Allah Mengasihi Dan Memberkati Kita
Setiap orang butuh dikagumi. Kita butuh di cintai,butuh dipelihara,butuh dijaga, disembuhkan dan dikasihi.
Selanjutnya kita juga butuh ditemani, diterima, diampuni, didamaikan, didampingi, dimengerti,
ditolong, diakui, disambut dan di hargai.
Kita juga butuh di bimbing, dihibur, diarahkan, di topang, diberi
petunjuk dan diberi kebebasan.
Semua itu
merupakan kebutuhan dasariah kita. Untuk memperoleh semuanya itu Allah menyapa kita
dengan mengingatkan kita lewat FirmanNya
hari ini untuk, tetap hidup dalam kasih Allah. Bagaimanakah sikap setiap
orang yang hidup dalam kasih Allah?
Dalam yohanes
15:9-17, Yesus memberi perintah untuk saling mengasihi. Tuhan lebih dahulu telah
mengasihi kita,setiap orang yang hidup dalam kasih Allah, berarti meyakini dan
mensyukuri kasih Allah yang telah kita terima dan alami. Seturut dengan itu
kita juga di tuntut untuk meneladani kasih Allah tersebut dengan mengasihi
sesama. Melakukan kasih memang tidaklah semudah mengatakan dan seindah
mengungkapkannya, namun kasih membutuhkan hati yang tulus dan menuntut
pengorbanan yang bukan segampang yang kita bayangkan. Yesus mengajarkan kasih
yang sesungguhnya yaitu kasih yang bersetandar “agave”. Kasih agave adalah kasih yang tak bersyarat. Kasih agave adalah
sifat inti Allah, karena Allah adalah kasih. (1Yohanes 4:7-12 ; 1 Kor.13:1-13).
Kasih agave bukan sekedar sebuah
gerakan hati yang lahir dari perasaan, melainkan gerakan kehendak, pilihan yang
sengaja di lakukan. Kasih yang
berhubungan dengan ketaatan dan komitmen, dan tidak selalu dengan perasaan
dan emosi. Mengasihi seseorang adalah
mentaati Tuhan dan perintahNya, demi kebaikan orang lain, mengupayakan
berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang. Sikap seperti inilah
yang semestinya dimiliki setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Mengapa kita
harus mengasihi, untuk apa kita harus mengasihi dan siapakah yang harus kita
kasihi.? Nats ini akan menjelaskan kepada kita.
Ø Mengasihi Karena Allah Lebih Dulu Mengasihi
(Ay. 9 – 10)
Sebelum Yesus
menjalani penderitaan di kayu salib, Dia tidak henti-hentinyamempersiapkan
para murid-Nya dengan ajaran-ajaran yang menjadi dasar hidup yang benar.
Salah satunya adalah hidup dalam KASIH. Mengapa pengikut Kristus harus hidup
dalam kasih.? 1 Yohanes 4:19, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dulu
mengasihi kita”.Yesus memerintahkan para pengikut-Nya untuk hidup saling
mengasihi bukan agar mereka diberkati atau beroleh keselamatan, melainkan sebagai
tanda atau respon atas kasih yang mereka terima dari Allah. Kasih yang telah
dibuktikan oleh Allahlah yang harus diteladani para pengikut Yesus. Dengan
demikian, mengasihi dalam persepsi Yesus adalah mengasihi bukan supaya orang
lain mengasihi kita atau bukan karena orang lain mengasihi kita. Namun sebagai
orang Kristen kita harus mampu mengasihi, siapapun dia (tanpa melihat
latar belakang dan stratifikasi sosial), bagaimanapun keadaannya, walaupun dia
tidak mengasihi kita, meskipun dia berbeda agama dan kepercayaan dengan kita.
Dengan kata lain, kasih yang kita praktekkan adalah kasih agape. Orang yang
hidup dalam kasih yang bersumber dari Allah akan mendapat keistimewaan dengan
tinggal di dalam kasih Tuhan. Karena yang mau mendengar dan melakukan perintah
Tuhanlah yang akan tinggal bersama-sama dengan Dia, sama seperti Yesus yang
tinggal di dalam kasih Bapa-Nya.
1. Mendapat sukacita penuh yang bersumber
dari Tuhan (Ay. 11 – 12). Yesus menjanjikan sukacita bagi yang hidup dalam kasih.
Dia mengungkapkan kata “sukacita”,
bukan kata “bahagia”. Kebahagiaan dapat kita ciptakan dan dapatkan dari dunia
ini dengan usaha kita sendiri, namun sukacita
bersumber dari Allah dan merupakan buah dari Roh. Sukacita Tuhan akan ada
pada kita yang hidup dalam kasih sehingga sukacita kita penuh.
2. Menjadi sahabat-Nya (Ayat 13 – 15)
Dalam tradisi
Yahudi, sangat gampang membedakan antara
hamba dengan sahabat. Seperti yang sudah kita ketahui, seorang hamba itu
adalah orang yang bisa diperlakukan sesuka hati oleh tuannya. Seorang hamba
tidak memiliki hak apa-apa, bahkan tidak berhak atas nyawanya, dia juga tidak
tahu apa yang diperbuat tuannya dan dia harus mengabdi kepada tuannya.
Sementara sahabat adalah orang yang paling dekat dengan kita dan yang paling
mengerti akan pribadi kita. Bahkan sering seorang seorang sahabat lebih
mengerti pribadi kita dibanding orang tua atau saudara-saudara kita. Seorang
sahabat juga mau berkorban untuk sahabatnya, bukan malah mengorbankan
sahabatnya untuk kepentingannya. Yesus sendiri sebagai sahabat yang
baik, tidak hanya mengajarkan bagaimana gambaran seorang sahabat yang
baik, tetapi lebih dulu menunjukkan dan mempraktekkan bagaimana karakter
seorang sahabat yang baik dan benar. Dia mengorbankan nyawa-Nya untuk kita atas
kesalahan dan dosa kita. Berarti menjadi sahabat yang baik juga harus mau
berkorban, memiliki kesetiaan dan solidaritas yang tinggi terhadap
sahabatnya. Seorang sahabat juga mengetahui apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya,
sama seperti Yesus yang memberitahukan segala sesuatu yang Dia
dengarkan dari Bapa-Nya yang di sorga.
3. Dipilih menjadi sahabat-Nya dan
sarana-Nya menunjukkan identitas seorang Kristen (Ay. 16a)
Sering kita
berfikir bahwa kitalah yang memilih Yesus menjadi Juruselamat kita dan menjadi
Tuhan kita. Namun sebenarnya, bukan kita yang memilih Yesus menjadi
sahabat kita, tapi Dialah yang memilih kita. Allah yang memilih bangsa Israel
menjadi bangsa pilihan-Nya. Allah yang memilih nabi-nabi menjadi penyambung
lidah-Nya. Dia yang memilih para imam dan raja-raja untuk memimpin bangsa
Israel. Yesus yang memilih para murid-Nya sebagai kader-Nya yang akan
meneruskan pengabaran berita sukacita. Dia juga yang memilih kita untuk
diselamatkan, dan Dia juga yang memilih kita menjadi sahabat-Nya. Pertanyaannya
adalah, maukah kita menjadi sahabat Yesus? Menjadi sahabat Yesus berarti mau
melakukan segala apa yang telah Dia lakukan yaitu hidup dalam kasih tanpa
mencari keuntungan pribadi.
4. Dipakai
Tuhan menjadi berkat dan saluran berkat (Ay. 16b) Untuk bisa menjadi orang yang hidup dalam kasih, kita
terlebih dahulu menerima kasih yang bersumber dari Allah (pasif), artinya Allah
yang bekerja. Dan setelah kita merasakan aliran kasih Tuhan, maka kita
bisa merasakan bagaimana indahnya kasih itu. Akan tetapi berkat dan kasih
karunia yang kita terima itu bukan untuk kita nikmati sendiri. Tuhan ingin
memakai kita menjadi berkat dimanapun kita berada. Artinya, keberadaan kita
menjadi sukacita bagi sesama kita dan berkat yang kita terima juga harus bisa
kita bagikan kepada yang membutuhkan (kita menjadi saluran berkat Tuhan).
Disinilah nyata bahwa kasih itu adalah wujud nyata dari iman kita tidak
hanya konsep ataupun sebatas perkataan.
Ø Mengasihi adalah Perintah Yesus yang Harus
Diterapkan (ay. 17)
Ayat ini
kembali Yesus menegaskan keharusan dan kewajiban yang harus dilakukan oleh
pengikut Kristus. Kita diperintahkan untuk mengasihi satu dengan yang lain.
Artinya kita harus saling mengasihi satu dengan yang lain, berarti mengasihi semua orang. Kita
dituntut menjadi pribadi yang aktif dalam menunjukkan identitas iman kita. Kita
tidak diajarkan untuk ‘hanya’ mengasihi orang yang mengasihi kita, tetapi satu
dengan yang lain. Tidak ada batasan
untuk mengasihi. Dalam menerapkan kasih, tidak ada orang kaya, orang
miskin, tua, muda, dsb. Yesus tidak menginginkan kita memilih-milih orang untuk
dikasihi. Yesus sendiri membuktikan bahwa dia mengasihi semua orang, bahkan
orang-orang yang dikucilkan dan direndahkan, orang-orang cacat dan juga
orang-orang yang dianggap sebagai orang berdosa.
Kita telah memahami ajaran Yesus yang
mengajarkan bagaimana kita harus hidup dalam
kasih sebagai wujud iman kita. Ada tiga hal yang harus tinggal dalam dari
manusia (khususnya pengikut Kristus), yaitu : Iman, Pengharapan dan Kasih. Dan
yang paling besar diantaranya adalah kasih (1 Kor. 13:13).
ü Mengasihi
bukan karena kita dikasihi orang/ sesama kita, tapi karena Allah lebih
dulu mengasihi kita. Sehingga kita mampu mengasihi siapapun dia, bagaimanapun
statusnya, dan yang lebih luar biasa, kita harus mampu mengasihi meskipun orang
lain membenci atau memusuhi kita. Mengasihi bukan supaya orang yang kita kasihi
memuji kita, tetapi agar mereka memuji Tuhan yang mengajari kita untuk
mengasihi. Karena jika kita mengasihi agar mendapat pujian, maka Paulus
mengatakan itu tidak akan ada artinya. Sekalipun kita mau membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada pada kita, bahkan menyerahkan tubuh kita untuk
dibakar, jika kita tidak memiliki kasih
yang benar atau supaya dipuji oleh orang lain, maka sebenarnya
semua itu tidak akan ada artinya (bd. 1 Kor. 13:3). Bagaimana wujud dari kasih yang benar yang
harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus? Jawabannya tertulis dalam 1 Korintus 13 : 4 – 7.Dengan demikian
sesuai dengan perintah Yesus dalam ayat 7, maka kita diharuskan untuk saling
mengasihi yang satu dengan yang lain. Sikap inilah yang menjadi penerapan akan
kasih kepada Allah. I
Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya. Maka sebagai orang Kristen kasih kepada Allah dan
kepada sesama adalah hukum yang paling utama dalam ajaran Yesus dan hukum
itulah yang harus kita terapkan dalam kehidupan kita, dalam pelayanan
kita, dalam perkerjaan kita maupun dalam keluarga kita. Sehingga melalui kasih
yang nyatalah maka nyata pula kita sudah tinggal di dalam kasih Allah. Karena
orang yang tinggal dalam kasih yang bersumber dari Allah akan mendapat sukacita
yang penuh. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar