Senin, 30 April 2018

Khotbah Minggu 29 April 2018 Nyanyikanlah Pujian Syukur Bagi Tuhan1 Tawarikh 16:7-13


Daud seorang yang mengutamakan Tuhan. Setelah selesai peletakan Tabut Allah di kemah yang disediakan dan ritual mempersembahkan korban dilaksanakan, Asaf dan saudara-saudara sepuaknya disuruh Daud untuk menyanyikan syukur bagi Tuhan.
Nyanyian syukur ini bersumber dari beberapa mazmur. Ayat 8-22 dari Mzm. 105:1-15, memuji-muji Tuhan yang sudah berkarya dalam sejarah Israel mulai dari Abraham sampai menjadi bangsa yang besar. Ayat 23-33 dari Mzm. 96, puji-pujian kepada TUHAN yang mulia, besar, dahsyat. Ayat 34-36 dari Mzm. 106:1, 47-48, puji-pujian sebab Tuhan, Allah baik.Dengan merenungkan mazmur pujian Asaf, kita bisa membayangkan suasana sukacita saat raja Daud dan bangsa Israel telah berhasil memindahkan tabut Allah ke Yerusalem. Sudah begitu lama tabut berada di tempat yang tidak semestinya, kini tabut ada di Sion, kota Daud, ibukota Kerajaan Israel. Asaf mengajak umat untuk bersyukur bagi Tuhan sebab Tuhan sudah mengikatkan perjanjian dengan Abraham, Ishak, Yakub menjadi perjanjian kekal. Berkaitan dengan perjanjian ini, Tuhan memberikan tanah milik pusaka dan kerajaan dan raja-raja, nabi-nabi yang melindungi umat-Nya. Selanjutnya Asaf mendorong segenap bumi bernyanyi bagi Tuhan dan juga menceriterakan kemuliaan dan perbuatan-Nya diantara bangsa-bangsa. Asaf juga mengajak bangsa-bangsa datang dan mengakui bahwa Tuhan itu Raja. Kemudian Asaf menutup dengan ajakan untuk bersyukur Tuhan itu baik, kasih setia-Nya selama-lamanya, Ia adalah Tuhan, Allah, Penyelamat umat.
Semua orang harus mengucap syukur, bahkan langit dan bumi beserta segala ciptaan harus mengucap syukur. Pada ayat 12 dikatakan bahwa orang-orang pilihan-Nya mengucap syukur kepada Tuhan. Artinya hanya orang-orang pilihan saja yang mampu mengucap syukur kepada Allah. Mengucap syukur tidak cukup hanya dengan mengangkat tangan dan bernyanyi bagi Dia, tetapi ada sikap lain yang menunjukkan bahwa kita mengucap syukur.
Lalu bagaimana cara kita mengucap syukur kepada Allah? Cara kita mengucap syukur kepada Allah dimulai dengan:
Memanggil Nama Tuhan (Ayat 7-8)
                Dalam budaya orang Israel yang bertugas untuk mengangkat Tabut Perjanjian adalah suku Lewi. Artinya mereka adalah orang-orang yang dikhususkan untuk melayani Tuhan dan Bani Asaf untuk pertama kalinya dipercayakan oleh Daud untuk mengangkat Tabut Allah dan menyanyikan nyanyian syukur kepada Allah. Dalam ayat 8 berkata bersyukurlah kepada-Nya dan panggil nama Tuhan.
Pada saat kita memanggil nama Tuhan, hal ini menandakan bahwa kita sedang mengucap syukur kepada Allah. Sebab itu Mazmur berkata bersyukurlah kepada Tuhan, dan dimulai dengan memanggil nama-Nya. Memanggil dapat diartikan alamat dan untuk menuju sebuah alamat, harus ada tujuan yang jelas. Dengan demikian, ketika kita memanggil seseorang, kita harus menyebut namanya. Begitu juga pada saat kita memanggil nama Tuhan, kita harus menyebut nama-Nya dan fokusnya harus jelas yaitu kepada Tuhan dan Daud mempraktekkan hal ini. Sehingga mengucap syukur tidak hanya mengangkat tangan melainkan memanggil nama-Nya dan pada saat mengucap syukur kepada Allah jangan kita fokus kepada hal-hal lain. Jangan fokus kepada orang lain tetapi fokuslah kepada Allah.
Memperkenalkan Perbuatan-Nya (Ayat 8)
Memperkenalkan perbuatan-Nya artinya memberitahukan agar semua orang tahu tentang perbuatan Allah. Memperkenalkan juga berarti mempromosikan Tuhan kepada orang lain dan hidup kita adalah untuk mempromosikan perbuatan Tuhan. Untuk dapat mempromosikan sesuatu harus ada sumber atau buktinya. Begitu juga ketika kita mempromosikan Tuhan, kita harus memiliki bukti atau sumber yang dapat dipercaya dan sumber promosi itu diri kita sendiri. Pada saat kita memperkenalkan Tuhan, kehidupan kita juga harus menunjukkan bahwa kita adalah orang percaya dan orang lain pun akan memuliakan Tuhan.
Memperkenalkan Tuhan adalah tanda bahwa kita mengucap syukur kepada Allah. 1 korintus 14:16 mengajarkan kepada kita bahwa untuk memperkenalkan Tuhan harus dengan bersuara tidak dilakukan di dalam hati agar setiap orang yang ada disisi kita dapat mendengar apa yang kita katakan. Jadi mengucap syukur bukan hanya memanggil nama-Nya tetapi memperkenalkan Tuhan.
Mempercakapkan Segala Perbuatan-Nya (Ayat 9)
Mempercakapkan artinya membicarakan, mengupas atau memperbincangkantentang perbuatan Tuhan. Mazmur berkata percakapkanlah perbuatan-Nya yang ajaib dan kelahiran kita pun adalah sebuah keajaiban dari Tuhan. Sebagai orang Kristen kita harus mempercakapkan tentang perbuatan Tuhan saat kita sakit, atau ketika Tuhan menolong kita dalam keadaan sulit. Dengan demikian, orang lain pun akan merasakan tentang kebaikan Tuhan dan kita dapat menyaksikan kebaikan Tuhan kepada orang lain.
Selalu Bermegah Di dalam Tuhan (Ayat 10)
Bermegah dapat diartikan adanya suatu kebanggaan. Pada saat kita bangga pada seseorang, kita pasti akan membicarakannya terus menerus. Begitu juga pada saat kita bangga memiliki Tuhan, kita akan membicarakan Tuhan secara terus menerus tanpa rasa takut. Pada saat kita bangga kepada Tuhan, kita sedang mengucap syukur kepada-Nya. Yesaya 45:25 berkata “Tetapi seluruh keturunan Israel akan nyata benar dan akan bermegah di dalam Tuhan”. Artinya seluruh manusia di muka bumi ini akan bermegah di dalam Tuhan dan kita adalah orang-orang yang ada di dalamnya, yaitu orang-orang pilihan-Nya. Dan kita dapat berkata bahwa bukan karena kuat kita melainkan Allah yang ada dalam hidup kita.
 Mau Dipimpin Oleh Tuhan (Ayat 11)
Mengucap syukur tidak hanya bermegah di dalam Tuhan tetapi juga mencari Dia adalah tanda kita mengucap syukur. Dalam 1 Tawarikh 14:10-14, dikisahkan bahwa Daud sebelum berperang melawan orang Filistin, ia bertanya terlebih dahulu kepada Tuhan dan Tuhan menjawabnya. Sehingga Daud mengalami kemenangan. Hidup kita juga harus seperti demikian, mencari Tuhan selalu. Orang yang mencari wajah Tuhan adalah ciri orang yang mau dipimpin oleh Tuhan dan Daud melakukannya.
Untuk melakukan segala sesuatu, kita perlu bertanya kepada Tuhan. Sebab hanya Tuhan saja yang akan memberikan jawaban pasti kepada kita. Bahkan dalam kisah ini, Allah memberikan strategi yang baik kepada Daud untuk melawan orang Filistin. Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa ada ide-ide baru dan tidak terbatas yang Tuhan beri ketika kita datang mencari Tuhan. Saat kita datang kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberi jawaban.
 Ingatlah ! Akan Tuhan (Ayat 12)
Pada saat mengucap syukur kepada Tuhan, itu tandanya kita mengingat akan Tuhan. Mengingat artinya tidak lupa dan saat kita  mengingat Tuhan, kita tidak lupa akan perbuatan-Nya kepada kita. Jangan lupa akan kebaikan-Nya dan ingatlah atas pertolongan-Nya kepada kita. Tetapi terkadang manusia sering lupa bahkan sengaja melupakan kebaikan yang sudah diterima daripada Tuhan.  Ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita.
Mazmur 77:12 berkata “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala”. Ingat bahwa dari awal kejadian hidup kita pun itu merupakan kebaikan Allah yang perlu kita syukuri (Mazmur 139:13-14). Bahkan sampai sekarang pun Allah masih tetap sama, memimpin dan menyertai bahkan janji-Nya kekal sampai selamanya.
Sebab itu marilah kita mengucap syukur kepada Allah sebagai tanda kita berkarya maksimal bagi Dia dalam kehidupan kita sehari-hari lewat memanggil nama Tuhan, memperkenalkan perbuatan-Nya, mempercakapkan segala perbuatan-Nya, mau dipimpin oleh Tuhan, dan ingat akan Tuhan.
Mencari Tuhan adalah sebuah kebutuhan, keharusan dan juga perintah bagi semua manusia.  Selagi ada waktu dan kesempatan marilah kita mencari Tuhan dengan seluruh keberadaan hidup kita, bukan hanya sebatas formalitas atau lahiriah saja, melainkan harus melibatkan hati dan pikiran, sebab  "TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9).  Jangan sampai kita hanya datang mendekat kepada Tuhan secara lahiriah sementara hati dan pikiran jauh dari Tuhan, seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel:  "...bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,"  (Yesaya 29:13).  Ibadah yang demikian adalah kebencian Tuhan.  "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu."  (Amos 5:21).
     Biarlah teguran Tuhan ini menjadi peringatan keras bagi kita supaya kita tidak lagi bermain-main dengan ibadah kita.  Tuhan menegur bukan berarti Dia kejam dan tidak mengasihi kita, justru menunjukkan bahwa Tuhan sangat mempedulikan kita.  "...perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,"  (Amsal 6:23).  Karena itu carilah Tuhan segera selagi Ia berkenan untuk kita temui.
Berbahagialah orang yang mencari Tuhan dengan segenap hati!  
Mazmur 119:2
 Amen
                                                                         



