Selasa, 03 April 2018

Khotbah di Radio Maestro Selasa 27 Maret 2018 1 Petrus 3:13-17



Thema: Menderita Dengan Sabar
Saat kita Focus Dengan Tujuan Akhir Apapun Pergumulan Yang kita Hadapi Akan kita Jalani Dengan Sukacita,
Tidak ada orang yang menghendaki penderitaan dalam hidupnya. Orang ingin bebas dari penderitaan, dan berusaha mencari jalan agar mampu menghadapi penderitaan itu. Tetapi kalaupun kita sebagai orang percaya harus menderita juga karena berbuat baik maka kita harus tetap menjaga hidup kita dalam kebenaran. Rasul Petrus menegaskan bahwa penderitaan yang kita alami harus karena kebenaran. Kita juga harus siap menghadapi dan menanggungnya.
Memang, tidak mudah menghimbau seseorang yang sedang menderita untuk tenang dan sabar. Tidak gampang juga untuk menghimbau orang yang menderita untuk tetap bertekun dan berharap saja. Penderitaan itu membuat seseorang tidak merasa nyaman. Penderitaan menyebabkan banyak orang menjadi galau. 
Orang yang hidup di bawah bayang-bayang penderitaan cenderung terguncang; tidak bisa tenang. Karena itu, sulit bagi orang yang sedang menderita untuk tetap berbuat baik. Kebaikan dan berbuat yang baik tidak hanya dinyatakan kalau hidup seorang tenang dan nyaman saja. Kebaikan dan berbuat baik melekat dalam hidup setiap orang percaya. Tidak mengenal kondisi dan situasi dalam melakukan apa yang baik. Rasul Petrus malah menekankan untuk rajin berbuat baik, sebab orang yang berbuat baik tidak akan mengalami yangjahat (ay. 13). Dalam keadaan suka maupun dalam sukar, perbuatan baik harus dinyatakan. Janganlah takut dan gentar dalam hidup, apalagi dalam melakukan apa yang baik dan benar. Perbuatan baik dan benar itu dilakukan sebagai kesaksian bagl banyak orang bahwa anak-anak Tuhan memiliki ketekunan dan kesabaran. 
Rasul Petrus menegaskan agar setiap orang Kristen jangan takut menghadapi penderitaan. Allah memperhatikan orang yang mengalami penderitaan karena kebenaran. Allah menilik orang yang tetap berhati tulus. Allah mengasihi orang yang lemah lembut dan penuh hormat (bdk. ay. 15). Perbuatan benar sesuai kehendak Allah adalah demikian : "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Karena itu marilah kita tekun berbuat yang benar sesuai kehendak Allah.
Perikop kita menekankan agar rajin berbuat baik. Bagi Petrus berbuat baik sebagai bagian dari hidup orang kristen untuk melakukan kebenaran menjadi keharusan sehubungan dengan tugas panggilannya di tengah-tengah dunia ini. Sebelumnya, Petrus sudah memberi nasehat kepada istri-istri dan suami[1]. Tips yang diberikan Petrus tidak lain agar istri tetap berbuat baik bagi suaminya dengan berusaha patuh. Memang hal ini tidak mudah. Namun Istri harus menyadari bahwa hal ini dilakukan bukan semata-mata kepentingan keharmonisan dalam keluarga saja tetapi terlebih dalam rangka memenangkan jiwa bagi Allah. Dan ini tugas semua orang percaya. Demikian juga suami agar hidup bijaksana terhadap istrinya. Kebaikan yang harus dinampakkan suami kepada istrinya sebagai implikasi imannya adalah hidup bijaksana. Dalam Kamus Populer[2], bijaksana berarti pandai memakai akal pikiran serta dapat membedakan yang baik dan mana yang tidak baik, arif, selalu dengan nalar. Dengan demikian dalam hubungannya dengan istri, suami yang bijaksana akan mengerti dan memahami keadaan istrinya sehingga jika dirasa ada kekurangan tidak dengan mudah menjatuhkan hukuman. Terlebih dalam kekristenan dipahami bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama pewaris dari kasih karunia. Dengan pemahaman ini suami tidak boleh arogansi terhadap istrinya sebaliknya menghormatinya.
Demikian juga dalam hidup ditengah-tengah persekutuan. Petrus menekankan agar hidup saling memberkati, bukan sebaliknya membalas kejahatan dengan kejahatan, caci maki dengan caci maki. Artinya, memohon kuasa Allah yang penuh kasih dan karunia agar dicurahkan atas segala orang, juga atas mereka yang menghendaki kita ditimpa oleh kecelakaan. Memang bagian terakhir ini sering tidak mudah dilakukan. Mungkin mulut mengatakan memberkati, tetapi dalam hati mengutuk. Bila demikian, mengapa Petrus memberikan nasehat demikian? Alasannya sangat jelas. Sebagaimana dikutip Petrus dalam Mazmur 34:13-17. Bahwa orang kristen dipanggil untuk hidup dijalan yang benar dan jujur, dan dengan alasan yang sama dengan Perjanjian Lama, Allah akan mengawasi dan memberkati kelakuan tersebut, sebaliknya Allah menentang kelakuan yang bertentangan dengan hidup saling memberkati.
Dengan pemahaman demikian, Petrus mengingatkan jemaat agar tidak usah takut dalam berbuat baik. Walaupun selalu ada risiko hidup yang demikian, yakni penderitaan. Tetapi takutlah kepada Tuhan dengan hidup benar, hidup selalu berbuat baik. Memang hidup di tengah-tengah dunia tidak ada orang yang steril dari yang namanya penderitaan. Baik orang yang percaya atau pun tidak, baik orang yang hidup benar atau tidak. Jika demikian, bukankah lebih baik menderita karena berbuat baik dari pada menderita karena berbuat jahat? Demikianlah Petrus menegaskannya dalam ayat 17. Sebab menderita oleh karena berbuat baik sebagai implkasi iman kita kepada Yesus Kristus akan berakhir kebahagiaan, happy ending.
Dalam berbuat baik sebagaimana dikehendaki Tuhan memang ada kalanya kita mengalami penderitaan. Dan bila itu yang terjadi, jangan lantas kita takut berbuat baik lagi, teruslah lakukan yang baik sebab Tuhan berkenan kepada orang-orang yang demikian. Ia akan menolong kita dan memeberkati kita, sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah….” (1 Petrus 3:18). Dan dalam kitab Ibrani dikatakan: “…Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya…” (Ibrani 5:8).
Yesus tidak mencari penderitaan, juga tidak menyukai penderitaan, namun Ia tidak menolak penderitaan, kalau itu merupakan resiko yang harus ditanggung-Nya. Yesus tidak menolak penderitaan, Ia menerima resiko penderitaan dan memanfaatkan penderitaan itu sebagai sarana belajar taat kepada Bapa.
     Saudaraku yang terkasih, percaya pada pemeliharaan Tuhan adalah hal yang mutlak bagi setiap orang percaya.  Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melampaui batas kekuatan kita.  Pada saat yang tepat Dia pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar yang terbaik.  Karena itu jangan lupa untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan dan mengamini setiap janji Tuhan dalam hidup kita.
Kita tidak boleh asal-asalan menjalani hidup kekristenan kita.  Sebab  "kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."  (1 Petrus 2:10).  Kita yang dulunya berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan ke dalam terangNya yang ajaib;  kita yang dulunya adalah hamba dosa kini menjadi hamba kebenaran  (baca  Roma 6:17-18);  status kita pun berubah menjadi anak-anak Allah.  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,"  (Roma 8:17);  itu semua karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib!
     Kepada jemaat di Efesus rasul Paulus mengingatkan,  "...supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu."  (Efesus 4:1).  Hidup yang sesuai dengan panggilan Tuhan berarti hidup yang seturut kehendak dan rencana Tuhan.  Dengan kata lain kita harus memiliki kehidupan yang 'berbeda' dengan dunia ini.  Jika orang-orang dunia lebih memilih hidup menurut keinginan daging (memuaskan hawa nafsunya), kita tidak boleh terbawa arus kehidupan dunia ini, sebab  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galalita 5:24).  Kita harus hidup dalam kesalehan yaitu hidup menurut jalan-jalan Tuhan, tidak menyimpang dari kebenaran firman Tuhan dan menurut pimpinan Roh Kudus.  Ini bukanlah pekerjaan mudah, ada harga yang harus kita bayar di mana kita harus menanggalkan 'manusia lama' kita dan mengenakan 'manusia baru'.  
1. Aku Perlu Memiliki Perspektif yang Benar.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
2. Aku Perlu Menentukan Prioritas Yang Benar
”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.“
3. Aku Perlu Percaya Pada Kuasa Tuhan.
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” 
Tidak ada sesuatupun dapat terjadi apabila tidak melalui tangan-Nya yang penuh kasih. Apakah kita hidup atau kita mati …. marilah kita memilih untuk menempatkan Kristus sebagai pusat dari kehidupan kita. Amin.




Tidak ada komentar: