Selasa, 03 April 2018

Khotbah Lansia 13 Maret 2018 Yoh 6:48-58


. Yesus Roti Kehidupan

Kehidupan manusia tidak terlepas dari makanan, dan untuk bertahan hidup manusia harus makan. Yesus tahu kebutuhan pokok ini, sehingga dalam Yoh. 6:48-59 Yesus menyebut diri-Nya adalah “Roti hidup”, karena Ia ingin memberitahukan manusia bahwa hanya Dia yang dapat memberikan hidup. Ketika Tuhan menciptakan kita, kita sudah memiliki hidup, tapi sejak kita jatuh di dalam dosa, kita sudah hidup di dalam dosa atau mati secara rohani. Mereka yang menerima Kristus, Dia akan mengampuni dan memberikan hidup baru. Setelah kita makan roti hidup ini, kita mendapatkan hidup baru yang berkenaan dengan kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Hari ini kita hidup tanpa keraguan karena kita hidup dalam pengharapan dan Yesus senantiasa menyertai kita. Tentang kehidupan yang akan datang, dalam bagian ini tiga kali Yesus menyebut tentang hidup kekal; Siapa makan daging-Nya memiliki hidup kekal (ayat 51,54,58). Jadi, Yesus membenarkan bahwa Dia adalah sumber kehidupan itu. Masalahnya adalah bagaimana kita makan daging Yesus? Ayat 63 berbunyi: ” Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Roti hidup ini adalah kata-kata Yesus, yang adalah firman Allah juga. Ini berarti seperti kita harus makan setiap hari, kita perlu juga “makan” firman Allah setiap hari. Dalam proses makan, pertama-tama kita harus memasukkan makanan di mulut kita, membuatnya menjadi bagian dari kita. Demikian juga Firman Allah, kita harus membuatnya menjadi bagian hidup kitadan bukan sangat jauh dari kita. Bagian kedua untuk memastikan makanan dicerna benar maka harus dikunyah dengan baik, sehingga lambung kita tidak terlalu kerja keras. Ketika kita mendengar firman Allah dan itu menjadi bagian dari kita, hendaklah kita menyelidiki dan menganalisa dengan cermat, lalu kita renungkan apakah manfaatnya bagi kita. Terakhir, setelah makanan dicerna dengan baik maka ia akan memberikan tubuh kekuatan, dan kita harus menggunakan kekuatan ini, jika tidak, akan merusak tubuh kita. Setelah kita mencerna Firman Tuhan baik-baik, kita juga harus menggunakannya, sehingga kekuatan ini akan mempengaruhi orang lain juga. Dengan demikian, Allah sebagai sumber kehidupan kita, dapat melalui kita menjadi saluran untuk memberitakan kehidupan ini kepada orang-orang di dunia.
Yesus adalah roti hidup (sumber kehidupan), membuat setelah kita makan benar-benar mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan, dan melalui kita orang lain juga memperoleh hidup yang berkelimpahan ini. Apakah kita sudah “makan” Firman Tuhan hari ini?
Kita tidak akan dapat menduga kematian bisa datang kapan saja. Sehingga kita harus menyadari bahwa ada keterbatasan kita memahami hidup ini, dan kita juga dibatasi oleh waktu untuk hidup di dunia ini. Sehingga bukanlah terlalu berlebihan jika sering dikatakan hidup di dunia ini sifatnya adalah fana, hanya sementara.
Paulus menuliskan di Roma 6:23 “Upah dosa adalah maut”. Manusia harus menghadapi yang namanya kematian, sebab itulah konsekuensi dari dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Namun konsekuensi dari dosa tidaklah hanya secara fisik, tetapi juga kematian kekal yang abadi, yakni hukuman atas dosa yang dilakukan oleh manusia itu.
Hal inilah yang ingin diingatkan oleh Tuhan Yesus: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”(ayat 51). Tuhan Yesus  membuka jalan kepada manusia untuk menerima kehidupan yang sesungguhnya yang disediakan oleh Allah kepada manusia. Sehingga Ia menyatakan diriNya sebagai Roti Hidup yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kehidupan yang kekal. 
Yesus mengajarkan supaya manusia itu tidak disibukkan oleh pekerjaan yang sia-sia menghabiskan tenaga dan hari-harinya hanya mencari roti yang dapat binasa yang hanya mengenyangkan sesaat saja. Roti kehidupan itu akan membuat orang yang memakannya tidak akan lapar dan haus lagi (ayat 35).
Dalam nas kita ini dikatakan bahwa orang Yahudi menolak dengan bersungut-sungut akan apa yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus tentang diriNya sebagai Roti Hidup yang turun dari sorga. Orang Yahudi yang mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus tadi tidak dapat menerima karena melihat kemanusiaaNya. Mereka tidak dapat menerima Yesus yang mereka kenal sebagai anak Yusuf tukang kayu bisa turun dari sorga. Kalaupun ada yang turun dari sorga itu paling malaikat utusan Allah, bukan manusia yang sama dengan mereka hidup dalam darah dan daging.
Namun apapun pendapat mereka tentang Yesus, tetap Dia memperkenalkan diriNya sebagai Roti Hidup yang di utus oleh Bapa ( ay.44) dan hanya Dia sajalah yang pernah melihat Bapa (ay.46). Yesus memperkuat pengakuanNya sebagai Roti Hidup bahwa Dia tidak dapat dinilai hanya dari segi kemanusiaanNya.
Lebih jauh Yesus menyatakan lagi tentang Roti Hidup yang diperkenalkanNya itu bukanlah sebagaimana yang mereka ketahui seperti Manna yang turun dari sorga, walaupun roti itu turun dari sorga, namun orang memakannya tetaplah mati. Namun tidak demikian dengan Roti Hidup yang datang dari sorga ini, setiap yang menerimaNya akan memperoleh hidup yang kekal.
Ketika hati manusia terpikat untuk terfokus hanya memperhatikan kebutuhan fisik, maka hatinya juga dapat semakin tertutup untuk menerima kebenaran Tuhan. Semakin manusia itu mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk kenikmatan dunia ini dapat membawa hidupnya melupakan Roti Kehidupan yang dijanjikan oleh Yesus.
Yesus menyatakan diriNya sebagai Roti Kehidupan bukanlah ingin mengatakan tidak penting mencari kehidupan jasmani, namun Yesus ingin mengajar kita bahwa ada kehidupan yang mengatasi semua liku-liku kehidupan di dunia ini. Jika kehidupan yang utama itu kita peroleh maka Tuhan juga akan memperlihatkan bagi kita roti kehidupan kita di dunia ini, Tuhan hanya ingin suaya kita mengenal siapa yang mengatasi kehidupan ini dan kita hanya percaya kepadaNya saja. Amen. Pdt. RHL. Tobing, S.Th.MA


Tidak ada komentar: