Selasa, 27 Maret 2012

"Tatkala Kita Membutuhkan Rasa Aman"

Mazmur 91 : 1-2, 9-16
Rasa aman adalah sesuatu yang sungguh kita butuhkan. Sulit rasanya hidup tanpa adanya rasa aman. Banyak keputusan yang kita ambil dalam hidup ini yang salah satunya dilandasi kebutuhan akan adanya rasa aman. Persoalannya, di mana kita bisa mendapatkan rasa aman yang sejati? Harta? Kenyataannya justru orang yang banyak hartanya yang cenderung merasa tidak aman. Ilmu? Ada syndrome mahasiswa kedokteran yang merasa dirinya menderita penyakit tertentu justru karena ia belajar ilmu kedokteran. Artinya, makin tambah pengetahuan bukan berarti makin aman, malahan makin banyak kekuatiran.
Di sinilah ungkapan pemazmur tentang orang yang duduk dan bermalam dalam naungan Tuhan lalu menjadi penting (Mz. 91:1). Melalui ungkapan ‘duduk dan bermalam’ dalam naungan Tuhan mau digambarkan tentang orang yang mempercayakan hidupnya kepada sang pemberi hidup.Ternyata rasa aman itu muncul justru ketika kita tidak lagi mempertahankan hidup, melainkan mempercayakan hidup kepada sang pemberi hidup, yaitu Tuhan sendiri. Melalui Mazmur ini, pemazmur bukan hanya merujuk kepada Tuhan sebagai pemberi rasa aman, tetapi juga mengajarkan sebuah sikap iman yang mau mempercayakan hidup ini kepada sang pemberi hidup.
Tanpa sikap iman semacam itu, maka rasa tidak aman, kekuatiran, akan selalu menghantui diri kita. Sebuah sikap iman yang mengajarkan kita untuk bergerak dari posisi mempertahankan menjadi memberi, dari posisi memiliki menjadi memberikan, dari posisi mengusahakan menjadi mempercayakan. Dan bukankah sikap iman semacam itu yang Yesus juga ajarkan di masa sengsaraNya? Ia tidak mempertahankan diri tetapi memberi diri. Ia tidak mengatakan kehendakKu tetapi kehendakMu yang jadi. Bahkan Ia mengatakan di kayu salib, ke dalam tanganMu Kuserahkan RohKu. Hidup Yesus adalah hidup yang memberi. Ia menjalani proses kehilangan dalam setiap detik hidupNya, dan justru karena itu salibpun tidak pernah menggentarkanNya
Membangun Iman, Menjalankan Pelayanan
Pada waktu Petrus menjawab pertanyaan Yesus dan mengaku: “Engkau adalah Mesias…”, Tuhan Yesus mengatakan bahwa pernyataan itu datang dari Bapa sendiri. Iman, atau pengakuan iman, adalah sebuah karunia Roh Kudus. Hal itu tampak juga dengan jelas dalam teologia Petrus.
Pengakuan Iman seperti itu bersifat sederhana. Untuk mengenal Tuhan yang kita imani secara “lebih lengkap” dan “lebih baik”, persoalan kasih karunia ini harus kita lengkapi dengan kesediaan untuk mendalami firman Tuhan, dan dengan menyadari kehadiran serta kehendakNya dalam hidup kita. Inilah yang disebut membangun iman.
Membangun iman, dalam rangka makin mengenal Tuhan dan kehendakNya, amat kita perlukan agar pelayanan kita tidak salah arah. Tanpa mengenal Tuhan dan kehendakNya bagi kita, jangan-jangan pelayanan yang kita lakukan, adalah sekedar aktivisme, atau malah rutinisme atau ritualisme belaka. Tentu saja pelayanan yang demikian “kurang afdol”. Seyogyanya, pelayanan yang kita jalankan adalah ketaatan akan panggilan Tuhan, yang kehendakNya benar-benar kita hayati, dan sedapat mungkin juga kita pahami.
“Membangun iman, menjalankan pelayanan”, kiranya membantu mengingatkan kita agar makin dewasa secara iman, sehingga kita terpanggil untuk ikut melayani Tuhan dan karyaNya di dunia ini, “dengan mengerti”.
Leksionari Alkitab:
1. Ulangan 26:1-11
2. Mazmur 91:1-2, 9-16
3. Roma 10:8b-13
Lukas 4:1-13
Mazmur 91 ini sering juga disebut sebagai Nyanyian keinginan atas Perlindungan Tuhan, Mazmur ini sering dibacakan dalam ibadah Yahudi sewaktu hari Sabath di Sinagoge. Isinya menggambarkan betapa Tuhan senantiasa menjaga dan melindungi hambaNya dari berbagai macam kesusahan yang terjadi dalam kehidupan ini.
Kitab Mazmur ialah kitab yang dituliskan oleh beberapa penulis dan telah melewati proses yang panjang sehingga menjadi satu kitab yang utuh. Kitab Mazmur diambil dari bahasa Ibrani : mizmor atau seringkali dieja sebagai mitsmor. Dalam beberapa bahasa Eropa kitab ini disebut "Psalm" atau “Psalmen” yang berasal dari bahasa Yunani: "Psalmos". Yang artinya “Puji-pujian” Dalam bahasa Melayu kitab ini disebut kitab Zabur, dari bahasa Arab.
Dalam nats ini pemazmur menunjukkan bahwa Perlindungan Tuhan adalah mutlak dalam kehidupan manusia, dengan perlindungan Tuhan manusia bisa melewati segala macam kesulitan dalam hidupnya, sehingga kita tidak perlu kuatir dalam hidup ini sebab Tuhan itu Mahatinggi dan Mahakuasa.
Nats ini semacam responsoria yaitu pembacaan firman yang saling bergantian. Ayat pertama dibacakan oleh seorang Imam, kemudian ayat kedua oleh jemaat, dst.