Khotbah Ke. Rumah Tangga 1-2 Mei 2018 Mateus 11:25-30


Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  Matius 11:28
Apakah saat ini Saudara merasa letih, lesu dan tak berdaya karena beratnya beban permasalahan yang harus Saudara tanggung dalam hidup ini?  Mulai dari bangun pagi sampai hendak tidur malam banyak perkara yang kita pergumulkan dan keluhkan, mulai dari masalah keuangan keluarga yang pas-pasan, usaha yang seret dan sedang berada di ujung tanduk, beban pekerjaan, dan suasana kerja yang tidak kondusif, kesehatan yang terganggu karena sakit-penyakit yang lama belum kunjung sembuh, belum lagi anak-anak di rumah yang susah diatur dan studinya yang kian terseok-seok.
     Dalam hal pelayanan pun kita merasa bahwa pelayanan yang kita lakukan selama ini serasa sia-sia, tidak ada kemajuan, jalan di tempat dan kita pun berniat untuk mundur karena tidak tahan dengan tekanan dari berbagai pihak.  Akhirnya kekuatiran dan kecemasan terus saja membayangi langkah kaki kita yang kian gontai.  Abraham L. Feinberg, seorang rohanian Amerika, menulis tentang sepuluh kiat untuk menikmati kebahagiaan hidup.  Salah satu dari sepuluh kiat itu adalah:  "Berhentilah kuatir.  Rasa kuatir akan membinasakan hidupmu."  Alkitab juga menegaskan bahwa kekuatiran itu sama sekali tidak mendatangkan kebaikan bagi seseorang, sebab  "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  (Amsal 12:25), dan  "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?"  (Matius 6:27).
     Mengapa Saudara harus memikul beban itu sendirian?  Rasul Petrus menasihati,  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Tuhan berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Karena itu kuatkan diri dan tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus!  Keadaan dunia ini boleh saja berubah, tetapi kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah:  kuasa, kasih, kemurahan dan kebaikan-Nya  "...tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8).  Tuhan Yesus tetaplah sebagai jalan dan kebenaran dan hidup bagi orang percaya. Dia adalah setia dan dapat diandalkan. Lalu mengapa kita tidak dapat menikmati ketenangan yang permanen? Karena kita hanya berhenti di “Marilah” saja.
Jika kita introspeksi diri baik-baik, alasan utama adalah karena kita mengabaikan ayat-ayat berikutnya, ayat 29-30 di sini selanjutnya dikatakan: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Yang disebut dengan orang-orang Kristen adalah murid-murid Kristus, orang yang harus belajar seperti Kristus dan mengikuti Kristus. Hanya orang yang secara konsisten terus belajar dan meneladani Yesus, barulah ia dapat terus menerus menikmati kehidupan yang penuh ketenangan dan kedamaian yang kekal itu.
Pertama, jangan biarkan kata “kuk” ini menakut-nakuti Anda. Karena ini adalah kuk dari Kristus, Dia akan membantu kita memikulnya. Ia akan membuat kita menyukainya, melalui daya tarik keadilan dan kebenaran. Ia akan membuat kita bosan dengan kesenangan semu dan membuat kita bergembira karena melatih diri untuk kebajikan.
Pada saat itu cara orang-orang Yahudi melatih sapi muda untuk membajak sawah adalah membiarkan sapi muda dengan sapi yang sudah berpengalaman berdampingan untuk memikul satu kuk. Sapi muda itu akan belajar dari sapi tua membajak di sana dengan patuh dan perlahan-lahan sapi muda itu akan menjadi terbiasa. Tuhan kita seperti sapi tua ini. Hari ini Tuhan tidak hanya berjalan bersama kita, Dia juga ada di dalam kita. Ketika kita membiarkan Tuhan hidup di dalam kita, maka kerendahan hati Tuhan akan dinyatakan di dalam diri kita. Selanjutnya dikatakan lagi: “Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (ayat 30). Yang dimaksud dengan enak dan ringan yaitu yang sesuai, karena Tuhan tidak akan memberikan kuk yang melampaui batas kemampuan kita.
Kedua, belajar apa? 1. Lemah-lembut dan rendah hati. Yang disebut lemah-lembut adalah tidak panik, rendah hati lawan kata adalah sombong; semua keberhasilan kita juga bukan karena kemampuan dan kehebatan kita, untuk apa tinggi hati dan sombong, sesungguhnya tidak ada yang dapat dibanggakan! Kita juga tidak ada apa-apanya. Yesus adalah Allah Tritunggal yang Mahatinggi, tapi Ia rela merendahkan diri menjadi manusia seperti yang tercatat di dalam Flp. 2:7-8. Jika bukan karena anugerah Allah, apalah artinya kita? 2. Pengenalan dan keyakinan terhadap Allah Bapa: “Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (ay. 25-26). Yakin dan jelas siapa yang dilayani; Dia adalah Bapa, Tuhan langit dan bumi: Dia adalah Bapa kita, Dia tidak akan sesuka hati memperlakukan kita, setiap hal harus dengan seizin-Nya baru bisa terjadi di atas diri kita. Segala sesuatu ada di dalam kuasa-Nya. Karena itu buat apa kita menghitung-hitung untung rugi, keberhasilan dan kegagalan kita. 3. Ayat 25-26: Jelas bahwa Allah adalah Bapa, Tuhan langit dan bumi, aku bersyukur kepada-Mu. Mengucap syukur dalam segala hal. Waktu itu Yesus berada dalam situasi pasang surut, pekerjaan tidak berhasil, ditolak, diremehkan,…mengapa Ia masih bersyukur kepada Allah Bapa? Karena Yesus tahu siapa Bapa, karena Bapa maka Ia harus taat. Yakin bahwa Allah Bapa tidak akan salah juga tidak akan ada yang salah. 4. Ayat 27 menunjukkan betapa eratnya hubungan Dia dengan Allah Bapa. Dia membiarkan Bapa mengenal Dia (jujur, tanpa rasa sesal)Sebaliknya Ia juga sepenuhnya memahami Allah Bapa. Bagaimana kita di hadapan Allah, ada berapa banyak hal yang kita tidak berani terbuka kepada-Nya, dan sejauh mana pemahaman kita terhadap Allah Bapa? Tidak mengherankan, kita tidak dapat menikmati ketenangan! Amen


Khotbah Kaum Lansia 01 Mei 2018 Memuji Tuhan Atas Kebaikan dan KuasaNya yg Menyembuhkan Matius 21:14-16.


Cerita kehidupan di dunia seperti sebuah gua yang besar, ketika kita berbicara kita akan mendengar gaungnya. Gaung yang menunjukkan kehidupan manusia, gaung antara susah dan senang, suka dan tidak suka, tawa dan tangisan, marah dan kasih mesra. Seperti itu juga sikap Allah kepada manusia, terkadang keras dan lembut.
 Seperti kehadiran Yesus di Bait Allah membawa perubahan bagi orang-orang yang pada awalnya merasa Bait Allah tempat untuk berjual beli (Mat. 21:12). Yesus mambersihkan semua tujuan orang-orang yang salah ketika berada di Bait Allah. Yesus menegaskan bahwa Bait Allah adalah rumah doa bukan sarang penyamun. Hal itu terbukti ketika Yesus menyembuhkan orang-orang timpang dan buta yang datang menjumpai Yesus, dan rasa syukur akan kasih Yesus ini ditunjukkan dengan pujian yang dinaikkan oleh anak-anak yang hadir di Bait Allah pada saat itu.
 Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah (ay.12). Bait Suci adalah rumah doa, tetapi otoritas di Bait Suci telah menjadikannya sarang penyamun (ay.13, bandingkan dengan Yesaya 56:7; Yeremia 7:11).Setelah Yesus menyucikan Bait Allah, orang-orang buta dan orang-orang timpang datang kepada Yesus di Bait Allah dan mereka disembuhkan (ay.14). Aneh tapi nyata, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat tidak suka melihat Yesus menyembuhkan orang-
 orang sakit, mereka tidak suka melihat anak-anak memuji Tuhan (ay.15-16).Bait Allah yang di Yerusalem telah mengalami pergeseran fungsi (ay.13). Seharusnya Bait Allah adalah rumah doa, rumah kesukaan bagi segala bangsa . Praktek jual beli yang terjadi di Bait Allah menunjukkan bahwa orientasi ibadah tidak lagi berfokus pada Tuhan dan firman-Nya. Keadaan yang memprihatinkan tersebut membuat Bait Allah tidak ubahnya seperti sarang penyamun (Yeremia 7:9-11).
Kehadiran Yesus di Bait Allah menjadikannya bait kesembuhan/pemulihan, bait mujizat dan bait pujian (ay.14-15).
Roh agamawi dan orang-orang yang dipengaruhinya adalah penghambat/penghalang bagi pekerjaan Tuhan. Orang-orang semacam itu bukanlah orang yang tepat untuk dijadikan sebagai tim dalam melayani Tuhan (ay.15-17).
Bait Allah adalah orang-orang beriman yang telah diselamatkan (1 Korintus 6:19; Ibrani 3:6), karena itu sebagai orang-orang beriman yang telah diselamatkan, kita harus memperhatikan praktek dan motivasi ibadah kita. Apakah yang menjadi tujuan ibadah kita? Siapakah yang kita sembah dalam peribadatan kita?Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1-2).
Kita harus mewaspadai roh agamawi yang menganggap agama dan peribadatan hanya sebagai ritual atau tradisi tanpa mau mentaati firman Tuhan (Markus 7:6-9).
Mari kita undang Tuhan Yesus masuk ke dalam hidup kita, masuk ke dalam rumah tangga kita, masuk ke dalam komunitas kita (Wahyu 3:20). Sebab di mana ada Tuhan Yesus, di situ ada kesembuhan/pemulihan, ada mujizat dan ada puji-pujian bagi Allah.
Kehadiran Yesus di dunia diakui orang-orang percaya untuk menunjukkan kasih Allah kepada manusia. Walaupun masih banyak manusia kurang menyadari itu. Yesus hadir bukan saja dalam hal kebahagian tapi juga dalam kesusahan. Dan kehadiran Yesus membawa perubahan yang baik bagi orang-orang percaya. Kuasa Yesus mampu menyelesaikan setiap perkara manusia, tidak mungkin menurut dunia tapi dihadapan Yesus semua mungkin adanya. Muzijat-muzijat Yesus tetap terjadi sampai saat ini bagi orang-orang yang percaya padaNya.
Dalam kehidupan ini banyak permasalahan dan tantangan. Ketika permasalahan itu semakin mencekam baru kita sadar untuk menjumpai Yesus Sang Penolong. Seperti orang-orang yang datang kepada Yesus di Bait Allah untuk disembuhkan Yesus. Walaupun perbuatan Yesus akhirnya membuat para iman jengkel karena pujian-pujian rasa syukur yang diserukan oleh anak-anak. Atau selama ini kita yang mengaku sebagai anak-anak Allah kurang peka terhadap permasalahan orang lain ketika mereka timpang dan buta dalam arti imannya yang sudah timpang dan perlakuannya sudah dibutakan oleh dunia ini sehingga tidak lagi berjalan dalam kebenaran Kristus perlu pertolongan penguatan dari kita sebagai orang percaya atau malahan kita juga yang selalu merasa jengkel ketika kita melihat orang-orang memuji Allah dengan kesaksian-kesaksian hidupnya. Amen.

Rabu, 25 April 2018

Khotbah Minggu 22 April 2018 BNKP Bandung 1 Tes 2:13-20



Apa itu sukacita yang sempurna?
Apakah dengan kita memiliki segala macam yang kita inginkan, kita dapat mengatakan diri kita memiliki sukacita?
Apakah dengan mengatakan bahwa saya tanpa masalah dan hidup ini lancar-lancar saja, saya dapat berkata memiliki sukacita?Tampaknya kata sukacita merupakan kata yang cukup penting dalam sepanjang pemberitaan Firman Tuhan yang disaksikan Alkitab.Kembali pada pertanyaan apa itu sukacita yang sempurna?
Maka, setidaknya ada 3 poin penting yang dapat menjawab akan hal tersebut.
1.Sukacita yang sempurna adalah wujud nyata dari relasi seorang murid dengan Bapa (Allah)
2.Sukacita yang sempurna adalah wujud nyata dari ketaatan untuk menuruti perintah-Nya
3.Sukacita yang sempurna adalah wujud nyata seseorang yang berani untuk membagikan kasihnya kepada orang lain (sesama).
Saat kita Focus Dengan Tujuan Akhir Apapun Pergumulan Yang kita Hadapi Akan kita Jalani Dengan Sukacita,
KITA DICIPTAKAN UNTUK MELAYANI. Bukan Secara Kebetulan kita hidup sampai saat ini, tetapi ada Rencana Tuhan yg besar bagi hidup mu, dan bagi hidupku.
Karena itu Paulus katakan Dlm Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya..”  –
Alkitab menyatakan bahwa, bahkan sebelum Anda dilahirkan, Tuhan sudah membuat rencana pelayanan bagi Anda. Alasan mengapa begitu banyak orang menderita sekarang, mengapa banyak yang ingin bunuh diri, serta merasa hampa adalah karena mereka telah kehilangan tujuan hidup, Kehilangan Sukacita. Bagian ini mengajarkan bahwa Allah menghendaki setiap orang percaya ditengah penderitaan hidup tidak menjadi serupa dengan dunia, tetapi tetap melayani Tuhan dengan benar. Hal seperti inilah yang dijalani oleh rasul Paulus. Ia mengalami penganiayaan (ayat 15-16), tapi ia tidak menjadi tawar hati/serupa dengan dunia ini. Walau dihambat, ia tetap merambat. Ia tetap melayani Tuhan dengan benar. Hal-hal apa saja yang menguatkan setiap orang percaya untuk dapat tetap hidup melayani Tuhan ditengah penderitaannya?
Focus on positive things (ayat 13-16)
Rasul Paulus tidak mau membiarkan perhatiannya terpusat pada orang-orang yang menentang pemberitaan Injilnya. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang yang terbuka untuk menerima Injil. Hal ini membuat ia tidak mengeluh saat menghadapi perlawanan, melainkan ia dapat bersyukur karena orang-orang yang menerima Injil. Rasul Paulus juga bersyukur untuk orang-orang percaya yang rela menderita bagi kemuliaan Tuhan (ayat 14-16).
Serving with a loving heart (ayat 17-18)
Rasul Paulus tidak hanya asal melayani, melainkan ia melayani dengan hati yang mengasihi. Ia tidak asal melakukan tugas penginjilan namun ia rindu untuk mengunjungi jemaat Tesalonika untuk menguatkan iman mereka. Meskipun iblis melalui orang-orang Yahudi menganiaya dirinya, namun rasul Paulus tetap memperhatikan orang percaya di Tesalonika. Ia berdoa dan menulis surat Tesalonika ini.
Eternal value of the Gospel (ayat 19-20)
Menyadari nilai kekal dari pelayanan Injil merupakan kekuatan bagi setiap orang percaya yang melayani. Pelayanan yang berhubungan dengan keselamatan jiwa adalah bernilai kekal. Semua yang kita usahakan di dunia ini seperti mencari uang, kepandaian, prestasi, yang tidak berkait dengan keselamatan jiwa adalah sementara. Hanya jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Kristus yang akan “menyertai” kita sampai kekekalan. Rasul Paulus bersukacita karena kenyataan ini.
  Membangun hidup di atas Firman Tuhan
Dari ayat 13, kita dapat melihat bagaimana sikap jemaat Tessalonika dalam menerima Firman Tuhan. Rasul Paulus bersyukur atas penerimaan mereka terhadap Firman Tuhan dengan tulus. Walaupun yang memberitakan Injil itu manusia, namun mereka menerima dengan tulus dan berharga sebagai firman Allah. Jika firman Tuhan kita terima seperti seorang yang lapar dan haus, maka firman Tuhan benar-benar bekerja dalam diri kita. Firman Tuhan akan berdampak dalam kehidupan orang yang percaya ketika kita menerima dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Kemurnian dari niat kita menerima firman Tuhan tidak akan terpengaruh tentang siapa yang menyampaikan dan seperti apa cara penyampaiannya, namun kita akan bersungguh-sungguh dengan tuntunan Roh Kudus menemukan sapaan Firman Tuhan untuk kita hidupi.
 Kalau kita perhatikan sebuah bongkahan batu karang yang besar dengan teliti, maka kita akan melihat bahwa sebenarnya bongkahan karang itu terdiri dari rumah binatang kecil yang disebut KORAL. Koral-koral kecil akan mudah terbawa arus dan ombak lautan jika mereka hidup sendiri-sendiri, tetapi sebaliknya ketika koral itu bersatu dan membentuk sebuah gugusan karang maka,sebuah kapal besarpun akan hancur bila menabraknya ! Sungguh sebuah kekuatan yang hebat dari sebuah persatuan dan kebersamaan.
Amsal 17:17 (Silahkan dibaca) Menunjukkan bahwa ini adalah kekuatan sebuah hubungan yang  ditunjukkan dengan saling memperhatikan dan membantu, khususnya dalam keadaan yang sulit. Bagaimana cara kita membangun sebuah kebersamaan dengan orang lain? Berdasarkan bacaan kita pagi ini ada 2 cara supaya kita dapat membangun sebuah kebersamaan yang pada akhirnya membawa kekuatan yang sungguh luar biasa di Gereja kita.
Menerima dan Melakukan Firman Allah (ayat 13-14)
Dampak dari orang yang menerima dan Melakukan Firman Allah adalah Hidup dalam damai sejahtera dengan orang-orang yang ada disekitarnya walaupun mungkin orang lain memusuhinya; dan orang tersebut lebih memilih mengasihi orang lain dalam situasi dan kondisi apapun sebagai wujud nyata bahwa dia sungguh-sungguh mengasihi Allah ( 1 Yohanes 4:20)
Saling Memperhatikan (ayat 17-18)
Wujud nyata dari memperhatikan adalah memliki hubungan yang harmonis, ada kerinduan untuk saling mengunjungi; dengan tindakan itu satu sama lain dapat memahami sifat dan karakter masing-masing.Dalam sebuah kebersamaan pasti menimbulkan sukacita yang luar biasa karena dapat saling menopang kelemahan masing-masing, seperti yang terjadi pada Paulus dan jemaat Tesalonika.
Bagaimana Bpk,Ibu Sdr Apakah Kita Rindu Gereja kita menjadi kuat dan bertumbuh? 2 cara inilah yang di ajarkan kepada kita. AMIN



Khotbah Kebaktian R. Tangga 10-11 Apr 2018
Mazmur 23:1-6

Salah satu metafora yang sangat terkenal dalam Alkitab yang menunjukkan kebaikan, perlindungan, pemeliharaan Tuhan atas umatNya adalah melalui hubungan antara seorang gembala dengan domba-dombanya. Dalam Mazmur 23 ini diungkapkan bagaimana Tuhanbekerja dalam kehidupan Daud seperti seorang Gembala untuk menuntun Daud dalam setiap perjalanan kehidupannya. Tuhan Yesus sendiripun sangat jelas mengungkapkan metafora seperti ini tentang kehadiranNya dan kedatanganNya ke dunia ini: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya kepada domba-dombanya” (Yoh. 10: 11). Dalam metafora ini ada benang merah yang sangat indah bahwa ketika Daud mengakui bahwa Allah adalah Gembala, dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa Akulah Gembala yang baik. Kita akan mencoba melihat beberapa hal yang boleh kita renungkan dari nats ini:
Allah menuntun kita dengan kasihNya yang besar
Mazmur ini sangat menarik untuk kita renungkan, ketika Allah digambarkan hadir sebagai Gembala ditengah-tengah kehidupan umatNya terlebih jika kita merenungkannya ke dalam kehidupan pribadi kita masing-masing. Sebagaimana yang diungkapkan Tuhan Yesus menjadi Gembala yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Gembala yang baik), bahwa Allah adalah satu-satunya “Jalan kebenaran dan hidup” di luar Tuhan mustahil kita dapat menjalani jalan yang benar dan mendapatkan hidup. Sebab hidup seekor domba tergantung kepada gembala yang menuntunnya, namun Tuhan Yesus lebih dari penuntun saja tetapi Ia menjadi gembala yang memberikan nyawaNya bagi keselamatan domba-dombaNya. Maka tidak ada lagi kasih yang lebih besar yang dapat melampaui gembala yang mau memberikan nyawanya bagi domba-dombanya yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tuhan bukan menuntun kita seperti gembala gajian namun Allah menggembalakan kita sebagai domba kepemilikanNya. Tuhan-lah yang akan mencukupkan segala kebutuhan umatNya bukan saja hanya untuk dapat hidup namun lebih dari itu agar umatNya mengenal jalan kebenaran.
Allah satu-satunya yang akan menuntun kita masuk ke Rumah Tuhan
Memang benar “ada banyak jalan ke Roma” namun ke Rumah Tuhan hanya ada satu dan yang tahu kesitu hanyalah Tuhan Yesus. Inilah yang harus kita syukuri sebagai anak-anak Allah bahwa kita dituntun memasuki Rumah Tuhan (ay. 6). Bagaimanapun suka dan duka yang kita jalani dalam hidup ini, namun tetap kita akan meninggalkan hidup di dunia ini. Dengan penggembalaan Tuhan kita dituntun meninggalkan dunia ini memasuki Rumah Tuhan.
Roh Kudus adalah kekuatan dan kuasa Tuhan yang akan menuntun kita tetap di jalan yang benarGada dan tongkat adalah wibawa kuasa Tuhan yang akan menuntun kita tetap di jalan yang benar, maka di dalam ancaman bahaya akan merangkul dan menyelamatkan kita dengan Gada dan TongkatNya. Wibawa dan kuasa Allah diberikan kepada umatNya yaitu melalui Roh Kudus yang menjadi sumber kekuatan, pertolongan dan penghiburan dari Tuhan (2 Tim. 1:7; Yoh 14:26). Ada banyak ancaman dan bahaya yang dapat membuat kita keluar dari jalan Tuhan, namun Tuhan memberikan RohNya kepada kita untuk tetap dapat berjalan bersamaNya. Itulah kuasa Allah yang besar yang dicurahkan kepada kita yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus. 
Tuhan melimpahi kita dengan sukacita
Jaminan keselamatan Tuhan berikan kepada kita, sekalipun kita hidup dalam ketidakadilan, penindasan, krisis dan kebencian dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Sebab kita adalah “tamu Allah” yang meminyaki kepala kita dengan minyak dan piala kita tetap terisi penuh. Tuhan tidak akan biarkan ‘tamunya” tinggal dengan kegelisahan dan kekawatiran. Namun Ia akan senantiasa memberikan berkatNya pada kita sehingga sukacita kita tidak akan pernah hilang. Itulah berkat yang terbesar dari Allah bahwa kita dilimpahi sukacita yang menetap dari Tuhan oleh karena persekutuan dengan Tuhan yang akrab. 
 Itulah hidup orang-orang percaya yang digembalakan oleh Tuhan. Namun kita harus ingat bahwa ada banyak gembala-gembala penyesat dalam hidup ini yang mungkin akan menawarkan kita akan keselamatan dan kehidupan, namun semuanya itu akan menuntun kita kepada kebinasaan, seperti domba-domba yang dituntun ke Rumah pemotongan. Tetapi hanya ada satu Gembala Agung yang memberikan keselmatan, kehidupan dan menuntun kepada jalan yang benar yaitu Tuhan Yesus Kristus yang akan menggembalakan kita sampai kepada Rumah Tuhan. Amen


Khotbah Keb. PAK 19 Apr 2018 Doa Kita dan Kuasa Doa. Yakobus 5:13-20


Ketika menghadapi berbagai masalah, banyak cara yang mungkin kita lakukan untuk mengatasinya. Namun dari semua cara yang kita tempuh, apakah itu selalu diawali dengan datang lebih dahulu kepada Tuhan untuk memohon hikmat dan kuasaNya dalam mengatasi setiap masalah kita?
Melalui bagian Firman Tuhan ini, kita diberi petunjuk dalam mengatasi setiap masalah sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu selalu datang kepada Tuhan melalui berdoa dan bernyanyi (ay 13).  Hal ini tidak berarti bahwa jika seseorang menderita ia hanya berdoa saja dan tidak menyanyi. Atau sebaliknya seseorang bergembira ia hanya menyanyi saja tetapi tidak berdoa. Hendaknya dalam keadaan menderita maupun bergembira, kita selalu ingat /datang kepada Tuhan (berdoa dan bernyanyi; bdk 1 Sam 2:1-10; Kisah 16:25).
Dalam ayat 14 dilanjutkan mengenai penderitaan yang dialami yaitu sakit/penyakit. Kata ‘sakit’ dalam ayat 14 ini,  dalam bahasa Yunani menggunakan kata asthenei. Kata ini juga digunakan dalam Yoh 5:5 untuk menggambarkan orang yang lumpuh selama 38 tahun.  Jadi sakit di sini menunjukkan penyakit yang cukup berat sehingga dinasehatkan untuk memanggil penatua, bukan datang kepada penatua (ay. 14). Dengan kata lain, kondisi sakit menjadi gambaran tiada pengharapan, kelemahan dan keterbatasan manusia, tetapi doa menjadi cara yang membuat manusia keluar dari pergumulan tersebut atau mendapat kekuatan menghadapinya.
Minyak (ay. 14) pada jaman itu mempunyai arti medis : menyembuhkan. Namun Yakobus tidak menasehatkan agar mengoles orang yang sakit saja dengan minyak, tetapi melakukan lebih dari itu yakni mereka harus berdoa memohonkan pertolongan dari Tuhan dan saling mengaku dosa mereka.
Ayat 14-16 menunjukkan pentingnya doa bagi hidup orang Kristen. Khusus dalam bagian ini doa dihubungkan dengan permohonan untuk kesembuhan dari penyakit. Di sinilah kita melihat makna doa kita dan kuasa Tuhan. Di balik nasihat ini, kita diberi petunjuk untuk memahami Tuhan yang kepadaNya kita berdoa yaitu Tuhan yang Mahakuasa, yang dapat kita harapkan dan andalkan dalam keadaan tidak berdaya sekalipun karena sakit, dan bahkan hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan.  Tuhan yang sedemikian hebat, dapat kita temui dengan cara berdoa memohon kepadaNya. Dan doa itu begitu penting karena itulah cara kita berjumpa dengan Tuhan yang Mahakuasa yang dapat menunjukkan kuasaNya dalam segala pergumulan kita.
Beberapa janji yang saling berhubungan doa kita dan kuasa Tuhan yakni  janji untuk menyembuhkan, membangunkan dan mengampuni dosa (ay 15-16, 19-20).  Sebagai contoh nyata atas campur tangan Kuasa Tuhan dalam setiap pergumulan, Yakobus menggunakan pengalaman Elia yang karena ia berdoa kepada Tuhan yang Mahakuasa, pencipta dan pemilik alam semesta, maka keajaiban terjadi (ay. 17-18; bdk 1 Raja-Raja 17-18).
Saling mendoakan merupakan tugas dan panggilan sesama orang percaya. Ketika kita berdoa bagi orang lain, berarti kita telah menjadi rekan sekerja Allah dalam karya penyelamatan, penyembuhan, penghiburan, dan keadilan-Nya. Allah memang dapat mengerjakan semuanya itu tanpa bantuan kita, tetapi dalam rencana-Nya, Dia memberikan hak istimewa kepada kita agar dapat ikut terlibat dalam karya-Nya melalui doa.
Tentu saja doa kita harus “sesuai dengan kehendak Allah” (1Yohanes 5:14; Bdk. Mrk 14:36). Karena doa bukanlah sebuah tongkat ajaib yang dapat memuaskan segala keinginan kita (Yak 4:3), melainkan suatu kesempatan untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam mencapai tujuan-Nya (ay. 16; bdk Doa Paulus bagi jemaat dan beberapa nasehatnya untuk saling mendoakan: Ef 6:18-20; 2 Tes 3:1-2; Ibr 13:18-19; 2 Tim 2:1-6, dll).
Dalam bukunya yang berjudul Prayer (Doa), Olan Hallesby menggambarkan cara kerja doa: “Kuasa ini begitu besar dan bergerak ke segala arah. Karena itu, yang harus kita lakukan saat berdoa hanyalah menunjuk kepada orang atau hal-hal tertentu yang kita ingin kuasa Allah berlaku atasnya. Lalu Dia, Allah yang empunya kuasa akan mengarahkan kuasa-Nya ke tempat yang diinginkan.” Oleh sebab itu, marilah kita dengan rendah hati dan tidak jemu-jemu mendoakan satu sama lain. Dan biarkanlah Kuasa Allah bekerja untuk memberikan  yang terbaik bagi setiap orang yang berseru kepadaNya. Amen


Khotbah Keb. R. Tangga 24-25 April 2018 Yeremia 31, 7-14



Ditengah penghukuman umatNya, Allah memperlihatkan kasih setiaNya, bahwa Dia akan memulihkan umatNya, yaitu perjanjian rohani yang di tuliskan dalam hati mereka dan bukan lagi perjanjian hukum yang tidak mampu mereka pelihara. Tuhan menggenapi perjanjianNya ini dengan kedatangan Yesus Kristus yang menjadi keselamatan bagi umat yang mau dituntun oleh Tuhan.Dalam janji keselamatan itu Tuhan yang akan membimbing umatNya mendapatkan keselamatan dan kehidupan yang penuh sukacita. Tuhan menyediakan harapan baru. Sebab Tuhan akan menjadi penjaga bagi umatNya seperti seorang Bapa dan juga gembala. Tuhan akan menghibur, memuaskan dan menebus umatNya.
Melalui nas ini kita diajak untuk meneliti iman kita kepada Tuhan. Sejauhmana kita mempercayai dan menghidupi janji setia Tuhan dalam hidup kita. Dalam penyataan kasih setia Tuhan ini, umat diajak untuk bersukacita sementara mereka berada dalam penderitaan di pembuangan. Maka muncul pertanyaan: “bagaimana bersukacita di tengah penderitaan?”Ketika pergumulan, penderitaan kita hadapi dalam hidup ini, mampukah kita meyakinkan diri kita bahwa  kasih setia Tuhan akan memberikan pertolongan pada waktunya? Sebagaimana Paulus menuliskan “bersukacitalah senintiasa di dalam Tuhan” (Flp. 4:4). Ini adalah sikap yang hendak diperlihatkan nas ini bagi kita untuk menjalani kehidupan ini. Bahwa kita adalah umat yang bersukacita, apapun yang terjadi tidak akan menyurutkan kita untuk bersukacita sebab kita percaya akan perbuatan Tuhan yang besar.
Kita memiliki alasan yang kuat mengapa kita senantiasa bersukacita:
      1.      Tuhan telah menghancurkan penghalang sukacita kita. Dosa adalah sumber penderitaan. Inilah yang terjadi pada umat Israel, bahwa penderitaan yang mereka hadapi hingga sampai di pembuangan karena dosa mereka. Hidup yang mengabaikan perintah Tuhan itu sama artinya kita mengubur dalam-dalam hidup yang berbahagia dalam hidup kita.Namun, dalam keberdosaan manusia, Tuhan datang dengan kasih setiaNya memberikan pengampunan dosa bagi kita. Karena Tuhan tahu manusia tidak akan bisa selamat dari hukuman dosa jika bukan Tuhan yang menyelamatkan. Sehingga kita bersyukur oleh sebab kasih Tuhan yang besar melalui anakNya Tuhan Yesus Kristus yang telah menebus kita dari kutuk dosa.Ini adalah alasan utama mengapa kita bersukacita dalam hidup ini, sebab halangan utama yang membuat manusia itu menderita yaitu dosa telah diruntuhkanNya. Sehingga kita dengan penuh semangat dapat memasuki hidup yang penuh sukacita.
       2.      Tuhan menyediakan sukacita bagi kita
Tuhan adalah sumber sukacita. Jika kita telah hidup dalam pengampunan dosa dari Tuhan, maka Tuhan memberikan kepastian pada kita bahwa Tuhan senantiasa menuntun kehidupan kita. Bahwa Dia akan menjadi Bapa dan Gembala yang memastikan masa depan yang baik bagi kita. Ketika dengan yakin dan tulus mempercayakan hidup kita pada Tuhan, maka Dia akan memberikan kepuasan dan penghiburan kepada kita. Kuncinya adalah kita mau datang dan menyerahkan hidup kepadaNya.
Pengharapan, iman kita kepada Tuhan Yesus tidak akan mengecewakan. Sebab hanya dari Tuhan saja kita dapat menerima segala kebaikan dalam kehidupan. Sehingga walaupun kita sedang berada pada pergumulan hidup, kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Inilah alasan mengapa kita harus bersukacita. Maka orang yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan tidak akan mau ditindih, dibebani dan di tekan oleh kesusahan, sungut-sungut. Namun sebaliknya, kita akan pegang teguh keyakinan akan apa yang Tuhan katakana dalam nas ini: “umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku”
Hukuman Allah menyadarkan mereka setelah mengalami penderitaan yang mereka terima di Babel. Dibalik penderitaan itu, mereka membangun sebuah pengharapan, munculnya penyelemat yang membebaskan mereka. Sukacita menjadi bagian kerinduan mereka.Kata membebaskan dan menebus, biasanya dipergunakan untuk pembebasan dalam bidang sekuler, seperti penebusan harta milik yang digadaikan, penebusan budak. Penebusan ini biasanya dilakukan oleh anggota keluarga terdekat. Kata-kata ini sangat akrab bagi umat Israel, maka teologia juga memakai kata ini untuk menyatakan perbuatan tangan Allah atas Israel dari perbudakan Mesir. Dalam ay. 7 istilah ini digunakan untuk orang Israel di pembuangan Babel. Allah menjadi ‘anggota keluarga’ mereka, menebus mereka dari perbudakan.
Pengalaman dikeluarkan atau dibebaskan banyak mempengaruhi jiwa seseorang. Orang sembuh dari sakit akan lebih menghargai kesehatan dibanding yang belum mengalaminya. Seorang ibu yang mempunyai bakat stroke masih ‘bandel’ dengan memakan pantangannya, tetapi begitu ada serangan stroke, dia jera dan berhenti memakan semua jenis makanan yang dapat membuat penyakitnya makin parah. Dia diubah oleh sakit yang luar biasa, dia membangun harapan di tengah kelemahannya. Dalam istilah hukum, hukuman membuat si terdakwa sampai pada efek jera.
Ketika Yeremia menggambarkan kepulangan para buangan dari Babel ke Israel, ada ajakan sukacita bagi keturunan Yakub. Biarlah keluh kesah mereka, sakit penyakit dan derita mereka diganti dengan sorak sorai, karena Allah yang bertindak membawa mereka pulang, membayar hutang mereka dan menebus mereka dari perbudakan Babel. Allah lah satu-satunya keluarga dekat mereka, menebus mereka dari perbudakan
Saat seseorang keluar dari RS dengan kondisi sehat, akan terlihat wajah sumringah karena gembira meliputi hatinya, orang keluar dari penjara akan ada cahaya optimis di wajahnya, apalagi jika keluar dari sebuah perbudakan panjang, bukankah kegembiraan meliputi hati, jiwa dan pikiran untuk terus tersenyum menjalani masa depan bersama Tuhan yang rela menjadi anggota keluarga membayar seluruh hutang-hutang? Kegembiraan sangat sempurna ketika ada penebusan dari ketidakmampuan. Hanya dalam mimpinya Martin Luther King menyatakan penebusan Allah pada kulit hitam untuk menjadi warga yang sama dengan kulit putih, di Amerika Serikat, sudah terlihat nuansa kegembiraan bagi suku tersebut dengan tetap optimis berjuang di negara berkulit putih itu. Janji keselamatan dari Allah membawa jaminan dan kegembiraan. Maka satu-satunya pengharapan kita untuk ditebus dari perbudakan dosa hanya pada Allah keluarga terdekat kita.
Inilah panggilan bagi orang yang berduka, menderita, tertindas dan mengalami sakit penyakit karena kesalahan masa lalu kita, Tuhan membawa pengampunan bagi kita, Tuhan memulihkan jiwa kita yang kering, Tuhan menebus kita dari dosa maut, membayar hutang kita dengan darah Yesus Kristus. Tidak ada lagi tangisan, hanya sorak-sorai bagi mereka yang memiliki DNA Yesus Kristus. Jangan terlalu percaya dengan kata-kata manis yang dijanjikan dunia, tapi mari tetap dengar-dengaran dengan suara Roh yang mengingatkan kita akan ketidakbenaran supaya hidup seturut dengan kebenaran Allah.
Allah tidak hanya menebus kita dari penderitaan, Dia juga menyediakan segala yang perlu bagi kita, saat kita dibawa pulang. Dalam ay. 10-14 ada ungkapan kesejahteraan. Yeremia menggambarkan kemakmuran umat Israel pada masa depan dan kegembiraannya di atas bukit Sion. Bila dibandingkan keluaran dari Mesir, maka pemulangan dari Babel akan lebih hebat, di mana Tuhan memberi umatNya kelimpahan makanan dan kemakmuran harta benda lainnya. Dia juga bertindak menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Nya. Keluarbiasaan terjadi bagi bangsa yang telah dipilihNya.
Bangsa pilihan Allah selalu mandapat perlakuan istimewa dari Allah. Dia menebus Yakub dari tangan orang yang lebih kuat darinya (11), menyediakan gandum, anggur dan minyak, anak-anak kambing domba dan lembu sapi (12); hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik. Istilah ini sangat tepat bagi Israel yang curah hujannya rendah dan jarang diharapkan. Dengan perlakuan istimewa ini semua kalangan, semua usia dapat bersukacita (13) karena kebajikan Tuhan yang diberi pada mereka. Tuhan melimpahkan anugerahNya bagi imam dan umat (14).
Banyak pengalaman pahit yang kita lalui sebagai umat percaya. Dalam epistel (1 Tesalonika 2, 13-20) dikatakan bahwa percaya dan beriman pada Tuhan tidak membuat jemaat Tesalonika tenang dan damai, sebaliknya mendatangkan kesusahan dan penderitaan oleh karena kejaran dari penguasa dunia. Ada yang tidak dapat menjabat jabatan tertentu karena beriman pada Tuhan Yesus. Ada tawaran pindah agama supaya mendapat posisi yang baik di negara ini, ada juga ketidak nyaman tinggal karena ketidakbebasan beribadah, kekeransan dan ketidakadilan yang diterima oleh umat percaya. Dibalik semua penderitaan ini, Tuhan menjanjikan kesejahteraan dan kemakmuran. Dia telah menebus kita dari utang dosa dengan darahNya yang kudus. Kita akan terus membangun tangga pengharapan kita dalam arak-arakan menuju kekekalan sebab, tangan Allah sendiri yang membawa kita keluar dari penderitaan, menuju sukacita surgawi bersama pasukan orang benar. Kita terpanggil menjadi pasukan khusus melawan ketidak-benaran memenangkan sukacita dalam Kristus. Selamat berjuang, Tuhan memberkati! Amin 


Khotbah Keb. Rumah Tangga 17-18 Apr 2018 Efesus 2:4-10


Dahulu kita mati karena dosa dan pelanggaran, tetapi kini kita hidup karena anugrah Allah.  Allah yang maha kasih telah melimpahkan anugrah-Nya, sehingga pada waktu kita masih mati secara rohani karena pelanggaran-pelanggaran kita, Ia telah menghidupkan kita kembali bersama-sama dengan Kristus. Jadi, hanyalah karena anugrah Allah kita diselamatkan (Ef. 2 :4-5). 
Dalam Efesus 2 :4-10 kita dapat belajar untuk memahami dasar, pengalaman dan tujuan hidup dalam anugrah Allah.
Pertama, dasar dari hidup dalam anugrah adalah kasih Allah (ay.4). Karena kasih-Nya, Allah telah mengutus Yesus Kristus untuk datang ke dalam dunia. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, karya keselamatan telah digenapi. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3 :16).
Kedua, pengalaman dari hidup karena anugrah (5-6). Kita yang dahulu mati karena dosa, kini telah dibangkitkan bersama Kristus.  Kita diampuni, dibenarkan, dan diperdamaikan dengan Allah. Dalam anugrah-Nya, sekarang kita hidup dalam persekutuan dengan Kristus, dan memiliki pengharapan untuk duduk bersama dengan Dia di surga.
Ketiga, tujuan hidup dalam anugrah, yaitu berbuat yang baik untuk kemuliaan Allah (ay. 7-10).  Allah memberikan kepada kita hidup baru karena anugrah untuk menunjukkan kekayaan kasih karunianya yang melimpah-limpah (ay. 7).  Karena kasih karunia Allah kita diselamatkan oleh iman. Itu bukan hasil usaha kita, tetapi pemberian Allah (ay. 8). Itu bukan hasil usaha kita, sehingga tidak ada seorang pun di antara kita yang bisa menyombongkan diri (ay. 9). Kita diselamatkan bukan karena berbuat baik, tetapi kita diselamatkan untuk  berbuat baik.(Hidup ini adalah Kesempatan) Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, kita adalah ciptaan baru Allah.  Kita diciptakan baru melalui Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah untuk kita. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (ay. 10).
Yang dapat kita renungkan melalui nas Firman Tuhan ini, bahwa kita diselamatkan pasti akan hidup berbuat dan bertindak sebagai orang-orang yang telah diselamatkan. Menjalani hidup sebagai orang-orang yang telah diselamatkan adalah mengerjakan keselamatan itu sendiri dengan penuh tanggungjawab dan rasa syukur, yakni: meninggalkan kefasikan, keinginan duniawi, hidup bijaksana, adil, beribadah, berpengharapan dan rajin berbuat baik (Titus 2:11-14).
Jika kita menolak keinginan dosa, kita beribadah, mendengar dan melakukan Firman Tuhan, berbuat baik, tetap berpengharapan dalam setiap pergumulan hidup adalah karena kita telah diselamatkan oleh Tuhan bukan untuk berusaha mencapai keselamatan. Sehingga dalam kehidupan rohani kita tidak ada alasan untuk memegahkan diri sebab yang dapat kita perbuat adalah merespon keselamatan dari Tuhan. Kita mengerjakan keselamatan dari Tuhan dengan giat tanpa takut dan gentar (Flp. 2:12).

Bagaimana kita mempertahankan kehidupan baru ini?
1.Melupakan dan meninggalkan kegelapan hidup kita.(Fil 3:13-14) Dosa yang pernah dilakukan sesudah mendapat anugerah pengampunan harus segera ditinggalkan. Kita harus meninggalkan kehidupan lama yang melawan Tuhan dan menjalani kehidupan baru yang bersekutu dengan Tuhan.
2.Mengarahkan diri kepada Kristus. (Kol 3:16-17) Hidup baru yang sudah diberikan Allah melalui Yesus Kristus, harus membuat pandangan dan arah hidup kita tertuju dan terfokus kepada Kristus. Artinya hidup kita harus berpusat kepada Kristus, karena kita bukan lagi hidup bagi diri sendiri melainkan hidup bagi Kristus yang telah menyelamatkan dan mengasihi kita. Seperti yang dikatakan Paulus: “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita”.
3.Tinggal di dalam Kristus. Artinya hidup bersama Kristus (bergaul dengan Kristus) dan menurut peraturan Kristus. Peraturan Kristus adalah Firman Allah. “Setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi” (1Yoh. 3:6). Ini adalah satu kehidupan yang penuh sukacita dan berkemenangan! Karena itu, di dalam kehidupan kita yang penuh kesibukan, ketegangan dan tekanan, kita harus terus menerus “tinggal di dalam Kristus”, supaya kita benar-benar memiliki hidup baru. Amen


Jumat, 06 April 2018

Khotbah Keb. R. Tangga 3 – 4 April 2018 Yunus 2:1-9



K
adangkala manusia teringat Kepada Tuhan disaat dalam kesesakan. Sepenggal kalimat yang diungkapkan oleh Kahlil Gibran “Kamu berdoa disaat sulit dan saat engkau butuh…”. Dalam kalimat yang lain mengartikan doa dipanjatkan disaat kita mengalami pencobaan, disaat kita butuh, disaat kita kesusahan.Ketika berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali kita bertanya kepada Tuhan,  "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi?  Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?"  Ketahuilah bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan kita masuk ke suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan tujuan menguji kesetiaan dan iman kita.  Karena itu kita tidak boleh menyerah dan putus asa.Ketahuilah bahwa kehidupan yang sedang kita jalani bukanlah sebuah kehidupan yang bebas dari hambatan. Bukan pula kehidupan yang tidak ada tantangan. Sebaliknya, kehidupan yang sedang kita jalani ibarat sebuah kapal yang berada di arung samudra besar. Kadang kita mendapati gelombang, terkadang kita juga menemukan lautan yang teduh. Dan adakalanya Tuhan mengijinkan kita untuk masuk ke dalam suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan satu tujuan, untuk menguji kesetiaan dan iman kita.
Karena itu saudara-saudara sebagai seorang yang beriman, kita tidak boleh menyerah dan putus asa terhadap keadaan yang sedang kita hadapi. Sebab tangan Tuhan yang besar, sebetulnya sedang merenda kehidupan kita dan Ia menjanjikan penyertaanNya.
Melalui kisah Yunus inilah kita akan mempelajari bagaimana kondisi yang menyesakkan itu pada akhirnya memampukan seseorang untuk tetap berpaut kepada Tuhan dalam doa dan imannya.
     Saat berada di dalam perut ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Tuhan dengan berkata,  "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7).  Jangan sekali-kali kita lari mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia karena kita pasti akan kecewa dan Alkitab pun menentang hal itu.  Tertulis :  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).  Larilah kepada Tuhan, berseru-seru padaNya sampai pintu sorga terbuka.
     Berhentilah menggerutu dan berkeluh kesah sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, karena  "Hati yang tenang menyegarkan tubuh," (Amsal 14:30a) dan di situlah letak kekuatan kita (baca Yesaya 30:15).  Secara manusia Yunus sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, tapi ia masih bisa berkata,  "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu;  apa yang kunazarkan akan kubayar.  Keselamatan adalah dari Tuhan!" (Yunus 2:9).  Dengan mengucap syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah dapat dikuatkan.  Ingat!  Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita padam.  Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan.  Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan!  Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah jawaban!  Sebagaimana Tuhan sanggup mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan seperti tertulis:  "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat."  (Yunus 2:10), Dia pun sanggup menolong kita.
Mayoritas penafsir Alkitab setuju bahwa apa yang diucapkan oleh Yunus di 2:1-9 merupakan refleksi balik atas peristiwa yang terjadi. Maksudnya, doa ini merupakan rangkuman pergulatan rohani Yunus dengan TUHAN selama tiga hari di perut ikan. Bentuk lampau di ayat 2 mengarah pada kesimpulan ini. Selain itu, keteraturan struktur dan keindahan kata-kata dalam doa ini rasanya sulit dihasilkan pada situasi yang sangat mencekam di perut ikan. Misalnya, bait 1 (ayat 2-4) dan bait 2 (ayat 5-7) sama-sama ditutup dengan “bait-Mu yang kudus”. Awal bait 1 sama dengan akhir bait 2, yaitu doa yang dijawab (ayat 2, 7). Kata “merangkum” (yesōbenî) muncul di ayat 3 dan 5. Pengalaman pahit yang dialami oleh Yunus mengajarkan beberapa poin theologis penting bagi kita. Kita belajar bahwa siapa saja yang melarikan diri dari Allah pasti akan semakin terpuruk. Keterpurukan hidup Yunus terlihat begitu progresif. Dari Israel ia turun ke Yopa. Dari Joppa ia turun lagi ke bagian bawah kapal (1:5). Lalu ia turun ke dalam perut ikan (1:17) dan dasar bumi  Kini dia berada di perut dunia orang mati . Kita juga belajar bahwa keterpurukan seringkali menjadi sarana pengenalan diri sendiri. Tatkala Yunus ingin melarikan diri sejauh mungkin dari hadapan TUHAN (1:3, 10), ia tampaknya tidak benar-benar memahami konsekuensinya. Jauh dari TUHAN berarti jauh dari kebaikan-Nya. Di dalam perut ikan dia baru mengecap bagaimana rasanya jika seseorang benar-benar diusir dari hadapan Allah (ayat 2a “telah terusir aku dari hadapan mata-Mu”).Pada waktu masih di atas kapal Yunus terlihat tetap tegar. Tidak ada ketakutan. Tidak ada doa yang dipanjatkan. Situasi ini berubah total ketika ia begitu dekat dengan kematian. Kematian terasa begitu nyata, misterius, dan menakutkan bagi dia. Kematian membuat siapa saja terlihat begitu lemah dan tak berdaya. Doa kini menjadi satu-satunya andalan yang tersisa (2:1-2, 7).Pelajaran terakhir yang penting: anugerah Allah adalah kehidupan yang ditujukan untuk rencana-Nya. Para penafsir setuju bahwa Yunus tidak langsung mati pada saat ditelan oleh ikan besar. Dia masih sempat berdoa (2:1). Walaupun demikian, para penafsir memperdebatkan apakah sesudah itu Yunus mati atau tetap hidup selama tiga hari. Sulit menentukan secara pasti opsi mana yang tepat. Jika harus memilih, opsi pertama tampaknya lebih masuk akal. Istilah “dunia orang mati” (sheol) di 2:2, “pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya” (2:6), dan “Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur” (2:6) secara konsisten mengarah pada pengalaman kematian (kecuali jika semua ungkapan ini hanya bersifat puitis tanpa elemen historis). Analogi antara pengalaman Yunus dan kematian Tuhan Yesus (Mat 12:40) memberi dukungan ke arah yang sama (kecuali analogi yang diberikan oleh Tuhan Yesus hanya dari sisi waktu, bukan dari sisi pengalaman).   Yunus tidak hanya diselamatkan dari kematian. Dia diselamatkan untuk menggenapi rencana Allah bagi penduduk Niniweh. Tidak cukup bagi Yunus untuk mengakui bahwa keselamatan berasal dari TUHAN (2:9). Keselamatan adalah alat, bukan tujuan akhir. Tidak cukup bagi Yunus untuk terus-menerus menikmati pengalaman ajaib di perut ikan. Dia masih harus menunaikan tugas yang belum tuntas. Ikan besar pun memuntahkan dia di darat (2:10).Seperti itulah cara kerja Allah di sepanjang Alkitab. Kita diselamatkan secara anugerah dengan tujuan tertentu, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sudah disiapkan Allah sejak kekekalan (Ef 2:8-10). Kebaikan Allah bukan hanya untuk disyukuri dan dinikmati, namun juga untuk dibagi. Amen. RHL. Tobing

Khotbah Minggu 08 Apr 2018 Quasi Modogeniti Yoh 21:15-19


 Gembalakanlah Domba-Dombaku.
 Teks hari ini merupakan kisah tentang penampaknya Yesus untuk ketiga kalinya setelah kebangkitan-Nya (21:14). Penampakkan pertama adalah terhadap kelompok perempuan pada pagi hari Paskah. Lukas mencatat Yesus menampakkan diri bagi dua orang murid di jalan menuju Emaus, dan malam itu Yesus menampakkan diri kepada sekelompok murid-Nya, kecuali Thomas yang belum hadir. Dalam Yoh.21:1-14, Simon Petrus mengambil inisiatif untuk memberitakan kepada teman-temannya bahwa ia mau pergi  menangkap ikan. Kemudian mereka pun pergi bersamanya.Petrus jugalah yang diberitakan penginjil ini bahwa begitu mendengar ungkapan: “Itu Tuhan” dari murid yang dikasihi Yesus (Yoh.21:7a), ia langsung terjun ke dalam danau dan berenang menuju Yesus (Yoh.21:7b).
Dia jugalah yang setelah mendengar perintah Yesus untuk membawa beberapa ekor ikan yang barusan mereka tangkap, langsung naik perahu, lalu menghela jala ke darat, penuh dengan ikan-ikan besar (Yoh.21:11).
Kepada Petrus, tiga kali Yesus mengajukan pertanyaan yang sama: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini ?” (Yoh.21:15a.16a). Ia menjawab: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yoh.21:15b.16b). Setelah mendengar jawabannya Yesus berkata kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh.21:15c.16c). Rupanya Yesus  mau mengetahui  keikhlasan hati Petrus.  Karena itu, Ia mengajukan pertanyaan ketiga dengan formulasi yang sama.
Setelah mendengar pertanyaan ketiga, diberitakan bahwa Simon Petrus merasa sedih. Kemudian dia pun menjawab: “Tuhan, engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yoh.21:17ab). Sesudah itu, Yesus menjawab: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh.21:17c).
Kesedihan Simon Petrus berkaitan dengan peristiwa penyangkalannya (Luk.22:54-62). Ia takut menderita dan mati. Penyangkalannya jelas menunjukkan ketidaksetiaannya mengikuti  Yesus.
Kasih kepada Yesus harus  dibuktikan lewat kesediaan untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Yesus adalah Gembala yang baik, yang mengenal domba-domba-Nya, yang memanggil mereka dengan namanya masing-masing. DIA memanggil Simon Petrus untuk mengikuti-Nya. Itu berarti Simon Petrus harus menjadi gembala bagi semua pengikut-Nya. Menjadi gembala berarti menjadi pemimpin, dan menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan. Karena itu, mengikuti Yesus  sebagai Gembala  atau Pemimpin yang baik berarti menjadi pelayan yang baik (Mrk.10:45; Mat.20:28).
Karena  Yesus bukan hanya Gembala yang baik tetapi  terutama Gembala yang setia sampai akhir, maka Simon Petrus pun harus menjadi pelayan yang bersedia menderita demi Yesus (bdk.Kis.5:41)dan setia mengikuti-Nya sampai akhir hidupnya. Dia harus bersedia mati demi keselamatan para pengikut Yesus.
Yesus  setia mencintai Petrus dan teman-temannya sekalipun mereka tidak setia mencintai-Nya. Mereka yang tidak setia itu meninggalkan-Nya karena takut menderita bersama-Nya. Namun ketika mereka sedang berada dalam ketakutan dan kecemasan, Ia datang meneguhkan mereka (Yoh.20:21.26) dan menampakkan diri secara khusus kepada Tomas (Yoh.20:27-29).
Kini, ketika mereka sedang  mengalami kegagalan, Ia datang dengan maksud baik agar mereka bisa berhasil menangkap ikan. Mereka  pun segera melakukan perintah-Nya, dan memperoleh keberhasilan yang luar biasa (Yoh.21:21:6.10-11).
Yesus yang setia itu  mengambil inisiatif untuk mengunjungi mereka di pantai, di tempat kerja mereka sebagai nelayan (Yoh.21:1-14). Berdasarkan apa yang dilakukan Yesus ini, maka kita pun hendaknya mengambil inisiatif untuk  mengunjungi  sesama  di rumah atau secara khusus di tempat kerja mereka.
Keenam murid tersebut memancing ikan sepanjang malam dan mereka tidak menangkap apa-apa (21:3), walaupun mereka sebenarnya memiliki banyak keterampilan sebagai nelayan. Sekarang ketika fajar menyingsing ( hari mulai siang, 21:4), Yesus menampakkan diri di pantai di mana Petrus dkk sedang berupaya menangkap ikan. Yesus berkata, “Apakah Anda menangkap ikan?” (LAI: “hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”, 21:5). Kita bisa mendengar rasa kesal/ketus dalam jawaban mereka, “Tidak ada”, atau dengan kata lain “tidak, Pada awalnya para murid tidak menyadari kalau itu adalah Yesus, namun kemudian mereka menyadarinya ketika Yesus berseru, “Tebarkan jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akna peroleh.” Mereka pernah mendengar kata-kata seperti itu sebelumnya (bnd. Luk. 5:4), dan kita bisa membayangkan apa yang di dalam pikiran mereka, “Mungkinkah itu Tuhan? Dia begitu jauh, sulit untuk memastikannya!”  mereka menebarkan jala mereka sekali lagi, dan wow … begitu banyak ikan tertangkap dalam jala mereka dimana mereka hampir tidak bisa mengangkutnya. Yohanes ( murid yang dikasihi Yesus) mengatakan, “Itu Tuhan!” Dan “byuurr …”,spontan saja Petrus melompat dari perahu ke dalam air menuju Yesus ketika Yohanes mengatakan bahwa itu Tuhan (21:7).
Kita mungkin mencatat pertama kalinya Yesus bertanya, Ia berkata, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Pada titik ini Yesus mungkin menunjuk pada perahu, jala, ikan atau alat-alat lainnya yang ada di situ. Yesus seolah-olah bertanya: “Simon apakah engkau cukup mengasihi Aku dengan meninggalkan semua ini dan mengikuti Aku?” Yesus bisa saja juga mengacu kepada murid-murid, mengatakan, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari saudara-saudaramuini?” Jika hal ini terjadi maka Simon yang pernah berkata, “Meskipun mereka semua tergoncang imannya aku tidak akan” (Markus 14:29). Jika ini adalah pertanyaankepada Simon yang juga dikenal sebagai Petrus, maka tampaknya dia mengakui kelemahannya, dan dengan demikian ia berkata, “Tuhan, Engkau tahu aku mengasihi-Mu.”
Simon telah belajar dari penyangkalannya, dan sekarang dia tidak bisa membandingkan kasihnya bagi Yesus dengan orang lain; ia hanya senang bahwa ia mengasihi Yesus. Mungkin kita bisa belajar dari Simon untuk tidak perlu mencoba menjadi lebih rohani daripada yang lain, atau mencoba untuk memberitahu dunia bahwa kita mengasihi Yesus lebih dari yang lain mengasihi Dia, dan bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk mengasihi-Nya. Yesus kemudian memberitahu Petrus bagaimana mengasihi-Nya, yaitu dengan merawat dan memberi makan domba-domba-Nya (menggembalakan domba-domba Yesus). Itulah caranya Yesus menyuruh Petrus mengasihi-Nya, “merawat dan memberi makan domba-Ku.”Sekarang mari kita lihat dua kata terakhir dari teks Khotbah kita pada hari ini. Jika kita mengasihi Yesus, maka Yesus berkata, “ikutlah Aku”. Dalam teologi Presbiterian,mengikut Yesus dimaksudkan bukan untuk mendapatkan kasih dan anugerah-Nya, melainkan lebih sebagai sebagai tanggapan manusia atas apa yang telah Yesus anugerahkan dalam hidup manusia. Sekarang kita mengikuti Yesus. Mengikuti Kristus yang bangkit berarti bahwa Paskah bukanlah acara satu hari. Yesus menjamahdunia melalui kita dengan pesan Paskah, dan pesan Paskah dimaksud adalah apa yang dulunya mati sekarang hidup. Yesus telah mati, tetapi sekarang hidup. Kita sudah mati dalam dosa-dosa kita, tetapi melalui keajaiban salib kita diampuni dan dihidupkan.Kita mungkin masih mengingat kata-kata Yakobus: “Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi (merawat) yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka                          menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia”
(Yak. 1:27). Gereja dan orang-orang Kristen harus memiliki semangat seperti itu, semangat kepedulian sosial, semangat kepedulian terhadap mereka yang belum beruntung seperti kita saat ini, semangat yang tidak mengambil keuntungan atas kelemahan orang lain, dan semangat yang mendatangkan atau menghadirkan kehidupan sebagaimana Kristus telah menyatakan kehidupan itu bagi kita.Menanggapi kasih Allah yang memberikan kita kehidupan berarti kita semua akan terlibat dalam menyampaikan kehidupan itu kepada orang lain. Ada begitu banyak cara Tuhan memanggil anggota jemaat kita untuk terlibat dalam menyampaikan pesan Paskah ini. Sangat tragis rasanya apabila masih ada orang yang mengaku mengasihi dan mengikut Kristus, tetapi dalam faktanya dia sering mempersulit sesamanya, merusak kehidupan, bahkan merusak dirinya sendiri. “Apakah engkau mengasihi Aku?” tanya Yesus.Berdasarkan ayat di atas Yoh. 21: 15-19. Tuhan Yesus mengatakan sampai tiga kali dengan pertanyaan yang sama "Petrus apakah engkau mengasihi Aku", Tuhan Yesus tidak bertanya kepada Petrus tentang bagaimana ia mengkhianati Yesus.
Ada beberapa cara bagaimana kita bisa mengasihi tanpa syarat, yaitu sebagai berikut:
1.Jangan menghakimi
Orang yang berdosa tidak perlu dihakimi karena dirinya sendiri pasti menghakiminya. Orang berdosa itu tidak perlu dituduh, karena dirinya sendiri itu akan menuduhnya. Orang berdosa ketika ditanya pasti menyalahkan orang lain bahkan ujung-ujungnya akan menyalahkan Tuhan. Contoh adalah manusia pertama Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa, mereka saling menyalahkan bahkan menunjuk ular yang dipersalahkan. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat. 7:3-5). Jangan mencari-cari kesalahan orang lain.
2.Ada peringatan dari Tuhan tetapi ada batasnya
Orang yang takut berbuat dosa, artinya Tuhan ada dalam dirinya. Orang berdosa bisa diampuni oleh Tuhan ketika datang kepada Tuhan percaya dan bertobat kepada Tuhan, tetapi kesempatan pengampunan dari Tuhan itu ada batasnya, karena itu jangan remehkan kebaikan dari Tuhan. Sadar dan jangan berbuat dosa lagi, karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang untuk kali kedua, itu bisa setiap saat bisa setiap waktu, maka pintu pengampunan terbatas.
3.Jangan mengingat masa lalu (Yoh. 21: 15-17; Yoh. 1: 42)
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, Kata Yesus kepadanya:."Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."… ."Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya:… Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." (Yoh. 21: 15-17).
SIMON artinya lemah dan labil, PETRUS itu PETRA, artinya batu karang yang teguh, memiliki prinsip yang kuat. Dalam Yoh. 21 : 15, Tuhan Yesus Memanggil Petrus dengan panggilan Simon sampai 3x, artinya bahwa Tuhan Yesus mengungkit masa lalu Petrus sebagai pribadi yang labil. Jadi ketika sampai ketiga kali Petrus ditanya oleh Tuhan Yesus tentang "Apakah engkau mengasihi Aku" maka disitu menunjukkan bahwa Petrus Labil seperti masa lalunya sebelum diubah menjadi Petrus, maka dalam ayat diatas dikatakan "hati Petrus menjadi sedih". Perkataan Tuhan Yesus selalu membawa perubahan dari masa lalu yang jelek dan membuat sadar akan keberadaannya untuk berubah menjadi yang baik.,
4.Kerjakan dengan kasih AGAPE (Yoh. 21: 15-16)
Kasih di sini adalah kasih AGAPE artinya adalah kasih meskipun, walaupun, tanpa syarat apapun. Kasih PHILEO, artinya mengasihi karena kamu mengasihi aku, hanya sekedar timbal balik, berbeda dengan kasih Agape, manusia sulit melakukan kasih Agape, tetapi ketika ada Yesus dalam hidup kita maka kita bisa melakukan kasih Agape. Ketika kita bisa mengasihi orang-orang yang mungkin mengecewakan hidup kita, bisa suami, saudara, anak, teman, orang tua. Tuhan Yesus menyentuh hati Petrus supaya mengasihi tanpa syarat karena itu disadarkan kembali sampai 3x bertanya, supaya tidak labil tetapi memiliki prinsip.
5.Bereskan hatimu maka pintu-pintu mujizat akan dibukakan.Hati merupakan sumber dari segala kehidupan kita, maka kita harus memiliki hati yang bersih dihadapan Tuhan supaya di tahun pintu-pintu mujizat terbuka ini bisa terjadi dan dialami oleh setiap kita. Unconditional love atau mengasihi tanpa syarat, artinya bukan diletakkan kepada kita karena kita pasti tidak akan pernah mampu tetapi melainkan melalui kekuatan Tuhan. Hidup ini adalah sebuah pilihan, dalam hidup ini ada lalang dan gandum tumbuh bersama, tetapi ketika datang pada Tuhan Yesus, percaya, bertobat dan menerima Yesus Kristus maka menerima keselamatan sebagai jalan menuju sorga. Tidak ada satu orangpun bisa masuk sorga, yang masuk sorga adalah mereka yang hidupnya menghasilkan buah. Amen. Pdt. RHL. Tobing.