Kamis, 16 Februari 2017

"SEBAGAI ANAK BAPA YANG PENUH KASIH" (Matius 5:38-48)



Yesus memperkenalkan Bapa yang sangat baik kepada generasi ini. Bapa yang sangat baik itu adalah Bapa yang sempurna (Matius 6:48). Kasih yang Bapa berikan kepada seluruh umat manusia adalah sempurna. Bapa ingin kita hidup di dalam kasih-Nya.
Bila kita hidup dengan kasih manusia, maka kasih kita sangat terbatas. Kasih manusia itu bersyarat, sedangkan kasih Bapa tidak bersyarat. Dengan kasih manusia, kita akan bersikap baik kepada mereka yang baik kepada kita, dan bersikap sebaliknya kepada mereka yang berbuat tidak baik kepada kita. Orang kristen seharusnya memiliki sikap hidup sebagai anak Bapa yang penuh dengan kasih.
Ucapkan: “Saya adalah anak Bapa yang penuh kasih”

Bagaimana sikap hidup sebagai anak Bapa yang penuh kasih?
Ada tiga sikap penting, yaitu :
1. DO NOT RETALIATE (Matius 5:38-39)
“Do Not Retaliate” artinya jangan membalas (dendam). Hukum Taurat mengajarkan : mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi Hukum Kasih mengajarkan sebaliknya, yaitu : janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Ketika Yesus harus menanggung seluruh dosa manusia, ia tidak membalas dengan marah kepada orang-orang yang mengolok, meludahi, memukul, menyiksa, menyalibkan Dia, tetapi Yesus menyerahkan diri ke tangan Bapa yang. Yesus tidak membalas, tetapi Ia melepaskan kasih-Nya.
Bagaimana Saudara tidak membalas dendam kepada orang yang jahat kepadamu?
Ucapkan: “Saya tidak akan membalas dendam”
2. DO MORE THAN REQUIRED (Matius 5:40-41)
Hal kedua yang penting adalah Do More Than Required, artinya melakukan lebih banyak dari yang diminta/dikehendaki/dituntut/diharapkan kepada kita. Hukum Taurat mengajarkan kepada kita untuk meminta dan menuntut bagian (hak-hak) kita; tetapi Hukum Kasih mengajarkan untuk memberi dan melakukan lebih banyak untuk orang lain.
Yesus berkata : “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena menginginkan bajumu, serahkan juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” Anak Bapa akan melakukan lebih kepada orang lain sebagai bukti kasihnya kepada Bapa.
Ceritakan pengalaman Saudara melakukan lebih banyak kepada Tuhan atau sesama!
Ucapkan : “Saya akan melakukan lebih banyak”
3. BE KIND AND GENEROUS (Matius 5:42)
Sikap anak Bapa yang ketiga adalah Be Kind and Generous, artinya baik hati (ramah) dan murah hati (dermawan). Bapa kita dikenal sebagai Bapa yang sangat baik, Bapa yang suka memberi (A Giver God), murah hati, penuh dengan belas kasihan, dan penyayang.
Yesus mengajarkan agar kita memberi kepada yang meminta dan tidak menolak orang yang meminjam dari kita. Tidak menahan kebaikan kepada orang lemah (Amsal 3:27-28). Mengasihi orang yang bersikap jahat kepada kita merupakan hal yang tidak mudah. Yesus mau agar kita tetap mengasihi orang yang jahat kepada kita, dan juga mendoakan dia yang menganiaya kita. Bila kita mempunya Bapa yang mengasihi orang yang jahat, kita pun sebagai anak juga mengasihi orang yang demikian.
Ceritakan bagaimana Saudara belajar menjadi seorang yang ramah dan baik hati?
Ucapkan : ”Saya adalah anak Bapa yang baik hati dan murah hati”
KESIMPULAN :
).Seorang penulis Kristen Alfred Plummer (1841-1926) menulis: Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian,iri dan dengki, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah suatu hal yang manusiawi. Sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi.Kita tidak akan pernah bisa bahagia dan damai sejahtera jika masih menyimpan dendam dan kebencian.
 Melakukan lebih dari yang diharapkan oleh orang lain,ini menunjukkan sikap bahwa hidup dan perbuatan kita yang tidak tergantung pada apa yang kita dengar dan apa yang kita terima dari orang lain ( bnd Roma 12:2)
Bila hati kita penuh dengan kasih Bapa, maka sikap yang terpancar keluar adalah sikap anak Bapa yang penuh kasih, yaitu tidak mendendam, melakukan lebih banyak dari yang diminta/diharapkan dan dikenal sebagai anak Bapa yang baik hati dan murah hatinya. Dengan demikian Bapa yang disurga akan terus menyempurkan kita dengan kasih-Nya. Amen. Dari berbagai sumber

SIKAP HIDUP SEBAGAI ANAK BAPA (Matius 5:38-48)



Yesus memperkenalkan Bapa yang sangat baik kepada generasi ini. Bapa yang sangat baik itu adalah Bapa yang sempurna (Matius 6:48). Kasih yang Bapa berikan kepada seluruh umat manusia adalah sempurna. Bapa ingin kita hidup di dalam kasih-Nya.
Bila kita hidup dengan kasih manusia, maka kasih kita sangat terbatas. Kasih manusia itu bersyarat, sedangkan kasih Bapa tidak bersyarat. Dengan kasih manusia, kita akan bersikap baik kepada mereka yang baik kepada kita, dan bersikap sebaliknya kepada mereka yang berbuat tidak baik kepada kita. Orang kristen seharusnya memiliki sikap hidup sebagai anak Bapa yang penuh dengan kasih.
Ucapkan: “Saya adalah anak Bapa yang penuh kasih”

Bagaimana sikap hidup sebagai anak Bapa yang penuh kasih?
Ada tiga sikap penting, yaitu :
1. DO NOT RETALIATE (Matius 5:38-39)
“Do Not Retaliate” artinya jangan membalas (dendam). Hukum Taurat mengajarkan : mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi Hukum Kasih mengajarkan sebaliknya, yaitu : janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Ketika Yesus harus menanggung seluruh dosa manusia, ia tidak membalas dengan marah kepada orang-orang yang mengolok, meludahi, memukul, menyiksa, menyalibkan Dia, tetapi Yesus menyerahkan diri ke tangan Bapa yang. Yesus tidak membalas, tetapi Ia melepaskan kasih-Nya.
Bagaimana Saudara tidak membalas dendam kepada orang yang jahat kepadamu?
Ucapkan: “Saya tidak akan membalas dendam”
2. DO MORE THAN REQUIRED (Matius 5:40-41)
Hal kedua yang penting adalah Do More Than Required, artinya melakukan lebih banyak dari yang diminta/dikehendaki/dituntut/diharapkan kepada kita. Hukum Taurat mengajarkan kepada kita untuk meminta dan menuntut bagian (hak-hak) kita; tetapi Hukum Kasih mengajarkan untuk memberi dan melakukan lebih banyak untuk orang lain.
Yesus berkata : “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena menginginkan bajumu, serahkan juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” Anak Bapa akan melakukan lebih kepada orang lain sebagai bukti kasihnya kepada Bapa.
Ceritakan pengalaman Saudara melakukan lebih banyak kepada Tuhan atau sesama!
Ucapkan : “Saya akan melakukan lebih banyak”
3. BE KIND AND GENEROUS (Matius 5:42)
Sikap anak Bapa yang ketiga adalah Be Kind and Generous, artinya baik hati (ramah) dan murah hati (dermawan). Bapa kita dikenal sebagai Bapa yang sangat baik, Bapa yang suka memberi (A Giver God), murah hati, penuh dengan belas kasihan, dan penyayang.
Yesus mengajarkan agar kita memberi kepada yang meminta dan tidak menolak orang yang meminjam dari kita. Tidak menahan kebaikan kepada orang lemah (Amsal 3:27-28). Mengasihi orang yang bersikap jahat kepada kita merupakan hal yang tidak mudah. Yesus mau agar kita tetap mengasihi orang yang jahat kepada kita, dan juga mendoakan dia yang menganiaya kita. Bila kita mempunya Bapa yang mengasihi orang yang jahat, kita pun sebagai anak juga mengasihi orang yang demikian.
Ceritakan bagaimana Saudara belajar menjadi seorang yang ramah dan baik hati?
Ucapkan : ”Saya adalah anak Bapa yang baik hati dan murah hati”
KESIMPULAN :

Seorang penulis Kristen Alfred Plummer (1841-1926) menulis: Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian,iri dan dengki, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah suatu hal yang manusiawi. Sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi.Kita tidak akan pernah bisa bahagia dan damai sejahtera jika masih menyimpan dendam dan kebencian.



Bila hati kita penuh dengan kasih Bapa, maka sikap yang terpancar keluar adalah sikap anak Bapa yang penuh kasih, yaitu tidak mendendam, melakukan lebih banyak dari yang diminta/diharapkan dan dikenal sebagai anak Bapa yang baik hati dan murah hatinya. Dengan demikian Bapa yang disurga akan terus menyempurkan kita dengan kasih-Nya. Amen. Dari berbagai sumber.

Khotbah Minggu 19 Februari 2017 Mat. 5; 38-48 “Kasihilah Musuh Mu”



Bagaimana caranya menyukakan hati Tuhan? Kita menyukakan hati Tuhan dengan perbuatan nyata, yaitu bagaimana dalam seluruh langkah hidup kita memperoleh perkenanan Tuhan. Maksudnya, melakukan segala sesuatu dengan sikap hati yang benar. Di mana pun dan kapan pun dan melalui segala apa pun juga Tuhan menghendaki kita melakukan segala hal dengan sikap hati yang benar.
Sikap hati yang benar ini sejatinya bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Ia tidak membutuhkan apa-apa dari diri kita. Tetapi Ia menghendaki agar ciptaan-Nya yang juga adalah anak-anak keturunan-Nya memiliki karakter seperti diri-Nya. Bapa di surga adalah sempurna, maka kita pun harus sempurna (ay. 48). Seperti apakah sikap hati yang menyenangkan hati-Nya itu? Sebelum berkata “Kamu harus sempurna,” Tuhan Yesus menasihati agar orang percaya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi harus mengasihi musuh. Bila orang menampar pipi kanan, kita memberi pipi kiri; kita harus mendoakan orang yang menganiaya kita. Agar kita mempedulikan sesama kita yang membutuhkan pertolongan tanpa sikap diskriminatif, Ia mengatakan bahwa Bapa juga memberi hujan dan matahari kepada semua orang tanpa memandang muka. Itulah contoh perbuatan nyata yang memperoleh perkenanan Tuhan.
Kalau kita simak Keluaran pasal 21 ternyata ini merupakan peraturan-peraturan yg diberikan Tuhan kepada para pemimpin Israel untuk menegakkan keadilan di antara orang-orang Israel supaya tidak terjadi kekacauan , anarki, perang antar suku, dsb. Jadi ini adalah hak dari pemerintah yg menjadi hukum untuk mengatur keadilan bagi suatu bangsa. Roma 13:1-2, 4 mengatakan bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan kemarahan Allah atas mereka yg berbuat jahat! Jadi sebenarnya yg dimaksud dengan firman "mata ganti mata, dst" adalah peraturan/hukum yg diberikan oleh suatu pemerintah untuk menegakkan keadilan bagi rakyatnya.

Ayat 39 mengatakan supaya kita jangan melawan orang yg berbuat jahat bahkan kalau ditampar pipi kanan hendaklah kita memberikan pipi kiri kita. Sepertinya ayat ini tidak masuk akal. Masakah Allah mengajarkan kita untuk pasrah saja, diam saja ketika berhadapan dengan orang jahat? Yang dimaksud dengan ayat ini bukanlah supaya kita pasrah saja menghadapi kejahatan. Yak 4:7 mengatakan supaya kita tunduk kepada Allah tetapi melawan si Iblis. Ef 6:18 juga mengajarkan supaya kita melawan kejahatan. Jadi yg dimaksud di sini adalah janganlah mendendam karena dijahati oleh orang lain. Janganlah suka membalas perbuatan jahat orang lain. Menampar pipi kanan berarti menampar dengan punggung tangan. Hal ini merupakan penghinaan bagi orang Yahudi. Bahkan ketika kita dihina oleh orang lain janganlah mendendam karena dendam itu tidak baik. Anak Tuhan hendaklah belajar untuk memiliki kasih Kristus, memiliki pengampunan terhadap orang-orang yg bersalah kepada kita. Bukankah Yesus juga mengajar kita untuk berdoa mohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan kita seperti kita juga mengampuni orang-orang yg bersalah kepada kita? (Mat 6:12)
Ayat 40: Pada zaman Yesus, kalau orang yg tidak mampu suka menggadaikan bajunya sebagai jaminan atas hutangnya. Tetapi jarang yg mau menggadaikan jubahnya karena jubah adalah sebuah primer bagi orang Yahudi pada zaman itu. Jubah dipakai untuk melindungi tubuh dari teriknya matahari di siang hari dan melindungi tubuh dari dinginnya angin gurun di malam hari. Arti dari ayat ini adalah untuk mengajar kita belajar untuk mengalah kepada orang lain.

Ayat 41 merupakan suatu kebiasaan yg terjadi pada zaman itu. Biasanya merupakan suatu paksaan yg dilakukan oleh tentara Roma terhadap orang Yahudi untuk melakukan suatu pekerjaan (Bandingkan Mat 27:32). Orang sering melakukan suatu pekerjaan, tindakan karena terpaksa. Setiap orang yg melakukan sesuatu karena terpaksa biasanya menghasilkan hal-hal yg negatif, mematikan kreativitas; tidak ada suka cita, yg ada hanyalah perasa19:18 an tertekan dan kedukaan. Sebaliknya kalau orang yg berpikir positif melakukan apa saja yg semula terpaksa akan menghasilkan hal-hal yg positif untuk dirinya maupun untuk orang lain. Ayat 41-42 ingin mengajarkan kita supaya janganlah memikirkan diri sendiri, hanya mau melakukan hal-hal yg kita sukai saja. Padahal sebenarnya kita juga bisa melayani orang lain meskipun terkadang kita tidak menyukai hal itu. 1 Kor 10:31 mengatakan supaya kalau kita melakukan sesuatu hendaklah itu dilakukan untuk memuliakan Tuhan. Suka atau tidak suka kita harus belajar untuk melayani sesama kita.
Ayat 43 merupakan tafsiran dari para rabi Yahudi padahal aslinya tidak begitu. Imamat 19:18 mengatakan suapay janganlah kita menuntu balas, janganlah dendam dan hendaklah kita mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Ayat 44 yg mengatakan supaya kita mengasihi musuh kita sepertinya tidak realistis. Secara natural kita mengasihi orang yg mengasihi kita dan membenci orang yg tidak kita sukai. Terlebih lagi untuk mengasihi musuh kita. Sulit!!! Tetapi masalahnya Gal 5:23 mengatakan bahwa salah satu dari buah Roh Kudus adalah penguasaan diri. Kalau Roh Kudus ada di dalam diri kita maka seharusnya ada penguasaan diri sedemikian rupa, ada kesadaran untuk belajar mengampuni dan menerimanya. Ayat 44 ini juta mengajarkan kita berdoa untuk orang yg menjadi musuh kita. Mengapa? Allah bukan hanya meminta kita untuk mengampuni orang yg bersalah terhadap kita dan menerimanya. Tetapi selain itu kita juga harus mendoakan dia karena hanya Tuhanlah yg mampu mengubah manusia. Kita percaya Tuhanlah yg menciptakan manusia. Sebagai yg membuat manusia hanya Tuhan yg mampu untuk mengubah dan membentuknya. Hal ini ingin mengingatkan kita untuk selalu menyertai Tuhan dalam segala perbuatan.

Ayat 45-48 ingin mengajarkan kita bahwa anak Tuhan harus serupa dengan Bapaknya. Zaman dulu orang tua sering berpesan supaya hendaklah setiap keturunan menjaga nama baik nenek moyang mereka. Jadi arti sempurna dalam ayat 48 ini bukan berarti kita harus sama seperti Tuhan seratus persen. Yang dimaksud dengan sempuran di sini adalah memiliki kedewasaan penuh, bukan seperti anak-anak lagi tetapi dewasa dalam pemikiran dan tindak tanduk kita. Kasih Tuhan seperti matahari yg bersinar untuk orang baik dan orang jahat. Jadi hendaklah kita jangan suka memilih-milih kalau hendak mengasihi atau melayani.
Kesimpulan:
Ajaran yang diberikan oleh Yesus walau sulit bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin.Yesus adalah model kita,melalui kasih dan pengampunanNya terhadap mereka yang menganiayaNya (Luk.23:34).Seorang penulis Kristen Alfred Plummer (1841-1926) menulis: Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian,iri dan dengki, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah suatu hal yang manusiawi. Sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi.Kita tidak akan pernah bisa bahagia dan damai sejahtera jika masih menyimpan dendam dan kebencian.
 Melakukan lebih dari yang diharapkan oleh orang lain,ini menunjukkan sikap bahwa hidup dan perbuatan kita yang tidak tergantung pada apa yang kita dengar dan apa yang kita terima dari orang lain ( bnd Roma 12:2) .Hidup kita haruslah tergantung dari pemeliharaan Allah,bagaimana Allah telah menunjukkan keadilanNya dengan memberikan kita hidup dari apa yang telah Dia sediakan.
Panggilan  untuk menjadi seorang kristen dan hidup bermakna adalah panggilan untuk menjadi saksi Kristus. Caranya dengan mencintai Tuhan Allah melalui cinta terhadap sesama. Untuk itu kita harus memahami kebutuhan dan perasaan orang lain. Kita harus belajar mengampuni dan meredakan kemarahan kita. Untuk itu kita perlu menjalin hubungan erat dengan Tuhan. Bila ini sudah terjadi maka kita akan mudah mengampuni kesalahan sesama. Bila kita rajin berdoa untuk berkomunikasi dengan Tuhan maka segala masalah dapat kita selesaikan dengan pertolonganNya.
Kuncinya adalah komunikasi. Segala masalah bisa kita komunikasikan secara terbuka. Bila hal ini kita lakukan maka hidup kita akan mengalamai pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Komunikasi adalah saling tukar pikiran dan perasaan.
 Perikop ini ingin mengajarkan kita untuk bercermin sudahkah kita bersikap dewasa atau masih kekanak-kanakan? (Bandingkan Ibrani 15:11-14). Sudahkan kita mencerminkan sifat dan karakter Allah di dalam kehidupan kita sehari-hari?. Amen