Tak dapat dipungkiri
bahwa dalam kehidupannya
orang beriman juga mengalami kesulitan, dan bahkan penderitaan. Kesulitan dan penderitaan itu bisa terjadi
karena kesalahan diri sendiri, atau disebabkan oleh sesuatu di luar dirinya,
yang kemudian juga menimbulkan banyak pertanyaan. Tidak jarang, ketika
penderitaan hidup datang, apalagi bila dirasakan terlalu berat, orang beriman menjadi
ragu-ragu akan kasih dan kesetiaan Tuhan. Di
satu pihak, orang beriman menyakini akan kebesaran dan keagungan Tuhan,
namun pada pihak lain, ia sebagai orang beriman, seperti berada pada keadaan
yang tidak memungkinkannya mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan. Dengan
membaca dan merenungkan firman Allah, kita akan tahu bahwa Allah selalu
memperhatikan keadaan umatNya, dan pasti akan menolong dan menyelamatkannya.
Sejak semula kasih Allah tidak berubah. Sekalipun banyak orang menolak dan
ingin menghalangiNya, Ia tetap dengan rencanaNya, yakni membawa manusia kembali
kepadaNya. Melalui manusia Yesus, yang dapat merasakan semua pergumulan dan
penderitaan manusia, Allah menyatakan kasih dan karuniaNya yang menyelamatkan.
Dengan menghayati apa yang dilakukan Allah di dalam Yesus Kristus ini, umat
beriman akan dikuatkan dalam menjalani kehidupannya, sekalipun tidak selalu
mudah. Kitab Kolose merupakan suatu dokumen yang mengandung arti yang dalam
sekali dan tidak ternilai harganya. Uraian ajaran ini bernada pembelaan karena
Paulus bermaksud memerangi ajaran-ajaran mistik dan asketik yang bercorak
Yahudi dengan pengertian yang salah tentang alam, penyembahan kepada
malaikat-malaikat. Tema pokok Kolose ini adalah kepenuhan dan keutamaan Kristus
dan kesempurnaan orang Kristen dalam Dia dibandingkan mistik dan siksaan diri
yang diajarkan oleh ilmu filsafat dan hikmat manusia. Ajaran sesat yang
mencampurkan teosofi, agama Yahudi dan asketisisme itu nampak bersifat rohani,
tetapi pada hakekatnya menjauhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan.
Beberapa hal yang dibentangkan dalam Kol 1:15-20 ini yang melukiskan Kristus
sejati sebagai Allah adalah: pertama,
Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Kedua, sulung dari segala yang diciptakan. Ketiga, di dalam Dialah diciptakan segala sesuatu. Keempat, Dia adalah terlebih dahulu
dari segala sesuatu. Kelima, segala
sesuatu ada di dalam Dia. Keenam,
seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. TIADA TANDING, TIADA BANDING! (Kolose 1:15-20) Pengantar Bagi orang
Kristen, Allah dikenal bukan saja sebagai Pencipta, tetapi juga Pembebas. Cara
pembebasan itu ialah melalui karya penebusan yang dikerjakan oleh Anak-Nya yang
tunggal. Penebusan itu berisikan penebusan dosa (1:13-14). Sebagai bentuk
syukur atas karya penebusan Allah tersebut, meluaplah syukur rasul Paulus dalam
bentuk puji-pujian yang menunjukkan betapa agung dan utamanya Kristus di atas
segala sesuatu. Pasal 1:15-20 merupakan doksologi (pujian) Paulus rentang
keagungan dan kemuliaan Yesus Kristus. Ia termulia atas seluruh ciptaan (ay.
15-17) dan di dalam penebusan (18-19). Paulus menunjukkan adanya sesuatu yang
hilang di dalam ajaran yang menyelusup ke dalam jemaat Kolose: pandangan yang
tepat akan siapa Kristus. Maka, dengan cara pandang yang terarah ini, jemaat
diberi peranti untuk menangkal setiap bentuk penyelewengan. Di sini, rasul
mengajak jemaat masuk ke dalam suasana penyembahan terhadap Pribadi Kristus,
dan bukan sekadar dimensi doktrinal. Keutamaan Kristus ini secara langsung
melucuti kepongahan kuasa-kuasa lain yang ingin berkuasa. Penjelasan Teks Kalau
kita perhatikan, ada dua bait di dalam nyanyian pujian di 1:15-20 Bait
pertama—Kristus, Allah, dan Ciptaan, 1:15-16 1:15 Kristus, gambar Allah 1:16
Kristus, Agen Penciptaan dan Tujuan Segala Sesuatu Bridge—Kristus, Figur
Sentral, 1:17,18a 1:17a Kristus, Yang Terlebih Dahulu Ada 1:17b Kristus,
Penopang Segala Sesuatu 1:18a Kristus, Kepala Gereja Bait Kedua—Kristus, Allah,
dan Ciptaan Baru, 1:18b-20 1:18b Kristus, Dasar Gereja 1:19 Kristus, Kepenuhan
Allah 1:20 Kristus, Sarana Pendamaian Segala Sesuatu Pertama, Kristus, Allah
dan Ciptaan (1:15-16). Kristus disebut sebagai gambar Allah (eikon Theou) yang
berarti representasi tepat atau perwujudan Allah sendiri. Allah adalah roh, dan
Ia tidak akan pernah kelihaatan (1Tim. 6:16). Anak Allah adalah pengungkapan
yang kelihatan. Ia tidak hanya mencerminkan Allah, tetapi, sebagai Allah
sendiri, Ia menyatakan Allah kepada kita (Yoh. 1:18; 14:9; Ibr. 1:1-2).
Kemuliaan Kristus mengekspresikan kemuliaan ilahi-Nya (2Kor. 4:4). Ia bukanlah
salinan, tetapi pengejawantahan hakikat Allah sendiri. Kita memperoleh
“pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor.
4:6). Kristus adalah “cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibr.
1:3). Sebagai yang sulung dari segala ciptaan, Kristus memiliki keutamaan dan
kuasa seperti seorang anak sulung di keluarga kerajaan (Ibr. 1:2). Ia datang
dari surga, bukan dari debu tanah (1Kor. 15:47), dan Dialah Tuhan segala
sesuatu (Rm. 9:5; 10:12; Why. 1:5; 17:14). Kristus benar-benar suci (Ibr.
7:26-28; 1Ptr. 1:19; 2:22; 1Yoh. 3:5), dan Ia memiliki kuasa untuk menghakimi
dunia (Rm. 2:16; 2Kor. 5:10; 2Tim. 4:1). Karena itu, Kristus lebih dari segala
sesuatu di atas ciptaan, termasuk dunia roh. Meskipun kata “sulung” mengandung
arti anak pertama yang dilahirkan manusia, 1:16 segera menjelaskan kebenaran
siapa Yesus, bahwa Ia adalah Pencipta. Kristus, tidak sama dengan ciptaan; Ia
sendiri adalah Khalik alam semesta. Sebagai Agen dan Tujuan Segala Sesuatu, di
sini Paulus memakai kata sambung di dalam, melalui dan untuk Kristus. Jadi,
Paulus hendak membungkam pernyataan bahwa Kristus bukan setara dengan Allah.
Kata sambung “untuk” menunjukkan bahwa tujuan dari segala ciptaan yakni untuk
“memuliakan Kristus.” (Bdk. Yoh. 1:3; Ibr. 1:2-3). Sebagaimana seluruh
kepenuhan Allah berada di dalam Dia (1:19), maka di dalam Dia pula seluruh
kuasa penciptaan menyatakan Dia adalah Tuhan yang terutama. Oleh sebab para
pengajar sesat percaya bahwa dunia fisik ini jahat, mereka berpikir bahwa Allah
yang adalah roh tak mungkin menciptakannya. Tetapi Paulus menerangkan bahwa
segala singgasana, maupun kerajaan, pemerintah, maupun penguasa, yang kelihatan
dan yang tidak kelihatan, tunduk di bawah kuasa Kristus sendiri. Pada zaman
Paulus diyakini bahwa umat manusia sedang menghadapi kuasa yang bekerja untuk
menjatuhkannya. Tetapi segala macam kuasa ini tunduk tak berkutik di bawah
Kristus. Kristus, tiada tanding dan tiada banding. Karena Kristus adalah
Pencipta semesta, maka segala kuasa baik yang tak kelihatan maupun yang
kelihatan berada di bawah kekuasaan mutlak Kristus. Maka, tidak benar pula jika
dikatakan bahwa di samping Kristus, ada perantara lain seperti malaikat yang
patut dipuja. Semua kuasa malaikat dan kuasa langit dan bumi takluk di bawah
kuasa Kristus. Dialah Tuhan segala sesuatu. Kedua, Kristus adalah Figur Sentral
(1:17, 18a). Bahwa Kristus yang lebih dahulu ada. Kristus sudah ada baik secara
waktu maupun posisi. Ia adalah Allah yang agung. Kristus Penopang segala
sesuatu. Ia bukan hanya Pencipta; Ia juga Penjaga segala hal. Oleh Dia, segala
sesuatu ada, dan oleh Dia segala sesuatu terus menjadi. Di dalam Dia, segala
sesuatu terjalin, terpelihara dan terjaga dari kekacauan. Sebab Kristus adalah
Penopang kehidupan, tidak ada satu pun di dalam dunia yang dapat bebas dari
Dia. “Segala sesuatu ada di dalam Dia” dapat dipahami “segala sesuatu terjalin
satu sama lain” (sunestaken), yaitu dalam satu keterikatan yang koheren dan
logis, tertopang dan tegak, terjaga dari segala keterpurukan dan kekacauan. Di
dalam Dia saja dan oleh sabda-Nya, kita menjumpai prinsip pemersatu kehidupan.
Umat di Kolose, dan semua kaum beriman, adalah hamba-hamba-Nya yang tiap hari
harus mempercayai penjagaan dan pemeliharaan-Nya. Serta, Kristus adalah Kepala
Gereja. Gereja ada oleh sebab Kristus adalah awal dan sumber keberadaan-Nya.
Kristus adalah Sang Kepala. Orang-orang Kristen harus bekerja bersama-sama di
bawah perintah dan otoritas Yesus Kristus. Gereja terdiri dari banyak tipe
manusia dari segala jenis latar belakang, dengan pelbagai karunia dan
kemampuan. Kendati berbeda-beda, semua orang percaya memiliki prinsip
pemersatu—iman di dalam Kristus. Di dalam kebenaran hakiki ini, semua orang
percaya bersepakat. Semua orang percaya tidak kehilangan identitasnya, tetapi
semuanya bersatu di dalam Kristus, kepala tubuh. Tiap anggotanya bekerja untuk
menuntaskan pekerjaan Kristus di atas dunia (Ef. 4:15). Ketiga, Allah, Kristus,
dan Ciptaan Baru (1:18b-20). Kristus disebut sebagai dasar gereja, sebab Dialah
“yang sulung . . . yang pertama bangkit dari antara orang mati.” Dialah yang
pertama mati serta bangkit. Orang yang percaya pun akan mengalami kebangkitan
(1Kor. 15:20; 1Tes. 4:14). Tetapi Ia tetap menduduki tempat yang terutama.
Kebangkitan Kristus adalah batu penjuru keyakinan Gereja—alasan keberadaan
gereja. Hanya Kekristenan yang memiliki Allah yang menjadi manusia, wafat
dengan cara hina bagi umat-Nya, dan dibangkitkan kembali dalam kuasa dan
kemuliaan untuk memerintah ciptaan lama dan ciptaan baru (yang dimulai oleh
gereja) selama-lamanya. Kebangkitan meyakinkan kaum beriman bahwa Kristus bukan
legenda; Ia hidup dan memerintah kerajaan-Nya. Kristus juga Kepenuhan Allah.
Allah berkenan agar “kepenuhan-Nya” (“totalitas” atau “kesempurnaan”) tinggal
(artinya “hidup secara permanen”) di dalam Kristus. Rasul pun menolak ajaran
sesat bahwa segala kuasa malaikat mengalir dari Allah, memenuhi ruang antara
surga dan bumi, sehingga menjadi perantara Allah dan manusia. Ketika kita
memiliki Kristus, kita memiliki segala sesuatu yang ada pada Allah, dalam rupa
manusia. Segala ajaran yang mengecilkan salah satu aspek—kemanusiaan dan
keilahian Kristus—adalah ajaran yang salah. Amen Pdt. RHL. Tobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar