Senin, 09 Maret 2015

Khotbah Minggu 22 Maret 2015 Mazmur 119:9-16 Tema : “Bersukacita Menaati Firman Tuhan”

 Pendahuluan
Mazmur 119 merupakan mazmur sekaligus pasal yang terpanjang dalam Alkitab. Ditulis setelah Bait Allah dibangun kembali, sebagai suatu perenungan akan keindahan firman Allah dan juga keindahan hidup orang-orang yang sedia dituntun oleh firman Allah.
Kerinduan pemazmur untuk dirinya sendiri tidak lain adalah menjaga hidupnya tetap bersih, tidak menyimpang dari printah-perintah Tuhan. Dan kerinduan ini bukan hanya menjadi angan-angan atau moto hidup semata sebagaimana yang juga biasa diucapkan oleh orang-orang Kristen pada umumnya. Kerinduan ini ditindaklanjuti dengan usaha-usaha untuk menggapainya, yaitu dengan mencari Tuhan melalui firmanNya. Merobah sikap dan mental akan mengarahkan kita kepada tuntutan hidup sesuai firmanNya.
Reformasi adalah perjuangan yang harus terus dikerjakan oleh umat Tuhan. Reformasi artinya kembali ke formasi (bentuk semula). Manusia pertama diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, sempurna memiliki akal dan pikiran sehingga layak menjadi mitra Tuhan untuk menjaga keselarasan hidup di dunia ini. Setelah manusia jatuh kedalam dosa keserupaan dan kesegambaran manusia dengan Allah itu telah ternoda, tercoreng, kabur (buram) bahkan gelap sama sekali, hampir tidak kelihatan lagi sifat-sifat ilahi dalam kehidupan manusia, sehingga muncullah istilah “homo homini lupus = manusia menjadi serigala atas sesamanya, ada pendapat yang mengatakan bahwa manusia adalah hewan bercelana, artinya hanya “celana” yang membedakan manusia dengan ciptaan yang lain...ironis....menyedikan
Kebobrokan moral membuat hidup menjadi kacau, kejam dan sadis....mengerikan. Tepat sekali Presiden Ri Joko Widodo menetapkan Revolusi Mental menjadi lokomotif pemerintahannya. Revolusi Mental adalah terapi dari seluruh masalah yang sedang melanda kehidupan manusia. Permasalahannya adalah bagaimana kita memulai revolusi mental yang telah rusak ini ? cukupkah dengan rajin beribadah ? cukupkah hanya dengan berteriak....revolusi mental....revolusi mental dengan sedirinya mental kita berubah..?”
Saya percaya bahwa kita rindu akan perubahan yang signifikan dalam diri , keluarga, gereja dan bangsa kita. Kita rindu akan kehidupan yang tentram dan damai, diwajah setiap insan kembali memancarkan “rupa dan gambar “ Allah, yang penuh kasih, bertanggung jawab, memiliki daya kreatifitas untuk membangun kehidupan menjadi “lebih baik”. Dibawah ini pemazmur memberikan tips untuk mrevolusi mental yang telah rusak
Pendalaman Nats
(1) Mempertahankan Kelakuan Tetap Bersih (ay.9)
Hidup benar (bersih) ditengah-tengah angkatan yang jahat memang sangat sulit dan berat, karena hidup di dunia ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Hidup ditengah masyarakat yang beraneka ragam, nilai kebenaran itu sendiri “nisbi”apa yang kita anggap benar belum tentu benar di mata orang lain dan apa yang dianggap benar oleh orang belum tentu itu benar menurut kita, sehingga nilai kebenaran itu tidak mutlak tetapi tergantung siapa. Bagi segelintir orang korupsi itu benar karena banyak orang melakukannya.... tapi bagi sebagian orang korupsi itu satu momok yang harus di berantas,.. bagi sebagian orang tidak ke gereja itu juga suatu yang benar (buktinya mereka tidak ke gereja, kalau mereka anggap tidak ke gereja itu salah pasti mereka datang ke gereja). Dalam hal ini pemazmur memberikan satu nilai kebenaran adalah “Sesuai Dengan Firman Tuhan” kalau boleh saya meringkaskan isi Firman Tuhan itu adalah “mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri”,. Firman Tuhan itu dapat di ilustrasikan dengan salib. Salib adalah pertemuan antara kayu vertikal dan kayu yang horizontal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena begitu di pisahkan itu bukan lagi salib namanya. Demikian juga antara mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama manusia tidak dapat dipisahkan, karena tidak mungkin kita mengasihi Tuhan tanpa mengasihi sesama manusia. Untuk mempraktekkan kasih ini menjadi tanggung jawab kita, itulah salib yang harus kita pikul setiap saat. Walaupun sebagian orang menganggap “salib” itu ketinggalan zaman, tidak relevan lagi ditengah kehidupan yang sarat dengan persaingan, sulitnya mendapatkan peluang kehidupan “jangankan uang halal uang haram pun sulit mendapatkannya” sehingga uang haram pun dianggap anugerah. Mental seperti ini harus di revolusi. Paulus dalam suratnya ke Jemaat Roma pasal 12 :2 “ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” Selanjutnya surat Paulus yang kedua kepada Timotius di pasal 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Langkah pertama untuk melakukan revolusi mental adalah setiap orang harus mempertahankan kelakuannya tetap bersih yaitu hidup sesuai dengan Firman Tuhan.
(2) Dengan segenap hati mencari Tuhan
Segenap hati artinya totalitas, tidak terpecah, focus, konsentrasi penuh, tidak bercabang, murni, (kudus= tidak campur aduk). Kalau kita berbicara dengan segenap hati mencari Tuhan, itu artinya tidak ada yang lain selain Tuhan menjadi tujuan hidup. Apakah benar semua orang yang pergi ke gereja murni (dengan segenap hati) mencari Tuhan ? karena kalau menurut logika saya, “apa yang kita cari pasti itu yang kita temukan” orang yang pergi ke pasar di tengah-tenga begitu banyak barang yang ditawarkan tidak akan semua mereka beli pasti yang mereka beli adalah sesuai dengan kebutuhan mereka dan logikanya apa yang mereka butuhkan pasti itu yang mereka cari, tidak akan mungkin seorang ibu yang pergi kepasar mencari dan membeli bawang sementara stok bawangnya masih banyak di rumah. Mungkin belakangan ini sering kita dengar “keluhan-keluhan jemaat, siapa yang berkhotbah....ah Pdt si anu.... ah... enggak enak...monoton... enggak ada lucu-lucunya....enggak menarik....
Menurut hemat saya kalau kita sungguh-sungguh datang ke gereja mau mencari Tuhan dengan segenap hati, setiap pembacaan Firman Tuhan (tanpa di khotbahkan) kita dapat bertemu dengan Tuhan, ketika kita bernyanyi syair lagu yang kita lantunkan dapat membawa jiwa kita kepada Tuhan sehingga kita merasakan bertemu dengan Tuhan.
Marilah mencari Tuhan dengan segenap hati tanpa dinodai dengan motivasi-motivasi yang lain, kuburan bukan tujuan menjadi Kristen (karena ada sebagian orang menjadi Kristen agar nanti mati ada yang mengurus penguburannya), kekayaan bukan menjadi tujuan datang kehadirat Tuhan (karena ada sebagian jemaat mengikut Yesus supaya berlimpah hal ini yang diajarkan oleh teologia sukses yang sangat bertentangan dengan teologia salib)
Sumber kebahagiaan yang kekal ada di dalam Tuhan, sehingga pemazmur rindu berjalan di jalan Tuhan tidak sedikitpun menyimpang dari perintah-perintah Tuhan.
(3) Hati yang menyimpan janji-janji Tuhan
Hati adalah jendela mata artinya apa yang ada dihatimu akan terpancar dari matamu, kalau hatimu lagi marah maka matamu akan merah, kalau hatimu lagi bersukacita maka matamu akan berseri-seri.
Suasana hati itu sendiri tergantung dari apa yang ada dialamnya jika hati didisi dengan kebencian maka yang maka seluruh hidup kita akan memancarkan rada kesal, marah, kebencian. Jika hati kita dipenuhi dengan janji-janji maka akan terpancar suatu gelora yang membara, semangat yang luar biasa. Sebuah janji pasti membuahkan pengharapan, jadi hati-hati kalau kita berjanji, karena janji yang kita ucapkan akan menumbuhkan pengharapan dan ketika pengharapan itu tidak terpenuhi akan timbul “sakitnya tu di sini di dalam hatiku”
Pamazmur mengisi hatinya dengan “janji-janji Tuhan”, janji Tuhan yang akan menyelamatkan, janji Tuhan yang tidak pernah diingkari, karena Tuhan itu penuh kasih dan setia, dan kuasa apapun tidak mampu membatalkan janji-Nya. Janji-janji Tuhan yang ada dihatinya membuat dia terus rindu menjalin hubungan dengan Tuhan memalui perenungan Firman Tuhan (Mzm 119: 97 “betapa kucintai Taurat-Mu....” biasanya orang yang jatuh cinta...mau makan ingat si dia....mau tidur ingat si dia...mau mandi ngat si dia.... di dompet ada si dia.... di kamar ada si dia...” di sisi lain apa yang kita pikirkan hal itu juga yang terpancar dalam hidup kita.
Mari kita menyimpan-janji keselamtan, janji kekekalan Tuhan di hati kita sehingga janji Tuhan itu meberikan pengharapan yang teguh di hati kita, dan pengharapan itu akan memampukan kita mengalahkan tantangan dan cobaan serta godaan yang menggiurkan sekali pun, sehingga kita tetap suci walaupun didalam debu
(4) Menceritakan Firman Tuhan
Surat Paulus kepada Timotius, dalam 1 Timotius 4:16 “ Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau”, kelemahan kita sebagai orang Kristen adalah kurangnya dalam menceritakan Firman Tuhan, itu kelihatan dalam kebaktian rumah tangga dan juga PA, begitu diberikan kesempatan untuk bersaksi semuanya tertunduk.... bahkan ada yang toel kiri dan kanan.... yang mau bersaksi orangnya hanya itu-itu saja.
Satu prinsip yang harus kita pegang “pada akhirnya akan menjadi hakim pada dirinya sendiri” walaupun saat ini masih banyak orang hanya banyak berbicara tanpa bukti tetapi akhirnya kata-kata yang diucapkan itu akan terus terngiang di telinga dan berbisik di hatinya, akan timbul perasaan malu sendiri jika perkataannya tidak sesuai dengan prilakunya. Hal inilah yang membuat pemazmur selalau rindu menceritakan hukum Tuhan yang dia ucapkan, karena ucapan-ucapannya itu akan menjadi pagar/rel menjaga dia tetap berjalan dalam undang-undang Tuhan.
Marilah kita memperkatakan Firman Tuhan sehingga kita juga diproses hidup dalam apa yang kita perkatakan, Hanya Firmna Tuhan yang terus di perkatakan, diperdengarkan dapat memperbaharui hati kita....

Jika hati kita sudah diperbaharui oleh Firman Tuhan....akan terjadi revolusi mental yang akan membawa perubahan yang radikal dalm hidup ini. Hidup benar di tengah kehidupan dunia penuh dosa, mungkin dianggap ketinggalan zaman, tidak relevan, akan ditindas dan dilindas, jangan takut karena Kristus yang tidak memuliakan diri-Nya sendiri menjadi Imam Besar dimuliakan oleh Dia yang telah berfirman kepada-Nya “Anakku Engkau” (Bahan Bacaan Ibrani 5:5-10). Amen

Khotbah Minggu 15 Maret 2015 Ibr 12:18-29 “Beribadah dengan Hormat dan Takut”


Penguraian dalam kitab Ibrani meneguhkan seruan dalam berbagai hal. Pasal 11 adalah daftar yang terkenal tentang saksi-saksi iman yang berpuncak pada Kristus dalam psl.12. Topik itu beralih ke pentingnya menerima didikan Allah sebagai anak. Kemudian, dalam ayat-ayat sebelum perikop kita (aa.14-17), ada pentingnya tidak menolak anugerah Allah seperti Esau. Perikop kita memberi alasan untuk seruan itu (perhatikan kata “sebab” pada awal a.18).
Dalam bagian ini penulis kembali ke perbandingan yang dikembangkan dalam pp.3-4 antara Israel dalam pengembaraan di padang gurun dengan jemaat dalam pengembaraan di dunia. Peringatan di sana ialah bahwa ada banyak dari mereka yang berbagian dalam anugerah Allah tetapi tidak sampai pada tujuan yang dijanjikan Allah karena ketidaktaatan (4:1-3).
 Di sini perbandingannya antara titik awalnya setelah ditebus, masing-masing dilambangkan oleh sebuah gunung. Setelah Israel dibebaskan dari Mesir mereka berkumpul di gunung Sinai, seperti yang diceritakan dalam Kel 19. Pemandangan pada saat itu sangat menakutkan, menegaskan betapa Allah itu kudus sehingga berbahaya bagi umat yang najis seperti Israel (aa.18-20). Sebaliknya, gunung Sion di sorga dalam aa.21-24 memberi gambaran yang sangat menyemangatkan. Penulis menggambarkan kumpulan malaikat yang meriah dan orang-orang benar yang karena disempurnakan luput dari penghakiman Allah. Semua itu karena Yesus sudah mengadaan perjanjian baru oleh darah-Nya (a.24; bnd. p.8 & 9:15). Titik awal kita dalam Kristus adalah penuh harapan.
Jika darah Kristus berbicara, jangan janji itu ditolak, lebih lagi karena Kristus yang menyampaikannya berasal dari sorga, bukan dari bumi seperti Musa (a.25). Untuk mendukung itu penulis mengembangkan suatu implikasi dari kuasa dahsyat Allah. Di gunung Sinai bumi digoncangkan, tetapi ada janji dalam Hag 2:6 bahwa Allah akan menggoncangkan bumi dan langit. Ayat itu merujuk pada tujuan Allah untuk menempatkan bangsa-bangsa di bawah kedaulatan-Nya (Hag 2:7), tetapi penulis Ibrani hanya mengambil satu aspek, yaitu bahwa dalam janji itu penggoncangan tinggal satu lagi. Jika tidak ada penggoncangan lagi, maka yang dapat digoncangkan sudah diubah menjadi tak tergoncangkan (aa.26-27). Artinya bahwa kerajaan yang dijanjikan adalah mantap, kokoh, sangat layak disyukuri dengan rasa hormat dan takut (a.28).
Kalimat terakhir mungkin mengagetkan kita, karena sepertinya kembali ke gambaran gunung Sinai, dari pada gambaran gugung Sion dsb. Tetapi sebenarnya penulis tidak menyampaikan dua gambaran Allah yang bertolak belakang. Allah adalah Allah yang dahsyat, hakim semua orang. Oleh karena itu, ada harapan bahwa Dia dapat menghanguskan semua yang jahat, bertentangan dengan kehendak Allah (aa.26-27). Gunung Sion lebih menjanjikan bukan karena keadilan Allah diganti dengan anugerah-Nya, melainkan karena dalam Kristus keadilan dan anugerah-Nya berjumpa. Orang-orang benar disempurnakan dalam darah Kristus sehingga dapat berdiri di hadapan Sang Hakim (aa.23-24).
Jadi, jika pada dasarnya penulis mau supaya pembaca tetap berpegang pada Kristus, dalam a.28 kita melihat respons yang diperlukan oleh yang berpegang. Intinya bersyukur. Kita bersyukur karena Kristus sudah membawa kita kepada tempat yang menyemangatkan; kita sudah dianggap sebagai umat Allah yang berada di sorga memuji Dia. Kita juga bersyukur karena tujuan kita adalah kerajaan yang kokoh, tak tergoncangkan. Bersyukur adalah cara beribadah yang berkenan. Dengan bersyukur kita menghormati Allah dan menunjukkan bahwa kita kagum atas semua yang Dia lakukan.
TANGGUNG JAWAB YANG BERAT; Murka Allah sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar."
Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah/atau GEREJA/SORGA;
·       anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga
·       Allah, yang menghakimi semua orang,
·       roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,
·       Tuhan Yesus, Pengantara perjanjian baru”
jangan menolak Dia, yang berfirman atau  berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?
·       Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga."
·       Artinya akan ada  perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan/kekekalan.
Untuk menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita
·       mengucap syukur
·       dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya,
·       dengan hormat dan takut.
Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.
RAHASIA BESAR ; JIKA KITA MENGHORMATI TUHAN YESUS, AKAN ADA KUASA MUJIZAT YANG TERJADI DALAM HIDUP KITA. CAMKAN ITU.



Khotbah Minggu 08 Maret 2015 Kel. 20: 1-17


I.             Pendahuluan
 Nats ini merupakan sumber Alkitabiah dari Sepuluh Hukum yang diberikan Allah kepada Musa di gunung Sinai, tiga bulan setelah bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Hukum ini diberikan kepada bangsa Israel agar bangsa tersebut dapat berkaca dan melihat apakah sikap mereka telah sejalan dengan kehendak Allah. Andaikata hukum tersebut tidak ada maka hidup manusia akan semakin kacau. 'Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang' (Galatia 3:24). Kita tidak dapat diselamatkan oleh karena melaksanakan Hukum Taurat, melainkan oleh karena imanlah kita dapat diselamatkan. Tetapi karena buah dari iman kepada Allahlah maka kita melaksanakan Hukum Taurat. Hukum yang paling mendasar (basic code) dalam hukum ilahi bangsa Israel adalah ayat 2-17 yang dinamakan dengan berbagai sebutan, antara lain "sepuluh hukum", "sepuluh ucapan", dekalog' dan "sepuluh perintah Allah".
II.           Keterangan:
Ayat Ayat 1-2: Lalu Allah mengucapkan segala Firman ini, yang berarti bahwa Allah mengucapkan sebuah ucapan yang sarat dengan aturan teknis (terminus teknikus) kepada 'ketentuan perjanjian' di Timur Dekat, dan kita dapat membaca pada buku Ulangan: "Dan la memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkanNya kepadamu untuk dilakukan, yakni kesepuluh Firman dan la menuliskannya pada dua loh batu" (Ulangan 4:13), dan dipertegas dengan perkataan 'Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar', inilah yang merefleksikan struktur perjanjian kerajaan kontemporer. Perjanjian Kerajaan pada awal perjanjian lama sering diawali dengan identifikasi (perkenalan) diri sendiri seorang Raja, melalui prolog historis yang singkat (Bnd Kejadian 15:7). Berdasarkan kepada identifikasi diri sendiri mengenai Allah, serta prolog historis singkat yang menerangkan bahwa Allah sendirilah yang mengeluarkan bangsa Israel, sehingga ditekankan kembali di dalam perintahNya harus dilaksanakan/dilakukan dengan cara melaksanakan perintah Allah (selaku patron/patokan perjanjian kerajaan), sehingga diakui bahwa Allah adalah raja di tengah-tengah bangsa Israel, dan sebagai kesaksian bahwa bangsa Israel adalah bangsa Allah. Selaku bangsa Allah maka setiap orang Israel tanpa terkecuali harus memperlihatkan kepatuhan (obedience) dan penyerahan diri secara penuh kepadaNya, karena Allah telah memberikan kepada mereka kasih karunia dan berkat. Bangsa Israel harus yakin kepada kedaulatan Allah yang akan menemani bangsa Israel secara berkelanjutan (continuing care). Ayat 3-6: "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (You shall have no other gods before me) bertujuan untuk menekankan agar tidak ada lagi 'allah' yang lain (secara nyata atau secara imajinasi) yang akan menjadi tandingan/saingan Tuhan Allah yang penuh dengan kasih karunia di hati dan pikiran bangsa Israel, agar mereka juga tidak mendua hati. Karena pada awalnya agama bangsa Israel telah ditekankan agar 'Monotheisme' (bukan polytheisme). Satu Tuhan, jangan ada lagi tuhan yang lain. Rasul Paulus juga menekankan mengenai kesatuan kepada Allah: "namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup" (I Korintus 8:6). Dan Allah juga memerintahkan untuk tidak membuat patung yang menyerupai apapun yang ada di langit atas, atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Seperti yang kita ketahui, Tuhan Allah bukan yang berbentuk 'visible' (dapat dilihat mata), oleh karena itu bangsa Israel menentang setiap patung atau penyembahan yang bertujuan memperlihatkan bentuk Allah dan itu merupakan sebuah dosa. Oleh karena itu, sebuah dosa apabila ada yang menyembah allah lain, serta yang membuat patung penyembahan meniru allah lain (Ulangan 4:19+23-28). Konsekuensi dari hukum ke dua memperlihatkan kepada bangsa Israel bahwa Allah adalah Allah yang pencemburu yang akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Allah tidak suka memiliki saingan atau menyembah Dia dengan setengah hati, melainkan harus dengan sepenuh hati dan pikiran untuk menyembah Dia. Sebenarnya sikap 'cemburu' dan 'membalaskan' merupakan bagian dari kasih Allah karena: a.  Allah mau meminta ketaatan yang khusus dari manusia yang hanya kepadaNya (Ulangan 4:24) b. Dia akan mengiring semua manusia yang melawan kepadaNya ke dalam penghukuman (1 Raja-raja 14:22) c. Allah selalu setia melindungi bangsaNya (2 Raja-raja 19:31) Siapa yang mengingkari janji Allah dan yang menolak Allah sebagai Raja, berarti membawa hukuman kepada diri sendiri dan kepada seluruh keturunan keluarganya. Kita juga dapat melihat bagaimana Yosua bersama-sama bangsa Israel disuruh Allah untuk menghukum orang Israel yang melawan Allah bersama bangsa Kanani yang berada di sekitar Israel. Biasanya keturunan atau keluarga orang Israel dihitung sampai kepada keturunan ketiga. Ayat 7: Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan. Dalam alkitab bahasa Inggris (NIV) tertulis "misuse the name of the lord" yang berarti salah mempergunakan nama Tuhan dilarang diperintah Allah, misalnya memakai nama Tuhan untuk ingkar janji kepada sesama manusia, berbohong untuk menunjukkan kebenarannya, memakai nama Tuhan untuk mengutuk atau memakai formula magis dengan nama Tuhan. Kita tidak dapat mengendalikan Allah dengan memakai namaNya (Bnd Imamat 19:12;5; Ulangan 5:11; Yeremia 7:9). Dalam Perjanjian Baru saat Yesus berkhotbah di bukit, Kristus juga mengelaborasi mengenai tidak dibenarkannya bersumpah palsu (Matius 5:33-37). Ayat 8-11: Perintah ini khusus untuk menguduskan hari Sabbat, agar enam hari manusia bekerja. Dalam ayat inilah pertama sekali istilah 'Sabbat' muncul sebagai hari perhentian yang harus dikuduskan, walaupun secara prinsipil telah ada dalam proses penciptaan. Dalam Kejadian 2:3 dikatakan "Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah la berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu". Walaupun istilah 'Sabbat' tidak dipakai dalam ayat tersebut, tetapi di dalam bahasa Ibrani yang dipakai untuk kata 'berhenti' berasal dari kata benda 'Sabbat'. Keluaran 20:11 ini mengutip setengah dari bagian Kejadian 2:3, tetapi kata 'ketujuh' diganti menjadi 'Sabbat'. Inilah yang menunjukkan bahwa kata 'Sabbat' sama dengan kata 'Hari yang Ketujuh'. Catatan pertama mengenai kewajiban menguduskan hari Sabbat adalah yang dilakukan bangsa Israel saat di padang gurun antara Mesir dan Sinai (Keluaran 16), dan dalam Nehemia 9:13-14 hari Sabbat bukanlah sebuah perjanjian yang bersifat 'obligatoris' sampai kepada penerimaan Hukum Taurat di gunung Sinai. Bangsa Israel disuruh untuk menguduskan hari Sabbat, bukan mau mengatakan bahwa hari ketujuh lebih kudus dari diriNya sendiri. Tetapi kekudusannya karena kehadiran Allah di dalam hari tersebut. Kekudusan Sabbat berarti: memakai hari yang ketujuh sebagai hari khusus untuk memuji Allah. Karena hari ketujuh berbeda dengan hari-hari yang lain (hari-hari kerja), maka Allah memerintahkan untuk tidak melaksanakan pekerjaan apapun pada hari itu karena: a. Allah berhenti pada hari yang ketujuh setelah la selesai menciptakan, oleh karena itu bangsa Israel harus melaksanakan 'kerja - istirahat' yang sama. b.Bangsa Israel haruslah berhenti pada hari Sabbat, dan para pekerja/pesuruh/budak dapat juga berpartisipasi pada hari Sabbat, karena Allah juga telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir (Ulangan 5:14-15). Sabbat sebagai tanda (sign) akan perjanjian Allah kepada bangsaNya di gunung Sinai (31:12-17). Ayat 12: Hormatilah ayahmu dan ibumu (honor your father and your mother), yang mau dikatakan di ayat ini adalah agar semua orang menghormati ayahnya dan ibunya, seperti yang diperintahkan dalam Imamat 19:3, dan ditekankan kembali "Apabila ada seorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri" (Imamat 20:9). Seperti itulah pentingnya untuk menghormati orangtua di tengah-tengah komunitas bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, bahkan sampai dikatakan siapa yang tidak mau mendengarkan pengajaran orang tuanya, maka dia akan ditangkap oleh ayahnya dan ibunya serta membawanya kehadapan para pemuka agama serta kepada tetua kampung. Dan semua laki-laki akan melempari dia dengan batu sampai mati (Ulangan 21:18-21). Namun dalam Perjanjian Baru tidaklah seperti itu beratnya hukuman secara fisik, tetapi Rasul Paulus mengatakan "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian" (Efesus 6:1). Ada sebuah janji di dalam perintah Allah ini yaitu supaya lanjut umurmu di tanah yang berikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel. Janji ini diekspresikan ketika bangsa Israel meneruskan perjalanan dari Sinai menuju ke tanah Kanaan melewati sisa perjalanan mereka di padang gurun. Ayat 13-17: Dalam ayat ini, diuraikan kembali panggilan agar tidak membunuh, berzinah, mencuri, bersaksi dusta, dan mengingini rumah sesama. Agar bangsa Israel tidak membunuh apabila tidak ada alasan yang kuat untuk melakukannya (bnd Matius 5:21-26). Dikatakan disini jangan berzinah, merupakan dosa kepada Allah dan kepada hubungan rumah tangga (Matius 5:27-30). Jangan mencuri, maksudnya adalah agar didalam kerendahan hatiiah orang memakai apa yang diberikan Allah kepadanya, jangan memakan yang bukan bagian kita. Dikatakan juga jangan bersaksi dusta, berarti mengajari manusia untuk selalu mengatakan yang benar. Jangan mengingini rumah sesamamu, agar tidak ada didalam hati seseorang sebuah motivasi yang jahat untuk merampas sesuatu yang diinginkannya (Matius 15:19). Melanggar perintah Allah di dalam hati juga sama dengan melawan secara fisik (Matius 5:21-30).
III.         Aplikasi Khotbah/ Bahan Renungan 1.Yang harus kita mengerti dan kita renungkan dari khotbah Evangelium ini adalah masalah ketaatan kepada Allah yang penuh dengan kasih karunia. Jangan sampai mendua hati untuk menyembah kepadaNya, jangan ada dari kita warga jemaat yang masih mau menyembah arwah-arwah dari nenek moyang kita yang telah meninggal, demikian juga jangan lagi ada yang menjadi hamba uang. Saat ini banyak orang menjadi penyembah harta, seakan-akan harta adalah segala-galanya di dalam kehidupannya. Inilah yang menjadi tugas kita untuk memberitakan firman Tuhan kepada orang yang telah mendua hatinya, agar imannya menjadi murni kembali.Jangan ada lagi dari warga jemaat yang mengatakan "Orang tua adalah Allah yang terlihat". Pandangan tersebut sama sekali tidak mempunyai dasar dari firman Tuhan. Tidak mungkin orang tua selaku manusia digambarkan sebagai Allah yang terlihat di dunia ini, karena hakekat manusia dan hakekat Allah adalah berbeda. Kita hanya disuruh untuk menghormati orang tua kita! 2.Jangan sampai kita menganggap orang tua adalah Allah yang terlihat. Apabila kita menghormati orang tua pada masa-masa hidupnya maka umur kita akan panjang di dunia ini, tetapi kata 'panjang/lama' disini bukanlah secara kronologis tetapi juga secara ontologis. 3. Allah mengajari kita untuk memakai waktu istirahat pada hari 'Sabbat' (Setelah di / Perjanjian Baru menjadi hari minggu, karena pada Minggu subuh hari kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian). Kita pakailah hari minggu sebagai hari istirahat dari berbagai pekerjaan, fokuslah kita pada hari minggu untuk memuji Tuhan. Aktifitas di hari minggu pun haruslah berkaitan dengan memuji dan memuliakan Tuhan, misalnya: Ibadah di gereja, memberikan penguatan dan penghiburan. 4. Janganlah kita iri dan dendam kepada sesama manusia, karena iri dan dendam sama dengan yang membunuh. Dan janganlah kita berzinah serta berbohong/bersaksi dusta serta mencuri. Mari kita manfaatkan waktu yang diberikan Tuhan Allah kepada kita untuk mencari dan melaksanakan yang sesuai dengan kehendak Allah. Mari kita jauhkan sifat rakus dan sikap yang hedonis yang hanya mencari kenikmatan dunawi. Amin