Selasa, 03 April 2018

Khotbah Minggu 11 Maret 2018 Yohanes 15:9-17


Allah Mengasihi Dan Memberkati Kita

Setiap orang butuh dikagumi. Kita butuh di cintai,butuh dipelihara,butuh dijaga, disembuhkan dan dikasihi. Selanjutnya kita juga butuh ditemani, diterima, diampuni, didamaikan, didampingi, dimengerti, ditolong, diakui, disambut dan di hargai. Kita juga butuh di bimbing, dihibur, diarahkan, di topang, diberi petunjuk dan diberi kebebasan.
 Semua itu merupakan kebutuhan dasariah kita. Untuk memperoleh semuanya itu Allah menyapa kita dengan mengingatkan kita lewat FirmanNya hari ini untuk, tetap hidup dalam kasih Allah. Bagaimanakah sikap setiap orang yang hidup dalam kasih Allah?
Dalam yohanes 15:9-17, Yesus memberi perintah untuk saling mengasihi. Tuhan lebih dahulu telah mengasihi kita,setiap orang yang hidup dalam kasih Allah, berarti meyakini dan mensyukuri kasih Allah yang telah kita terima dan alami. Seturut dengan itu kita juga di tuntut untuk meneladani kasih Allah tersebut dengan mengasihi sesama. Melakukan kasih memang tidaklah semudah mengatakan dan seindah mengungkapkannya, namun kasih membutuhkan hati yang tulus dan menuntut pengorbanan yang bukan segampang yang kita bayangkan. Yesus mengajarkan kasih yang sesungguhnya yaitu kasih yang bersetandar “agave”. Kasih agave adalah kasih yang tak bersyarat. Kasih agave adalah sifat inti Allah, karena Allah adalah kasih. (1Yohanes 4:7-12 ; 1 Kor.13:1-13). Kasih agave bukan sekedar sebuah gerakan hati yang lahir dari perasaan, melainkan gerakan kehendak, pilihan yang sengaja di lakukan. Kasih yang berhubungan dengan ketaatan dan komitmen, dan tidak selalu dengan perasaan dan emosi. Mengasihi seseorang adalah mentaati Tuhan dan perintahNya, demi kebaikan orang lain, mengupayakan berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang. Sikap seperti inilah yang semestinya dimiliki setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Mengapa kita harus mengasihi, untuk apa kita harus mengasihi dan siapakah yang harus kita kasihi.? Nats ini akan menjelaskan kepada kita.
Ø  Mengasihi Karena Allah Lebih Dulu Mengasihi (Ay. 9 – 10)
Sebelum Yesus menjalani penderitaan di kayu salib, Dia tidak henti-hentinyamempersiapkan para  murid-Nya dengan ajaran-ajaran yang menjadi dasar hidup yang benar. Salah satunya adalah hidup dalam KASIH. Mengapa pengikut Kristus harus hidup dalam kasih.? 1 Yohanes 4:19, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dulu mengasihi kita”.Yesus memerintahkan para  pengikut-Nya untuk hidup saling mengasihi bukan agar mereka diberkati atau beroleh keselamatan, melainkan sebagai tanda atau respon atas kasih yang mereka terima dari Allah. Kasih yang telah dibuktikan oleh Allahlah yang harus diteladani para pengikut Yesus. Dengan demikian, mengasihi dalam persepsi Yesus adalah mengasihi bukan supaya orang lain mengasihi kita atau bukan karena orang lain mengasihi kita. Namun sebagai orang Kristen kita harus mampu mengasihi, siapapun dia (tanpa melihat latar belakang dan stratifikasi sosial), bagaimanapun keadaannya, walaupun dia tidak mengasihi kita, meskipun dia berbeda agama dan kepercayaan dengan kita. Dengan kata lain, kasih yang kita praktekkan adalah kasih agape. Orang yang hidup dalam kasih yang bersumber dari Allah akan mendapat keistimewaan dengan tinggal di dalam kasih Tuhan. Karena yang mau mendengar dan melakukan perintah Tuhanlah yang akan tinggal bersama-sama dengan Dia, sama seperti Yesus yang tinggal di dalam kasih Bapa-Nya.
 Berkat yang Dapat Kita Peroleh dengan Mengasihi
1.      Mendapat sukacita penuh yang bersumber dari Tuhan (Ay. 11 – 12). Yesus menjanjikan sukacita bagi yang hidup dalam kasih. Dia mengungkapkan kata “sukacita”, bukan kata “bahagia”. Kebahagiaan dapat kita ciptakan dan dapatkan dari dunia ini dengan usaha kita sendiri, namun sukacita bersumber dari Allah dan merupakan buah dari Roh. Sukacita Tuhan akan ada pada kita yang hidup dalam kasih sehingga sukacita kita penuh.
2.      Menjadi sahabat-Nya (Ayat 13 – 15)
Dalam tradisi Yahudi, sangat gampang membedakan antara hamba dengan sahabat. Seperti yang sudah kita ketahui, seorang hamba itu adalah orang yang bisa diperlakukan sesuka hati oleh tuannya. Seorang hamba tidak memiliki hak apa-apa, bahkan tidak berhak atas nyawanya, dia juga tidak tahu apa yang diperbuat tuannya dan dia harus mengabdi kepada tuannya. Sementara sahabat adalah orang yang paling dekat dengan kita dan yang paling mengerti akan pribadi kita. Bahkan sering seorang seorang sahabat lebih mengerti pribadi kita dibanding orang tua atau saudara-saudara kita. Seorang sahabat juga mau berkorban untuk sahabatnya, bukan malah mengorbankan sahabatnya untuk kepentingannya. Yesus sendiri sebagai sahabat yang baik, tidak hanya mengajarkan bagaimana gambaran seorang sahabat yang baik, tetapi lebih dulu menunjukkan dan mempraktekkan bagaimana karakter seorang sahabat yang baik dan benar. Dia mengorbankan nyawa-Nya untuk kita atas kesalahan dan dosa kita. Berarti menjadi sahabat yang baik juga harus mau berkorban, memiliki kesetiaan dan solidaritas yang tinggi terhadap sahabatnya. Seorang sahabat juga mengetahui apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya, sama seperti Yesus yang memberitahukan segala  sesuatu  yang Dia dengarkan dari Bapa-Nya yang di sorga.
3.      Dipilih menjadi sahabat-Nya dan sarana-Nya menunjukkan identitas seorang Kristen (Ay. 16a)
Sering kita berfikir bahwa kitalah yang memilih Yesus menjadi Juruselamat kita dan menjadi Tuhan kita. Namun sebenarnya, bukan kita yang memilih Yesus menjadi sahabat kita, tapi Dialah yang memilih kita. Allah yang memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan-Nya. Allah yang memilih nabi-nabi menjadi penyambung lidah-Nya. Dia yang memilih para imam dan raja-raja untuk memimpin bangsa Israel. Yesus yang memilih para murid-Nya sebagai kader-Nya yang akan meneruskan pengabaran berita sukacita. Dia juga yang memilih kita untuk diselamatkan, dan Dia juga yang memilih kita menjadi sahabat-Nya. Pertanyaannya adalah, maukah kita menjadi sahabat Yesus? Menjadi sahabat Yesus berarti mau melakukan segala apa yang telah Dia lakukan yaitu hidup dalam kasih tanpa mencari keuntungan pribadi.
4.      Dipakai Tuhan menjadi berkat dan saluran berkat (Ay. 16b) Untuk bisa menjadi orang yang hidup dalam kasih, kita terlebih dahulu menerima kasih yang bersumber dari Allah (pasif), artinya Allah yang bekerja. Dan setelah kita merasakan aliran kasih Tuhan,  maka kita bisa merasakan bagaimana indahnya kasih itu. Akan tetapi berkat dan kasih karunia yang kita terima itu bukan untuk kita nikmati sendiri. Tuhan ingin memakai kita menjadi berkat dimanapun kita berada. Artinya, keberadaan kita menjadi sukacita bagi sesama kita dan berkat yang kita terima juga harus bisa kita bagikan kepada yang membutuhkan (kita menjadi saluran berkat Tuhan). Disinilah nyata bahwa kasih itu adalah wujud nyata dari iman kita tidak hanya konsep ataupun sebatas perkataan.
Ø  Mengasihi adalah Perintah Yesus yang Harus Diterapkan (ay. 17)
Ayat ini kembali Yesus menegaskan keharusan dan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengikut Kristus. Kita diperintahkan untuk mengasihi satu dengan yang lain. Artinya kita harus saling mengasihi satu dengan yang lain, berarti mengasihi semua orang. Kita dituntut menjadi pribadi yang aktif dalam menunjukkan identitas iman kita. Kita tidak diajarkan untuk ‘hanya’ mengasihi orang yang mengasihi kita, tetapi satu dengan yang lain. Tidak ada batasan untuk mengasihi. Dalam menerapkan kasih, tidak ada orang kaya, orang miskin, tua, muda, dsb. Yesus tidak menginginkan kita memilih-milih orang untuk dikasihi. Yesus sendiri membuktikan bahwa dia mengasihi semua orang, bahkan orang-orang yang dikucilkan dan direndahkan, orang-orang cacat dan juga orang-orang yang dianggap sebagai orang berdosa.
  Kita telah memahami ajaran Yesus yang mengajarkan bagaimana kita harus hidup dalam kasih sebagai wujud iman kita. Ada tiga hal yang harus tinggal dalam dari manusia (khususnya pengikut Kristus), yaitu : Iman, Pengharapan dan Kasih. Dan yang paling besar diantaranya adalah kasih (1 Kor. 13:13).  
ü  Mengasihi  bukan karena kita dikasihi orang/ sesama kita, tapi karena Allah lebih dulu mengasihi kita. Sehingga kita mampu mengasihi siapapun dia, bagaimanapun statusnya, dan yang lebih luar biasa, kita harus mampu mengasihi meskipun orang lain membenci atau memusuhi kita. Mengasihi bukan supaya orang yang kita kasihi memuji kita, tetapi agar mereka memuji Tuhan yang mengajari kita untuk mengasihi. Karena jika kita mengasihi agar mendapat pujian, maka Paulus mengatakan itu tidak akan ada artinya. Sekalipun kita mau membagi-bagikan segala sesuatu yang ada pada kita, bahkan menyerahkan tubuh kita  untuk dibakar, jika kita tidak memiliki kasih yang benar atau supaya dipuji oleh orang lain, maka sebenarnya semua itu tidak akan ada artinya (bd. 1 Kor. 13:3).  Bagaimana wujud dari kasih yang benar yang harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus? Jawabannya tertulis dalam 1 Korintus 13 : 4 – 7.Dengan demikian sesuai dengan perintah Yesus dalam ayat 7, maka kita diharuskan untuk saling mengasihi yang satu dengan yang lain. Sikap inilah yang menjadi penerapan akan kasih kepada Allah.  I Yohanes  4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Maka sebagai orang Kristen kasih kepada Allah dan kepada sesama adalah hukum yang paling utama dalam ajaran Yesus dan hukum itulah yang  harus kita terapkan dalam kehidupan kita, dalam pelayanan kita, dalam perkerjaan kita maupun dalam keluarga kita. Sehingga melalui kasih yang nyatalah maka nyata pula kita sudah tinggal di dalam kasih Allah. Karena orang yang tinggal dalam kasih yang bersumber dari Allah akan mendapat sukacita yang penuh. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


Tidak ada komentar: