Jumat, 06 April 2018

Khotbah Minggu 08 Apr 2018 Quasi Modogeniti Yoh 21:15-19


 Gembalakanlah Domba-Dombaku.
 Teks hari ini merupakan kisah tentang penampaknya Yesus untuk ketiga kalinya setelah kebangkitan-Nya (21:14). Penampakkan pertama adalah terhadap kelompok perempuan pada pagi hari Paskah. Lukas mencatat Yesus menampakkan diri bagi dua orang murid di jalan menuju Emaus, dan malam itu Yesus menampakkan diri kepada sekelompok murid-Nya, kecuali Thomas yang belum hadir. Dalam Yoh.21:1-14, Simon Petrus mengambil inisiatif untuk memberitakan kepada teman-temannya bahwa ia mau pergi  menangkap ikan. Kemudian mereka pun pergi bersamanya.Petrus jugalah yang diberitakan penginjil ini bahwa begitu mendengar ungkapan: “Itu Tuhan” dari murid yang dikasihi Yesus (Yoh.21:7a), ia langsung terjun ke dalam danau dan berenang menuju Yesus (Yoh.21:7b).
Dia jugalah yang setelah mendengar perintah Yesus untuk membawa beberapa ekor ikan yang barusan mereka tangkap, langsung naik perahu, lalu menghela jala ke darat, penuh dengan ikan-ikan besar (Yoh.21:11).
Kepada Petrus, tiga kali Yesus mengajukan pertanyaan yang sama: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini ?” (Yoh.21:15a.16a). Ia menjawab: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yoh.21:15b.16b). Setelah mendengar jawabannya Yesus berkata kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh.21:15c.16c). Rupanya Yesus  mau mengetahui  keikhlasan hati Petrus.  Karena itu, Ia mengajukan pertanyaan ketiga dengan formulasi yang sama.
Setelah mendengar pertanyaan ketiga, diberitakan bahwa Simon Petrus merasa sedih. Kemudian dia pun menjawab: “Tuhan, engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yoh.21:17ab). Sesudah itu, Yesus menjawab: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh.21:17c).
Kesedihan Simon Petrus berkaitan dengan peristiwa penyangkalannya (Luk.22:54-62). Ia takut menderita dan mati. Penyangkalannya jelas menunjukkan ketidaksetiaannya mengikuti  Yesus.
Kasih kepada Yesus harus  dibuktikan lewat kesediaan untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Yesus adalah Gembala yang baik, yang mengenal domba-domba-Nya, yang memanggil mereka dengan namanya masing-masing. DIA memanggil Simon Petrus untuk mengikuti-Nya. Itu berarti Simon Petrus harus menjadi gembala bagi semua pengikut-Nya. Menjadi gembala berarti menjadi pemimpin, dan menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan. Karena itu, mengikuti Yesus  sebagai Gembala  atau Pemimpin yang baik berarti menjadi pelayan yang baik (Mrk.10:45; Mat.20:28).
Karena  Yesus bukan hanya Gembala yang baik tetapi  terutama Gembala yang setia sampai akhir, maka Simon Petrus pun harus menjadi pelayan yang bersedia menderita demi Yesus (bdk.Kis.5:41)dan setia mengikuti-Nya sampai akhir hidupnya. Dia harus bersedia mati demi keselamatan para pengikut Yesus.
Yesus  setia mencintai Petrus dan teman-temannya sekalipun mereka tidak setia mencintai-Nya. Mereka yang tidak setia itu meninggalkan-Nya karena takut menderita bersama-Nya. Namun ketika mereka sedang berada dalam ketakutan dan kecemasan, Ia datang meneguhkan mereka (Yoh.20:21.26) dan menampakkan diri secara khusus kepada Tomas (Yoh.20:27-29).
Kini, ketika mereka sedang  mengalami kegagalan, Ia datang dengan maksud baik agar mereka bisa berhasil menangkap ikan. Mereka  pun segera melakukan perintah-Nya, dan memperoleh keberhasilan yang luar biasa (Yoh.21:21:6.10-11).
Yesus yang setia itu  mengambil inisiatif untuk mengunjungi mereka di pantai, di tempat kerja mereka sebagai nelayan (Yoh.21:1-14). Berdasarkan apa yang dilakukan Yesus ini, maka kita pun hendaknya mengambil inisiatif untuk  mengunjungi  sesama  di rumah atau secara khusus di tempat kerja mereka.
Keenam murid tersebut memancing ikan sepanjang malam dan mereka tidak menangkap apa-apa (21:3), walaupun mereka sebenarnya memiliki banyak keterampilan sebagai nelayan. Sekarang ketika fajar menyingsing ( hari mulai siang, 21:4), Yesus menampakkan diri di pantai di mana Petrus dkk sedang berupaya menangkap ikan. Yesus berkata, “Apakah Anda menangkap ikan?” (LAI: “hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”, 21:5). Kita bisa mendengar rasa kesal/ketus dalam jawaban mereka, “Tidak ada”, atau dengan kata lain “tidak, Pada awalnya para murid tidak menyadari kalau itu adalah Yesus, namun kemudian mereka menyadarinya ketika Yesus berseru, “Tebarkan jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akna peroleh.” Mereka pernah mendengar kata-kata seperti itu sebelumnya (bnd. Luk. 5:4), dan kita bisa membayangkan apa yang di dalam pikiran mereka, “Mungkinkah itu Tuhan? Dia begitu jauh, sulit untuk memastikannya!”  mereka menebarkan jala mereka sekali lagi, dan wow … begitu banyak ikan tertangkap dalam jala mereka dimana mereka hampir tidak bisa mengangkutnya. Yohanes ( murid yang dikasihi Yesus) mengatakan, “Itu Tuhan!” Dan “byuurr …”,spontan saja Petrus melompat dari perahu ke dalam air menuju Yesus ketika Yohanes mengatakan bahwa itu Tuhan (21:7).
Kita mungkin mencatat pertama kalinya Yesus bertanya, Ia berkata, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Pada titik ini Yesus mungkin menunjuk pada perahu, jala, ikan atau alat-alat lainnya yang ada di situ. Yesus seolah-olah bertanya: “Simon apakah engkau cukup mengasihi Aku dengan meninggalkan semua ini dan mengikuti Aku?” Yesus bisa saja juga mengacu kepada murid-murid, mengatakan, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari saudara-saudaramuini?” Jika hal ini terjadi maka Simon yang pernah berkata, “Meskipun mereka semua tergoncang imannya aku tidak akan” (Markus 14:29). Jika ini adalah pertanyaankepada Simon yang juga dikenal sebagai Petrus, maka tampaknya dia mengakui kelemahannya, dan dengan demikian ia berkata, “Tuhan, Engkau tahu aku mengasihi-Mu.”
Simon telah belajar dari penyangkalannya, dan sekarang dia tidak bisa membandingkan kasihnya bagi Yesus dengan orang lain; ia hanya senang bahwa ia mengasihi Yesus. Mungkin kita bisa belajar dari Simon untuk tidak perlu mencoba menjadi lebih rohani daripada yang lain, atau mencoba untuk memberitahu dunia bahwa kita mengasihi Yesus lebih dari yang lain mengasihi Dia, dan bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk mengasihi-Nya. Yesus kemudian memberitahu Petrus bagaimana mengasihi-Nya, yaitu dengan merawat dan memberi makan domba-domba-Nya (menggembalakan domba-domba Yesus). Itulah caranya Yesus menyuruh Petrus mengasihi-Nya, “merawat dan memberi makan domba-Ku.”Sekarang mari kita lihat dua kata terakhir dari teks Khotbah kita pada hari ini. Jika kita mengasihi Yesus, maka Yesus berkata, “ikutlah Aku”. Dalam teologi Presbiterian,mengikut Yesus dimaksudkan bukan untuk mendapatkan kasih dan anugerah-Nya, melainkan lebih sebagai sebagai tanggapan manusia atas apa yang telah Yesus anugerahkan dalam hidup manusia. Sekarang kita mengikuti Yesus. Mengikuti Kristus yang bangkit berarti bahwa Paskah bukanlah acara satu hari. Yesus menjamahdunia melalui kita dengan pesan Paskah, dan pesan Paskah dimaksud adalah apa yang dulunya mati sekarang hidup. Yesus telah mati, tetapi sekarang hidup. Kita sudah mati dalam dosa-dosa kita, tetapi melalui keajaiban salib kita diampuni dan dihidupkan.Kita mungkin masih mengingat kata-kata Yakobus: “Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi (merawat) yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka                          menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia”
(Yak. 1:27). Gereja dan orang-orang Kristen harus memiliki semangat seperti itu, semangat kepedulian sosial, semangat kepedulian terhadap mereka yang belum beruntung seperti kita saat ini, semangat yang tidak mengambil keuntungan atas kelemahan orang lain, dan semangat yang mendatangkan atau menghadirkan kehidupan sebagaimana Kristus telah menyatakan kehidupan itu bagi kita.Menanggapi kasih Allah yang memberikan kita kehidupan berarti kita semua akan terlibat dalam menyampaikan kehidupan itu kepada orang lain. Ada begitu banyak cara Tuhan memanggil anggota jemaat kita untuk terlibat dalam menyampaikan pesan Paskah ini. Sangat tragis rasanya apabila masih ada orang yang mengaku mengasihi dan mengikut Kristus, tetapi dalam faktanya dia sering mempersulit sesamanya, merusak kehidupan, bahkan merusak dirinya sendiri. “Apakah engkau mengasihi Aku?” tanya Yesus.Berdasarkan ayat di atas Yoh. 21: 15-19. Tuhan Yesus mengatakan sampai tiga kali dengan pertanyaan yang sama "Petrus apakah engkau mengasihi Aku", Tuhan Yesus tidak bertanya kepada Petrus tentang bagaimana ia mengkhianati Yesus.
Ada beberapa cara bagaimana kita bisa mengasihi tanpa syarat, yaitu sebagai berikut:
1.Jangan menghakimi
Orang yang berdosa tidak perlu dihakimi karena dirinya sendiri pasti menghakiminya. Orang berdosa itu tidak perlu dituduh, karena dirinya sendiri itu akan menuduhnya. Orang berdosa ketika ditanya pasti menyalahkan orang lain bahkan ujung-ujungnya akan menyalahkan Tuhan. Contoh adalah manusia pertama Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa, mereka saling menyalahkan bahkan menunjuk ular yang dipersalahkan. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat. 7:3-5). Jangan mencari-cari kesalahan orang lain.
2.Ada peringatan dari Tuhan tetapi ada batasnya
Orang yang takut berbuat dosa, artinya Tuhan ada dalam dirinya. Orang berdosa bisa diampuni oleh Tuhan ketika datang kepada Tuhan percaya dan bertobat kepada Tuhan, tetapi kesempatan pengampunan dari Tuhan itu ada batasnya, karena itu jangan remehkan kebaikan dari Tuhan. Sadar dan jangan berbuat dosa lagi, karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang untuk kali kedua, itu bisa setiap saat bisa setiap waktu, maka pintu pengampunan terbatas.
3.Jangan mengingat masa lalu (Yoh. 21: 15-17; Yoh. 1: 42)
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, Kata Yesus kepadanya:."Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."… ."Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya:… Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." (Yoh. 21: 15-17).
SIMON artinya lemah dan labil, PETRUS itu PETRA, artinya batu karang yang teguh, memiliki prinsip yang kuat. Dalam Yoh. 21 : 15, Tuhan Yesus Memanggil Petrus dengan panggilan Simon sampai 3x, artinya bahwa Tuhan Yesus mengungkit masa lalu Petrus sebagai pribadi yang labil. Jadi ketika sampai ketiga kali Petrus ditanya oleh Tuhan Yesus tentang "Apakah engkau mengasihi Aku" maka disitu menunjukkan bahwa Petrus Labil seperti masa lalunya sebelum diubah menjadi Petrus, maka dalam ayat diatas dikatakan "hati Petrus menjadi sedih". Perkataan Tuhan Yesus selalu membawa perubahan dari masa lalu yang jelek dan membuat sadar akan keberadaannya untuk berubah menjadi yang baik.,
4.Kerjakan dengan kasih AGAPE (Yoh. 21: 15-16)
Kasih di sini adalah kasih AGAPE artinya adalah kasih meskipun, walaupun, tanpa syarat apapun. Kasih PHILEO, artinya mengasihi karena kamu mengasihi aku, hanya sekedar timbal balik, berbeda dengan kasih Agape, manusia sulit melakukan kasih Agape, tetapi ketika ada Yesus dalam hidup kita maka kita bisa melakukan kasih Agape. Ketika kita bisa mengasihi orang-orang yang mungkin mengecewakan hidup kita, bisa suami, saudara, anak, teman, orang tua. Tuhan Yesus menyentuh hati Petrus supaya mengasihi tanpa syarat karena itu disadarkan kembali sampai 3x bertanya, supaya tidak labil tetapi memiliki prinsip.
5.Bereskan hatimu maka pintu-pintu mujizat akan dibukakan.Hati merupakan sumber dari segala kehidupan kita, maka kita harus memiliki hati yang bersih dihadapan Tuhan supaya di tahun pintu-pintu mujizat terbuka ini bisa terjadi dan dialami oleh setiap kita. Unconditional love atau mengasihi tanpa syarat, artinya bukan diletakkan kepada kita karena kita pasti tidak akan pernah mampu tetapi melainkan melalui kekuatan Tuhan. Hidup ini adalah sebuah pilihan, dalam hidup ini ada lalang dan gandum tumbuh bersama, tetapi ketika datang pada Tuhan Yesus, percaya, bertobat dan menerima Yesus Kristus maka menerima keselamatan sebagai jalan menuju sorga. Tidak ada satu orangpun bisa masuk sorga, yang masuk sorga adalah mereka yang hidupnya menghasilkan buah. Amen. Pdt. RHL. Tobing.



Tidak ada komentar: