi gembala itu, maka apapun yang menjadi kebutuhan kita, tersedia, sebagaimana seorang gembala menjamin kebutuhan domba-dombanya, mulai dari kebutuhan fisik, rasa aman, ketentraman dan hal-hal lainnya yang non material. Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda menjadikan Tuhan sebagai gembala, sebagaimana Daud lakukan? Sudahkah anda menjadi domba yang baik?

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku.
Terlihat ada paralel di dalam kalimat tersebut. Perhatikan kata ‘Ia membimbing’ dan kata ‘ Ia menuntun’. Keduanya menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput hijau. Maksudnya sebetulnya bukanlah berumput hijau tetapi berumput segar! Coba seandainya itu adalah makanan, maka kesegaran makanan itu akan memulihkan banyak hal di dalam stamina tubuh. Berbeda jika makanan itu basi atau layu. Demikian juga jika yang segar itu adalah sebuah tempat beristirahat. Kenyamanan menjadi salah satu standard kualitasnya. Itulah yang Daud rasakan di dalam hidupnya, pemberian terbaik dari Tuhan, dalam sebuah padang penggembalaan terbaik. Sesuatu yang selalu baru diterimanya disana. Bahkan Daud menegaskannya Tuhan yang menjadi gembalanya itu tidak pernah membawanya ke air yang bergolak melainkan ke air yang tenang. Mengapa Daud mengatakan demikian? Air tenang menunjukkan tempat peristirahatan yang menyegarkan seperti ketika seorang musafir menemukan oase di tengah padang pasir dari perjalanannya yang melelahkan. Tujuan Daud dalam baris nyanyian ini adalah kalimat terakhir. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. Perhatikan frasa ‘menuntun di jalan yang benar’. Inilah hal luar biasa yang menjadi pengalaman Daud bersama Tuhan. Jika melihat pengalaman hidupnya, ditengah kesulitan hidup sekalipun, saat terjepit, saat dihadang musuh, saat dalam pelarian, tidak sedikitpun Daud meninggalkan Tuhan. Dia selalu mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan di saat-saat seperti itu. Kontrasnya terlihat saat dia gegabah melangkah memenuhi keinginan dagingnya sewaktu menghampiri Batsyeba. Keputusan di luar Tuhan menghasilkan sejumlah konsekuensi yang harus dipikulnya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, maka jalan yang dilaluinya adalah jalan yang pasti salah. Nama Tuhan menjadi penting di dalam kalimat tersebut. Ada dua alasan penting. Nama Tuhan disebut sebagai tanda mengenali-Nya dan sebagai tanda seruan kepada-Nya. Daud mengenal Allah-nya sehingga berseru kepada-Nya.

Bagaimana dengan kita? Seringkali kita mengambil keputusan yang salah di dalam hidup dan melalui jalan yang menurut kita benar. Akibatnya, sejumlah konsekuensi telah menanti untuk kita tanggung. Hal itu terjadi karena kita meninggalkan Tuhan dan bertindak sendiri. Dalam kelelahan karena menjalani hidup dengan sejumlah persoalannya, kita dapat semakin ‘tenggelam’ sewaktu meninggalkan Tuhan. Energi menjadi terkuras habis dan kita tidak mendapat tempat dimana kita disegarkan kembali. Itulah konsekuensi jika tidak terhubung dengan Tuhan. Sebaliknya, dalam kelelahan dan segala daya yang mungkin terkuras habis, Tuhan memberikan satu tempat yang mere-fresh kita kembali dan mengarahkan ‘jalan’ hidup kita yang mungkin melenceng.

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku
Apakah lembah kekelaman? Kita harus mengerti jalan pikiran Daud akan hal itu. Berkali-kali di dalam hidupnya, Daud diperhadapkan pada situasi atau kondisi dimana satu-satunya pilihannya adalah berhadapan dengan situasi tersebut. Dimana orang lain bisa menghindar atau memilih lari, Daud justru sebaliknya, tidak punya pilihan selain berada di sana. Lembah kekelaman memiliki arti tentang sebuah tempat yang tidak pasti, menantang bahaya, berada di dalam persoalan, penuh dengan resiko dan musuh bisa saja datang secara tiba-tiba. Sungguh rentan berada di dalam lembah semacam itu. Berkali-kali saja Daud di dalam perjalanan hidupnya ditempatkan di dalam situasi demikian. Tetapi Daud tidak takut. Mengapa? Ada keyakinan yang sangat kuat di dalam dirinya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Itu sebabnya Daud berkata ‘aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku’. Kata ‘beserta’ artinya ‘ada bersama-sama’. Artinya, Allah senantiasa ada bersama-sama dengan Daud di dalam situasi apapun.
Melalui puisi tersebut Daud bahkan membeberkan bahwa Allah yang ada bersama-sama dengan dia tersebut memiliki gada, senjata yang digunakan di dalam pertempuran satu lawan satu, jarak pendek, dan meneguhkan bahwa di dalam situasi yang unpredictable itu, otoritas (dilambangkan dengan tongkat), berada di tangan Allah.

Kekuatan Daud terletak pada keyakinannya dan itulah menjadi pelajaran bagi kita, bagaimana membangun satu strong conviction terhadap Tuhan di dalam segala aspek. Keyakinan itu hendaknya bukan saja di dalam situasi yang baik tetapi juga di dalam situasi buruk. Tetap percaya kepada Allah sekalipun berada di dalam situasi tak terjelaskan ! Maka, kita perlu merujuk kembali pada bagian awal perikop ini, bahwa hanya dengan intimacy-lah sebuah strong conviction bisa terbangun dan terbentuk.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, dihadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Bermegah di dalam Tuhan, itulah tepatnya maksud Daud di dalam kalimat tersebut di atas. Bahkan, kemegahan itu dibangun dan ditegakkan dihadapan musuh. Bukan untuk mengejek atau mendiskreditkan tetapi untuk menjadi kesaksian yang menguatkan tema orang pilihan Allah. Perikop ini dimulai dengan kesimpulan ‘takkan kekurangan aku’. Maka di dalam ayat ini kembali ada penegasan dari Daud bahwa bahkan dihadapan lawanpun, apa yang menjadi kebutuhannya disediakan oleh Tuhan. Bukan saja itu, Daud memposisikan diri sebagai orang yang dipilih Tuhan sehingga berkata ‘Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak’. Pengurapan di zaman Daud bicara tentang orang yang terpilih, yang kepadanya Allah berkenan memberikan mandat tertentu.
Apa maksud Daud dengan piala? Dalam konteks ini, Allah digambarkan sebagai tuan rumah yang menjamu tamu-Nya. Pada waktu itu piala biasa digunakan untuk menampung sesuatu. Biasanya, sesuatu itu berharga dan terlihat di mata orang lain. Dengan mengatakan ‘pialaku penuh melimpah’ maka Daud menjadi sebuah kesaksian hidup dihadapan banyak orang, teman dan musuh-musuhnya, bagaimana ia menjadi satu pribadi yang hidupnya berada di dalam kemurahan Allah sepanjang waktu. Kemurahan itu menyebabkan Daud tidak saja mendapatkan sesuatu yang cukup, tetapi melimpah.
Pemenuhan secara berkelimpahan, terutama secara fisik, adalah tema penting di bagian ini. Melalui pemenuhan itu, kehidupan Daud dan juga kita menjadi sebuah kesaksian di hadapan kawan dan lawan. Sebagai orang-orang pilihan, ada sebuah hak istimewa (privilege) yang kita terima dan nikmati dari Allah.

Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku.
Daud memberikan satu kesimpulan dari apa yang dikemukakannya di ayat pertama, sebagai akibat dari Tuhan yang menjadi gembalanya. Kebajikan dan kemurahan mengikutinya. Jaminan itu bukan hanya sesaat, atau dalam rentang waktu tertentu. Melainkan seumur hidupnya !
Bagaimana dengan kita? Orang yang seperti ini artinya orang yang pergi kemanapun, selalu diikuti dengan hal-hal baik dan berhadapan dengan kemurahan. Apa yang dikerjakannya menjadi baik dan mendatangkan berkat. Sementara orang lain menemukan kesialan, atau diikuti dengan kegagalan, kita sebaliknya. Pernahkah anda membayangkan, sementara orang lain berusaha dan gagal, anda justru mencoba sedikit tetapi berhasil. Sementara orang lain mendapat hukuman atas kesalahan yang dilakukannya, anda malah diperingan. Sementara orang lain berhadapan dengan pintu yang tertutup, saat anda lewat justru pintu-pintu menjadi terbuka. Bukankah ini luar biasa?
Dan aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
Ini adalah sebuah kerinduan. Rumah Tuhan pada waktu itu adalah bait suci. Di dalam rumah-Nya, Tuhan berdiam. Siapa yang berada di dalam rumah-Nya, itulah yang bertemu dan bergaul dengan Dia. Kerinduan Daud terungkap di dalam perikop ini bahwa Tuhan menjadi segala-galanya di dalam hidupnya. Banyak orang menggambarkan ayat ini sebagai penutup eskatologis. Tetapi, tidak seperti itu. Rumah Tuhan yang dimaksud Daud adalah bangunan Bait Allah yang tak kunjung terwujud selama masa pemerintahannya. Amen


Khotbah Minggu 18 Mei 2014 Kantate Kisras 7: 54-60 "Menyerahkan Segenap Hidup Kepada Tuhan"


Seperti kita ketahui, Stefanus adalah seorang tokoh yang menonjol pada zaman gereja mula-mula. Dia seorang yang penuh dengan karunia, kuasa dan hikmat. Namun, sekelompok orang Yahudi yang kalah berdebat dengannya bersekongkol mengajukan fitnah untuk melawan Stefanus dan menyeretnya ke hadapan Mahkamah Agama. Stefanus dituduh menghujat Musa dan Allah (Kis 6:8-15). Di hadapan Mahkamah Agama yang mengadilinya Stefanus justru bersaksi tentang Kristus.
Didalam menjalani hidup ini butuh keberanian. Mengapa? Karena hidup ini banyak pergumulan dan tantangan yang tidak mungkin kita hindari. Kita harus menghadapinya. Kalau kita tidak memiliki keberanian, maka yang menguasai kita ialah ketakutan. Orang yang takut dalam perspektif Alkitab, tidak akan mendapatkan apa-apa dalam hidupnya.
Dalam Kisah Para Rasul 7:54-60 dibicarakan tentang Stevanus salah seorang yang dipilih oleh sidang jemaat yang mula-mula untuk melayani Tuhan dan jemaat-Nya. Dalam catatan dokter Lukas menjelaskan bahwa Stevanus adalah seorang memiliki integritas. Stevanus juga adalah seorang yang menjadi martir pertama dalam sejarah gereja. Stevanus mendapatkan tantangan yang cukup hebat dan berat. Kendati demikian, ia tidak menjadi lemah dan putus asa. Justru sebaliknya, ia memiliki keberanian yang Alkitabiah. Pertanyaan yang perlu diajukan ialah: "Apa yang membuat Stevanus memiliki keberanian yang Alkitabiah?
 Berikut beberapa alasan yang menjadi jawabannya: 
1.    Hidupnya penuh dengan Roh Kudus "Tetapi Stevanus yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah" - Kisah Para Rasul 7:55-56. Stevanus hidupnya penuh dengan Roh Kudus. Ia memberi diri dipimpin dan dipenuhi Roh Kudus. Dan karena itu, Stevanus memiliki keberanian yang Alkitabiah. Dalam catatan Yohanes, dikatakan: "Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia" - 1 Yohanes 4:4. Roh Kudus yang ada di dalam Stevanus, Dialah yang memberikan kebenaranian yang luar biasa kepada Stevanus, sehingga dia bisa menghadapi tantangan yang menghadang hidupnya. Tidak ada sedikit pun ketakutan dalam diri Stevanus. Walaupun roh intimidasi, roh ancaman, roh ketakutan bekerja begitu dahsyat di luar dirinya, namun semua roh itu dikalahkan oleh kuasa Roh Kudus yang ada di dalam diri Stevanus. Stevanus orang biasa sama seperti kita. Bila Stevanus memiliki keberanian yang Alkitabiah, kita juga bisa karena ada Roh Kudus yang sama yang memenuhi hidup Stevanus itu juga yang memenuhi hidup kita. Bila kita merasa takut menghadapi hidup ini, ingatlah bahwa Roh yang di dalam kita lebih besar dari roh yang ada di luar diri kita.
2.    Hidupnya penuh iman "Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stevanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus" - Kisah Para Rasul 6:5. Stevanus memiliki keberanian yang Alkitabiah, selain karena hidupnya penuh Roh Kudus, Stevanus juga memiliki hidup yang penuh iman. Menurut catatan Habakuk, dikatakan: "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" - Habakuk 2:4. Sejalan dengan hal itu, rasul Paulus menulis: "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" - Roma 1:17. Lalu penulis Ibrani memberikan ulasan khusus tentang iman, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" - Ibrani 11:1. Iman bukan saja membuat kita dapat merebut sesuatu dalam hidupnya. Iman juga memampukan kita untuk bertahan dalam setiap tantangan hidup yang kita alami. Stevanus bisa memiliki keberanian yang Alkitabiah karena hidupnya penuh iman. Keberanian iman yang luar biasa sehingga dia tidak takut menghadapi ancaman kematian yang menanti dia.
3.    Kesaksiannya benar Hal ini dapat dibaca selengkapnya di Kisah Para Rasul 6:8-7:1-53. Oleh karena kesaksiannya benar, maka Stevanus tidak gentar walaupun nyawa menjadi taruhannya - Kisah Para Rasul 7:54, 59-60. Setiap orang yang memiliki kesaksian hidup yang benar, pasti memiliki keberanian yang Alkitabiah. Tetapi sebaliknya, orang yang mengarang kesaksian, dia juga akan menuai dari apa yang dia tabur. Tiga hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan keberanian yang Alkitabiah, yaitu: pertama, hidup yang penuh Roh Kudus; kedua, hidup yang penuh iman; ketiga, kesaksian yang benar. Amen


Khotbah Minggu Rogate 25 Mei 2014 1 PETRUS 3:13-22 “ Mempertanggung jawabkan Pengharapan dengan Hati Nurani yang Murni”


Saudara, jika kita mau jujur, bahwa pada umumnya tidak ada seorang pun yang mau menderita. Yang dicari tentu saja yang sebaliknya, yaitu “kebahagiaan”! Itu dapat kita maklumi. Kenapa? Karena bukankan yang namanya “penderitaan” dianggap membawa sengsara? Karenanya, seboleh-bolehnya orang pasti menghindarinya. Kehadirannya memang tidak diharapkan. Bukankah dalam doa-doa kita juga sering terdengar agar Allah menjauhkan kita dari yang namanya penderitaan? Agar terhindar dari sakit, marabahaya, kesulitan, dst...?!
Penderitaan,bukanlah sesuatu yang nyaman. Bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Terhadapnya, komentar kita pun mungkin bernada sama: "amit-amit, jangan sampai mengenai kita, sebab mendengar namanya saja sudah tak mengundang selera!". Demikian kira-kira tanggapan kebanyakan orang bila diungkap dengan kata-kata. Karena orang selalu berusaha menghindarinya. Ketika sakit misalnya, orang pasti berusaha untuk mengatasinya berapa pun biayanya. Agaknya dalam pandangan umum, penderitaan adalah musuh kehidupan. Orang menderita dipandang tertimpa nasib sial, atau tertimpa hukuman, atau karena dosa.

Tapi alangkah terkejutnya kita, bahwa dari ayat 14 pembacaan kita ini ternyata terdapat juga jenis penderitaan dalam kehidupan orang percaya yang membawa kebahagiaan!
Penderitaan macam apa itu? Kebahagiaan yang bagaimana bentuknya? Menurut nas ini yaitu menderita karena berbuat “kebenaran”! bukan menderita karena dosa, atau menderita karena hukuman Tuhan seperti kebanyakan orang fahami.Menarik sekali, ini perlu kita kaji. Perlu kita cermati! Tapi masalahnya saudara, bukankah melakukan kebenaran itu ada resikonya Apa pun di dunia ini pasti ada resikonya. Melakukan kebenaran juga bisa saja menjadikan orang menderita. Ituklah sebabnya, orang semakin enggan mengatakan dan melakukan yang benar. Merasa lebih aman jika menyembunyikan kebenaran. Namun penderitaan karena kebenaran seperti ini berujung pada kebahagiaan. Penderitaan hanyalah sebuah proses atau sebuah jembatan yang menghantar seseorang pada kebahagiaan, walau pun proses penderitaan itu memang tidaklah mengenakkan.
Menderita karena berbuat kebenaran, apa sih enaknya? Ah, itu terang bagai siang! Karena pada umumnya orang mau hidup dalam kebenaran dan kebahagiaan. Bukan memilih penderitaan. Karenanya orang mau berbuat apa saja asal mendapatkan kebahagiaan. Hanya sayang, yang dicari hanyalah kebahagiaan yang sementara sifatnya. Kebanyakan kebahagiaan secara keinginan daging semata. Bukan kebahagiaan yang abadi dan sempurna. Tapi kenapa kepada kita selaku orang percaya atau gereja dinasihatkan Rasul Petrus melalui nas ini, supaya kita berbuat kebenaran walau penderitaan resikonya? Di sinilah intinya. Ini penting dan sangat menentukan! Pasalnya? Karena di sinilah kita menjumpai kedalaman hakikat kekristenan kita, standar kenormalan hidup kekristenan kita (bdk.Matius 20:26-27; bdk. Markus 10:43-44).
Kerelaan menderita demi kebenaran yang dinyatakan di situlah titik berangkat peran keterpanggilan dan pengabdian kita yang sesungguhnya. Bahwa hakikat kekristenan kita adalah pengabdian dan pelayanan bagi kemanusiaan. Hadir dan berjuang untuk kehi¬dupan yang lebih manusiawi. Hadir di tengah-tengah pergumulan manusia nyata. Bagi pembebasan kemanusiaan dari kepekatan dosa. Dari segala ma¬cam penderitaan, ketidakadilan, maupun dari berbagai bentuk pelecehan kemanusiaan. Itu antinya, kebenaran yang dinyatakan adalah bobot, nilai dan isi dari kekristenan kita. Di situlah dijumpai kebahagiaan kita yang sesungguhnya. Dengan kata lain, bahwa segala bentuk kehormatan dan kemuliaan itu baru me¬miliki nilai apabila kita tempatkan pada aras yang setara dengan pengabdian, dalam pelayanan, kerja dan karsa yang dilandasi kerendahan hati, ketulusan dan ketaatan. Toh pun resiko harus menderita. Bukan penderitaan karena kekonyolan tentu saja. Atau penderitaan yang tak bersangkut-paut dengan iman
Menderita karena berbuat kebenaran, apa sih nikmatnya? disinilah masalahnya. Di sinilah kesulitannya! Pasalnya? Apabila orang mau sungguh-sungguh beriman dan mengabdi kepada Tuhan, maka sekaligus ia harus berani berjalan pada jalan salib! Berjalan pada sebuah keberprilakuan solidaritas kemanusiaan secara utuh dan menyeluruh. Kenapa mesti jalan salib? Karena hanya jalan saliblah jalan satu-satunya yang telah teruji kualitas kemafanannya untuk sebuah solidaritas. Tak ada jalan lain. Toh pun ada jalan lain, pastilah jalan pintas namanya! Itulah gaya hidup berteladankan Yesus sendiri. Dengan komitmen penuh bersedia merendahkan diri, mengabdi. Turun dari ketinggiannya yang mengawan-awan. Hadir dan berada di tengah-tengah-tengah pergumulan manusia nyata. Berjuang untuk kehidupan manusia yang lebih manusiawi. Bukan sebaliknya, semakin meninggi mangawang-awang membangun kebahagiaan kelompok alit rohani bagi pemuliaan diri sendiri!
Tapi di sinilah titik masalahnya! Pasalnya ? Sebab dalam dunia nyata orang lebih suka yang sebaliknya. Kekuasaan, kehormatan dan kemuliaan adalah sarana pemasyuran diri pribadi. Sedangkan materi dan kelimpahan adalah tujuan pemasyhuran untuk di¬ri sendiri. Dalam keadaan demikian, nilai-nilai pengabdian dan pelayanan sering menjadi persoal¬an. Sebab itu dapat kita mengerti jika untuk sebuah kebahagiaan, orang bersedia mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Bahkan mengorbankan orang lain kalau perlu. Demi meraup sejumput kebahagiaan, tidak jarang orang tak segan-segan melepaskan seberapa yang ada di tangan, tetapi tidak di kantong-kantong persembahan. Karena memang, manusia lebih cenderung sera¬kah dan mementingkan diri sendiri. Lebih cenderung menghitung-hitung untung ruginya. Karena itu tidak heran bila orang baru mungkin melakukan hal-hal besar dan spektakuler asal nama juga ikut besar dan popoler! Tidak heran pula bila orang sulit berkorban, apalagi sampai mati demi pengabdian dan pelayanan. Tetapi sebaliknya rela berkorban bahkan sampai mati kalau perlu demi kekuasaan, kemasyhuran, ucapan selamat demi tumpukan piagam penghargaan!

Menderita karena berbuat kebenaran, apa sih istimewanya? di sinilah tantangannya. Di sinilah batu ujiannya! Pasalnya? Apabila orang sungguh-sungguh mengaku sebagai orang beriman maka sekaligus ia harus berani menghadapi resiko yang siap menghadang di muka! Kenapa mesti resiko? Karena itulah harga pantas yang harus dibayar mahal taruhannya! Soalnya, menderita karena berbuat kebenaran memang tidak mudah. Juga tidak murah. Dacing penimbang untung rugi mana pun tak mampu menimbangnya! Karena harus disadari, bahwa banyak orang yang ingin sekuat baja, tetapi enggan ditempa. Banyak yang ingin seharum dupa, tetapi menolak untuk dibakar harumnya. Banyak orang yang ingin seperti emas murni, tetapi menolak masuk api peleburan. Banyak orang ingin berguna, tetapi enggan berbagi dari apa yang dimilikinya. Banyak orang menginginkan menjadi seorang beriman, tapi tak berani ambil resikonya. Hanya ingin berkatnya, tetapi penderitaan untuk mencapainya ditolak begitu saja. Hanya ingin mahkotanya, tapi tidak salibnya!”

Sebagai orang-orang Kristen yang mengaku percaya pada Yesus atau gereja yang mengaku-ngaku sebagai tubuh Kristus, apakah kita juga mau berbuat kebenaran seperti diteladankan Yesus sendiri? Orang-orang Kristen yang menyadari hakikatnya sebagai pengikut Kristus atau gereja sebagai tubuh Kristus adalah orang-orang Kristen atau gereja yang mampu mempersepsikan dirinya dalam pengabdian dan pelayanannya di tengah-tengah dunia di mana ia hadir di dalamnya. Karena itu, sifat-sifat "hamba" yang dimiliki selaku pengikut-pengikut Kristus mestinya menjadi norma di setiap aktivitas kita; entah kita sebagai pemimpin (abdi negara), entah kita sebagai tokoh (abdi masyarakat), entah kita sebagai pelayan-pelayan gereja atau pun kita sebagai jemaat Tuhan.
Orang-orang Kristen atau gereja yang tidak mau berbuat kebenaran karena takut menderita adalah orang-oramg Kristen atau gereja yang telah kehilangan hakikat dirinya dan telah kehilangan kesadaran akan panggilannya di tengah-tengah dunia di mana ia ditempatkan. Karena itu, maaf, mumpung tak lupa memberi tahu, bahwa tugas orang Kristen atau gereja bukan sekedar nikmat-nikmat rohani saja. Atau penjaja doa dan mujizat pengusir penderitaan yang sementara semata! Kalau hanya i¬tu, orang Kristen atau gereja yang pincang namanya, Banci atau mandul istilahnya! Orang Kristen atau gereja yang tak bereksistensi lagi bahasa elitnya. Orang Kristen atau gereja yang tak selayaknya hadir di bumi nyata! Gereja yang hanya cari enaknya saja.
Penerapan:
 Berjuang dengan iman membutuhkan ketekunan dan ketaatan. Namun haruslah kita sadar bahwa hidup itu sarat dengan tantangan, pergumulan da penderitaan. Mengikut Yesus berarti harus siap menerima kenyataan ditolak, dihina, diludahi, difitnah dan dikhianati, sebagaimana yang Yesus telah mengalaminya. Konsep menderita karena kebenaran berita injil Kristus adalah landasan untuk menikmati kebahagiaan yang sejati. Yesus Kristus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Yesus adalah kebenaran dan hidup tapi sungguh ironis harus mengalami penderitaan; lahir dikandang yang hina, ditolak dalam pergaulam masyarakat Nazaret, dijual dan dikhianati oleh muridNya, diperlakukan secra tidak adil oleh Pilatus dan klimaksnya harus disalib diantara para penjahat. Sungguh tragis dan menyedihkan perlakuan yang tidak pantas harus diterima dan dialami oleh Yesus. Dan tanpa sadar kadang kala kita mulai menerima perlakuan yang tidak wajar dan tidak pantas oleh sesama manusia; baik dalam hubungan dengan keluarga, jemaat dan masyarakat. Demonstrasi yang sering terjadi dimana-mana adalah bentuk pengungkapan jeritan hati yang menderita karena berbagai hal yang terjadi.
            Dalam bacaan Alkitab kita saat ini diungkapkan,” Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.  Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (ayat 17-18). Segala penderitaan yang dialami oleh orang Kristen bila dipahami sebagai proses pemurnian iman akan memberikan sukacita sorgawi. Tidak ada keberhasilan tanpa menghadapi perjuangan yang berat. Demikian pula dalam kehidupan orang percaya pergumulan dan penderitaan hidup akan membuat kita semakin mendekatkan diri dan berharap penuh pada pengasihan Allah.  Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya ( 1 Korintus 10:13).

            Karena itu saudaraku, selama masih ada kesemapatan hidup,  teruslah berjuang mempertahankan iman dalam kebenaran yang sejati yaitu Yesus Kristus, berusaha menggapai impian dan harapan, serta menjaga kekudusan persekutuan hidup selaku orang beriman. Orang yang sabar dan tabah menderita dalam kebenaran akan menikmati kebahagiaan yang dijanjikan. Segala air mata penderitaan akan dihapusnya diganti sukacita dan kebahagiaan yang kekal dan abadi. alu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:3-4). Amen

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus 29 Mei 2014 Epesus 1 : 15 – 23 Thema : “Kristus yang Bangkit adalah kepala dari segala sesuatu”

Pendahuluan
Hari ini seluruh umat Kristiani di seluruh penjuru dunia memperingati hari kenaikan Yesus Kristus ke Sorga. Perayaan Hari besar ini tidak begitu meriah sebagaimana halnya dengan hari Natal yang dirayakan dengan penuh semarak oleh umat Kristiani .
 Perayaan hari kenaikan Yesus ke tidak berbeda dengan Ibadah pada hari Minggu biasa. Mengapa demikian ? Jawabnya adalah : karena mungkin anggota jemaat belum memahami dengan baik akan makna dari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga yang walaupun hampir setiap kali mengikuti Kebaktian selalu di ingatkan dan di ikrarkan bersama dalam Pengakuan Iman Rasuli bahwa ....Yesus Bangkit pada hari yang ketiga, naik ke Sorga, duduk disebelah kanan Allah Bapa .... dan ini menujukkan atau menyatakan KuasaNya.
Memang bukanlah persoalan semarak atau tidaknya kita dalam memperingati suatu peristiwa, namun kesadaran akan pentingnya peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke Sorga itu sendiri hendaknya menjadi sebuah perenungan yang sejatinya dapat menumbuhkan iman orang percaya. Kesadaran akan kasih Allah dalam Yesus Kristus yang telah naik ke Sorga dengan membawa kepastian dalam pengharapan yang kokoh akan Injil Kristus yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Roma 1:16-17).
Ada tiga kebaikan rohani yang sering disebutkan bersama oleh Paulus, yaitu iman, pengharapan dan kasih. Dalam a.15-16, Paulus bersyukur bahwa jemaat di Efesus sudah memiliki iman dan kasih. Kemudian dia berdoa supaya mereka mengerti pengharapannya. Sepertinya banyak jemaat sekarang yang berusaha beriman dan mengasihi. Apakah yang dibutuhkan sekarang adalah doa supaya pengharapan jemaat kuat dan tepat?
Paulus memulai doanya tentang pengharapan dengan menyebutkan Roh dan pengenalan akan Allah (a.17). Roh hikmat dan wahyu yang memampukan penerangan mata hati dan pengertian dalam ayat berikut. Kemudian, pengenalan akan Allah-lah yang menjadikan hal-hal dalam aa.18-19 indah.
Isi harapan dijelaskan dalam a.18-19. Dalam a.18 ada bagian yang ditentukan, alias warisan. Hal itu terkandung dalam panggilan seorang percaya sebagaimana sudah dijelaskan Paulus dalam a.14, yaitu dengan percaya kepada Kristus Roh Kudus menjadi jaminan bahwa kita akan memperoleh seluruh bagian kita dengan menjadi milik Allah. Dalam a.18 Paulus mau menegaskan bahwa bagian ini mulia dan kaya. Secara tersirat bagian ini dapat dibandingkan dengan hal-hal yang biasa kita anggap mulia dan kaya, seperti hormat dan kekayaan. Mata hati yang diterangi oleh Roh Kudus dapat melihat bahwa warisan Allah jauh lebih mulia dan kaya. Pengharapan yang demikian tentu akan memenuhi seluruh hidup kita.
Dalam a.19 Paulus menyebutkan kuasa Allah sebagai sorotan pengharapan. Maksudnya, pengharapan bukan hanya untuk dunia baru, tetapi juga untuk sekarang, yaitu bahwa ada kuasa Allah tersedia bagi kita. Untuk memahami kuasa Allah itu Paulus melihat ke kebangkitan dan kenaikan Kristus. Artinya bahwa kuasa Allah mampu membawa kehidupan dari maut (a.20a; bnd. 2:5) dan menempatkan Kristus di atas segala kuasa (aa.20b-22), sehingga jemaat yang juga berada di dalam Kristus turut aman dari segala kuasa yang mengancam (a.23; bnd. 2:6).
Yang disebut “pemerintah dan penguasa” dsb dalam a.21 kemungkinan besar dibaca oleh orang di Efesus sebagai roh-roh yang menguasai dan mengancam dunia manusia. Ada yang beranggapan bahwa bagi Paulus kuasa-kuasa seperti pemerintahan, ekonomi dan budaya termasuk di dalamnya. Saya rasa tidak usah artinya dipersempit. Di dalam Kristus kita diberi kuasa atas semuanya, dalam artian bahwa warisan kita tidak dapat terganggu, dan juga bahwa kita dimampukan untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah (bnd. 2:10).
Jadi, pengharapan yang dimaksud Paulus adalah pengharapan akan warisan pada zaman baru yang jauh melampaui segala yang ada dalam zaman ini, dan juga kuasa untuk bekerja dalam zaman ini sampai semua musuh Allah dikalahkan (a.22). Pengharapan yang demikian akan berarti jemaat yang tabah dalam iman dan giat dalam kasih. Semoga kuasa Allah yang diperlihatkan dalam kenaikan Yesus Kristus menjadikan pengharapan kita kuat dan tepat.
Pendalamam Teks
Surat Epesus tidak terlalu panjang namun diantara surat-surat Rasul Paulus, surat inilah yang tergolong paling dalam maknanya, indah uraiannya, luhur dan mulia tujuannya. Itulah keistimewaannya dimana antara lain dalam surat ini kata ”jemaat” diberi arti Gereja yang Universal bukan satu kelompok lokal. Juga dalam misteri Tubuh Kristus dikatakan bahwa tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, majikan dan budak atau tuan dan hamba (ayat 13). Surat Efesus ini di tujukan kepada mereka yang telah mencapai kematangan dalam kehidupan rohani dan ingin meningkatkan kepada pengetahuan dan kehidupan yang dipenuhi didalam Kristus.
Thema utama pada perikop Efesua 1 : 15 – 23 adalah ”Doa”.
Apabila kita ingin hidup sehat secara rohani hendaklah mengikuti teladan dari Rasul Paulus yaitu menyeimbangkan pujian dan doa. Orang Kristen sering tidak mengakui bahwa Allah telah memberkati mereka dengan berkat-berkat rohani. Dan pada sisi lain ada juga yang justru sudah merasa puas dengan segala berkat itu sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk mengembangkan kehidupan rohaninya melalui pujian dan doanya.
Disini Rasul Paulus terus memuji-muji Allah karena di dalam Yesus Kristus segala berkat rohani sudah dikaruniakanNya. Dia juga terus berdoa agar kepenuhan karunia itu dapat di terima bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi bagi semua orang (ayat 15 – 16). 
Lebih dari itu agar pembaca surat ini di beri Roh Hikmat dan Wahyu, bukan ramalan untuk dapat mengenal Tuhan dengan baik dan benar, bukan hanya berdasarkan akal budi, logika manusia tetapi juga berdasarkan iman dan pengharapan (ayat 17 – 18).
Rasul Paulus juga mengingatkan dalam doanya bahwa betapa hebatnya Kuasa Allah bagi orang percaya (ayat 19) dan berharap agar manusia mengerti bukan hanya secara akal pikiran tetapi berdasarkan iman yang sudah diterangi dengan Roh Kudus.
Pada ayat 20 – 23 Rasul paulus menyaksikan ke-Maha Kuasaan Tuhan dengan merujuk pada tiga peristiwa secara berurutan. Pertama: Allah membangkitkan Kristus dari antara orang mati (ayat 20a), kedua: Allah mendudukkan Kristus di sebelah KananNya di surga melebihi segala sesuatu (20b-21) dan meletakkan segala sesuatu dibawah kaki Kristus (ayat 22a). Ketiga: Allah membuat Kristus menjadi Kepala dari segala yang ada, juga bagi jemaat yang adalah tubuh-Nya (ayat 22b – 23).
Kematian atau maut adalah musuh yang paling menakutkan manusia namun ketika itu menyerangnya dengan tak kenal ampun sehingga suka atu tidak manusia akan mati karena dalam persekutuan dengan Adam-lah maka manusia akan mengalami kematian (I Kor 15 : 22a). Demikianlah maka manusia itu debu tanah dan akan kembali kepada debu Firman Tuhan kepada Adam (band Kej 3:19). Namun hanya didalam kuasa Kebangkitan Kristus dari antara orang mati menjadi jaminan bagi kebangkitan orang yang percaya kepadaNya (I Kor 15 : 22b). Dalam Kisah 2 : 27 ... orang kudus-Nya tidak melihat kebinasaan.
Manusia hanya bisa mengawetkan mayat tetapi yang berkuasa menghidupkan kembali hanya Kristus sebagai bukti Kuasa Kebangkitan-Nya (Band Lukas 24 : 46).
Peristiwa kenaikkan Yesus ke sorga duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20), terjadi setelah Allah membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Dengan kata lain bahwa : Allah mempromosikan Yesus untuk menduduki tempat yang paling terhormat dan kekuasaan tertinggi sehingga musuh-musuhNya pun tidak berdaya dan diinjak-injak menjadi tumpuan kaki-Nya (ayat 22, band Maz 110 :1; I Kor 15 : 25 & introitus) dan Dia telah di mahkotai dengan Kemulaan dan hormat (Ibr 2 : 8,9).
Buah karya kemenangan Yesus atas maut serta kenaikkan-Nya ke sorga telah menjadikan Kristus sebagai Kepala dari segala yang ada, bukan hanya dunia materi tetapi atas segala mahluk yang berakal, yang baik dan jahat, malaekat dan setan sekalipun. Kristus berkuasa atas semuanya. Dengan demikian alam semesta dan jemaat semuanya tunduk pada Kuasa Kristus yang adalah Kepala.
Kristus adalah Kepala dan jemaat adalah tubuh-Nya, sama seperti Kristus adalaha Pempelai Laki-laki dan jemaat adalah mempelai perempuan. Kristus adalah Pokok Anggur yang benar dan jemaat adalah carang-carangnya, Kristus adalah Gembala Agung dan jemaat adalah domba-dombaNya.
Sebab itu hidup jemaat harus dipenuhi oleh Kristus sebagaimana disaksikan dalam Surat Galatia 2 : 20 ... namun aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku...
Penutup
Dalam merayakan peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus ke surga marilah kita
Tetap setia memuji Tuhan atas segala kebaikanNya serta taat menaikkan doa padaNya dalam segala hal (I Tesalonika 5 : 17-18).
Akui dan tetap yakin bahwa tidak ada kuasa lain yang dapat menandingi Kuasa Tuhan di dalam Kristus yang menjadikan kita diberi kuasa untuk memenuhi bumi, mengusahakan dan menaklukan (band Kej 1 : 28c), dan pada gilirannya akan dipertanggungjawabkan.
Kristus adalah kepala segala mahluk. Kristus adalah Kepala Rumahtangga, Kepala Kantor tetapi biarlah hidup, kata dan perbuatan kita dipenuhi oleh Kasih Kristus yang telah mati, bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga dalam segala kekuasaan-Nya.
Tetaplah menjadi saksiNya. (band. Matius 28 : 18 – 20)
Amen