Penjelasan

Ay. 1-2, menggambarkan 5 sebutan untuk Allah :
- Allah yang Maha Tinggi, pencipta langit dan bumi ( bd.Kej. 14:19)
- Allah yang Maha Kuasa (bd.Kel. 6:2)
- Allah yang abadi, Tempat perlindungan (bd.Ul. 33:27)
- Allah Bukit batu, Kubu Pertahanan dan penyelamat (bd.2 Sam 22:2)
- Allah yang kupercayai
Sebutan ini menunjukkan betapa pemazmur menempatkan Allah sebagai figure yang berada diatas segalanya. Sebutan yang sama sudah pernah ada di masa Abraham, Musa dan nabi Samuel.

Ay. 3, merupakan jaminan yang akan kita dapatkan jika kita percaya sepenuhnya kepada perlindungan Tuhan
- Jaminan keamanan dari jerat perangkap burung, artinya bahwa kehidupan kita kita senantiasa diancam oleh jeratan/ perangkap musuh (iblis) yang senantiasa mengincar kita sebagai anak-anak Tuhan. Sebgaimana tertulis dalam 1 Pet 5:8 : “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”. Namun dalam perlindungan Tuhan, kita akan bebas dari jeratan dan perangkap tersebut.
- Jaminan bahwa kita akan terhindar dan terlindungi dari penyakit sampar yang busuk, Penyakit sampar adalah sejenis wabah penyakit yang menyerang hamper semua orang yanga da dalam suatu wilayah. Dalam Alkitab seringkali penyakit ini digambarkan sebagai akibat murka Allah (I Taw 21:14). Sehingga dikatakan bahwa dengan perlindungan Allah kita akan terhindar dari wabah tersebut.

Ay. 4, menggambarkan bahwa perlindungan Allah bukan hanya sesaat tetapi disertai dengan kesetiaan-Nya. Perlindungan Allah digambarkan bagaikan kepak sayap burung yang melindungi anak-anaknya dari panas dan dingin, dan kesetianNya digambarkan bagaikan pagar dan perisai yang mampu melindungi kita dari hantaman senjata musuh (iblis).

Ay. 5-7, menggambarkan berbagai macam kesusahan yang kita hadapi, penyakit, perang, pembunuhan massal dan banyak lagi hal-hal buruk yang bisa terjadi dalam kehidupan kita. Sama seperti yang terjadi hari-hari ini, kesulitan ekonomi, konflik politik, masalah-masalah social, penyakit yang tidak ada obatnya, dll.

Ay. 8-9, mengingatkan kepada kita bahwa jika kita ada dalam perlindungan Allah, kita tidak perlu takut dan kuatir terhadap semuanya itu, sebab Tuhan Allah memberi jaminan keselamatan kepada umatNya yang percaya dan mencari perlindungan kepadaNya. Kita hanya perlu duduk diam di hadiratNya dan menantikan pembalasan Tuhan terhadap orang-orang fasik, sebagaimana dikatakan dalam Kel.14:14 “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
Penutup
Mazmur 91 ini ingin mengatakan bahwa ada jaminan keselamatan bagi orang yang mau menyerahkan dirinya di bawah perlindungan Allah.
Penyakit boleh datang, masalah boleh ada, kesulitan-kesulitan boleh terjadi dalam hidup kita, namun sebagai orang percaya yang telah menyerahkan diri kepada perlindungan Tuhan, semua itu tiadk akan membuat kita jatuh. Sebab Allah akan memerintahkan para malaikatNya untuk menjaga dan melindungi tubuh dan jiwa kita dan Allah siap menjadi pagar tembok dan perisai kita ketika kita menghadapi ancaman, tantangan dan gangguan dari musuh. AMIN

"Khotbah Minggu GKI Gejayan Yogyakarta" Mart 12

“Membangun Bait Allah Sejati”
Bacan 1: 1 Kor 1:18-25; 2. Yoh 2:13-22;B. Anungrah Maz 19:8-14
Kisah Humor: Ryan memiliki sorg adik, Ryan terbangun krn adiknya menangis, dia terganggu, Tanya darimana sih adik datang..? sang ibu menjawab..dari Surga Ryan…Ryan menjawab sambil mengantuk oh baru aku mengerti mengapa dia diturunkan dari Surga…bikin rebut aja sih,,,nangis melulu.Mns inginnya selalu yg jelas2 jgn berkait bahasa itu: Irian…anak dan ibu.
Demikian dalam Khotbah kita minggu ini : Bgmna kita Mendengar & Mengerti & Memandang & Menanggap Ucapan Yesus Yang Sulit, : "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19)
Mana bisa membangun Bait Allah hanya dalam tiga hari? Orang-orang Yahudi saja membutuhkan waktu 46 tahun lebih. Lalu mengapa Yesus begitu percaya diri dapat membangunnya dalam tiga hari? Atau apa sebenarnya yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah?
Sdr/I yg dikasihi Tuhan.
Bait Allah dapat didefenisikan sebagai Gereja. Perlu kita ketahui bahwa pengertian Gereja ada tiga macam. Pertama, gereja adalah bangunan ibadah Kristen; kedua,gereja adalah suatu organisai atau kelembagaan bagi orang Kristen; ketiga, gereja adalah orang yang dipanggil menjadi kudus dari dunia gelap menuju terang yang ajaib. Berarti dari pengertian tersebut bahwa Gereja itu adalah kita sendiri, yang telah dan akan diselamatkan oleh Kristus dari kebinasaan.
Kamu adalah Bait Allah adalah pernyataan yang mendefenisikan kita sebagai manusia ciptaan Allah yang telah dan akan tetap diselamatkan oleh Kristus. Kalimat tersebut cocoknya disebut kamu adalah Gereja . Bila kita dikatakan adalah Gereja berarti kita harus membuat pondasi yang kuat, karena kita sendirilah yang membangun sekaligus kita adalah bangunan dan ladang Allah . Tanpa pondasi yang kuat, tentu bangunan itu akan roboh atau tanpa pupuk yang asli maka ladang itu cepat rusak dan lambat pertumbuhannya. Nah, supaya dasar bangunan itu kuat atau ladang itu membuahkan hasil bagus maka kita harus menjadikan Yesus sebagai dasarnya.Dalam Mat 7:24-27 ada (dua macam dasar). Ingat, hanya Yesus satu-satunya dasar hidup kita, bukan sembarang dasar seperti emas, perak, dsb . Sebab suatu saat nanti dasar itu akan diuji oleh Tuhan dengan cara-Nya sendiri, jika tahan uji akan diberi upah .
Apa yang terjadi di Bait Allah hari itu? Pertama-tama kita melihat otoritas atau kewibawaan Yesus ketika Ia “membersihkan” Bait Allah. Ada satu hal yang menarik, yaitu ketika hak dan kuasa-Nya itu dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi, Yohanes 2:18. Maka Yesus menantang,” Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Yohanes 2:19. Setelah berkata demikian maka mereka tetap tidak memercayai-Nya.
Agaknya dari dulu sampai sekarang selalu ada orang-orang yang memandang rendah Yesus Kristus. Pada hal..
Bukankah Suatu Mujijat jika:
Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan. Ketika kepercayaan kepada pribadi Yesus diragukan, jumlah para pengikut-Nya justru semakin bertambah-tambah.
Ketika hukuman salib Yesus dipandang sebagai hukuman yang sia-sia bahkan kutuk Allah semata, kematian-Nya menjadi semakin mempesona dan mendatangkan simpati, sampai di mana-mana orang mendirikan tanda salib dan menciuminya dengan rasa syukur.
Ketika kebangkitan-Nya diragukan dan ditolak, gereja justeru menjadikan Paskah sebagai perayaan yang paling berbobot sebab merayakan kemenangan yang paling menentukan nasib seluruh umat manusia berdosa.
Ketika Kristus naik ke sorga, pekerjaan-Nya tidak mandeg tapi berlipat-lipat dalam berbagai bentuk bidang pelayanan Kristiani.
Ketika Bait Allah terus menerus dipermasalahkan, Rumah Tuhan di seluruh muka bumi bermunculan, dan tubuh setiap anak Tuhan diyakini sebagai Bait Allah yang hidup dan kudus, yang siap menjadi ujung tombak di dalam kehidupan di tengah masyarakat.
Ketika manusia semakin hidup serakah, egois, dan berjalan menuju ke jurang kehancuran, ajaran kasih dari Kristus semakin diakui sebagai satu-satunya solusi dan obat yang ampuh.
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Mazmur 19:2.
Rombaklah Bait Allah Ini!
Saat orang-orang Yahudi mendengar perkataan Tuhan Yesus agar mereka merombak Bait Allah, mereka segera mengingatkan bahwa bangunan Bait Allah harus didirikan selama hampir 46 tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin Tuhan Yesus dapat membangun kembali Bait Allah tersebut hanya dalam waktu 3 hari saja? Makna perkataan Tuhan Yesus tersebut tetap tinggal rahasia dan menjadi sesuatu yang membingungkan bagi para murid, sekaligus juga menjadi sesuatu yang menyakitkan hati bagi banyak pemuka agama Yahudi. Sebab bagi mereka Bait Allah adalah sesuatu yang kudus di mana Allah hadir di tengah-tengah umatNya. Tetapi kini ternyata Yesus berani menyatakan kepada orang banyak untuk merombak atau menghancurkan Bait Allah tersebut. Tampaknya kata-kata Tuhan Yesus tersebut begitu berbekas di hati orang-orang yang membenciNya. Sehingga saat Dia diadili, pernyataan Yesus tersebut dipakai 2 orang saksi untuk menjatuhkanNya (Mat. 26:60-62). Maksud perkataan Tuhan Yesus tersebut kelak menjadi tersingkap maknanya setelah Dia wafat dan bangkit dari kematian. Itu sebabnya Yoh. 2:21-22 menyatakan: “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus”. Makna hubungan Bait Allah dengan tubuh Kristus dipahami oleh Injil Yohanes sebagai suatu hubungan teologis yang sangat erat. Sebagaimana dipahami bahwa Bait Allah adalah tempat di mana “Nama Allah” tinggal. Di II Taw. 7:16, Allah berfirman: “Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa”. Pada sisi lain Injil Yohanes menyaksikan bahwa Tuhan Yesus sesungguhnya adalah sang Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1:14). Penyucian Bait Allah sebagai lambang karya pengudusan dan keselamatan Allah kepada umatNya dinyatakan Allah melalui peristiwa salib, yaitu melalui kematianNya di bukit Golgota. Itu sebabnya subyek atau pelaku utama yang membersihkan atau menyucikan Bait Allah adalah Tuhan Yesus sendiri. Walaupun untuk itu Tuhan Yesus harus menerima risiko yaitu tubuhNya dihancurkan dalam kematian.
Jadi menurut Injil Yohanes, makna peristiwa penyucian atau pembersihan Bait Allah pada hakikatnya mau menyatakan pula bahwa manusia tidaklah mungkin dapat memperoleh perkenanan hati Allah melalui
persembahan yang dikorbankan. Manusia tidak dapat memperoleh keselamatan Allah dengan
mempersembahkan hewan korban atau
mempersembahkan harta milik mereka. Seluruh upaya seperti: perbuatan baik dan amal ibadah yang dilakukan oleh manusia tidaklah dapat dipakai untuk menebus dosa-dosa yang telah membelenggu kehidupan manusia.
Salib Kristus: Kekuatan Allah Yang Menyelamatkan
Setelah Tuhan Yesus membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang yang berjualan di pelataran Bait Allah, maka orang-orang Yahudi mengajukan suatu tantangan dengan pertanyaan: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (Yoh. 2:18). Mereka meminta kepada Tuhan Yesus suatu tanda untuk membuktikan otoritasNya bahwa Dia berhak menyatakan bahwa Bait Allah adalah rumah BapaNya dan otoritasNya untuk mengusir semua pedagang yang berjualan di sana. Pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi ini sesungguhnya suatu tantangan yang sangat mendasar sebab menyangkut hak, otoritas atau wewenang dari Tuhan Yesus; yang mana harus ditunjukkan dengan suatu tanda. Tentunya yang mereka minta kepada Tuhan Yesus adalah agar Dia menunjukkan tanda kekuasaanNya sebagai Anak Allah. Sehingga yang dimaksud dengan “tanda” (semeion) oleh orang-orang Yahudi dalam konteks ini adalah perbuatan-perbuatan ajaib dan besar seperti mukjizat. Pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu: “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat” (I Kor. 1:22). Jadi umumnya orang-orang Yahudi memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk memperoleh tanda-tanda yang sifatnya ilahi agar mereka percaya, dan sebaliknya orang-orang Yunani lebih menyukai pemikiran-pemikiran baru atau suatu filosofi. Padahal orang-orang Yahudi sebelumnya telah melihat karya-karya mukjizat yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus seperti: menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang, atau mengubah air menjadi anggur. Tetapi tampaknya mereka menginginkan suatu karya mukjizat yang lebih besar dari apa yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Pada satu sisi mereka ingin terus melihat karya-karya mukjizat Kristus yang lebih besar, tetapi pada sisi yang lain iman mereka tidak makin bertumbuh. Jawaban Tuhan Yesus atas tantangan mereka adalah memberikan gambaran yang sifatnya simbolis yaitu agar mereka terlebih dahulu “menghancurkan” tubuhNya dalam kematian, maka Dia akan bangkit pada hari ketiga.
Tetapi bukankah jawaban Tuhan Yesus tersebut justru dapat makin memperdalam sikap ketidakpercayaan mereka? Sebab orang-orang Yahudi menghendaki suatu tanda ajaib yang hebat dan luar-biasa, tetapi mengapa justru Tuhan Yesus menyatakan kematianNya di atas kayu salib sebagai tanda otoritasNya sebagai Anak Allah. Masakan Anak Allah mati di atas tiang gantungan? Hukum Taurat menyatakan: “sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu" (Ul. 21:23). Demikian pula bagi orang-orang Yunani, salib bukan sesuatu yang mengesankan dan menginspirasi mereka untuk memperoleh hikmat (sophia) dan pengertian secara filosofis. Masakan tokoh yang dianggap ilahi harus mengalami kematian yang hina? Juga bagaimana mungkin tubuh yang dianggap “hina” oleh filsafat Yunani dan telah mati dapat bangkit dari kematian dengan tubuh kemuliaan? Sehingga tepatlah jikalau pemberitaan tentang salib dianggap sebagai suatu batu sandungan bagi orang Yahudi, dan suatu kebodohan bagi orang Yunani (I Kor. 1:23b). Tetapi mengapa Allah menggunakan salib sebagai tanda untuk menyatakan kuasa dan kemuliaanNya apabila ternyata salib hanya dianggap sebagai suatu batu sandungan dan suatu kebodohan? Jawaban rasul Paulus atas masalah yang pelik ini adalah: “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (I Kor. 1:21). Pola pemikiran dunia pada umumnya sering menempatkan eksistensi iman lebih ditentukan oleh tanda-tanda yang sifatnya supra-natural atau mukjizat, dan juga ditentukan oleh kecerdikan dan penguasaan pengetahuan. Namun apabila kemudian tidak ada suatu tanda yang sifatnya mukjizat atau tidak ada suatu pemikiran filosofis yang dapat memuaskan otak, maka dunia bersikap tidak mau percaya kepada Allah.
Bagi pandangan dunia, salib Kristus sering hanya dianggap sebagai suatu kebodohan dan batu-sandungan tetapi bagi Allah salib Kristus justru dipakai untuk mendamaikan manusia dengan diriNya. Sehingga melalui salib Kristus, manusia diperkenankan Allah menjadi umat pilihanNya yaitu umat yang hidup kudus dan benar di hadapanNya. Sebagaimana Allah telah mengadakan perjanjian dengan umat Israel di gunung Sinai, maka demikian pula di atas bukit Golgota Allah mengadakan perjanjian keselamatan dengan seluruh umat manusia. Itu sebabnya umat yang telah diselamatkan dan ditebus dengan darah salib Kristus dipanggil untuk hidup kudus menurut hukum Kerajaan Allah. Mungkin dunia mengejek dan memandang rendah peristiwa Kristus disalibkan, tetapi justru di balik peristiwa salib itu Allah telah mengungkapkan seluruh kasihNya yang menyelamatkan setiap orang. Sdr/i Jika Allah yang maha mulia memilih salib sebagai kekuatan yang menyelamatkan umatNya, apakah dalam kehidupan sehari-hari kita masih mengandalkan harapan perbuatan/tanda mukjizat untuk meneguhkan iman kita? Betapa sering kehadiran Allah hanya ditandai dengan harapan kesembuhan yang sifatnya fisik atau jasmaniah belaka. Selain itu apakah kita lebih mengandalkan akal dan hikmat kita sendiri barulah kita mau percaya kepada Allah? Allah yang tak terbatas sehingga hanya “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2) justru mau merendahkan diri dalam peristiwa salib Kristus. Jika demikian, bagaimanakah sikap saudara? Apakah saudara juga berkenan dikuduskan oleh Kristus sendiri? Amin.
NTT. Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat.
Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

“PENGAMPUNAN “

Mateus 6: 12
Sdr/ sdr yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus kel. Tobing / boru dan bere
Satu tahun kita melaksanakan Arisan, hampir setiap bulan kita bertemu, mendengarkan Firman Tuhan, bersenda gurau dan sebagainya. Apakah yang dapat kita petik dari setiap pertemuan itu….? Lam paltak do Holong ni Roha I, manang lam ngali-ngali. Pemazmur dalam Maz 133: 1 menjelaskan indahnya Persaudaraan yang rukun. Dalam nats ini kehidupan persekutuan dan persaudaraan yang rukun digambarkan dengan menggunakan 2 zat cair; yaitu minyak yang baik dan embun gunung Hermon .
Penggunaan minyak sering kita jumpai dalam Perjanjian Lama, dipakai untuk melaksanakan pengurapan dalam peristiwa ibadah kepada seseorang yang akan memangku jabatan istimewa. Misalnya dalam 1 Samuel 10:1; Samuel menuangkan minyak atas kepala Saul ketika ia memangku jabatan sebagai raja. Itu berarti bahwa minyak dipakai sebagai lambang pengurapan dari Roh Kudus, sehingga melalui minyak yang dituangkan dalam persekutuan ibadat menandai kehidupan yang diurapi sebagai seorang hamba Tuhan ditengah-tengah jemaat. Kerukunan tidak akan dapat terwujud dalam kehidupan manusia baik dalam Persekutuan marga kita, jika kehidupan persekutuan kita belum menjadi kehidupan yang diurapi oleh Tuhan Allah.
Embun gunung secara umum dipakai untuk menggambarkan kesegaran dalam kehidupan ini. Bukankah kini banyak orang setelah melewatkan hari-hari kerja yang penat, ingin berlibur ke tempat yang sejuk…? Hati yang sejuk akan selalu mengundang kita untuk tersenyum kepada sesama kita, unang murhing marnida dongan’ masihol sai naeng pajumpang.
HAL MENGAMPUNI
Tuhan Yesus mengerti betapa berbahayanya dosa tidak mengampuni kesalahan orang lain, dan betapa pentingnya Tuhan harus memberi pengertian tentang hal ini kepada anak-anak-Nya. Oleh sebab itu Ia menaruh hal mengampuni orang lain di dalam deret kalimat doa Bapa kami (Matius 6:9-13).
Pentingnya pengampunan terhadap sesama:
1. Mengampuni orang lain adalah perintah tegas dari Tuhan yang harus dipatuhi. Mengampuni orang lain ini adalah perwujudan tindakan kasih. Bila seseorang tidak mengampuni orang lain, itu berarti ia tidak mengasihi sesamanya. Bila ia tidak mengasihi sesamanya itu berarti ia adalah seorang “pembunuh” (1Yoh. 3:15, Why. 21:8). Seorang pembunuh tidak akan masuk dalam kerajaan Allah.

2. Mengampuni orang lain ialah syarat untuk menerima pengampunan dari Allah. Agar kita menerima pengampunan dari Tuhan kita harus mengampuni orang lain (Mat. 6:14-15; 18:35). Dalam doa Bapa kami jelas disinggung hal mengampuni orang lain, bahwa seperti kita mengampuni orang lain demikianlah Bapa mengampuni kita.. Pengampunan dari Tuhan tidak dapat dipisahkan dari pengampunan kita kepada orang lain. Bila kita tidak mengampuni sesama kita Tuhan juga tidak akan mengampuni kita.

3. Mengampuni orang lain adalah jalan agar doa kita diresponi atau ditanggapi Allah (Mrk. 11:24-26). Dari ayat-ayat ini telah ternyata bahwa jawaban doa dan respon Tuhan terhadap doa kita sangat berkaitan dengan pengampunan kita kepada orang lain. Kalau doa-doa kita mau terjawab, maka kita harus membereskan hubungan kita dengan sesama, dalam hal ini mengampuni saudara kita. Oleh sebab itu kalau kita menjumpai kenyataan doa-doa kita tidak diresponi oleh Bapa, patut kita memeriksa hidup kita dan menemukan penyebabnya, bukan tidak mungkin penyebabnya adalah tidak mengampuni sesama kita.

4. Mengampuni sesama agar tidak ada akar pahit di dalam hati kita (Ibr. 12:14-15). Ada banyak sakit penyakit yang tak disebabkan oleh virus atau baksil pada mulanya, tetapi disebabkan oleh hati yang tidak mau mengampuni orang lain. Ilmu kedokteran membuktikan bahwa suasana jiwa yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Akar pahit ini bisa timbul di hati istri terhadap suami, atau sebaliknya, mertua terhadap menantu sebaliknya, relasi bisnis dll. Tidak sedikit orang yang sakit oleh karena kepahtian terhadap sesamanya. Lepaskan pengampunan kepada suami, istri, menantu, mertua atau siapapun yang melukai hatimu dan terimalah kesembuhan.

5. Tuhan tidak menghendaki kita kehilangan sahabat dan saudara oleh kesalahan kita sendiri dengan tidak mengampuni orang lain (Ibr. 12: 14-15). Hidup berdamai dengan semua orang, maksudnya adalah agar kita tidak bertikai dengan siapapun dengan alasan apapun. Barangkali orang lain yang menciptakan atau memulai pertikaian tetapi kita harus dapat mengampuni.

Cara Kita Mengampuni
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita dalam Matius 18:21-23. Dalam perikop ini Petrus mencoba menawarkan kepada Tuhan Yesus satu bentuk pengampunan yang luar biasa yang lebih tinggi dari pola pengampunan yang biasa dilakukan dalam masyarakat Yahudi. Orang Yahudi biasa memberi batas mengampuni orang lain 3x; sama seperti orang Indonesia ( Ingat nyanyian 1x kau sakiti hati ini masih kumaafkan….dst) Petrus mencoba menawarkan lebih tinggi sedikit, yaitu 7 kali. Tetapi ternyata jawaban Tuhan Yesus jauh sekali dari pola pikir dan konsep hukum yang ditawarkan manusia. Tuhan Yesus memberikan konsep baru tentang pengampunan ini, yaitu: 70 x 7 kali.

Maksud dari ajaran Tuhan Yesus tentang mengampuni 70 x 7 kali adalah:
(1) Bahwa tidak ada alasan atau sebab apapun yang boleh diterima untuk tidak mengampuni orang lain.
(2) Cara kita mengampuni orang lain harus sesuai dan sama persis sebagaimana Allah mengampuni kita (Ef. 4:32; Kol. 3:13). Ini bukan hal yang mudah, tetapi pasti bisa dilakukan. Tuhan memberikan standar ini tentu dengan hikmat dan pertimbangan-Nya yang sangat bijaksana dan itu pasti telah disesuaikan dengan kemampuan manusia untuk melakukannya.

Pengampunan yang diajarkan Tuhan ini berarti sebuah pengampunan yang tidak bersyarat, artinya: Pertama, mengampuni semua kesalahan, ini berarti tidak ada sesuatu yang kita anggap sebagai kesalahan yang tidak dapat diampuni. Kedua, melupakan kesalahan-kesalahan, ini berarti kita tidak membangkit-bangkitkan kesalahan orang lain dengan membicarakannya dengan orang lain pula. Ketiga, tidak menghukum. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus mengampuni dengan segenap hati (Mat. 18:35). Tidak menghukum dengan segala cara, misalnya tidak mau berdamai, tidak mau memberi salam, mencela dan merusak nama baik orang yang kita anggap telah bersalah kepada kita.

Akhirnya kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:21). Tuhan akan menunjukkan siapa yang berdiri dipihak-Nya. Berdiri dalam kebenaran dan kasih Allah. Kepada orang-orang seperti inilah Allah memberikan penghargaan-Nya; Yaitu: Otoritas dalam hidup ini. Asa boi lam tu dengganna Punguanta di taon na ro, mardame ma hita sama hita.
Jadi modal kita di thn 2012 ini spy sukses...? dalam Amsal;23:17-21 Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.- jika engkau berjalan dalam kebenaran.
Tahun 2012 ini kita harus : BERTUMBUH DALAM ANUGERAH DAN PENGENALAN AKAN TUHAN Taboto aha do na mansai porlu di ngolu on. Mat 4:4
II Petrus 3 : 18 - Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.
Amin. Pdt. R.H.Lumbantobing, S.Th.MA
Not. Baru saja kami kembali dari Jerusalem, melihat bagaimana Gunung Hermon itu menjadi sumber kehidupan (Air) bagi Jerusalem.

Khotbah POUK KP Luk 1: 13-17; Yoh 1:4-8

Yohanes Pembaptis memiliki kesaksian bagaikan pelita dengan 7 lampu yang bercahaya:
1. Lukas 1:13, mendapatkan nama dari Tuhan
2. Lukas 1:14, membawa kesukaan dari Surga
3. Lukas 1:15a, besar di hadapan Tuhan
4. Lukas 1:15b, menjadi nazir Allah
5. Lukas 1:15c, hidup dalam urapan Roh Kudus
6. Lukas 1:16, membuat orang bertobat
7. Lukas 1:17, menjadi pelopor/pendahulu.
Besar di hadapan Tuhan.
Matius 11:11
11:11 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tapil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.

Tugas Yohanes Pembaptis adalah membaptis dengan air. Yohanes Pembaptis adalah orang yang terbesar yang pernah dilahirkan oleh wanita. Jadi, baptisan air adalah perkara yang besar. Baptisan bukan cuma suatu syarat dari gereja, tetapi merupakan perkara hidup dan mati kita secara rohani.
Yang terkecil dalam Kerajaan Surga adalah Yesus. Tetapi Yesus lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis menolak untuk membaptis Yesus dengan air sebab Yohanes mengetahui bahwa Yesus lebih besar dari dia. Tetapi Yesus mau dibaptis oleh Yohanes karena melakukan kehendak Allah.
Ini berarti di dalam baptisan air, Yesus menjadi kecil. Yesus menyerahkan harga diri/ gengsi di dalam baptisan air.

Puncak keadaan Yesus yang paling kecil adalah ketika Ia di kayu salib.
Filipi 2:8
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Yesus taat sampai mati di kayu salib = Yesus menyerahkan kehendak diri, sampai mengorbankan diriNya sepenuh, untuk taat, terkutuk sampai mati di kayu salib.

1. Hidup dalam kebenaran = selamat, tidak dihukum, tidak binasa.
I Petrus 2:1-2
2:1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.
2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Hidup dalam kebenaran:
o tidak ada kejahatan
o tidak ada tipu muslihat
o tidak ada kemunafikan
o tidak ada kedengkian
o tidak ada fitnah.
2. Ingin air susu yang murni dan rohani.
Artinya hanya selalu ingin menikmati firman penggembalaan yang benar dalam urapan Roh Kudus = tergembala dengan baik.
Hasilnya: Kenyang = terpelihara secara jasmani maupun rohani (asalkan bisa menikmati firman penggembalaan, taat dengar-dengaran, tangan Ibu yang akan memelihara)
Tenang = hidup dalam kedamaian, tidak ada kekuatiran, ada penyerahan pada Tuhan ; Mantap dalam keselamatan sampai kesempurnaan, tidak akan jatuh dan tersesat. Bersaksi tentang Yesus, membagikan berkat bagi orang lain.
Yesus berkata bahwa Dia datang untuk memberikan hidup, dan bukan hanya hidup, tapi hidup yang berkelimpahan. Tapi hidup apakah yang Yesus tawarkan ini?
Yohanes 1:4, pasal 4-8, 10, 11, 14, 17 hampir semuanya berbicara tentang hidup.
Istilah kehidupan yang dikatakan Yesus pada orang Israel ini berhubungan dengan kitab Kejadian dimana Tuhan yang memberikan nafas pada manusia supaya dia bisa hidup. Yesus berkata "Akulah sumber kehidupan itu!". Manusia diciptakan Tuhan dengan sebuah kekosongan dan hanya Tuhan lah yang bisa mengisi kekosongan itu!

APA MAKSUDNYA HIDUP BERKELIMPAHAN YANG DIKATAKAN YESUS INI?
1) HIDUP YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN DENGAN TUHAN (FELLOWSHIP WITH GOD)
Apa artinya hidup yang tanpa Tuhan?
Ada yang berkata hidup untuk makan, atau hidup untuk sukses, dan sebagainya - tapi pada akhirnya, kita akan mati dan meninggalkan itu semua.
Yohanes 17:3 - inilah hidup itu, bahwa kita mengenal Tuhan Yesus Kristus, yang diutus oleh Allah Bapa. Hidup adalah relasi dengan Tuhan, hidup yang bermutu karena kita punya Tuhan yang memberikan makna hidup yang baru. Kta melihat hidup seperti Tuhan melihat.
Semua manusia berdosa dan dosa harus dihukum untuk menunjukkan Allah yang Maha Adil dan Maha Suci. Namun dalam Yesus Kristus, ada pengampunan dan kehidupan yang baru.

2) HIDUP YANG ADA KEMENANGAN (VICTORY)
Yohanes 11:25 - Hidup bersama Yesus ada hidup yang kemenangan atas dosa. Ketika Adam Hawa diciptakan tidak ada kematian namun begitu ada dosa, baru ada kematian physical dan hidup yang terpisah dari Tuhan. Namun di sini Yesus menawarkan hidup yang berkemenangan, hidup kembali setelah kematian, hidup selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan!
3) HIDUP YANG PUNYA TRANSFORMASI DARI DALAM
Hakekat setiap manusia mudah untuk berubah - dari luar kelihatan berubah tapi dalamnya tetap sama. HIdup berkelimpahan dalam Yesus adalah hidup yang punya transformasi dari dalam, bukan dari luar! Dari luar kita bisa munafik dan pura-pura. Manusia punya hati yang penuh kelicikan dan kemunafikan, karena dosa! Yesus datang untuk memberikan kita hidup yang baru, hidup yang bukan penuh kemunafikan, tapi punya hidup yang terus diubah oleh Dia!

Manusia umumnya hanya mau berkat daripada Tuhan, dan bukan pada Pribadi yang memberikan berkat itu. Ingat saat Yesus memberi makan 5000 orang? Mereka datang untuk mengikut Dia saat mukjijat terjadi, saat ada blessing. Namun mereka mulai meninggalkan Dia saat Yesus menantang Dia untuk mengikuti Dia, dan menerima roti hidup yang turun dari surga, yang berkuasa atas dosa dan kematian. Bukankah KIta pun demikian adanya? Saat kita banyak berkat, diberikan kesembuhan, kita sungguh2 bersyukur dan ikut Dia. Kiranya kita ingat lagi pada Minggu Adven IV ini bahwa Yesus datang untuk memberikan hidup yang baru pada kita dan kita secara total kembali lagi dengan dia dengan segenap hati kita!
Amin. Pdt. RHL. Tobing, S.Th. MA

SURVEY PELAYANAN GKPI Wilayah Jabodetabek Tahun 2012

1. PENDAHULUAN

Perubahan yang terjadi di seluruh belahan dunia sebagai akibat dari perkembangan dan kemajuan zaman, telah mempengaruhi segenap aspek kehidupan manusia. Kemajuan yang luar biasa dalam bidang Teknologi & Informasi membuat dunia ini berubah dan bergerak sangat cepat, tanpa batas yang telah mempengaruhi banya aspek kehidupan manusia dan lingkungannya. Gereja sebagai lembaga atau umat yang diutus oleh Tuhan ke dunia ini, bertugas untuk menjadi garam dan terang, oleh karenya perlu terus menerus di-isi / diperlengkapi akan kebutuhan spiritual yang akan mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku warga jemaat.

Gereja Kristen Protestan Indonesia yang berada di wilayah Jabodetabek (selanjutnya disebut GKPI) harus jeli dan kreatif mencermati segala perubahan yang terjadi di masyarakat agar mampu menghadirkan program pelayanan yang hidup dan relevan dengan tuntutan / kebutuhan zaman, masyarakat khususnya warga gereja.

Untuk mengetahui persepsi (hal-hal yang diharapkan oleh warga jemaat) yang terkait dengan pelayanan gereja, Pengurus Wilayah GKPI Wilayah Jabodetabek bekerjasama dengan fasilitator Pembinaan Pelayan GKPI Wilayah Jabodetabek, melakukan Survey Pelayanan Jemaat. Adapun aspek-aspek yang menjadi obyek survey antara lain : yang terkait dengan Peribadatan, Penatalayanan, dan Perlengkapan/sarana Ibadah.

Sehubungan maksud tersebut, telah disiapkan sejumlah pertanyaan, untuk di isi oleh warga jemaat. Hasil survey ini selanjutnya akan diolah/ditelaah untuk mengetahui potret persepsi/ pemahaman dan harapan/ekspektasi dari warga jemaat terhadap pelayanan Gereja (GKPI) masa kini dan ke depan.

2. Manfaat/Tujuan Survey Pelayanan
Adapun tujuan survey ini untuk :
1. Mengetahui potret dan persepsi warga jemaat atas pelayanan yang telah berjalan selama ini.
2. Mengetahui hal-hal yang diharapkan/dibutuhkan oleh warga jemaat dalam peribadatan dan pelayanan ke depan (jangka pendek, menengah dan jangka panjang).
3. Masukan bagi pelayan dan semua pihak untuk mengevaluasi atas kondisi pelayanan saat ini
4. Mempersiapkan pelayanan dan sarana pendukung yang lebih baik serta hal-hal yang terkait dengan pelayanan di jemaat secara berkelanjutan.


Mohon kesediaan warga jemaat untuk memberikan tanggapan atas pelayanan yang telah diberikan, dengan mengisi kuisioner di bawah ini. Tanggapan yang diberikan hendaknya apa adanya. Apabila telah diisi, mohon lembaran yang telah diisi diserahkan kepada Badan Pekerja Harian Jemaan (BPHJ) Setempat untuk diteruskan kepada faslitator Suvery.

Informasi/Masukan dari warga jemaat sangat membantu
untuk menyiapkan pelayanan kepada warga jemaat.

Terima kasih


Pertanyaan/kuesioner:

Aspek Tanggapan Catatan/Masukan
I. Peribadatan Ya Tidak
1. Materi khotbah telah sesuai dengan kebutuhan warga jemaat dan relevan dengan tantangan/permasalahan hidup sehari-hari.
2. Pelayan Firman telah menyampaikan materi khotbah dengan baik dan dapat dimengerti oleh warga jemaat.
3. Tata ibadah, lagu-lagu dan materi ibadah telah dimengerti sehingga dapat diikuti dan dihayati.
4. Warga jemaat selalu membawa Alkitab dalam Ibadah.
5. Pelayanan sekolah minggu/ remaja/Pemuda telah sesuai dengan harapan
6. Anak-anak sekolah minggu telah memahami khotbah/cerita Firman Tuhan
7. Orang tua anak sekolah minggu selalu bercerita Firman Tuhan kepada anak-anak di rumah.
8. Khotbah ibadah minggu telah relevan dengan kebutuhan kaum remaja/ pemuda
9. Warga jemaat selalu melakukan ibadah pribadi/keluarga di rumah
10. Dalam beribadah pribadi / keluarga, warga jemaat menggunakan panduan (Saat Teduh/Air Hidup/Renungan)
II.
1. Warga jemaat telah disambut oleh pelayan sehingga merasa sukacita dan siap beribadah
2. Lembaran tata ibadah selalu siap, isinya jelas dan dapat dimengerti.
3. Warta jemaat telah memuat informasi pelayanan di Jemaat secara informatif.
4. Rangkaian ibadah, hal-hal pendukung pelayanan selalu siap dan rapi.
5. Waktu peribadatan telah tepat waktu dan tidak terlalu lama.
6. Warga jemaat telah memberi salam kepada sesama warga jemaat dan pelayan yang bertugas
7. Penatua / pengurus seksi (Pelayan non Pendeta) telah melakukan kunjungan secara reguler kepada warga jemaat terutama saat sedang mengalami pergumulan
8. Pendeta telah melakukan kunjungan secara reguler kepada warga jemaat
9. Gedung gereja dan sarana perlengkapannya telah mendukung jalannya peribadahan yang khusuk
III. Perlengkapan & Sarana
1. Sound system (termasuk peralatan multi media) telah memberikan suara yang memadai dan membantu warga menghayati ibadah.
2. Parkir kendaraan telah tertata dan memadai untuk kebutuhan warga
3. Lingkungan gereja telah bersih dan tertata rapi.
4. Sarana umum gereja telah memadai (Toilet, Bangku, dll)
5. Tampilan altar dan sarana ibadah/pelayanan di altar telah tertata rapi & harmonis.

3. Masukan/Harapan pelayanan dari warga jemaat: