Seorang bapak separo baya berdiri menyaksikan kasih
Tuhan dalam kehidupannya.
Ia memulai dengan kisahnya dan berkata, ”Seorang ayah, anaknya dan teman anak
itu berlayar di lautan pasifik saat badai besar menghantam dan ombak begitu
tinggi, sang ayah tidak dapat menahan kapalnya dari badai besar itu, walaupun
ia adalah seorang pelaut yang handal. Ketiganya terhempas ke lautan
bebas. Sang ayah berusaha menggapai pelampung, namun ia harus membuat
keputusan tersulit dalam hidupnya. Kepada siapa ia harus melemparkan
satu-satunya pelampung itu. Anaknya atau teman anaknya. Dia hanya punya beberapa
detik saja untuk memutuskan”. Ayah itu tahu kalau anaknya adalah ”anak Tuhan
yang setia”, namun teman anaknya bukanlah seorang Kristen. Kegalauan gejolak
hatinya untuk mengambil keputusan tidak sebanding dengan gejolak ombak yang
begitu besarnya saat itu. Dan ketika sang ayah berteriak, ”aku mengasihimu,
anakku!” diapun melemparkan pelampung itu ke arah teman anaknya. Pada saat itu
dia menarik pelampung dan teman anaknya ke atas perahu, anaknya telah hilang
dan lenyap ditelan ombak dalam gelapnya malam. Dan sampai sekarang tubuh
anaknya tidak pernah ditemukan lagi.
”Si ayah mengetahui kalau anaknya pasti masuk ke dalam kekekalan bersama Tuhan
Yesus dan ia tidak dapat membayangkan teman anaknya itu masuk kedalam kekekalan
tanpa Tuhan Yesus. Karena itu dia mengorbankan anaknya. Oh betapa luar biasanya
kasih Tuhan karena ia juga melakukan hal yang sama untuk kita!”
lanjutnya, ”aku adalah teman dari anaknya itu”. Camkan hal ini, kita bisa
hidup karena ada seseorang yang sudah mati buat kita 2000 tahun yang lalu.
Tuhan Yesus telah sengsara dan mati untuk kita. Kisah kematianNya telah
kita renungkan setiap saat, secara khusus dalam sakramen perjamuan kudus ini.
Kesedihan pasti merenggut setiap kita yang merenungkan tentang kematianNya yang
mengerikan itu, tetapi sesungguhnya bukan hanya tentang kesedihan dan kedukaan
saja melainkan juga tentang kehidupanNya. hidupNya sungguh singkat tapi apa
yang diperbuatNya sungguh melampaui waktu hidupNya. Apa yang diperbuatNya tetap
dikenang oleh setiap generasi dari masa ke masa, karena memang kehidupanNya
adalah sebuah kasih Allah yang luar biasa dahsyatnya kepada manusia. Apa
rahasianya? Jangan tanyakan tentang bagaimana Ia telah mati, tetapi bagaimana
ia bisa mengisi kehidupanNya yang singkat itu sehingga menjadi berkat bagi manusia.
”Sungguh Ia telah mati untuk kita semua agar dengan
kematianNya,
kita bisa memperoleh kehidupan (keselamatan)”. Jika Ia telah mati agar kita
hidup, maka marilah disisa waktu hidup ini, kitapun merangkai kehidupan kita
dengan kasih dan senantiasa hidup dalam kebenaran yang meneladani Sang
Juruselamat kita. Semuanya bukan demi menorehkan sebuah kenangan indah dalam
hati dan pikiran generasi yang akan datang, tetapi sebagai ucapan syukur atas
hidup yang diberikan olehNya. Marilah kita ingat bahwa Ia telah mati untuk
kita, maka hendaklah kita hidup bukan saja untuk diri kita sendiri melainkan
untuk Tuhan dan sesama. Kiranya hidup kita menjadi sumber inspirasi bagi orang
lain sehingga orang lainpun mampu menatap kehidupan mereka sesuai dengan
kebenaran firman Tuhan
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah
menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses
pemurnian yang harus dilewatinya. Penderitaan bisa saja terjadi karena
perbuatan Iblis, karena "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Adalah tugas
kita untuk melawan segala tipu muslihat Iblis. "Lawanlah
dia (Iblis) dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua
saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." (1
Petrus 5:9). Kita harus percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan
memelihara umatNya, kecuali jika ada celah yang terbuka bagi Iblis karena dosa
dan pelanggaran kita. Jika kita tidak segera bertobat, Iblis akan masuk
dan menguasai kita sehingga kita menderita. Masalah dan penderitaan bisa
terjadi karena seijin Tuhan karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan
mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa
kita tidak sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan
memberi kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita
alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan
jangan mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a. Amen. Pdt. RHL. Tobing
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a. Amen. Pdt. RHL. Tobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar