. Yesus Roti Kehidupan
Kehidupan
manusia tidak terlepas dari makanan, dan untuk bertahan hidup manusia harus makan. Yesus
tahu kebutuhan pokok ini, sehingga dalam Yoh. 6:48-59 Yesus menyebut diri-Nya
adalah “Roti hidup”, karena Ia ingin
memberitahukan manusia bahwa hanya Dia yang dapat memberikan hidup. Ketika Tuhan menciptakan kita, kita sudah
memiliki hidup, tapi sejak kita jatuh di dalam dosa, kita sudah hidup di dalam
dosa atau mati secara rohani. Mereka yang menerima Kristus, Dia akan mengampuni
dan memberikan hidup baru. Setelah kita
makan roti hidup ini, kita mendapatkan hidup baru yang berkenaan dengan
kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Hari ini kita hidup tanpa
keraguan karena kita hidup dalam pengharapan dan Yesus senantiasa menyertai
kita. Tentang kehidupan yang akan datang, dalam bagian ini tiga kali Yesus
menyebut tentang hidup kekal; Siapa makan daging-Nya memiliki hidup kekal (ayat 51,54,58). Jadi, Yesus membenarkan
bahwa Dia adalah sumber kehidupan itu. Masalahnya adalah bagaimana kita makan
daging Yesus? Ayat 63 berbunyi: ” Rohlah yang memberi hidup, daging sama
sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh
dan hidup.” Roti hidup ini adalah
kata-kata Yesus, yang adalah firman Allah juga. Ini berarti seperti kita
harus makan setiap hari, kita perlu juga
“makan” firman Allah setiap hari. Dalam proses makan, pertama-tama kita
harus memasukkan makanan di mulut kita, membuatnya menjadi bagian dari kita.
Demikian juga Firman Allah, kita harus membuatnya menjadi bagian hidup kitadan bukan sangat
jauh dari kita. Bagian kedua untuk memastikan makanan dicerna benar maka harus
dikunyah dengan baik, sehingga lambung kita tidak terlalu kerja keras. Ketika
kita mendengar firman Allah dan itu menjadi bagian dari kita, hendaklah kita
menyelidiki dan menganalisa dengan cermat, lalu kita renungkan apakah
manfaatnya bagi kita. Terakhir, setelah makanan dicerna dengan baik maka ia
akan memberikan tubuh kekuatan, dan kita harus menggunakan kekuatan ini, jika
tidak, akan merusak tubuh kita. Setelah kita mencerna Firman Tuhan baik-baik,
kita juga harus menggunakannya, sehingga kekuatan ini akan mempengaruhi orang
lain juga. Dengan demikian, Allah sebagai sumber kehidupan kita, dapat melalui
kita menjadi saluran untuk memberitakan kehidupan ini kepada orang-orang di
dunia.
Yesus adalah
roti hidup (sumber kehidupan),
membuat setelah kita makan benar-benar mempunyai hidup dan mempunyainya dalam
segala kelimpahan, dan melalui kita orang lain juga memperoleh hidup yang
berkelimpahan ini. Apakah kita sudah
“makan” Firman Tuhan hari ini?
Kita tidak akan
dapat menduga
kematian bisa datang kapan saja. Sehingga kita harus menyadari bahwa ada
keterbatasan kita memahami hidup ini, dan kita juga dibatasi oleh waktu untuk
hidup di dunia ini. Sehingga bukanlah terlalu berlebihan jika sering dikatakan
hidup di dunia ini sifatnya adalah fana, hanya sementara.
Paulus
menuliskan di Roma 6:23 “Upah dosa adalah maut”. Manusia harus menghadapi yang
namanya kematian, sebab itulah konsekuensi dari dosa yang telah masuk dalam
kehidupan manusia. Namun konsekuensi dari dosa tidaklah hanya secara fisik,
tetapi juga kematian kekal yang abadi, yakni hukuman atas dosa yang dilakukan
oleh manusia itu.
Hal inilah yang ingin diingatkan oleh Tuhan Yesus: “Akulah roti hidup
yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya”(ayat 51). Tuhan Yesus membuka jalan kepada manusia untuk
menerima kehidupan yang sesungguhnya yang disediakan oleh Allah kepada manusia.
Sehingga Ia menyatakan diriNya sebagai Roti Hidup yang harus dimiliki setiap
orang yang ingin menerima kehidupan yang kekal.
Yesus
mengajarkan supaya manusia itu tidak disibukkan oleh pekerjaan yang sia-sia
menghabiskan tenaga dan hari-harinya hanya mencari roti yang dapat binasa yang
hanya mengenyangkan sesaat saja. Roti kehidupan itu akan membuat orang yang
memakannya tidak akan lapar dan haus lagi (ayat 35).
Dalam nas kita
ini dikatakan bahwa orang Yahudi menolak dengan bersungut-sungut akan apa yang
diungkapkan oleh Tuhan Yesus tentang diriNya sebagai Roti Hidup yang turun dari
sorga. Orang Yahudi yang mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus tadi tidak
dapat menerima karena melihat kemanusiaaNya. Mereka tidak dapat menerima Yesus
yang mereka kenal sebagai anak Yusuf tukang kayu bisa turun dari sorga.
Kalaupun ada yang turun dari sorga itu paling malaikat utusan Allah, bukan
manusia yang sama dengan mereka hidup dalam darah dan daging.
Namun apapun
pendapat mereka tentang Yesus, tetap Dia memperkenalkan diriNya sebagai Roti
Hidup yang di utus oleh Bapa ( ay.44) dan hanya Dia sajalah yang pernah melihat
Bapa (ay.46). Yesus memperkuat pengakuanNya sebagai Roti Hidup bahwa Dia tidak
dapat dinilai hanya dari segi kemanusiaanNya.
Lebih jauh
Yesus menyatakan lagi tentang Roti Hidup yang diperkenalkanNya itu bukanlah
sebagaimana yang mereka ketahui seperti Manna yang turun dari sorga, walaupun
roti itu turun dari sorga, namun orang memakannya tetaplah mati. Namun tidak
demikian dengan Roti Hidup yang datang dari sorga ini, setiap yang menerimaNya
akan memperoleh hidup yang kekal.
Ketika hati
manusia terpikat untuk terfokus hanya memperhatikan kebutuhan fisik, maka
hatinya juga dapat semakin tertutup untuk menerima kebenaran Tuhan. Semakin
manusia itu mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk kenikmatan dunia ini
dapat membawa hidupnya melupakan Roti Kehidupan yang dijanjikan oleh Yesus.
Yesus menyatakan diriNya sebagai Roti Kehidupan bukanlah ingin
mengatakan tidak penting mencari kehidupan jasmani, namun Yesus ingin mengajar
kita bahwa ada kehidupan yang mengatasi semua liku-liku kehidupan di dunia ini.
Jika kehidupan yang utama itu kita peroleh maka Tuhan juga akan memperlihatkan
bagi kita roti kehidupan kita di dunia ini, Tuhan hanya ingin suaya kita
mengenal siapa yang mengatasi kehidupan ini dan kita hanya percaya kepadaNya
saja. Amen. Pdt. RHL. Tobing, S.Th.MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar