Kamis, 05 April 2018

Khotbah Kebaktian R. Tangga Tgl. 20-21 Maret 2018 1 Petrus 2:21-25


Seorang bapak separo baya berdiri menyaksikan kasih Tuhan dalam kehidupannya. Ia memulai dengan kisahnya dan berkata, ”Seorang ayah, anaknya dan teman anak itu berlayar di lautan pasifik saat badai besar menghantam dan ombak begitu tinggi, sang ayah tidak dapat menahan kapalnya dari badai besar itu, walaupun ia adalah seorang pelaut yang handal. Ketiganya terhempas ke lautan bebas. Sang ayah berusaha menggapai pelampung, namun ia harus membuat keputusan tersulit dalam hidupnya. Kepada siapa ia harus melemparkan satu-satunya pelampung itu. Anaknya atau teman anaknya. Dia hanya punya beberapa detik saja untuk memutuskan”. Ayah itu tahu kalau anaknya adalah ”anak Tuhan yang setia”, namun teman anaknya bukanlah seorang Kristen. Kegalauan gejolak hatinya untuk mengambil keputusan tidak sebanding dengan gejolak ombak yang begitu besarnya saat itu. Dan ketika sang ayah berteriak, ”aku mengasihimu, anakku!” diapun melemparkan pelampung itu ke arah teman anaknya. Pada saat itu dia menarik pelampung dan teman anaknya ke atas perahu, anaknya telah hilang dan lenyap ditelan ombak dalam gelapnya malam. Dan sampai sekarang tubuh anaknya tidak pernah ditemukan lagi.
”Si ayah mengetahui kalau anaknya pasti masuk ke dalam kekekalan bersama Tuhan Yesus dan ia tidak dapat membayangkan teman anaknya itu masuk kedalam kekekalan tanpa Tuhan Yesus. Karena itu dia mengorbankan anaknya. Oh betapa luar biasanya kasih Tuhan karena ia juga melakukan hal yang sama untuk kita!” lanjutnya, ”aku adalah teman dari anaknya itu”. Camkan hal ini, kita bisa hidup karena ada seseorang yang sudah mati buat kita 2000 tahun yang lalu.
Tuhan Yesus telah sengsara dan mati untuk kita. Kisah kematianNya telah kita renungkan setiap saat, secara khusus dalam sakramen perjamuan kudus ini. Kesedihan pasti merenggut setiap kita yang merenungkan tentang kematianNya yang mengerikan itu, tetapi sesungguhnya bukan hanya tentang kesedihan dan kedukaan saja melainkan juga tentang kehidupanNya. hidupNya sungguh singkat tapi apa yang diperbuatNya sungguh melampaui waktu hidupNya. Apa yang diperbuatNya tetap dikenang oleh setiap generasi dari masa ke masa, karena memang kehidupanNya adalah sebuah kasih Allah yang luar biasa dahsyatnya kepada manusia. Apa rahasianya? Jangan tanyakan tentang bagaimana Ia telah mati, tetapi bagaimana ia bisa mengisi kehidupanNya yang singkat itu sehingga menjadi berkat bagi manusia.
”Sungguh Ia telah mati untuk kita semua agar dengan kematianNya, kita bisa memperoleh kehidupan (keselamatan)”. Jika Ia telah mati agar kita hidup, maka marilah disisa waktu hidup ini, kitapun merangkai kehidupan kita dengan kasih dan senantiasa hidup dalam kebenaran yang meneladani Sang Juruselamat kita. Semuanya bukan demi menorehkan sebuah kenangan indah dalam hati dan pikiran generasi yang akan datang, tetapi sebagai ucapan syukur atas hidup yang diberikan olehNya. Marilah kita ingat bahwa Ia telah mati untuk kita, maka hendaklah kita hidup bukan saja untuk diri kita sendiri melainkan untuk Tuhan dan sesama. Kiranya hidup kita menjadi sumber inspirasi bagi orang lain sehingga orang lainpun mampu menatap kehidupan mereka sesuai dengan kebenaran firman Tuhan

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."  1 Petrus 2:21
Semua orang di dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah.  Masalah, sakit-penyakit, penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia selama hidup di dunia ini.  Berbicara tentang masalah dan penderitaan, tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang pernah menderita.  Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari, bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang;  sekalipun kita berusaha untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup kita.  Tetapi Alkitab menyatakan,  "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?  Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah."  (1 Petrus 2:20).  Saat ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian yang harus dilewatinya.  Penderitaan bisa saja terjadi karena perbuatan Iblis, karena  "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Adalah tugas kita untuk melawan segala tipu muslihat Iblis.  "Lawanlah dia  (Iblis)  dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."  (1 Petrus 5:9).  Kita harus percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umatNya, kecuali jika ada celah yang terbuka bagi Iblis karena dosa dan pelanggaran kita.  Jika kita tidak segera bertobat, Iblis akan masuk dan menguasai kita sehingga kita menderita.  Masalah dan penderitaan bisa terjadi karena seijin Tuhan karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada kita.  Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan penderitaan pasti akan berlalu karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  Pengkotbah 3:11a. Amen. Pdt. RHL. Tobing



Tidak ada komentar: