Gembalakanlah
Domba-Dombaku.
Dia jugalah
yang setelah mendengar perintah Yesus untuk membawa beberapa ekor ikan yang
barusan mereka tangkap, langsung naik perahu, lalu menghela jala ke darat,
penuh dengan ikan-ikan besar (Yoh.21:11).
Kepada Petrus,
tiga kali Yesus mengajukan pertanyaan yang sama: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi
Aku lebih
dari pada mereka ini ?” (Yoh.21:15a.16a). Ia menjawab: “Benar Tuhan, Engkau
tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yoh.21:15b.16b). Setelah mendengar
jawabannya Yesus berkata kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
(Yoh.21:15c.16c). Rupanya Yesus mau mengetahui keikhlasan hati Petrus. Karena itu, Ia mengajukan pertanyaan
ketiga dengan formulasi yang sama.
Setelah
mendengar pertanyaan ketiga, diberitakan bahwa Simon Petrus merasa sedih. Kemudian dia pun menjawab: “Tuhan,
engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”
(Yoh.21:17ab). Sesudah itu, Yesus menjawab: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh.21:17c).
Kesedihan
Simon Petrus berkaitan dengan peristiwa penyangkalannya (Luk.22:54-62). Ia
takut menderita dan mati. Penyangkalannya jelas menunjukkan ketidaksetiaannya mengikuti Yesus.
Kasih kepada
Yesus harus dibuktikan lewat kesediaan untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Yesus adalah Gembala yang baik,
yang mengenal domba-domba-Nya, yang memanggil mereka dengan namanya
masing-masing. DIA memanggil Simon
Petrus untuk mengikuti-Nya. Itu berarti Simon Petrus harus menjadi gembala bagi semua pengikut-Nya. Menjadi
gembala berarti menjadi pemimpin, dan menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan.
Karena itu, mengikuti Yesus sebagai Gembala
atau Pemimpin yang baik berarti menjadi pelayan yang baik (Mrk.10:45; Mat.20:28).
Karena Yesus bukan hanya Gembala yang baik tetapi
terutama Gembala yang setia sampai
akhir,
maka Simon Petrus pun harus menjadi pelayan yang bersedia menderita demi Yesus (bdk.Kis.5:41)dan setia mengikuti-Nya sampai
akhir hidupnya. Dia harus bersedia mati demi keselamatan para pengikut Yesus.
Yesus setia mencintai Petrus dan teman-temannya
sekalipun mereka tidak setia mencintai-Nya. Mereka yang tidak setia itu
meninggalkan-Nya karena takut menderita bersama-Nya. Namun ketika mereka sedang berada
dalam ketakutan dan kecemasan, Ia datang meneguhkan mereka (Yoh.20:21.26)
dan menampakkan diri secara khusus kepada Tomas (Yoh.20:27-29).
Kini, ketika mereka sedang mengalami kegagalan, Ia datang dengan maksud
baik agar mereka bisa berhasil menangkap ikan. Mereka pun segera
melakukan perintah-Nya, dan memperoleh keberhasilan yang luar biasa
(Yoh.21:21:6.10-11).
Yesus yang setia itu mengambil inisiatif untuk mengunjungi mereka di
pantai, di tempat kerja mereka sebagai nelayan (Yoh.21:1-14). Berdasarkan apa
yang dilakukan Yesus ini, maka kita pun hendaknya mengambil inisiatif untuk
mengunjungi sesama di rumah atau secara khusus di tempat kerja mereka.
Keenam
murid tersebut memancing ikan sepanjang malam
dan mereka tidak menangkap apa-apa (21:3), walaupun
mereka sebenarnya memiliki banyak keterampilan sebagai nelayan.
Sekarang ketika fajar menyingsing ( hari mulai siang, 21:4), Yesus
menampakkan diri di pantai di mana Petrus dkk sedang berupaya menangkap
ikan. Yesus berkata, “Apakah Anda menangkap ikan?” (LAI: “hai
anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”, 21:5). Kita bisa
mendengar rasa kesal/ketus dalam jawaban mereka, “Tidak ada”, atau dengan kata
lain “tidak, Pada awalnya para murid tidak menyadari kalau itu adalah
Yesus, namun kemudian mereka menyadarinya ketika Yesus
berseru, “Tebarkan jalamu di sebelah
kanan perahu, maka kamu akna peroleh.” Mereka pernah mendengar
kata-kata seperti itu sebelumnya (bnd. Luk. 5:4), dan kita bisa
membayangkan apa yang di dalam pikiran mereka, “Mungkinkah itu Tuhan? Dia begitu jauh,
sulit untuk memastikannya!” mereka menebarkan jala mereka
sekali lagi, dan wow … begitu banyak ikan tertangkap dalam jala
mereka dimana mereka hampir tidak bisa mengangkutnya. Yohanes ( murid yang
dikasihi Yesus) mengatakan, “Itu Tuhan!” Dan “byuurr …”,spontan saja Petrus melompat dari perahu
ke dalam air menuju Yesus ketika Yohanes mengatakan bahwa itu Tuhan
(21:7).
Kita mungkin
mencatat pertama kalinya Yesus bertanya, Ia berkata, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka
ini?” Pada titik ini Yesus mungkin menunjuk pada perahu, jala,
ikan atau alat-alat lainnya yang ada di situ. Yesus
seolah-olah bertanya: “Simon apakah engkau cukup mengasihi Aku dengan meninggalkan semua ini dan mengikuti Aku?” Yesus
bisa saja juga mengacu kepada murid-murid, mengatakan, “Simon
apakah engkau mengasihi Aku lebih dari saudara-saudaramuini?” Jika hal ini
terjadi maka Simon yang pernah berkata, “Meskipun mereka semua
tergoncang imannya aku tidak akan” (Markus 14:29). Jika ini adalah
pertanyaankepada Simon yang juga dikenal sebagai
Petrus, maka tampaknya dia mengakui kelemahannya, dan dengan demikian
ia berkata, “Tuhan, Engkau tahu aku mengasihi-Mu.”
Simon telah belajar dari penyangkalannya, dan sekarang dia tidak
bisa membandingkan kasihnya bagi Yesus dengan orang lain; ia
hanya senang bahwa ia mengasihi Yesus. Mungkin kita bisa belajar dari Simon
untuk tidak perlu mencoba menjadi lebih rohani daripada
yang lain, atau mencoba untuk memberitahu
dunia bahwa kita mengasihi Yesus lebih dari yang lain
mengasihi Dia, dan bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk
mengasihi-Nya. Yesus kemudian memberitahu Petrus bagaimana mengasihi-Nya,
yaitu dengan merawat dan memberi makan
domba-domba-Nya (menggembalakan domba-domba Yesus). Itulah caranya Yesus
menyuruh Petrus mengasihi-Nya, “merawat dan memberi makan
domba-Ku.”Sekarang mari kita lihat dua kata terakhir dari teks Khotbah
kita pada hari ini. Jika kita mengasihi
Yesus, maka Yesus berkata, “ikutlah Aku”. Dalam teologi
Presbiterian,mengikut Yesus dimaksudkan bukan untuk mendapatkan kasih dan anugerah-Nya, melainkan lebih
sebagai sebagai tanggapan manusia atas apa yang telah Yesus anugerahkan dalam hidup manusia. Sekarang
kita mengikuti Yesus. Mengikuti Kristus yang bangkit berarti bahwa Paskah bukanlah acara satu hari.
Yesus menjamahdunia melalui kita dengan pesan Paskah, dan pesan
Paskah dimaksud adalah apa yang dulunya
mati sekarang hidup. Yesus telah mati, tetapi sekarang hidup. Kita sudah
mati dalam dosa-dosa kita, tetapi melalui keajaiban salib kita diampuni dan
dihidupkan.Kita mungkin masih mengingat kata-kata Yakobus: “Ibadah
yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita ialah
mengunjungi (merawat) yatim piatu dan janda-janda dalam
kesusahan mereka
menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh
dunia”
(Yak. 1:27). Gereja dan orang-orang Kristen harus
memiliki semangat seperti itu, semangat kepedulian
sosial, semangat kepedulian terhadap mereka yang belum beruntung seperti
kita saat ini, semangat yang tidak mengambil keuntungan atas kelemahan orang
lain, dan semangat yang mendatangkan atau menghadirkan kehidupan
sebagaimana Kristus telah menyatakan kehidupan itu bagi kita.Menanggapi kasih
Allah yang memberikan kita kehidupan berarti kita
semua akan terlibat dalam menyampaikan kehidupan itu kepada orang lain. Ada
begitu banyak cara Tuhan memanggil anggota jemaat kita untuk terlibat
dalam menyampaikan pesan Paskah ini. Sangat tragis rasanya apabila
masih ada orang yang mengaku mengasihi dan mengikut Kristus, tetapi dalam faktanya
dia sering mempersulit sesamanya, merusak kehidupan, bahkan merusak dirinya
sendiri. “Apakah engkau mengasihi Aku?” tanya Yesus.Berdasarkan ayat di atas Yoh. 21:
15-19. Tuhan Yesus mengatakan sampai tiga kali dengan pertanyaan yang sama
"Petrus apakah engkau mengasihi Aku", Tuhan Yesus tidak bertanya
kepada Petrus tentang bagaimana ia mengkhianati Yesus.
Ada beberapa
cara bagaimana kita bisa mengasihi tanpa syarat, yaitu sebagai berikut:
1.Jangan menghakimi
Orang yang berdosa tidak perlu dihakimi karena dirinya sendiri pasti
menghakiminya. Orang berdosa itu tidak perlu dituduh, karena dirinya sendiri itu akan menuduhnya.
Orang berdosa ketika ditanya pasti menyalahkan orang lain bahkan ujung-ujungnya
akan menyalahkan Tuhan. Contoh adalah manusia pertama Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa, mereka saling
menyalahkan bahkan menunjuk ular yang dipersalahkan. Mengapakah engkau melihat
selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau
ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku
mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai
orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat
dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat. 7:3-5). Jangan mencari-cari
kesalahan orang lain.
2.Ada peringatan dari Tuhan tetapi ada batasnya
Orang yang
takut berbuat dosa, artinya Tuhan ada dalam dirinya. Orang berdosa bisa
diampuni oleh Tuhan ketika datang kepada Tuhan percaya dan bertobat kepada
Tuhan, tetapi kesempatan pengampunan dari Tuhan itu ada batasnya, karena itu
jangan remehkan kebaikan dari Tuhan. Sadar dan jangan berbuat dosa lagi, karena
kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang untuk kali kedua, itu bisa setiap saat
bisa setiap waktu, maka pintu pengampunan terbatas.
3.Jangan mengingat masa lalu (Yoh. 21: 15-17; Yoh. 1:
42)
Sesudah
sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, Kata
Yesus kepadanya:."Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya:
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus
kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau."… ."Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon,
anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena
Yesus berkata untuk ketiga kalinya:… Yesus memandang dia dan berkata:
"Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya:
Petrus)." (Yoh. 21: 15-17).
SIMON artinya lemah dan labil, PETRUS itu PETRA, artinya batu karang yang
teguh, memiliki prinsip yang kuat. Dalam Yoh. 21 : 15, Tuhan Yesus Memanggil Petrus dengan panggilan Simon sampai 3x,
artinya bahwa Tuhan Yesus mengungkit masa lalu Petrus sebagai pribadi yang
labil. Jadi ketika sampai ketiga kali Petrus ditanya oleh Tuhan Yesus tentang
"Apakah engkau mengasihi Aku" maka disitu menunjukkan bahwa Petrus
Labil seperti masa lalunya sebelum diubah menjadi Petrus, maka dalam ayat
diatas dikatakan "hati Petrus menjadi sedih". Perkataan Tuhan Yesus selalu membawa
perubahan dari masa lalu yang jelek dan membuat sadar akan keberadaannya
untuk berubah menjadi yang baik.,
4.Kerjakan dengan kasih AGAPE (Yoh. 21: 15-16)
Kasih di sini
adalah kasih AGAPE artinya adalah kasih meskipun, walaupun, tanpa syarat apapun.
Kasih PHILEO, artinya mengasihi karena kamu mengasihi aku, hanya sekedar timbal
balik, berbeda dengan kasih Agape, manusia sulit melakukan kasih Agape, tetapi
ketika ada Yesus dalam hidup kita maka kita bisa melakukan kasih Agape. Ketika
kita bisa mengasihi orang-orang yang mungkin mengecewakan hidup kita, bisa
suami, saudara, anak, teman, orang tua. Tuhan Yesus menyentuh hati Petrus
supaya mengasihi tanpa syarat karena itu disadarkan kembali sampai 3x bertanya,
supaya tidak labil tetapi memiliki prinsip.
5.Bereskan hatimu maka pintu-pintu mujizat akan
dibukakan.Hati
merupakan sumber dari segala kehidupan kita, maka kita harus memiliki hati yang
bersih dihadapan Tuhan supaya di tahun pintu-pintu
mujizat terbuka ini bisa terjadi dan dialami oleh setiap kita. Unconditional love atau mengasihi
tanpa syarat, artinya bukan diletakkan kepada kita karena kita pasti tidak akan
pernah mampu tetapi melainkan melalui kekuatan Tuhan. Hidup ini adalah sebuah pilihan, dalam hidup ini
ada lalang dan gandum tumbuh bersama, tetapi ketika datang pada Tuhan Yesus, percaya, bertobat dan menerima Yesus Kristus maka
menerima keselamatan sebagai jalan menuju sorga. Tidak ada satu orangpun bisa
masuk sorga, yang masuk sorga adalah mereka yang hidupnya menghasilkan buah.
Amen. Pdt. RHL. Tobing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar