Rabu, 12 Desember 2012

"Khotbah Minggu 16 Desember 2012 Zepanya 3: 14-20"

BERSUKACITALAH – BERGEMBIRALAH – BERSORAK-SORAILAH Dalam Minggu-Minggu Advent ini kita diajak merenungkan Firman Tuhan sebagai respon tindakan nyata sebagai persiapan kita dan Jemaat Tuhan akan peristiwa Natal yaitu tidakan Allah untuk menyelamatkan Dunia melalui kedatangan Yesus Kristus. Minggu ini kita diajak merenungkan kitab Nabi Zefanya dalam pasal 3 : 14 -20, Zefanya bernubuat selama pemerintahan Raja Josia (sekitar tahun 639 – 609 SM) Dia bernubuat sebagai peringatan kepada Yehuda dan Yerusalem akan datangnya hukuman dari Allah karena dosa-dosa bangsa itu mengabaikan Allah dan hidup dalam kekerasan suatu waktu nanti, tiba saatnya bahwa Tuhan Allah akan mengumpulkan kembali umatnya, menebus dan memulihkannya. UmatNya yang setia akan dihibur dan akan bersorak-sorak bergembira sebagai penyembah Tuhan yang sejati dan Allah akan ada ditengah-tengah mereka sebagai pahlawan perang yang menang. Akibat tindakan penyelamatan dari Tuhan, maka Umatnya bersorak sorai bersuka ria, dan itu semua terjadi karena umatnya telah di ampuni dan tidak penyembahan berhala. Karena itu Nabi Zefanya menghimbau agar Bangsa itu bertobat dan mencari Tuhan dengan kerendahan hati, sebelum hukuman itu datang ( Bd.ayat 2 ). Dalam sejarah Israel pertobatan massal itu terjadi didalam pembaharuan rohani yang dipelopori Raja Josia (Thn 627 – 609 SM ) Setelah mengkritisi dosa-dosa bangsa itu nabi Zefanya menubuatkan bahwa akan dihukum lagi karena dosa-dosanya ( bd. Ayat 15 ) musuh-musuhnya telah dikalahkan yaitu dibebaskan dari perbudakan iblis dan dosa, dan mereka tidak lagi mendapat malu tapi sebaliknya kepujian dan membuat mereka menjadi kenamaan diantara segala bangsa dan keadaan mereka dipulihkan. Itulah tindakan perbuatan Allah yang luar biasa bagi umatNya. Secara khusus: Nas di minggu advend ke 3 ini mengajak kita untuk Bersukacitalah – Bergembiralah – Bersorak-sorailah. Pertanyaanya adalah: Apakah yang bisa membuat kita bersukacita, bergembira, bersorak-sorai? Jawabannya, ada dalam nas ini. Yaitu: karena kita punya Allah yang Mahapengampun, Mahakasih, Mahabaik. Allah yang tidak pernah berhenti mengasihi kita. Allah kita adalah Allah yang mengasihi. Pemahaman inilah yang memicu harapan Israel, sehingga mereka dapat bersukacita. Mari kita simak apa yang terjadi pada Israel. Nabi Zefanya ini diduga bekerja pada pemulaan pemerintahan Raja Yosia di Yehuda (Israel Selatan) sekitar tahun 639 – 609 seb Masehi. Pokok pemberitaannya adalah tentang kedatangan “Hari Tuhan” (1:7 + 14). Hari Tuhan merupakan ancaman bagi dosa-dosa Yehuda dan dosa bangsa-bangsa. Bila kita membaca mulai dari pasal pertama kitab ini, kita akan gemetar membayangkan betapa dahsyatnya hari tersebut. Hari itu merupakan hari yang mengejutkan dan gelap gulita, merupakan hari kegemasan .. kesusahan dan kesulitan ... kemusnahan dan pemusnahan ... kegelapan dan kesuraman - kebinasaan (1:14 – 18). Simak beberapa perkataan Allah di pasal 1: Aku akan menyapu bersih ... dari atas muka bumi ... merebahkan ... melenyapkan ...mengacungkan tanganKu ... menghukum ... menggeledah. Mengapa begitu dahsyatnya hukuman yang akan diterima Yehuda dan bangsa-bangsa pada Hari Tuhan itu. Jawabannya, tidak lain tidak bukan adalah karena dosa Yehuda dan bangsa-bangsa yang sangat menjijikkan Allah. Nabi Zefanya dengan keras menegor dosa mereka yang melacurkan diri dengan menyembah dewa-dewa: Baal, Milkom, tentara langit, dan kuasa kegelapan lainnya. Padahal itu merupakan kekejian di mata Tuhan (Ul. 7:25; 2Raja 21:11). Menyembah ilah lain selain Allah akan menimbulkan murka Allah. Walau kita sangat rajin ke gereja, membaca Alkitab, atau memberi sumbangan untuk gereja, tetapi bila kita masih memegang, menyimpan dan memercayai kuasa kegelapan (ajimat, ulpuhan ni datu, panjaga ni daging, pelaris, dll), bagi Allah, kita tetap menjijikkan. Di samping itu masih banyak lagi dosa-dosa Yeuhuda dan bangsa-bangsa yang membuat Allah harus murka., terutama perilaku mereka di masyarakat yang tidak mencerminkan bahwa mereka adalah bangsa Allah yang kudus. Ini menjadi pergumulan kita. Setiap orang hendaknya memeriksa diri sendiri. Apakah Tuhan tidak sedang murka sekarang melihat segala tingkah laku kita? Bencana demi bencana menimpa bukan hanya negeri ini tetapi juga dunia. Topan, gempa bumi, longsor menjadi momok yang menyebabkan derita memilukan bagi banyak orang; harta benda yang telah dikumpulkan dan dibangun musnah seketika; banyak nyawa melayang tanpa pesan. Kejahatan merajalela. Bangsa kita terpukul dengan kasus rekaman Anggodo, yang memilukan hati penduduk negeri yang masih punya hati nurani. Ternyata, kondisi bangsa ini begitu bobroknya. Sementara pemimpin masih asyik merayakan pengangkatannya menjadi anggota dewan terhormat dan menteri, padahal rakyat gelisah menanti keadilan dan bantuan. Oh negeriku .... bila hari Tuhan datang, apa yang akan terjadi kepadamu? Yang lebih perlu, secara pribadi mari kita mengoreksi diri, apakah perilakumu akan memaksa Allah untuk mendatangkan murkaNya? Tanya dirimu, apakah kita masih memiliki atau percaya pada kuasa kegelapan, dukun, mantera, panjaga ni daging, yang merupakan kekejian di mata Tuhan? Apakah perilaku kita di kantor, di pasar, di sekolah, di perjalanan, sudah mendukakan hati Tuhan? Apakah keluarga kita masih berkenan di hati Tuhan? Gumulilah itu setiap saat Karena itulah, sebelum Hari Tuhan itu datang, Allah melalui Zefanya dengan keras menghimbau dan mengajak Yehuda dan semua bangsa agar BERTOBAT. “Carilah Tuhan, lakukan hukum-Nya – carilah keadilan – kerendahan hati – (pasal 2). 1. Dan hal yang mensukacitakan kita adalah, janji Allah yang pasti, bahwa bila kita mau bertobat, pasti, pasti dan pasti, Allah mau menerima kita kembali. Tidak banyak atau hampir tidak ada orang yang mau menerima kembali isterinya yang sudah beberapa kali tertangkap basah berselingkuh. Biasanya, suaminya akan langsung menjatuhkan talak tiga, cerai. Tetapi Allah kita, tidak. Walau Israel, sebagai umat-Nya selalu berselingkuh dengan dewa-dewa dan ilah-ilah lain, tetapi Allah menunggu dengan setia, dan selalu membuka pintu maaf bagi Israel. Memang, Tuhan mau menghukum umat-Nya atas kesalahan itu, namun itu bukan talak tiga, bukan kata terakhir. Hukuman dari Tuhan hanyalah peringatan, agar Israel dan kita sadar akan dosa-dosa kita; hukuman Allah adalah cara untuk membawa kembali umatNya yang sudah terlanjur membelot dari jalan-Nya. Hukuman Allah adalah bagaikan gada dan cambuk seorang gembala untuk membawa dombanya kembali ke jalan yang benar. Allah kita selalu membuka pintu dan tangan-Nya, kapan kita mau kembali, Allah akan menyambut kita dengan tangan terbuka dan sukacita (Ingat Perumpamaan tentang Anak hilang) Itulah sumber sukacita kita. Isteri mana yang tidak bersukacita, bila suaminya masih mengasihi dan mau menerima kembali, dia yang selalu berselingkuh? Ternyata, kasih setia Allah (khesed) jauh lebih besar melampaui dosa-dosa kita. Di Yesaya 54:8 Tuhan berkata: Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Dengan jaminan pengampunan inilah, Allah menyerukan: Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! Kepastian akan pengampunan oleh kasih Allah inilah yang paling menonjol bagi iman orang Kristen. Di Yohannes 3:16 disampaikan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bagi orang Kristen yang percaya, dengan terang benderang dinyatakan bahwa kasih Allah jauh lebih besar dari murka-Nya. Ini paling nyata didemonstrasikan Allah di kayu salib Tuhan Yesus di Golgata. Di salib itu, Tuhan meproklamasikan kepada dunia bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahapengampun, karena yang ditanggung (dipikul) oleh Yesus di sana tidak lain tidak bukan adalah dosa seluruh manusia. Seorang penulis pernah mengatakan: Sikap dan kelakuanmu tidak mengubah kasih Allah terhadapmu. Jika kamu berpaling dari-Allah, atau memutuskan hubungan dengan-Allah, Allah ingin tetap bersamamu. Itu seperti halnya bila kamu menutup keran. Apakah airnya juga menghilang dari pipa? Tidak, tetapi tetap berada di situ, menunggumu memutar keran lagi. Allah seperti air itu, menunggu kamu kembali menjadi anak-Nya. Tiada ketidak-patuhan atau pemberontakan darimu yang bisa mengubahnya. Itulah sumber sukacita orang percaya. Bila kita semakin menghayati pengorbanan Yesus di salib, terutama dengan kemenangan-Nya di dalam kebangkitan-Nya, tidak mungkin lagi ada orang Kristen yang mau terbenam dalam susah hati. Yang ada hanyalah sukacita, karena di dalam Yesus, Allah memberi jaminan bahwa Allah mau mengampuni dosa kita 2. Setelah Allah mau mengampuni dosa kita, Dia tidak menjauh, tetapi justru mau dekat dengan kita. Kita baca di ayat 17 : “TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. Wahh... luar biasa! Coba bayangkan, bila Allah ada di dekat-Mu, menjadi pahlawan yang memberi kemenangan, dan selalu bergembira karena engkau”. Mungkin, tidak ada lagi hal lain yang mensukacitakan hati selain dari hal ini. Sebuah jaminan penyertaan dan pengawalan yang luar biasa. Karena itu, Allah melalui Zefanya terus menerus menyerukan: Jangan takut – jangan takut (ayat 15, 16). Janji penyertaan ini telah terwujud dengan kehadiran Yesus, yang adalah Immanuel, Allah yang beserta kita. Dan walau Yesus telah berangkat ke surga, Dia memberi jaminan: “Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat; 28:20). Karena itu, orang percaya tidak perlu takut terhadap apapun selain kepada Allah. Jangan pernah mau diperbudak dan dikalahkan oleh Allah. Dan sebenarnya, di dalam Yesus kita lebih dari sekedar pemenang (Rm. 8, 37). We are the winners. Bila Anda kalah, bukan karena Yesus tidak mampu membantu Anda, tetapi, Anda yang telah memilih dan menyerahkan diri Anda untuk kalah. Karena itu jangan pernah mau kalah. Jangan takut. Tetapi bergembiralah, bersukacitalah. 3. Dan selanjutnya yang membuat Israel bersukacita adalah janji akan ADANYA PEMULIHAN dari Allah. Israel akan dipulihkan (ayat 20), bukan lagi sebagai bangsa yang dihina, dilecehkan oleh kuasa dan bangsa lain. Tetapi Tuhan akan mengangkat malapetaka dari mereka (ayat 18) – Tuhan akan memukul habis bangsa yang menindas Israel (ayat 19) – Tuhan akan mengembalikan nama baik dan kehormatan dan membuat Israel menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi (ay. 19) Ini jugalah jaminan agar kita bisa bersukacita. Mungkin sekarang memang kita susah karena disusahi pihak lain. Izin membangun gereja dipersulit (walau menurut Undang-undag sangatlah mudah). Jabatan strategis ditutup bagi murid Kristus (sehingga banyak orang Kristen menjual imannya demi jabatan) – kita dilecehkan dan dianggap sebelah mata (sehingga banyak orang yang “monjap” – bersikap bunglon – suam-suam kuku tentang imannya). Kita sering menangis menghadapi “penyesahan” (pangaleleon) terselubung ini. Tetapi, Tuhan Yesus yang bangkit menyerukan: jangan pernah takut. Kita akan dipulihkan – musuh-musuh Kristus akan dikalahkan. Tiada kuasa manapun yang bertahan terhadap kekuasaanNya. Karena itu jangan pernah kecut, takut atau minder. Di dalam Yesus, kita bukanlah pecundang yang mau kalah, tetapi kita lebih dari sekedar pemenang. Karena itu, agar kita benar-benar dapat bersukacita, pilihan ada pada kita. Mereka yang mengenal dosanya tetapi tidak mau bertobat, akan dibebani, ditimpa, “didondoni” oleh dosanya; sukacitanya akan terkuras habis oleh dakwan-dakwan dosa di dalam hati nuraninya. Tetapi mereka yang mau mengaku dosa dan bertobat, Tuhan menjamin bahwa dosamu pasti akan diampuni, dan Tuhan mengasihiMu. Itu membuat sukacitanya akan berlimpah. Mereka yang tidak mengenal kasih setia Allah akan takut, kecut, dan kalah; sukacitanya akan habis. Tetapi yang percaya dan mengimani kasih setia Allah yang nampak dalam kemenangan Kristus dalam kebangkitanNya, akan terus bersukacita walau didera derita – tetap semangat dan tidak takut walau musuh Kristus menghadang. Bukan karena nekat. Tetapi karena ada jaminan penyertaan Allah. Karena itu, camkanlah seruan Paulus dalam Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Amen. Dari berbagai sumber

Rabu, 05 Desember 2012

"Khotbah Natal Desember 2012"

“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19) Kita diciptakan dalam gambar Allah untuk melakukan dua hal dalam dunia ini: Belajar mengasihi Allah dan belajar mengasihi sesama. Hidup sebenarnya semata-mata tentang kasih. Tapi kasih selalu dimulai dari Allah.. Ia mengasihi kita terlebih dahulu, dan itu membuat kita mampu mengasihi orang lain (1 Yohanes 4:19). Satu-satunya alasan Anda dapat mengasihi Allah atau orang lain adalah karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi Anda. Dan Ia menunjukkan kasih itu dengan mengirimkan Yesus Kristus ke dalam dunia ini untuk mati bagi Anda. Ia menunjukkan kasih itu dengan menciptakan Anda. Ia menunjukkan kasih itu melalui segala sesuatu yang Anda miliki dalam hidup; semuanya adalah pemberian kasih Allah. Untuk mengasihi orang lain dan menjadi orang yang penuh kasih, pertama-tama kita perlu memahami dan maerasakan betapa besarnya kasih Allah bagi kita. Tidak cukup hanya berbicara tentang kasih, membaca tentang kasih, atau membahas kasih, kita perlu mengalami kasih Allah. Kita perlu sampai pada satu titik ketika kita, pada akhirnya, sepenuhnya mengerti betapa Allah mengasihi kita secara sempurna dan tak bersyarat. Perlu benar-benar tertanam dalam hati kita kebenaran bahwa kita tidak dapat membuat Allah berhenti mengasihi kita. Setelah kita merasa mantap dalam kasih Allah yang tak bersyarat, kita dapat mulai menerima orang lain. Kita tidak akan mudah marah seperti sebelumnya. Pada masa Natal ini, pikirkanlah hal-hal berikut: • Siapa yang memerlukan lebih banyak kesabaran dari Anda? • Siapa yang memerlukan lebih banyak waktu dari Anda? • Siapa yang memerlukan pengampunan Anda? • Siapa yang memerlukan belas kasihan dan kebaikan Anda? Apa yang akan Anda lakukan selama masa Natal yang penuh kasih ini? Sudahkah Anda Yakin Dengan Keselamatan Anda? Setiap orang tentunya akan menyelesaikan garis akhir hidupnya di dunia. Garis akhir hidup setiap orang bisa dalam bentuk kedatangan Kristus yang kedua kali maupun dalam bentuk kematian. Kedua momentum ini tidak seorang pun tahu pasti kapan waktu terjadinya. Dan tidak seorang pun dapat luput dari kenyataan tsb. Tetapi satu pertanyaan sangat mendasar yang perlu kita renungkan adalah : “Apakah saudara sudah yakin dengan keselamatan saudara sendiri ?” Sehingga pada saatnya tiba, saudara dapat bertemu muka dengan Tuhan Yesus di sorga (Flp 1 :23). Dalam Rat 3 : 40 kita diingatkan untuk menyelidiki dan memeriksa kembali hidup kita, dan berpaling kepada Kristus. Mengapa ? Karena hari-hari ini banyak orang Kristen yang merasa dirinya sudah selamat padahal belum diselamatkan, merasa dirinya sudah pulih padahal belum sepenuhnya dipulihkan, merasa dirinya sudah menjadi manusia rohani padahal masih hidup dalam kedagingan, merasa dirinya sudah menjadi orang Kristen yang diurapi padahal ia tidak hidup di dalam Roh, dipimpin oleh Roh dan berjalan bersama Roh Kudus, merasa dirinya sudah menjadi orang Kristen yang baik padahal belum menjadi orang Kristen seperti yang Tuhan kehendaki. Mari kita telaah kembali beberapa hal dibawah ini untuk mengetahui sejauhmana keyakinan kita akan keselamatan : 1. Apakah saudara sudah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (1 Yoh 5 : 13; 4:15-16; 5:1-5) 2. Apakah kita sudah sungguh-sungguh menghormati Kristus sebagai Tuhan dalam hidup keseharian kita? Kalau kita menghormati Dia, maka seharusnya Dial ah yang menjadi prioritas terutama dan terpenting dalam hidup kita. Dia adalah segala-galanya dalam hidup kita. Dia yang kita sembah, kita agungkan dan dimuliakan dalam hidup kita. Untuk bisa menghormati Kristus dengan benar, kita harus mengenal Dia dengan benar dan berjalan dalam ketaatan yang seutuhnya. Firman Tuhan berkata : “Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintahNya. Barangsiapa berkata : Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia “ (1 Yoh 2:3-5, 3:2-4, 5:2, Yoh 5:9-14, 14:21-24). 3. Apakah kita sudah sungguh-sungguh mengasihi Bapa, Anak dan Roh Kudus ? Kalau kita masih mengasihi dunia lebih daripada kasih kita kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam diri kita. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Kalau kita mengasihi Bapa dan Anak, maka selain kita harus berjalan dalam ketaatan dan kesetiaan, bertindak hati-hati dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, kita juga akan selalu menjaga kekudusan. Dan kalau kita mengasihi Roh Kudus, kita akan selalu menjaga hati kita, pikiran kita, ucapan kita, cara hidup kita, ibadah kita, pelayanan kita untuk tidak melecehkan Roh Kudus apalagi mendukakan Roh Kudus. 4. Apakah kita sudah bertekun melakukan kebenaran dan tidak berbuat dosa. Sebab firman Tuhan berkata :”Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran, lahir daripada-Nya (1 Yoh 2:29). Dan “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah (1 Yoh 3:9) “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis (1 Yoh 3:8). 5. Apakah kita sudah bersungguh-sungguh mengasihi sesama kita ? Firman Tuhan berkata : ”Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita….Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah (1 Yoh 3:14, 19; bd 2:9-11, 3:23, 4:8, 11-12,16,20). Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya (1 Yoh 3:10). 6. Apakah Roh Kudus sudah berdiam di dalam kita dan kita di dalam Dia? Firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:24 berkata : “Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.” Selanjutnya dalam 1 Yoh 4:12-13 dikatakan : “ Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.” Dalam 1 Yoh 4 :19-21 firman Tuhan berkata : 19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. 20 Jikalau seorang berkata : “Aku mengasihi Allah” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 21 Dan perintah ini kita terima dari Dia : Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. 7. Apakah kita sudah bersungguh-sungguuh mengikuti teladan Yesus dan hidup seperti Dia, “Barangsiapa mengatakan, bahwa Ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Dalam 1 Ptr 2: 21-23 firman Tuhan berkata : 21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu, dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 8. Apakah kita sudah memberi diri sepenuhnya untuk dipulihkan ? Karena yang layak diangkat dan berkenan kepada Tuhan pada saat Kristus datang kembali menjemput kita di awan-awan, hanya orang-orang yang sudah dipulihkan roh-jiwa dan tubuhnya, sehingga tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Karena itu kita harus memberi diri kita untuk dipulihkan dan dibaharui terus menerus oleh Roh Kudus. Dalam 1 Yoh 5 : 6 dikatakan, bahwa kita dipulihkan bukan hanya dengan air (baptisan air), tetapi dengan air (baptisan air), darah (Darah Tuhan Yesus) dan Roh Kudus. 9. Apakah kita sudah melakukan kehendak Bapa dan sedang menyelesaikan pekerjaan yang Bapa percayakan kepada kita ? Dalam Yoh 14:12 dikatakan: 12 Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa. 10. Apakah kita masih merasa sulit menjadi orang Kristen yang benar dan merasa berat melakukan perintah-perintah Tuhan ? Kalau kita berpikir, bahwa yang penting kita berbuat baik dan sudah jadi orang Kristen dan cukuplah menjadi orang Kristen seadanya, yang penting selamat masuk sorga. Firman Tuhan mengingatkan kita, bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, melainkan karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit 3:5). Tuhan menghendaki supaya kita mempergunakan sisa waktu yang ada untuk benar-benar menyempurnakan hidup kita di dalam Kristus (Kol 1:28). Tuhan mau supaya kita tidak menjadi orang Kristen yang sekedarnya (yang hanya menjalankan hidup kekristenannya sebatas kewajiban agama), tapi hendaklah berusaha selama hidup kita ini menjadi orang Kristen yang bukan cuma layak, tetapi juga harus berkenan kepada Tuhan dan sempurna (Rm 12:2). Apakah saudara merasa berat melakukannya ? 1 Yoh 5 : 3 mengingatkan : “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat. Bagaimana dengan saudara ? Amen

"Khotbah Minggu 09 Desember 2012 Maleaki 3: 1-4"

Pengantar: Kitab Maleakhi ditulis dalam abad ke-5 SM, sesudah Rumah Allah di Yerusalem dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan TUHAN. Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Allah ketika itu. Para imam dan rakyat menipu TUHAN: Mereka tidak memberikan kepada TUHAN apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Lewat Nabi Maleakhi dinubuatkan bahwa TUHAN akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian TUHAN. Pada Minggu Advent II ini, kembali kita diingatkan akan makna kedatangan Yesus. Dalam Alkitab kedatangan Yesus Kristus dibagi menjadi 2 fase. Kedatangan yang sudah terjadi melalui Kelahirannya (Natal) 2000 tahun yang lalu. Dalam kontek ini, Advent berarti mengingatkan kita sehubungan dengan bagaimana memperingati dan mensyukuri peristiwa kedatangan yang pertama, yang sudah terjadi. Penekanan agar persiapan dalam memperingati dan merayakan Natal janganlah factor fisik atau lahiriah lebih diutamakan dari masalah spiritual. Sudah saatnya bukan factor sermonial lebih diutamakan tetapi aksi kasih. Advent juga berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Pertanyaannya adalah kapan hal itu akan terjadi? Alkitab berkata hanya Bapa yang tahu pasti, tetapi kita tidak, bahkan anak juga tidak tahu (Mat. 24:36). Kita hanya diberi tahu tanda-tanda. Oleh karena itu Advent mengingatkan kita agar mewaspadai hari kedatangan tersebut serta menyikapinya dengan sungguh-sungguh dengan hidup setia dan hidup kudus. Maleakhi 3:1-4 merupakan nubuatan kedatangan Mesias yakni Yesus Kristus. Nubuatan ini disampaikan atau dibuat pada masa sesudah pembuangan, ketika banyak orang Yahudi telah kembali ke tanah air mereka. Waktu itu terjadi kemerosotan rohani, yaitu ketika agama orang Yahudi telah menjadi formalitas semata, dengan kata lain mereka beribadah tetapi mereka melakukan apa yang jahat dimata Tuhan seperti: mempersembahkan binatang cacat (1:6-14), pengajaran yang tidak benar dari para imam (2:1-9), kawin campur dan perceraian (2:10-16), tidak memberikan persembahan persepuluhan (3:6-12), dosa-dosa lain (3:5,13-14). Khotbah: 1. Advent kedua merupakan bagian minggu penantian dalam tradisi kalender gereja. Tradisi yang kuat dalam semangat dan pengharapan akan datangnya Mesias Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Anak Allah akan datang untuk menyelamatkan manusia. 2. Dalam masa Perjanjian Lama, semangat Advent ini diperlihatkan dalam episode pembuangan di Babel, yang di dalamnya terdapat kerinduan akan tindakan Allah untuk menyelamatkan mereka. Di awal masa Perjanjian Baru, Adven ini ditandai oleh situasi penjajahan Romawi dan pemerintahan boneka dinasi Herodes yang tidak menghadirkan pemerintahan yang adil. Muncullah pengharapan Messianik yang kuat di kalangan bangsa Israel. 3. Renungan kita Minggu ini sangat relevan jika membandingkan dengan suasana keagamaan dan kehidupan masyarakat saat ini. Dimana kehidupan keberagamaan “yang semarak” ternyata tidak membuat kejahatan semakin berkurang, demikian juga ada kecendrungan melakukan perbuatan tercela seolah bukan lagi sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu Firman Tuhan ini kiranya juga menjadi peringatan serius kepada kita. Sebagai umat Tuhan, kita dituntut hidup KPP (hidup Kudus, hidup dalam Penyembahan dan Persembahan). Ungkapan dalam ayat 3 dan 4 mengenai mentahirkan orang Lewi dan persembahan Yehuda dan Yerusalem menyenangkan hati Tuhan mengisiaratkan pentingnya hal tersebut. Yang pasti hihadapan Allah pada kedatangannya yang kedua kali hanya ada dua kelompok, yang sudah bersih dan murni atau tidak. Dan hanya yang murni dan bersihlah yang berkenan kepada Allah. 4. Dalam situasi seperti pembuangan Babel dan penjajahan Romawi, kerinduan akan kehadiran Juru Selamat [Allah yang menyelamatkan], memuncak di tengah pergulatan penderitaan. Harapan itu sedemikian besar dan membuat banyak yang berputus-asa dan ragu. 5. Ketika orang meragu-ragukan, apakah TUHAN masih mengasihi umatNya (1:2) dan berpendapat bahwa tidak ada gunanya beribadah kepada TUHAN karena orang yang berbuat jahat lebih berhasil dari pada orang saleh (3:14-15), bangkitlah seorang Nabi yang disebut “utusanku” (Maleakhi: ibr. Mal’akhi) yang disuruh TUHAN mempersiapkan jalan di hadapanNya (3:1; bndk Yes 40:3, 57:14; 62:10). Utusan TUHAN ini datang karena praktek formalism keagamaan Israel sudah jauh menyimpang dari subsatansinya (para imam sedaang “merusak perjanjian Allah dengan Lewi” Mal.2:4,8 karena mengorbankan binatang cacat, sakit, luka dan pelayanan di Bait Allah dipandang sebagai “susah payah’ dan tidak lagi sebagai kehormatan yang menggembirakan, umat Israelpun sedang menajiskan perjanjian bapa leluhurnya (2:10): mereka kawin dengan wanita yang menyembah dewa-dewa (2:10-15), bersumpah palsu, melanggar hak-hak orang lemah, bukan saja lalai memberikan perpuluhan, tetapi “menipu TUHAN” 3:8-9 ). Karena itu, Israel sangat wajar mendapatkan “pengajaran” dari TUHAN. 6. Orang merasa bahwa TUHAN jauh dan kurang prihatin terhadap nasib mereka, tetapi nabi yakin bahwa dalam perkembangan yang sedang terjadi, TUHAN sendirilah yang akan bertindak dan menyelamatkan, sekaligus mengembalikan seluruh pratek keagamaan pada tempatnya. 7. Mempersiapkan jalan bagiNya. Lalu: Tindakan pertama yang dilakukan oleh TUHAN adalah: datang! Datang ke dunia ini. Utusannya yaitu Nabi Maleakhi ini diperintahkan mempersiapkan jalan untuk kedatangan TUHAN. Banyak para teolog yang merujuk nats ini kepada Yohanes Pembaptis yang merintis jalan bagi Kristus. Jelas sekali seruan pertama Yohanes adalah: pertobatan! Dan ini juga yang sedang terjadi dalam konteks perikop ini, Israel harus bertobat (lih. 3:7 bnd Za 1:4; 8:14 dan Mal. 3:6-12). Mempersiapkan jalan disini adalah: proses memperbaiki diri melalui pertobatan. Minggu-minggu Advent ini kita sudah disibukkan dengan segala pernak-pernik Natal: rutinitas menghias pohon natal, latihan natal dll, inipun cara mempersiapkan jalan bagiNya. Tapi, lebih dari itu, memperbaharui diri, memperbaiki diri, membersihkan diri dalam bungkus pertobatan adalah makna hakiki dari jalan yang akan di lalui Kristus. Mengapa? 8. Siapakah yang masih setia? Menantikan datangnya Tuhan, sungguh membutuhkan kesiapan, kesabaran dan kesetiaan. Nabi Maleakhi menggambarkan Mesias yang akan dang itu seperti: 1.api tukang pemurni logam, 2.sabun tukang penatu, 3.orang yang memurnikan dan mentahirkan perak dan emas. Untuk memurnikan logam, perak dan emas melalui proses peleburan dengan suhu yang panas, agar terdapat kualitas yang murni. Inilah gambaran penderitaan Israel di pembuangan, juga gambaran kehidupan sekarang dengan seluruh gayanya. Proses pemurnian ini dilakukan untuk menemukan umat Allah yang sejati dan setia sampai akhir. Pertanyaannya adalah: apakah siapa yang bertahan, dapat berdiri? Untuk itu, Maelakhi menghendaki keseriusan proses ini, bukan hanya formalisme agama yang semu tapi ketaatan untuk mengikuti Kritus. 9. Berilah persembahan yang benar dan menyenangkan Tuhan! Agaknya Malekahi sangat terganggu dengan cara imam dan umat dalam memberikan persembahan kepada TUHAN (baca fs 2). Jelas TUHAN tidak menyukai gaya persembahan seperti Israel lakukan. Selain kualitas dari persembahan yang penuh cacat, mereka secara bersamaan hidup dengan kepura-puraan sebab kualitas iman mereka sudah cacat (tukang sihir, zinah, saksi dusta, menindas orang upahan, janda dan anak piatu, menindas orang asing dan dilakukan dengan tidak takut kepadaTuhan ay.5. lengkaplah sudah, bahwa bukan saja kualias persembahan yang dipersoalkan tapi sudah menyangkut prilaku sehari-hari. Bila ini dipersembahkan, Maleakhi berkata: bukankah itu jahat? (fs.1:8). Untuk itu, jalan sudah dibuka/dirintis, Maleakhi menghimbau bahwa proses pemurnian itu akan menghasilkan persembahan yang murni dan harum sekaligus menyenangkan hai Tuhan (ay.3-4). Segala penyimpangan dari ketetapan-ketetapan Tuhan dalam ayat 5 di tegaskan akan dihakimi dan TUHAN akan menjadi saksi bagi orang-orang yang terzalimi. Sekali lagi, inilah makna dari proses pemurniaan iu. Toh, menjadi emas murni akan melalui proses tersebut. 10. Membersihkan rumah, menghias pohon Natal, berlatih drama, koor, liturgi selalu akrab menjelang natal tiba. Firman Tuhan ini juga berpesan bahwa: membersihkan hati, pikiran, tindakan dari hal-hal yang kotor, menghias iman, prilaku yang santun dan benar, berlatih untuk semakin taat merupakan proses pemurnian untuk: mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Amen. Diambil dari berbagai sumber

Rabu, 14 November 2012

Khotbah Minggu 18 Nopember 2012 Ibrani 10:19-25 “Datanglah dengan tulus kepada Pengampunan Darah Kristus”

Pengantar: Satu mil dari garis finis lomba maraton London, ribuan penonton yang memegang papan-papan slogan berbaris di sepanjang jalur lomba. Ketika penonton melihat seorang anggota keluarga atau teman mereka yang mengikuti lomba sudah tampak dari kejauhan, mereka meneriakkan nama orang itu, melambaikan tangan, dan memberikan semangat: “Tinggal sedikit lagi! Teruslah berlari! Sudah hampir mencapai finis.” Setelah berlari 25 mil, banyak peserta lomba tidak lagi berlari dan mulai berjalan, bahkan bersiap-siap untuk menyerah. Sungguh menakjubkan ketika melihat para pelari yang kehabisan tenaga itu mulai bersemangat lagi dan mempercepat langkahnya ketika mereka melihat seseorang yang dikenalnya atau mendengar nama mereka dipanggil. Dorongan semangat! Kita semua membutuhkannya, khususnya dalam perjalanan iman kita. Kitab Ibrani memberitahu kita untuk saling mendorong. “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan- pertemuan ibadah kita, . . . tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (10:24-25). Perjanjian Baru penuh dengan kepastian bahwa Kristus akan segera datang. “Tuhan sudah dekat!” (Flp. 4:5). “Kedatangan Tuhan sudah dekat!” (Yak. 5:8). “Sesungguhnya Aku datang segera” (Why. 22:12). Renungan: Nats Khotbah hari ini memberikan berita sukacita dan penghiburan kepada setiap orang Kristen yang mengalami penderitaan, tantangan dan cobaan, bahwa apa yang dialami oleh orang percaya yang menerima TUHAN Yesus sebagai Juruselamat pribadinya tidak aka nada lagi. Mengapa? Sebab dalam ayat 19-21 kita menemukan alasan yang kuat untuk menemui TUHAN, Allah tanpa melalui seorang Imam Besar dalam budaya Yahudi, namun dapat bertemu dengan bebas menikmati Kasih Bapa lewat peran TUHAN Yesus yang telah membuka jalan itu bagi kita. Bagaimana peran Tuhan Yesus itu dilakukan? Ada beberapa hal, yakni: 1. Perhatikan ayat 19. Tuhan Yesus menyucikan kita dengan darahNya sehingga kita menjadi kudus. Kekudusan kita terjadi bukan karena kita kudus namun karena anugerah pengudusan melalui pengorbanan Tuhan Yesus dan curahan darahNya. Otomatis, jika kita sudah kudus, maka kita dengan bebas dapat menjumpai Bapa yang Mahakudus itu tanpa perlu diwakili lagi. 2. Perhatikan ayat 20. Tuhan Yesus bukan hanya menguduskan kita, namun Ia telah merobek tirai pemisah kepada TUHAN, Allah lewat menjadikan diriNya sebagai jalan masuk atau akses masuk kepada Bapa. Tuhan Yesus pernah berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Hal ini berarti, bahwa kita dapat menjumpai BAPA kapan pun dan dimanapun melalui TUHAN Yesus. 3. Perhatikan ayat 21. Alasan mengapa hal itu terjadi karena Tuhan Yesus telah berperan sebagai Seorang Imam besar yang bersaksi kepada Bapanya bahwa kita layak untuk mmperoleh kasih karunia itu dan menemui anugerah kasihNya. Bukankah ketiga hal ini adalah anugerah besar dalam hidup kita? Bedasarkan anugerah istimewa yang dilakukan Kristus di ayat 19-21, penulis kitab Ibrani mengajak kita meresponi hal itu dengan tiga langkah praktis, yakni: a. Menghadap Allah dengan hati tulus dalam iman yang teguh (ayat 22) Kata “menghadap Allah” dalam teks Yunani secara hurufiah berarti “datang menuju”. Karena menggunakan tensis “present Tense” istilah menghadap Allah ini bermakna:“Datang terus-menerus kepada Allah” (band. Ibr 10:25). Kalau bangsa Israel dahulu tidak bisa langsung masuk ke ruang maha kudus dan hanya diwakili oleh imam besar setahun sekali, sekarang kita harus menghargai jalan yang baru dan yang hidup dengan cara terus-menerus mendekat pada Allah. Bagaimana cara menghadap Allah itu? Akses yang sudah dibuka oleh Yesus bukan berarti membuat kita boleh sembarangan mendekat kepada Allah. Setiap kali ibadah kita mendekat kepada Allah yang kudus di tempat yang maha kudus, karena itu kita harus mendekat dengan “hati yang tulus ikhlas” atau dengan hati yang benar. Artinya ibadah harus dilakukan dengan penuh ketulusan dan kebenaran bukan hanya karena suatu kewajiban dan rutinitas semata. b. Memegang teguh pengakuan pengharapan (ayat 23) Hal ini mau ditegaskan oleh kitab Ibrani, sebab pada zaman itu banyak sekali ajaran sesat dan tidak benar yang membingungkan mereka. Karena itu umat diminta untuk tatap teguh dalam ajaran Kristus; tidak tergoyahkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan. Selanjutnya apabila umat Tuhan mengalami ketidak-nyamanan oleh karena berbagai perlakukan buruk; tekanan; dan ketidak-adilan akibat iman percaya mereka, maka keteguhan iman mereka itu haruslah ditopang dengan pengharapan bahwa TUHAN, Allah mereka adalah Pribadi Mahakuasa yang setia dan tidak akan meninggalkan mereka. c. Saling memperhatikan antar saudara seiman (ayat 24-25) Pada ayat 25 kitab Ibrani menyatakan bahwa menghadap Allah itu juga harus dilakukan dengan cara saling memperhatikan orang lain (ay.24). Ayat ini mau menegaskan bahwa kita harusnya ketika menghadap Allah tidak hanya memandang Kristus saja (3:1), melainkan juga perlu memperhatikan satu dengan yang lain (10:24). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mendorong dalam kasih dan perbuatan baik. Banyak orang memahami bahwa menghadap Allah berarti memberikan perhatian khusus kepada Allah saja. Namun bacaan kita saat ini mengingatkan bahwa barang siapa menghadap Allah, ia juga harus tidak mengabaikan sesama dalam hal berbuat baik kepada mereka. Di sisi lain, ayat 25 juga menyatakan bahwa tindakan saling memperhati-kan satu dengan yang lain untuk membangkitkan kasih dan perbuatan baik itu tidak akan tercapai apabila kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Banyak orang melakukan kebajikan dan kebaikan kepada sesama, namun apakah juga dia melakukan kebaikan lewat cara beribadah kepada Allah? Hal ini perlu menjadi perhatian penting. Ayat 24 dan 25 ini memberi definisi baru tentang Ibadah, yakni: Ibadah bukan hanya terjalin hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan baik dengan sesama. Berdasarkan Firman Tuhan ini, maka ada beberapa hal penting yang dapat kita renungkan dan terapkan dalam hidup beriman kita, yakni: 1. Kita harusnya bersyukur bahwa karena Kristus kita beroleh kesempatan dengan bebas dan tanpa halangan untuk menghadap dan menjumpai Allah. Semua itu terjadi dengan Gratis dan Cuma-Cuma namun mahal harganya. Harga yang mahal itu senilai dengan Nyawa Putera Allah yakni Yesus Kristus, Tuhan kita. Namun sayangnya, banyak orang menganggap sesuatu yang gratis itu berarti tidak bernilai. Kalaupun bernilai namun kadarnya murahan saja. Sehingga dapat ditebak, bahwa sering kali pengorbanan Kristus kurang dihargai. Kita lebih menghargai waktu sibuk kita dibandingkan dengan waktu beribadah kita; kita cendrung menilai waktu adalah uang dan bukan waktu adalah untuk Tuhan. Banyak orang sangat betah membaca novel atau buku cerita dibanding membaca dengan tekun Firman Allah. Bahkan harus diakui, setuju atau tidak, kita lebih betah becakap dan berbagi cerita dengan sahabat dan teman dari pada berbagi waktu untuk TUHAN lewat bercakap-cakap dengaNya dalam doa pribadinya. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa kita dapat dengan bebas menghadap TUHAN oleh karena anugerahNya. Karena itu, marilah kita untuk tidak menyia-nyiakan anugerah itu. 2. Menghadap Tuhan, bukan hanya berarti menjalin hubungan secara vertikal dengan Allah; namun juga harusnya membangun hubungan dengan sesama kita. Ibadah yang benar bukan soal hubungan dengan TUHAN yang harmonis, namun apakah juga hubungan kita dengan suami, anak2 dan orang lain juga adalah hubungan yang harmonis. Walaupun kita begitu rajin dan taat datang beribadah kepada Tuhan; membaca alkitab dengan sungguh; dan doa khusuk pada TUHAN, namun masih ada perselisihan dengan sesama yang belum diselesaikan; tidak peduli pada orang lain, maka sesungguhnya kita gagal menghadap TUHAN dengan sempurna dan benar. Karena itu, marilah menjadi pribadi yang elah ditebus dan dianugerahi Tuhan, lewat beribadah kepadaNya dan membangun hidup benar dengan sesama, menopang dan menolong orang lain sehingga kita menjadi orang yang berkenan kepada TUHAN. Selamat merespon anugerah Tuhan ini dalam hidup beriman kita. Amin Dari berbagai sumber

Senin, 12 November 2012

"TATA IBADAH PERAYAAN MALAM NATAL DES 2012"

Petunjuk :  IBADAH berlangsung secara otomatis; tanpa aba-aba atau informasi !  Jangan LUPA mematikan Hand-Phone  Saat pembacaan prolog liturgi dimulai, petugas liturgi sudah tampil ke depan L = Liturgis Koordinator = Pnt J = Jemaat Firman = Pdt P = Pria Liturgis = Pdt/Pnt W = Wanita Organis = PP = Pemuda Pemudi Song Leader = Pdt = Pendeta I. PERSIAPAN :  Pelayan : Berdoa di Konsistori  Lonceng : Jemaat mempersiapkan diri dalam saat teduh pribadi  PROSESI : Pendeta, Majelis, Pelayan, Panitia Natal 2012 memasuki gedung Gereja melalui pintu depan Gereja (diiringi musik; instrumental)  II. KEBAKTIAN : oleh Liturgis Jemaat dipersilahkan bangkit berdiri; tanpa aba-aba 1. BERNYANYI KJ No 109 : 1 + 3 “ Hai Mari Berhimpun ” Do = G 4 Ketuk 1 l 1 . 5 1 l 2 . 5 . l 3 2 3 4 l 3 . 2 ‘ 1 l 1 . 7 . . . Hai ma - ri, ber- him - pun dan ber-su- ka- ri- a ! tu- rut se - ……..  Hai mari, berhimpun dan bersukaria ! turut semua ke Betlehem ! Lihat yang lahir Raja bala sorga ! Sembah dan Puji Dia Sembah dan Puji Dia, Sembah dan Puji Dia, Tuhanmu  Gembala dipanggil dari padang raya Menuju palunganNya yang rendah Kitapun turut bergegas ke sana! Sembah dan puji Dia, Sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia Tuhanmu! 2. VOTUM INTROITUS & DOA L : Demi nama Allah Bapa dan nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan nama Roh Kudus Khalik Langit dan Bumi J : Amin L : Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; J : Lambang Pemerintahan ada di atas bahunya, dan namaNya disebut orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai L : Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan J : Menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi L : Ceritakanlah kemuliaanNya di antara bangsa-bangsa J : dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib diantara segala suku bangsa L : Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, Gemetarlah di hadapanNya hai segenap bumi, Haleluya ! Mari kita berdoa : Ya Allah Bapa yang di Sorga ! Segala puji syukur dan kemuliaan, kami ucapkan kepadaMu, mengingat pemberianMu yang besar itu kepada kami manusia, yaitu AnakMu Jesus Kristus yang Engkau utus untuk kami. Dia telah merendahkan diriNya dan menjadi miskin sehingga Ia lahir di kandang domba di Betlehem, agar kami menjadi kaya. Kuasailah hati kami dan bimbinglah kami dengan rohMu yang kudus agar kami makin mengenal kasih yang dinyatakan oleh anakMu L+J : A m i n (Jemaat dipersilahkan duduk kembali; tanpa aba-aba) 3. BERNYANYI KJ No 100 : 1 “ Muliakanlah ” Do = D 4 Ketuk ____ ____ 5 . 5 4 l 3 . 0 0 l 5 . 5 4 l 3 . 0 5 5 l 6 6 0 5 5 l Mu - lia-kan-lah, mu- lia- kan -lah Tuhan Allah, Tuhan P : Muliakanlah, muliakanlah Tuhan Allah, Tuhan Allah Maha tinggi ! Damai sejaht’ra turun ke bumi bagi orang pengasihanNya Muliakanlah Tuhan Allah! Muliakanlah Tuhan Allah ! W : Damai sejahtra turun ke bumi; damai sejahtra turun ke bumi bagi orang bagi orang pengasihanNya, bagi orang pengasihanNya, pengasihan-Nya. P+W : Muliakanlah, muliakanlah Tuhan Allah, Tuhan Allah Maha tinggi ! Damai sejahtra turun ke bumi bagi orang pengasihanNya Amin, Amin, Amin. 4. RESPONSORIA : TITUS 2 : 11-15 L : Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata J : Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan L : dan keinginan–keinginan duniawi J : dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini L : dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia J : dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar L : dan JuruSlamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diriNya bagi kita J : untuk membebaskan kita dari segala kejahatan L : dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik J : Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah 5. BERNYANYI KJ No 101 : 1 + 3 “ Alam Raya Berkumandang ” Do=G 4 Ketuk ___ __ ___ ___ __ 3 3 3 3 5 l 5 . 4 3 1 l 3 3 2 3 3 5 l 5 . 4 3 . : A-lam ra - ya ber- kumandang o-leh pu-ji- an mu- li- a P : Alam raya berkumandang oleh pujian mulia dari gunung, dari padang kidung malaikat bergema. PP : Glo…….ria in excelsis Deo ! Glo…….ria in excelsis Deo ! W : Sudah lahir Jurus’lamat itu berita lagunya Puji dan syukur dan hormat dipersembahkan padaNya PP Glo…….ria in excelsis Deo ! Glo…….ria in excelsis Deo ! 6. LITURGI-I : Penciptaan dan Jatuhnya Manusia ke Dalam Dosa PROLOG Liturgi L Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati J Besar perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukai-Nya L Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya J Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan : Tuhan itu Pengasih dan Penyayang L Mari kita dengarkan Liturgi-I 1. Pria Kejadian 1 : 1 - 4 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan Kosong; gelap-gulita menutupi samudra raya, dan roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah “ jadilah terang ”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkanNya-lah terang itu dari gelap. Respons : Jemaat Pria Mazmur 19 : 2 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya. 2. Wanita Kejadian 1 : 6, 11, 20, 24 Wanita Berfirmanlah Allah : “ Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Berfirmanlah Allah : “ Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji , supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi. ” Dan jadilah demikian. Berfirmanlah Allah : “Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk yang hidup dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala. Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis mahluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar .” Dan jadilah demikian. Respons : Jemaat Wanita Mazmur 104 : 24 Betapa banyak perbuatan-Mu ya Tuhan, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. 3. PP Kejadian 1 : 26 - 27 PP Berfirmanlah Allah: “ Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi ” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Respons : Jemaat PP Efesus 2 : 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamNya. 4. Pnt. Kejadian 3:1–4, 22-23 Penatua Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “ Tentulah Allah berfirman : Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan ? ” Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu : “ Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati ”. Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, Berfirmanlah Tuhan Allah: “ sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat : maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya “. Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah darimana ia diambil. Respons : Semua Jemaat Mazmur 90 : 7 – 8 Sungguh kami habis lenyap karena murka-Mu dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut. Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu. 7. PADUAN SUARA : 8. LITURGI-II : Nubuatan PROLOG Liturgi L Dengarkanlah Aku berdiam diri, hai pulau-pulau ; hendaklah bangsa-bangsa mendapat kekuatan baru J Sebab Aku mencurahkan air ke tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu ke atas anak-cucumu. L Mari kita dengarkan Liturgi-II 1. Pria Yesaya 9 : 1; 40 : 3 Pria Bangsa yang berjalan di dalam kekelaman telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Ada suara yang berseru-seru: “ Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita ! Respons : Jemaat Pria Yesaya 40 : 4 Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah Yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran 2. Wanita Mazmur 24 : 9 Wanita Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan ! Respons : Jemaat Wanita Mazmur 24 : 10 Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan ? “ Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan ! ” 3. PP Yesaya 11 : 1 – 2 PP Suatu tunas akan ke luar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan Respons : Jemaat PP Yesaya 11 : 3a Ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan 4. Pnt Mikha 5 : 1 Majelis Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Respons : Semua Jemaat Zakharia 9 : 9 Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem ! Lihat, rajamu datang kepadamu; Ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai , seekor keledai beban yang muda. 9. BERNYANYI KJ No 94 : 3 “ Hai Kota Mungil Betlehem ” Do = G 4 Ketuk ___ 3 l 3 3 2 3 l 5 4 6 2 l 1 7 1 2 5 l 3 . . . Hai ko- ta mungil Bet-le-hem, be- ta- pa kau se- nyap; Tenang di malam sunyi t’rang sorga berseri; Demikianlah karunia bagimu diberi. Datangnya diam-diam di dunia bercela; Hati terbuka dan lembut kan’ dimasukiNya. 10. LITURGI-III : Kelahiran Yesus Kristus PROLOG Liturgi L Besar kasih Allah dalam putraNya, yang datang ke dunia demi manusia J KasihNya mengallir bagaikan sungai deras; mendamaikan hati, enyahkan cemas L Dunia dirangkul dengan kasihNya, dan dosa manusia dihapuskan-Nya J Padamu, padaku dilimpahkanNya, warisan sorgawi besar dan baka L Mari kita dengarkan Liturgi-III 1. Wanita Lukas 1 : 30 – 31 Wanita Jala didok suru-suruan i ma tu nasida : Unang ho mabiar, ale Maria; ai dapotan asini Rohado ho di Debata. Gabe-gabean ma ho, tubuan anak ma ho; Jesus ma bahenonmu goarna ! Respons : Paduan Suara (Ibu2+ PP) Lukas 1 : 68 – 69 Pinuji ma Tuhan i, Debata ni Israel, ala ditopot bangsona jala dipatupa haluaonna. Dipatindang do di hita tanduk, haluaon, di bagas ni si Daud naposona i. 2. Wanita Lukas 2 : 6 – 7 Wanita Jadi di na-disini nasida, gok ma ari ni hangoluanna. Ditubuhon ma anak buha-bajuna, diborhosma, dipeakkonma tu bagasan panggagatan, ala so adong inganan na asing di parmianan nasida Respons : Paduan Suara (Ester + Lidia) (Lukas 2 : 8 – 9) Jadi adong ma marbongin di ladang na disini angka parmahan, mangingani pinahan nasida. Jadi didapothon sada surusuruan ma nasida, jala marsinondang ma sangap ni Tuhan i humaliang nasida, gabe mabiar situtu ma. 3. Wanita Lukas 2 : 10 – 11 Wanita Alai didok surusuruan i ma tu nasida: Unang mabiar hamu; ai barita halalas ni roha godang do huboan tu hamuna, parsaulian ni sandok bangso i. “ Ai naung tubu do di hamu saborngin on, di huta ni si Daud, sipalua i, ima Kristus, Tuhan i ! “ Respons : Paduan Suara Lukas 2 : 12 – 14 On ma partinandaan di hamu : Poso-poso do dapothonmuna, na binorhos peak di panggagatan. Jala tompu ma adong dongan ni surusuruan i torop angka parangan parbanua ginjang, dipuji nasida do Debata, mandok : Hasangapon ma di Debata di ginjang, dame ma di tano on, di angka jolma halomoan i. 11. BERNYANYI KJ No 85 : 1 – 2 “Ku Songsong Bagaimana “ Do=Bes 4 Ketuk . . . . . . . 1 l 5 5 6 7 l 1 . 1 ‘ l 3 2 1 1 l 7 1 . 0 : Ku songsong ba-gai- ma - na ya Yesus, da-tang Mu ? Ayat-1 Pria : Kusongsong bagaimana, ya Yesus, datang Mu ? Engkau Terang buana, Kau surya hidupku Wanita : Kiranya Kau sendiri, penyuluh jalanku, supaya ku yakini tujuan janjiMu Ayat-2 Wanita : Kaum sion menaburkan, kembang di jalanMu; ku ikut mengelukan, Dikau dihatiku, Pria : Kunyanyi Hosiana, ya Raja, tolonglah, PadaMulah kiranya, hambaMu berserah 12. CANDLE LIGHT : Organ - O, Holly Night  Selama proses menyalakan LILIN, diiringi organ serta Lampu dipadamkan  Kenny br Panggabean menyalakan 1 LILIN dan menyerahkannya ke Pendeta, serta menyerahkan 10 lilin (ukuran sedang + kecil; belum menyala) kepada petugas  Pendeta menyalakan Lilin Besar  Petugas menyalakan lilin (yang dipegang) dari lilin besar, kemudian : menyalakan lilin yang tersedia di depan dan menyalakan lilin kecil (utk dipakai sendiri)  Petugas menyerahkan lilin (sedang) ke Penatua, dan kembali ke tempat duduk semula  Setelah Petugas berangkat ke tempat semula, Pendeta memberangkatkan para Penatua  Penatua menyalakan LILIN Jemaat  Pendeta : • menyalakan LILIN Besar  PETUGAS LILIN sebelah Kanan Jemaat LILIN sebelah Kiri Jemaat  Guru Jemaat  Mewakili Pria  Penasehat Jemaat  Mewakili Wanita  Utusan Penatua  Mewakili Pemuda - Pemudi  Ketua Panitia Natal  Mewakili Sekolah Minggu  Ketua Bidang Kerohanian  Mewakili Katekhisasi Sidi  Narator : 13. BERNYANYI KJ No 92 : 1 “Malam Kudus “ dan BE NO. 54 : 2–3 “ Sonang ni Borngin na i “ Do = Bes 6 Ketuk  Setelah semua Lilin di depan menyala, Jemaat berdiri; tanpa aba-aba  Penatua menerima LILIN untuk menyulutkan dan berangkat ke Jemaat __ __ . . . . 5 . 6 5 3 . . l 5 . 6 5 3 . . ‘ l 2 . 2 7 . . l 1 . 1 5 . . ‘ l So- nang ni bor- ngin nai, u - ju ro Je- sus i • Malam kudus, sunyi senyap, dunia terlelap Hanya dua berjaga terus, ayah bunda mesra dan kudus; Anak tidur tenang, Anak tidur tenang • Denggan ni bornginna i, uju ro Jesus i ! Tu parmahan di Betlehem i, dipaboa na di surgo i Nunga ro Sipangolu, Jesus, Tuhanta i • Godang ni tua disi, di na ro Jesus I Tung malua pardosa muse, sian hamagoanna sude Ala ro Sipangolu, Jesus, Tuhanta i (Jemaat dipersilahkan duduk kembali; tanpa aba-aba) 14. LITURGI-IV : AMANAT DAN HARAPAN PROLOG Liturgi L Malam ini, kami telah mendengar kembali berita NATAL yang tak pernah usang J Kami yang hidup di abad ini, tetap berharap dan bertekad untuk menyemarakkan pemberitaan, kesaksian dan pelayanan kami, dalam mewujudkan Damai Sejahtera Kristus L Mari kita dengarkan Liturgi-IV 1. BPH Lukas 21 : 36 BPH Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. 2. BPH Roma 15 : 4 + 13 BPH Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala suka cita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan. 3. Pnt I Petrus 1 : 13 Penatua Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugrahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus 4. Pnt I Timotius 4: 10 Penatua Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya 15. MEDLEY Di malam sunyi bergemah nyanyian mulia Malaikat turun mendekat dengan beritanya Sejahtra bagi dunia, tlah datang penebus Heninglah bumi mendengar nyanyian yang kudus. Gita sorga bergema lahir Raja mulia ! Damai dan sejahterah turun dalam dunia. Bangsa-bangsa, bangkitlah dan bersoraklah serta, Permaklumkan kabar baik: Lahir Kristus, Trang ajaib ! Gita sorga bergema, lahir Raja mulia ! Puteri sion nyanyilah; soraklah, Yerusalem Mari sambut Rajamu. Raja damai trimalah ! Puteri sion, nyanyilah; soraklah Yerusalem ! 16. PADUAN SUARA : 17. KHOTBAH : 18. PADUAN SUARA : 19. PERSEMBAHAN  BERNYANYI KJ No 18 : 1 + 4 “ Allah hadir bagi kita ” Do = G 3 Ketuk ____ ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ 5 5 l 6 . 5 5 1 l 1 7 ‘ 7 1 l 2 . 2 1 2 l 3 . ‘ 5 5 l 6 . 5 Al - lah ha-dir ba-gi ki-ta dan hen-dak memb’ri berkat, Melim – pahkan Pria : Wanita : Allah hadir bagi kita dan hendak memb’ri berkat, melimpahkan kua-sa Rohnya bagai hujan yang lebat, Reff : Reff : Dengan Roh Kudus ya Tuhan, umatMu berkatilah! Baharui hati kami; o curahkan kurnia Pria : Wanita : Penebus, dengarkan kami yang padaMu berseru; buka tingkap anug’rahMu, brikanlah berkat penuh ! Reff : Dengan Roh Kudus ………………….  NATS Matius 2 : 11 Untuk menghantarkan persembahan kita, demikianlah firman Tuhan: “ Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, Ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu mas, kemenyan, dan mur “  KOLEKTE : • Kolektan menerima Kantong Kolekte dari Liturgis dan menyerahkannya kembali setelah selesai • Liturgis dan Kolektan tetap berdiri di depan; berhadapan dengan Pendeta hingga penerimaan berkat selesai  DOA PERSEMBAHAN : Hadirin Dipersilahkan Berdiri Mari kita berdoa untuk persembahan yang telah kita kumpulkan ! Ya Allah Bapa kami yang ada di sorga, Engkaulah sumber segala berkat dan rahmat, Kami persembahkan di sini sebahagian dari yang Engkau berikan kepada kami sebagai kurban persembahan kami kepadaMu. Adapun yang yang kami persembahkan ini, adalah yang kami terima dari padaMu, karena siapakah kami sehingga dapat memberi kepadaMu ? Kasihanilah kami. Terimalah kurban persembahan kami ini menjadi dupa yang harum di hadapanMu. Berkati dan peliharalah, agar kami menggunakan persembahan ini untuk kejayaan kerajaanMu di tengah GerejaMu di seluruh dunia. Bukalah hati kami dengan rohMu yang kudus itu, agar kami senantiasa mengucapkan terimakasih kepadaMu dengan nama Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.  Nyanyian Persembahan (langsung menyajikannya bersama-sama) KJ 433 : 1 – 2 “ Aku Suka Membagi ” Do = D 2 ketuk ____ ____ ____ ____ ___ ____ ____ 5 4 l 3 4 3 l 1 1 ‘ 5 4 l 3 1 3 l 4 4 ‘ 5 7 l A- ku su- ka memba- gi pa-da o-rang tak punya, a - gar . . ____ ____ ____ . 1 1 7 l 5 5 ‘ 5 4 l 3 4 3 l 1 1 Tu- han di - pu-ji ti - ap o-rang di du- nia Ayat-1 : Aku suka membagi pada orang tak punya, agar Tuhan dipuji tiap orang di dunia Ayat-2 : Pun kepada Tuhanku kuberi persembahan; Tangan kiri tak tahu apa laku yang kanan 20. DOA PENUTUP & BERKAT Mari kita berdoa : … Bapak kami yang di sorga …………………….. BERKAT Marilah kita pulang dengan membawa damai sejahtera Kristus di tengah-tengah dunia melalui pemberitaan, kesaksian dan pelayanan kita dan terimalah berkatNya! Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya, dan memberi engkau Kasih Karunia. Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Pdt + J : Amin… …Amin… …Amin ! III. SELESAI Pendeta Resort, Majelis Jemaat, dan Panitia mengucapkan : Selamat Hari Natal 2012 & Tahun Baru 2013 Hadiri & Meriahkanlah !!! PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER 2012 PEMBERITAHUAN Dalam acara NATAL malam ini, disediakan Amplop Bakti NATAL PUSAT GKPI; yang akan dipersembahkan besok dalam Kebaktian Perayaan NATAL tgl 25 Des 2012 Pagi saat kolekte ke Depan.

Selasa, 06 November 2012

"Khotbah Minggu 11 Nopember 2012" Khotbah : Ibrani 9 : 24 -28. Bacaan : Mazmur 146 : 1 – 10; Thema : "Pengorbanan Kristus berlaku sekali untuk selama-lamanya".

Dalam hidup ini, setiap orang pasti memiliki beban apapun itu bentuknya. Beberapa orang menderita setelah kematian orang yang dikasihinya; yang lain mengalami penolakan atau kesepian. Akan tetapi, beban yang mempengaruhi seseorang lebih dalam daripada situasi hidup apapun adalah beban emosional dan spiritual yang berasal dari dosa. Dalam Alkitab, kata ”dosa” menunjuk pada suatu pikiran atau tindakan yang menyimpang dari standar atau kebenaran Tuhan. Oleh karena tak seorang pun yang sempurna, kebobrokan mempengaruhi kita semua; bila dibiarkan , dosa itu akan membusuk dan merusak kehidupan. Dosa memisahkan kita dari Allah (Mazmur 66:18). Ia sempurna dan kudus; sama halnya terang tidak dapat bersatu dengan gelap, kesempurnaanNya tidak dapat bekerja dengan ketidak-sempurnaan kita. Inilah mengapa Ia tidak menjawab doa orang yang hidup dalam dosa. Selain itu, Yohanes 3:36 berkata bahwa orang berdosa ada di bawah murka Allah; pada akhirnya mereka akan mengalami kematian kekal atau perpisahan tiada akhir – dariNya. Penghakiman yang benar ini akan membuat umat manusia tidak memiliki pengharapan. Namun, oleh karena besarnya kasih Bapa, Ia telah menyediakan jalan menuju kepadaNya. Ia mengutus AnakNya Yesus sebagai domba yang dikorbankan: darahNya membayar hukuman semua dosa yang dilakukan sepanjang sejarah. Kristus menjadi pengganti bagi setiap orang yang mempercayai Dia sebagai Juruselamat. Dengan kata lain, Yesus merupakan jembatan menuju kepada Allah. Dalam Yohanes 14:6, Ia berkata, ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Dengan kasih karuniaNya, Allah menyelamatkan mereka yang menerima Yesus. Meskipun orang percaya masih berbuat dosa, mereka terampuni. Kalau seseorang tenggelam dalam sungai, maka dia akan berusaha mencari pertolongan supaya selamat dari bahaya. Kalau ada sepotong kayu yang mengapung maka dia akan menjadikan kayu yang sepotong itu menjadi penolongnya supaya selamat. Demikian juga setiap orang yang percaya didunia ini pasti menghadapi berbagai bagai tantangan hidup,penderitaan penderitaan,penyakit dan lain lain sebagainya yang bisa membuatnya jatuh kedalam dosa. Dari manakah datangnya pertolongan kita, sanggupkah kita berjalan sendiri tanpa ada pertolongan? Jawabnya manusi tidak sanggup kalau tidak ada pertolongan. JADI SIAPA YANG BISA MENOLONG, Dalam masmur 121:1 katanya: Aku melayangkan mataku kegunung gunung, dari manakah datangnya pertolonganku, pertolonganku datang dari Allah yang menciptakaaan langit dan bumi. Itu merupakan suatu pengakuan pemasmur yang tegas sesuai dengan pengalaman pengalaman imannya. Bahwa hanya Tuhan yang dapat menolongnya dari rintangan rintangan yang ia hadapi dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang musafir. Dalam mazmur 146, Pemasmur mengalami dalam hidupnya bahwa Allah satu satunya penolong dalam hidupnya, sehingga dia bersaksi : Pujilah Tuhan hai jiwaku, Aku hendak memliakan Tuhan selama aku hidup dan bermasmus bagi Tuhan selagi aku masih ada. Dari ayat 24 nast khotbah kita ini menyatakan bahwa Yesus melalui kematianNya dikayu salib adalah pengorbanan yang tiada bandingnya dan peristiwa yang tidak dapat diulangi. Yesus rela menderita dan mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia. Ditengah tengah bangsa Israel biasanya para imamlah yang boleh masuk kedalam ruang yang paling dalam (ruang sibadiana kal) untuk penyambung lidah bangsa israel kepada Allah. Itu berarti ada penghalang antara manusia dengan Allah untuk berbicara. Manusia tidak bisa langsung berbicara dengan Allah harus melalui imam imam. Tetapi melalui pengorbanan Yesus Kristus Juruselamat manusia yang telah menerobos dinding pemisah antara Allah dan manusia, sehingga manusia bisa berjumpa dengan Allah melalui doa doanya secara langsung kepada Allah. Karena Yesus telah meruntuhkan tembok pemisah dan membuka jalan jadi pembela manusia melalui Ia masuk kesorga menghadap Allah. Pada ayat 25 -26, Pengorbanan Kristus adalah satu satnya pengorbanan yang sempurna yang tidak berulang ulang sehingga masuk kedalam surga, tetapi pengorbananNya untuk mencurahkan darahNya untuk menghapus dosa dunia. Pekerjaan pengorbanan Kristus bukan seperti pekerjaan para imam bangsa Israel yang telah menunjukkan upacara setiap tahun,dimana dia mengambil darah binatang yang dibawa ketempat yang Mahakudus pada saat pengampunan dosa. Pengampunan dosa oleh para imam dengan darah binatang adalah sementara dan tidak sempurna. Keselamatan yang sempurna hanya terjadi oleh karena pekerjaan Yesus sendiri. Kristus telah menyatakan kebenaran dan keadilan Allah (Roma 3 : 25 -26), sehingga jalan masuk kehadirat Allah telaah terbuka dan takkan pernah tertutup. Walaupun manusia selalu berbuat dosa dan berbuat dosa tetapi bukan berarti Kristus harus mengorbankan diriNya berulang ulang lagi. Dalam ayat 27 -28, sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja,demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Dia datang kembali untuk selamanya dan untuk membuktikan kebenaran iman pengikutNya sendiri. Kedatangan Kristus yang kedua kali adalah merupakan hari yang sangat dahsyat, itu merupakan hari kebahagiaan bagi orang yang percaya tetapi hukuman bagi orang yang tidak percaya. Aplikasi • Manusia yang sudah jatuh kedalam dosa hanya Yesus Kristuslah yang dapat menyelamatkannya. Tidak ada jalan yang lain hanya melalui Dia. • Manusia yang hidup didunia banyak mengalami penderitaan penderitaan, suka duka, tawa dan tangis silih berganti, siapakah yang dapat menolongnya? Hanya Yesus yang dapat menolongnya dari beban beratnya. • Karena Tuhan Yesus telah menembus penghalang antara manusia dengan Allah maka orang percaya bisa setiap saat berbicara kepada Allah melalui doa-doanya untuk minta pertolongan. Apa yang dikatakan dalam masmur 146, bahwa Allah itu adalah Allah yang adil, pembela orang orang yang ada dalam penderitaan, memberi makan orang yang lapar, membebaskan orang orang yang terkurung dan Ia membuka mata orang yang buta. Artinya Allah itu peduli kepada orang orang yang berada dalam kesusahan, kelamahan, ketertekanan, kesepian karena ditinggalkan oleh orang orang yang dikasihina. Mari selalu datang kepada Allah karena Dialah satu satu penolong kita. Amin.Di kutip dari berbagai sumber.

Senin, 29 Oktober 2012

"Khotbah Minggu 04 Nop 2012 Markus 12:28-34"

Nats Khotbah ini diambil dari Injil Markus 12:28-33 di mana Yesus dicobai lagi oleh orang-orang Saduki. Kali ini mereka bertanya tentang “Hukum yang paling utama”. Harus diakui ada begitu banyak produk hukum dengan maksud untuk memberikan suatu rasa keadilan. Namun dapat kita saksikan ini, bahwa banyak produk hukum hanya untuk menjerat orang lain, yang kebetulan orang lain ini banyak yang”buta” hukum. Kalau semua produk hukum ini dimaksudkan untuk suatu keadilan yang sejati, pasti kita akan kembali kepada hukum yang paling utama yakni “hukum kasih”. Kita menyadari pula “hukum kasih” sering diselewengkan dengan “kasihan deh lho”. Namun demikian, hukum kasih sebagaimana Yesus sampaikan di setiap kesempatan merupakan hukum yang paling utama dan pertama. Kita akul yakin bahwa dari produk-produk yang dihasilkan dengan maksud yang baik untuk memberikan rasa keadilan yang sebenar-benarnya. Mengapa kasih…? Allah mau menjadi manusia dasarnya adalah kasih. Allah mau menebus dosa-dosa manusia, dasarnya adalah kasih. Hubungan antara pasangan yang berbeda jenis, dasarnya juga kasih. Kita mau bekerja keras untuk keluarga, dasarnya juga kasih. Agar tidak terjadi konflik, dasarnya juga kasih. Toleransi di bidang agama, dasarnya juga kasih. Jadi kalau kita renungkan dengan sungguh-sungguh, apa yang disampaikan oleh Yesus tentang “hukum kasih yang merupakan hukum yang utama dan pertama” benarnya adanya. Iblis pada dasarnya juga tidak senang kalau ada kedamaian di hati orang. Iblis selalu mau menciptakan kekacauan. Jadi boleh jadi kekacauan yang ada di mana-mana, maka kita bisa mengkambinghitamkan iblis. Orang sudah tidak memiliki kasih lagi. Banyak juga yang ikut berbicara tentang kasih, namun hatinya jahat. Dan kita tahu segala kejahatan di bumi bermula dari iblis yang menyebabkan manusia pertama jatuh dalam dosa. Ada begitu banyak agama di dunia, intinya adalah kasih, Allah mau menyelamatkan manusia. Karena Allah telah mengasihi manusia, maka manusia harus mengasihi satu sama lain. Karena kasih itu berasal dari Allah dan Allah itu adalah kasih. Sudah sampai sejauh manakah, kita mengamalkan kasih itu baik itu untuk mengasihi Allah dan juga mengasihi sesama. Anda yang dapat menjawabnya sendiri. 1. Perintah ganda untuk mengasihi adalah merupakan hukum kodrat Kalau kita meneliti sepuluh perintah Allah (Kel 20:1-17), maka kita dapat melihat bahwa hukum-hukum di dalam 10 perintah Allah adalah merupakan penjabaran dari hukum kodrat yang sempurna. Hukum kodrat ini adalah hukum atau peraturan yang terpatri di dalam setiap hati manusia. Dalam sepuluh perintah Allah, kita dapat melihat adanya perintah kasih dalam dua kelompok, yaitu hukum 1-3 adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan hukum 4-10 adalah perintah untuk mengasihi sesama. Untuk mengasihi Allah, kita harus melakukan tiga hal, yaitu: (1) Tidak boleh mempunyai Allah lain, yang dituliskan: Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu; (2) Harus memberikan kepada Allah penghormatan, yang dituliskan:Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat; (3) Kita harus beristirahat di dalam Tuhan, yang dituliskan: Kuduskanlah hari Tuhan. Dan untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama seperti yang dijabarkan dalam perintah 4-10, yaitu: (1) Kita harus mengasihi orang tua kita, yang dituliskan: Hormatilah ibu-bapamu; (2) Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perbuatan – baik dengan melukai seseorang, yang dituliskan: jangan membunuh; atau merusak perkawinan seseorang, yang dituliskan: Jangan berzinah; atau mengambil barang atau harta milik sesama, yang dituliskan: Jangan mencuri; (3) Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan dan pikiran – melukai dengan perkataan, yang dituliskan: Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu; melukai sesama dengan pikiran, yang dituliskan: Jangan mengingini istri sesamamu dan Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil. Penjelasan yang lain dari 10 perintah Allah adalah, dalam mengasihi Allah, maka kita harus mempunyai (1) kesetiaan, (2) penghormatan, dan (3) pelayanan; dalam mengasihi sesama, kita harus (4) menjalankan tugas untuk wakil Tuhan di dunia ini dan menjalankan tugas untuk diri sendiri dan sesama dalam (5) melindungi kehidupan, (6) kemurnian, (7) harta milik, (8) kehormatan, (9 dan 10) melindungi kehidupan keluarga. 2. Mengapa harus mengasihi? Kalau manusia diciptakan dengan kodrat untuk dapat mengasihi Allah dan mengasihi sesama, maka pertanyaannya adalah mengapa Allah menciptakan manusia dengan kodrat seperti ini? Jawabnya adalah karena kita menemukan kebahagiaan kita di dalam kasih kepada Tuhan, dan tidak di dalam hal-hal lain, seperti: uang, kehormatan, kekuasaan, kesenangan, bahkan juga kebajikan. Maka kalau kita ingin mendapat penghiburan dan kekuatan di dalam hidup ini kita harus kembali kepada Tuhan, kita harus mengasihi Tuhan. Cobalah kita cari orang yang terlihat sebagai orang yang paling berbahagia di dunia: tiliklah, apakah dia mengasihi Tuhan? Sebab jika ia tidak mengasihi Tuhan, ia sebenarnya tidak sungguh-sungguh berbahagia. Itulah sebabnya banyak di antara orang-orang yang demikian kemudian dapat melakukan hal-hal yang tragis dalam hidup mereka. Sedangkan sebaliknya, jika kita menemukan orang kelihatannya paling tidak bahagia di mata dunia, namun kalau ia mengasihi Tuhan, maka ternyata ia adalah orang yang paling bahagia, dalam arti yang sesungguhnya, dalam segala sesuatu. Maka sudah selayaknya kita berdoa memohon agar Tuhan membuka mata hati kita agar dapat mencari kebahagiaan di mana kita dapat sungguh menemukannya, yaitu di dalam Tuhan sendiri. Alasan lain, mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan kodrat untuk mengasihi adalah karena tanpa kasih, manusia tidak dapat mencapai Sorga. Begitu pentingnya kasih, sehingga Yohanes mengatakan “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” (1Yoh 3:14b) Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa untuk mendapatkan keselamatan, maka tidak ada cara lain, kecuali mengasihi. Agustinus menegaskan bahwa sama seperti manusia mempunyai dua kaki untuk berjalan, maka kita harus mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat mencapai Sorga. Sama seperti burung mempunyai dua sayap untuk terbang, maka kita harus mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat terbang ke Sorga. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa sama seperti orang-orang kudus di Sorga mengasihi Allah dan mengasihi sesamanya, maka kita juga harus melakukan hal yang sama di dunia ini untuk mendapatkan kebahagiaan. Dari sini, kita dapat melihat bahwa mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama sesungguhnya tidak terpisahkan. Injil Yohanes menegaskan hal ini secara gamblang “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (1Yoh 4:20) 3. Tuhan memampukan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi Perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi adalah mengasihi Tuhan dengan keseluruhan diri kita, menempatkan Tuhan lebih utama dalam segala sesuatu, di mana saja, setiap saat dan dalam segala kondisi. Dan kalau bukti kasih kita kepada Tuhan dan tanda kita berdiam di dalam Allah adalah dengan menuruti segala perintah Tuhan (lih. 1John 2:3; 1Yoh 3:24), maka kita akan melihat bahwa sesungguhnya perintah ini sangat berat bagi manusia. Namun, Tuhan tidak akan memberikan perintah yang mustahil, karena Dia menegaskan bahwa kuk yang dipasang-Nya adalah enak dan ringan. (lih. Mat 11:29) Kunci dari kemampuan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama adalah karena Allah telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Kita yang telah dibaptis telah menerima rahmat Allah yang begitu besar, seperti: menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus, disatukan dalam Tubuh Kristus, dibebaskan dari dosa asal, menerima rahmat pengudusan. 4. Ajakan untuk mengasihi adalah panggilan untuk hidup kudus Mengasihi Allah dan sesama merupakan hukum yang terutama bagi umat beriman, dan merupakan panggilan yang diserukan oleh Gereja kepada semua orang yang berkehendak baik. “Tuhan Yesuslah Guru dan Teladan ilahi segala kesempurnaan. Dengan kesucian hidup, yang dikerjakan dan dipenuhi-Nya sendiri, Ia mewartakan kepada semua dan masing-masing murid-Nya, bagaimanapun juga corak hidup mereka: “Kamu harus sempurna, seperti Bapamu yang di sorga sempurna adanya” (Mat 5:48). Sebab kepada semua diutus-Nya Roh Kudus, untuk menggerakkan mereka dari dalam,supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka (lih. Mrk 12:30), dan saling mencintai seperti Kristus telah mencintai mereka (lih. Yoh 13:34; 15:12). Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam Tuhan Yesus, dan sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul mereka dinasehati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef 5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta, mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol 3:12); dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus membutuhkan belaskasihan Allah dan wajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12). Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang Kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan cinta kasih. Dengan kesucian sedemikian ini sebuah kehidupan yang lebih manusiawi dapat dimajukan di dalam kehidupan masyarakat di dunia ini. Amen Dari berbagai sumber

Khotbah Nats: "Mazmur 126:1-6"

Pengantar: Pengharapan Ditengah Penderitaan Mazmur 126:1-6 Setiap orang hampir tidak pernah luput dari persoalan kehidupan, baik yang sifatnya ringan sampai yang berat. Ketika menghadapi masalah yang sangat berat, seseorang dapat dilanda keputus asaan dan tidak tahu harus berbuat apa. Sehingga tidak sedikit orang mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Menurut laporan, jumlah orang yang bunuh diri semakin meningkat. Jika anda sedang dilanda kondisi yang berat karena masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluar, apakah yang harus dilakukan? Ada 3 nasehat yang diberikan oleh penulis kitab mazmur yaitu raja Daud: 1. Memiliki impian dan Pengharapan. Musuh dan lawan dari keputus asaan adalah impian dan harapan. Setiap orang harus memiliki impian dan harapan dalam hidupnya. Karena itulah yang membuat dia mampu bertahan dan berjalan terus ditengah-tengah kesulitan. Dikala anda kehilangan impian dan harapan, maka anda harus terlebih dahulu untuk kembali memiliki impian dan harapan tersebut. Impian dan harapan dimulai dengan pikiran. Isi pikiran anda dengan hal-hal yang baik, yang indha, yang mulia. Impian adalah hal-hal yang indah, yang mulia, yang besar yang kita inginkan. Pikirkanlah itu kembali. Jangan memikirkan tentang kegagalan atau ketidak mungkinan. Tetapai mulailah berpikir tentang hal-hal yang besar. Tuhan adalah sumber kita untuk dapat memikirkan hal-hal yang besar, yang indah, yang mulia. Tumbuhkan keyakinan dalam hatimu, bahwa Tuhan sanggup dan bis menolong anda untuk mewujudkan impian dan harapan anda tersebut. Karena Dia adalah Tuhan yang hidup, Maha Kuasa, dan tidak pernah berdusta. 2. Bersukacita Bagaimana kita dapat menghadapi penderitaan adalah dengan menjaga sukacita. Mungkin anda bertanya bagaimana bersukacita sementara saya sedang menderita? Bersukacita adalah pilihan kita, tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan kita. 3. Menabur Kebaikan Ada hukum yang bersifat universal yaitu Hukum Tabur Tuai; apa yang kita tabur akan kita tuai. Dengan perkataan lain, apa yang kita harapkan untuk kita tuai maka kita harus menaburnya terlebih dahulu. Seorang petani yang mengharapkan dirinya akan menuai buah mangga, maka dia terlebih dahulu menanam biji mangga. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Bila kita mengharapkan kebaikan datang dalam hidup kita, ada pertolongan yang kita terima, atau kita mengharapkan keberhasilan dalam hidup kita, maka kita harus terlebih dahulu menaburkan benih-benih kebaikan tersebut dalam diri orang lain. Kita harus mau menolong orang lain terlebih dahulu, maka kita pun akan mendapatkan pertolongan orang lain. Kita perlu menghibur orang yang sedih atau berduka maka kitapun akan menuai penghiburan dari orang lain. Mari hadapi setiap situasi sulit atau penderitaan anda melalui ketiga hal ini yaitu memiliki impian dan pengharapan, tetap menjaga sukacita dan menabur kebaikan Khotbah: Mazmur 126 mengatakan kalimat ini: waktu perubahan hidup kami terjadi, peristiwa itu seperti mimpi adanya karena bagi kami mana bisa hal itu terjadi? Ayat ini hanya ingin mengatakan bukan karena kekuatan dan kemampuan kita bisa berhasil, tetapi ada tangan Tuhan yang perkasa yang melakukannya. Orang lain mengatakan perubahan itu tidak mungkin bisa terjadi di dalam hidupmu tetapi saya percaya Tuhan bisa merubah situasi yang buat orang mustahil adanya. Banyak di antara kita mungkin merasa mana bisa keadaan dan situasi hidup kita mengalami perubahan yang drastis? Itu bisa dan mungkin, sebab kita memiliki Tuhan yang sanggup mengadakan perubahan di luar dari apa yang pernah kita bayangkan dan pikirkan. Terlepas dari campur tangan Tuhan yang ajaib dan perkasa, Mazmur 126 juga mengajarkan kepada kita beberapa prinsip yang sangat indah dan sangat menarik. Yang pertama, pemazmur menolak untuk give up kepada situasi hidupnya. Walaupun situasi hidupnya digambarkan dengan lukisan yang sangat menyedihkan sekali, bagaimana bisa tanah Negeb itu mendapat air? It is impossible. Kalau sdr belajar latar belakangnya, kita menemukan ini adalah salah satu tempat yang paling kering di atas muka bumi ini. Probabilitas terjadinya hujan, probabilitas ada air di situ kecil sekali. Itu situasi dia. Tetapi itu tidak membuat dia menjadi orang yang tidak attach dengan situasi, karena dicatat di sini dia menangis. Tetapi dia juga tidak terlalu attach dengan situasi itu, karena Alkitab mencatat dia berjalan maju. Itu perbedaannya. Kita tidak bisa merubah keadaan kita di belakang, kita tidak bisa merubah kondisi kita, tetapi yang bisa kita kerjakan dan lakukan adalah yang pertama, kita jangan mengambil posisi merasa sebagai korban. Diperlakukan boleh tidak adil, tetapi itu tidak boleh membuat kita menganggap diri sebagai korban. Situasi boleh mendatangkan kesulitan di dalam hidup kita, namun tetap kita tidak boleh menjadi orang yang mengasihani diri. Saya tidak bisa merubah warna kulit saya, saya tidak bisa merubah status saya, latar belakang saya, tetapi itu semua tidak boleh menjadi penghambat dan penghalang. Yang kedua adalah bagaimana saya bereaksi dengan perasaan saya, itu sangat menentukan bagaimana saya menghadapi situasi hidupku. Bagaimana saya menempatkan perasaan yang tepat kepada situasi itu? Feeling memainkan peranan yang sangat penting sekali di dalam kita bereaksi. Yang saya ingin bicara adalah bagaimana kita menaruh feeling yang tepat, emosi yang tepat, perasaan yang tepat kepada situasi yang kita alami, ini yang kadang-kadang menjadi kesulitan di dalam hidup kita. DR. Les Parrott mengatakan hal yang satu ini harus kita tangani lebih dulu, baru yang lain akan menjadi lebih mudah, yaitu attitude kita. Bagaimana kita bersikap, begitu kita sudah menaruh negative attitude maka semua yang kita lihat menjadi negatif. Kita bertemu dengan orang-orang yang seperti ini, orang-orang yang “enjoy” menikmati self pity, mengasihani diri sendiri, meletakkan perasaan yang negatif terus di dalam situasinya. Waktu saya membaca mazmur ini saya menemukan pemazmur menaruh range emosi yang besar sekali. Di satu pihak dia penuh dengan joy dan happines tetapi di sisi lain dia menangis tersedu-sedu. Di dalam keadaan yang susah dan sulit, air mataku mengalir. Tetapi pada waktu Tuhan merubah situasi itu aku sungguh-sungguh bersukacita sehingga orang lain juga bisa melihat perbuatan Tuhan yang luar biasa itu kepadaku. Range emosi yang luar biasa. Tetapi di tengah-tengah range emosi itu dia mengajarkan kepada kita, kita boleh memiliki emosi, kita boleh bereaksi, tetapi apakah reaksi emosi itu tepat pada situasi yang tepat? It depends on bagaimana kita mengerjakan sesuatu di dalam emosi itu. Dalam 2 Kor.4:8 Paulus mengatakan ”...kami ditindas namun tidak terjepit, kami habis akal namun tidak putus asa.” Dalam keadaan tertindas, dia tidak putus asa. Mzm.42:12 mengatakan “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah, Penolongku dan Allahku.” Kunci jawabannya ada di sini, how you put your feeling and emotion in your situation properly . Realita, dia kecewa, dia depressi, dia mengalami feeling seperti itu. Akibatnya hidupnya menjadi lumpuh. Tibalah saatnya kemudian pemazmur menyatakan cambukan dan cetusan itu kepada kesadaran dirinya sendiri dengan mengatakan, mengapa engkau tertekan? Mengapa engkau gelisah? Mengapa engkau terus stay di dalam negative feeling yang mengontrol hidupmu? Bangun! Berjalan! Dan bersandarlah kepada Allah. Bangun dan berjalan belum berarti mungkin bisa merubah situasimu. Tetapi di situ kita menemukan sesuatu kesadaran dari pemazmur itu mengatakan, you boleh kecewa pada waktu you tertekan. You boleh menangis pada waktu berada di dalam kekeringan yang tidak habis-habisnya. Tetapi kalau kemudian tangisan dan depresi itu mengatur dan mengontrol bagaimana engkau berpikir dan bagaimana engkau berprilaku dan bagaimana engkau bertindak, stop. Tetapi sdr perhatikan dia minta berhenti dengan merelasikannya dengan beriman. Di sini kemudian kita perlu belajar satu kebenaran yang tidak boleh habis di dalam hidup kita. Paulus mengatakan dia menjalani hidup ini bukan dengan melihat tetapi dengan beriman. Walk not by your sight but by your faith. Perjalanan iman Kristen kita tidak boleh melepaskan prinsip ini. Tetapi perasaan kita seringkali menyertai apa yang kita lihat. Perasaan kita menyertai apa yang kita alami. Tidak ada masalah, sebab kita memang manusia yang dicipta Tuhan memiliki perasaan seperti itu. Tetapi untuk mengalihkan dan mengalahkan dan untuk membuat dia tidak menjadi perasaan negatif yang mengontrol hidupmu, kita perlu mengambil sikap seperti ini: saya hidup bukan dikontrol oleh perasaan saya, tetapi saya hidup dikontrol oleh apa yang saya percaya. Karena itulah kita akan melihat bagaimana kekuatan pengharapan dan percaya itu menjadi hal yang penting sekali di dalam iman orang Kristen. Dietrich Bonhoeffer di dalam suratnya di penjara menulis: saya bukan orang yang pesimis, yaitu berpikir bahwa segala sesuatu yang saya alami akan menjadi lebih buruk. Tetapi saya juga bukan seorang yang optimis yang percaya bahwa someday saya akan keluar dari penjara ini dan situasi menjadi lebih baik. Tetapi saya hidup hari demi hari dengan pengharapan. Artinya, di sini saya berjuang melakukan segala sesuatu di dalam kekuatan dan kemampuan yang saya bisa, tetapi saya tidak pernah melepaskan tangan Tuhan yang berdaulat untuk campur tangan di situ. Biblically speaking, berpengharapan berarti tidak melihat mungkin hal itu terjadi di depan tetapi itu tidak boleh melepaskan pengharapan kita, juga tidak boleh membuat hati kita kehilangan respons yang tepat di dalam bagaimana kita berespons. Ini yang paling penting. Hai jiwaku, mengapa engkau tertekan? Mengapa engkau kecewa? Mengapa engkau gelisah? Berharaplah kepada Allah dan Dia akan melepaskan engkau pada waktunya. Pemazmur bersukacita, pemazmur juga menangis. Di dalam range emosi ini dia terus berjalan dan berjalan. Dia berjalan karena dia punya pengharapan, tetapi dia berjalan dengan air mata. Dia berjalan dengan kesedihan tetapi dia menolak untuk berhenti dan tangannya tetap menabur benih. Dia berjalan di atas tanah yang kering dan tidak ada airnya. Kakinya hari demi hari menginjak padang pasir yang kering dan panas, tetapi itu tidak melunturkan hatinya untuk terus menabur karena dia percaya someday ada hasil dan buahnya. Itu perbedaannya. Dia bukan seorang optimis bangun pagi-pagi di tengah padang pasir lalu menyanyi ketawa -ketawa sambil melempar benih. itu orang optimis yang kebacut dan kebablasan. Saya boleh menangis tetapi itu tidak boleh membuat saya terikat. Saya boleh bersukacita dengan sukacita yang dalam tetapi itu tidak boleh kemudian membuat saya melupakan Tuhan di dalam hidup saya. Ini adalah pengontrolan emosi yang penting, bukan dikontrol oleh emosi tetapi dikontrol oleh pengertian iman kita kepada Tuhan. Gal.6:9 “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah…” Kita boleh menangis, tetapi terus menabur. Tetapi di dalam proses perjalanan menabur itu mungkin akhirnya tidak sampai berhasil dan sukses sebab ada suatu kendala emosi terjadi di sini yaitu menjadi jemu. Fil.2:14 “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” Bersungut-sungut kepada diri sendiri. Berbantah-bantah akhirnya menjadi clashed dengan orang lain. Gerutu dan jemu adalah reaksi emosi bukan karena kehilangan kemauan berjalan tetapi kehilangan sukacita berjalan. Filipi adalah salah satu jemaat yang terbaik. Paulus sendiri memuji jemaat ini karena mereka terus membantu Paulus di dalam mendukung pelayanan misi Paulus (Fil.4:10). Filipi dikatakan oleh Paulus sebagai jemaat setia, partnership dengan Paulus di dalam pemberitaan Injil. Bahkan di dalam Fil.1:30 dikatakan mereka rela menderita karena Injil. Tetapi di pasal 2 Paulus mengingatkan semua yang mereka lakukan itu jangan dilakukan dengan bersungut-sungut. Sdr lihat perbedaannya? Bukan mereka tidak melakukan, tetapi mereka bersungut-sungut dan menjadi berbantah-bantahan, kita bertemu di situlah bagaimana emosi kita mengontrol hidup kita. Mungkin kita pikir lebih baik berhenti di tengah jalan tidak melakukannya sebab kita bertanya buat apa saya melakukan hal ini.. toh tidak ada hasilnya?! Tanah ini kering. Buat apa saya terus keluar setiap hari, padahal tidak ada sukacita dan kegembiraan untuk itu? Ini ayat yang indah luar biasa. Kalau kita berada di dalam situasi seperti itu, buat apa menangis? Buat apa keluar menabur? Pemazmur tetap menangis karena itu memang sulit tetapi itu tidak mengontrol dia. Tempatkan emosinya dengan tepat. Orang mungkin bilang tidak ada gunanya. Mungkin memang tidak berhasil, atau mungkin hasilnya tidak kita lihat dengan mata kita, tetapi kita tidak boleh berhenti. Sebab sekali lagi, kita berjalan dengan kita beriman kepada Dia. Kita tidak bisa meragukan iman orang lain. Saya percaya sdr adalah anak Tuhan yang baik, sdr pergi kebaktian, sdr terus berdoa kepada Tuhan, sdr baca Alkitab, dsb. Tetapi bisa jadi di dalam kita mengerjakan dan melakukan semua itu kita tidak kehilangan pengertian dengan menaruh hati dan emosi yang tepat di dalamnya. Yang kedua, orang yang beriman memiliki ciri dan bukti. Dalam Mzm.126 ini seolah terjadi pengulangan, tetapi di ayat 1 “Tuhan memulihkan keadaan kami…” Itu satu deklarasi, satu statement, satu pengakuan ini terjadi sebab Tuhan yang campur tangan. Sedangkan di ayat 4 “Pulihkanlah keadaan kami…” Ini adalah satu petition, satu permohonan dan satu doa. Perbedaan struktur kalimat ini membuktikan dua hal ini berbeda walaupun menyatakan hal yang sama. Orang yang percaya dan berjalan dengan iman menjadikan konsep kebenaran firman Tuhan yang mengontrol hidupnya walaupun situasi itu gampang meminta emosi kita bereaksi dengan berkelebihan. Orang yang berjalan dengan beriman tetap adalah orang yang dibuktikan oleh hidupnya tidak boleh melupakan aspek ini: kita tahu orang itu berpengharapan, kita tahu orang itu beriman karena kita menemukan bagaimana orang itu bersikap dan berdoa kepada Tuhan. Dimana bedanya orang yang berdosa dan yang tidak berdoa? Orang yang tidak berdoa sudah tidak punya pengharapan. Orang yang berdoa sebab dia punya pengharapan. Dia berdoa, menyegarkan semangat hidupnya. Bedanya cuma itu. Maka menghadapi situasi hidupmu yang seperti itu, apakah kita give up, ataukah kita berdoa? Berdoa itu mungkin tidak mendatangkan perbedaan secara eksternal tetapi memberikan perbedaan internal hidup rohani yang sangat berbeda. “Pulihkan keadaan kami…” menjadi satu cetusan doa bahwa tidak ada campur tangan lain lagi, tidak ada yang bisa mendatangkan air di padang pasir Negeb kecuali mujizat Tuhan menurunkan hujan. Tetapi karena hanya itu pengharapan saya maka menjadikan saya orang Kristen yang berlutut berdoa dan bersandar kepada Tuhan. Tahun ini mari kita juga merevolusi hidup doa kita di hadapan Tuhan. Kenapa itu semua bisa hilang? Kita bisa give up, kita bisa kecewa, kita bisa akhirnya membiarkan emosi kita membuat kita terhambat di tengah perjalanan. Atau mungkin kita terlalu ingin situasi kita bisa berubah secara mendadak dan tak terduga. Kita selalu bersukacita kalau kita melihat ada hal-hal yang tak terduga terjadi. Tetapi kalau kita menjalani semua ini lalu kemudian kita kehilangan sukacita itu, mungkin kita memerlukan kalimat ini: “kita bersukacita untuk hal-hal surprise terjadi, tetapi kita harus setia untuk hal-hal yang rutin.” Pemazmur bersukacita sebab Tuhan mendatangkan perubahan besar, tetapi itu tidak boleh melupakan kerutinan dia. Benih yang berlipat ganda datang bukan karena hujan yang dinanti akhirnya datang dengan berlimpah, tetapi di tengah air mata yang mengalir deras yang tidak bisa menumbuhkan benih karena asin, dia tetap berjalan menabur dan menabur. Yang perlu dikerjakan dengan rutin memerlukan semangat yang setia dan pengharapan yang pasti kepada Tuhan. Mari kita seperti pemazmur mengatakan, hai jiwaku, jangan tertekan, bersandar kepada Tuhan. Amen RHL

Minggu, 14 Oktober 2012

“JIKA DUA HATI BERTEMU”

Nats : Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (1Raja-raja 19:13) Bacaan : 1Raja-raja 19:1-14 Dua puluh enam tahuan yang lalu, saya ingat bahwa setiap kali saya pulang, anak saya yang berusia 2 tahun langsung tahu lebih dulu hanya dengan mendengar suara sepeda motor yang saya pakai. Ia akan segera lari keluar untuk menyambut ku dengan gembira. Bagaimanapun suasana hatinya saat itu, yang jelas ia selalu senang bertemu lagi dengan saya. Perasaan ini terjadi karena dua hati -- ayah dan anak -- bertemu. Saat itu, Elia sedang lelah dan putus asa. Bahkan ia minta mati saja, "Cukuplah itu ... ambillah nyawaku" (ayat 4). Aneh memang. Elia yang baru saja melakukan pekerjaan besar bersama Tuhan, mengalami kelelahan dan keputusasaan hanya karena ancaman Izebel, seorang manusia belaka. Lalu Tuhan datang menemui Elia. Bukan lewat angin besar yang membelah gunung dan memecah bukit. Bukan lewat gempa atau api. Dia datang lewat angin sepoi-sepoi basa. Tuhan menemui Elia bukan lagi lewat peristiwa dahsyat, melainkan melalui peristiwa biasa. Di situlah Elia keluar dan menemui Tuhan. Dua hati bertemu, dan Tuhan menggugah hati Elia dengan bertanya, "Apakah kerjamu di sini?" (ayat 13). Tuhan menyadarkan Elia pada tugasnya dan menguatkannya supaya tidak lagi kalah oleh ketakutan dan kecemasan. Jika saat ini kita sedang takut dan cemas, serta begitu putus asa, Tuhan menggugah hati kita dengan pertanyaan, "Apakah kerjamu di sini?" Tuhan ingin kita bangkit. Hanya satu yang Dia inginkan, yakni agar kita bertemu dengan-Nya. Sekarang juga, temuilah Tuhan dalam keheningan doa. Utarakan segala pergumulan kita kepada-Nya. Dia akan meneguhkan kita kembali pada panggilan pelayanan yang sudah dipercayakan pada kita DALAM KEHENINGAN DOA HATI KITA BERTEMU DENGAN HATI TUHAN Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." 1 Raja-Raja 19:4b Saudara tahu kisah tentang nabi Elia? Nabi Elia adalah salah satu nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Ia pernah berdoa "...supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:17-18). Juga saat berada di gunung Karmel Elia mampu menumpas 450 nabi-nabi Baal. Luar biasa! Tetapi saat kita mempelajari kisahnya lebih mendalam, apalagi membaca ayat nas di atas, pasti timbul pertanyaan dalam benak kita, "Mengapa seorang nabi besar sekaliber Elia kok tiba-tiba menjadi seorang yang rapuh, ingin segera mengakhiri hidupnya dan seolah-olah tidak memiliki harapan dalam hidupnya?" Bagaimana pun juga Elia adalah manusia biasa. Meskipun ada pelayannya (Elisa) yang selalu menemani di mana pun ia berada, dan juga ada ribuan orang yang percaya kepada Allah Israel, Elia tetap merasa sendiri (lonely). Bukankah terkadang kita juga merasakan hal yang sama? Kita merasa sendirian meski berada di tengah-tengah keluarga, teman atau kerabat. Kita berpikir tak seorang pun mempedulikan kita. Jika saat ini Saudara merasakan hal demikian, segeralah sadar! Lupakah kita akan janji Tuhan? Dia berkata, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meniggalkan engkau." (Ibrani 13:5b), bahkan "...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Oleh karena itu kita harus percaya bahwa janji Tuhan itu ya dan amin, tidak ada janjiNya yang tidak Dia genapi sebagaimana tertulis, "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran." (Yohanes 14:16-17a). Tetaplah melekat kepada Tuhan dan jangan pernah merasa sendiri, ada Roh Kudus yang senantiasa menyertai kita. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli dan memperhatikan hidup kita, bahkan "...rambut kepalamu pun terhitung semuanya." (Lukas 12:7a). Jaminan penyertaan Tuhan tidak hanya sampai di situ, Dia juga telah menyediakan tempat bagi kita kelak yaitu di dalam Kerajaan Sorga. Saudara tidak sendirian! Semua ini membuktikan bahwa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan kita; kasihNya tak lekang oleh waktu, hari ini, esok dan sampai selama-lamanya!

"CITRA PENDETA DAN ETIKA PELAYANAN'

I. Pendahuluan Sebagai pelayan Yesus Kristus, yang dipanggil Allah untuk mewartakan Injil dan beroleh karunia Roh Kudus untuk menggembalakan gereja, setiap pelayan membaktikan diri untuk menunaikan pelayanan harus sesuai dengan pedoman etis dan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam kode etik pelayanan, supaya pelayanan diperkenan di hadapan Tuhan, dan apa yang dikerjakan menjadi keuntungan bagi persekutuan Kristiani, dan hidup pelayan menjadi saksi bagi dunia. Bagi seorang yang telah mengalami kelahiran baru di dalam Yesus Kristus, hidupnya tidak akan lepas dari apa yang disebut pelayanan. Pelayanan menjadi life style, gaya hidup, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Setiap orang percaya dipanggil untuk melayani (Galatia 5:13). Penggalangan kaum awam untuk melayani memiliki dasar yang kuat dalam Alkitab. Pelayanan bukan hanya monopoli hamba-hamba Tuhan yang menyerahkan segenap hidupnya melayani purna waktu (fulltime) melainkan juga milik jemaat awam (1 Petrus 2:9). Yang dibutuhkan disini adalah bagaimana kaum awam tersebut dilengkapi agar pelayanannnya mendukung pelayanan hamba-hamba Tuhan, dan bukan menghambat. Salah satu hal yang seyogianya dipahami oleh para pelayan Tuhan adalah etika pelayanan, yaitu sikap yang baik dan benar sebagai pelayan Tuhan terhadap Tuhan yang dilayani, terhadap manusia, dan terhadap sistem pelayanan yang ada. II. Sikap Terhadap Tuhan Untuk dapat memiliki sikap yang baik dan benar terhadap Tuhan, seseorang harus mengenal-Nya dengan baik sesuai dengan pernyataan Alkitab itu sendiri. Pengenalan ini tidak hanya didasarkan pada pengetahuan teoritis melainkan juga melalui pengalaman hidup sehari-hari. Sikap Yesaya dalam pelayanannya sebagai nabi berubah ketika ia melihat Tuhan dalam suatu penglihatan yang maha dahsyat (Yes. 6:1-8). Sikap kita terhadap Tuhan dan pelayanan yang dipercayakan-Nya kepada kita akan berubah jika kita lebih mengenal-Nya. Dalam bukunya Knowing God, J.I. Packer memaparkan tentang Diri Allah , sifat-sifat-Nya, tentang rencana dan karya-karya-Nya. Beberapa sikap kita sebagai pelayan Tuhan terhadap Dia, Kepala Gereja, antara lain : 1. Mengagungkan dan meninggikan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam hidup sosial kemasyarakatan. 2. Bersyukur atas segala karya-Nya dalam hidup kita dengan percaya akan kasih-Nya yang pasti mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Roma 8:28). Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari sikapnya ketika menghadapi berbagai warna kehidupan yang Tuhan ijinkan terjadi. 3. Bersedia hidup dalam ketaatan akan perintah-perintah-Nya sebagai tanda kasih kepada-Nya (Yoh 14:15) 4. Hidup dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan dengan menyadari bahwa segala kemauan dan kemampuan kita dalam pelayanan adalah pekerjaan Allah sendiri (2 Kor 3:5; Fil 2:13). 5. Bersedia terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus (Efs 4:21-24), dengan terus menjaga kemurnian hati (1 Tim 1:18). III. Sikap terhadap Tugas Pelayanan. Banyak orang keliru dalam memandang setiap tugas pelayanan yang dilakukannya. Ada yang menganggapnya begitu sepele sehingga tidak pernah serius melakukannya. Pelayanan dianggap sebagai sambilan dan pengisi waktu luang belaka. Ada pula yang melihat pelayanan sebagai ibadah formal keagamaan yang kaku sehingga cenderung merupakan beban. Beberapa sikap terhadap tugas pelayanan yang dikehendaki Tuhan antara lain : 1. Tugas pelayanan harus dipandang sebagai kepercayaan yang dianugerahkan Allah kepada kita (Kol 1:25) 2. Tugas pelayanan yang dipilih disesuaikan dengan talenta dan karunia Roh yang kita miliki; tak ada pelayanan yang tidak penting di hadapan Tuhan, semuanya penting dan saling melengkapi. 3. Sikap penuh disiplin dan setia terhadap tugas pelayanan yang dipercayakan sangat dihargai Tuhan (Mat 25:23). 4. Sikap menyeimbangkan pelayanan dengan karier dan keluarga juga harus diperhatikan; pelayanan tidak boleh menjadi alasan dan dikambinghitamkan untuk menutupi kekurangan dalam penanganan karier dan keluarga. 5. Sikap percaya bahwa setiap pelayanan yang kita lakukan tidak akan sia-sia selama kita melakukannya dengan hati yang mengasihi Tuhan (1 Kor 15:58); pelayanan kita bisa menjadi berkat bagi orang lain, dan kepada kitapun Allah telah menyediakan mahkota kebenaran (2 Tim 4:8) IV. Sikap terhadap Rekan Sepelayanan Sebagai anggota tubuh Kristus kita harus menyadari peran kita dan juga peran rekan sepelayanan lainnya. Dalam Alkitab dicatat adanya pelayanan yang kurang harmonis dalam kebersamaan karena ada motivasi yang kurang murni dalam melayani. Beberapa diantaranya adalah : 1. Jemaat Korintus yang senang membentuk kelompok-kelompok; kelompok Kefas/Petrus, kelompok Apolos, kelompok Paulus, kelompok Kristus, sehingga tidak ada kesatuan (1 Kor 1:10-17). 2. Motivasi dari beberapa pemberita Injil yang justru bermaksud memperberat pemenjaraan Rasul Paulus. (Fil 1:17) 3. Motivasi pelayanan untuk lebih menyenangkan hati manusia daripada hati Tuhan (Galatia 1:10) Oleh sebab itu kita harus memiliki sikap yang baik dan benar terhadap rekan sepelayanan kita, yakni : 1. Menghargai sesama rekan sepelayanan, apapun profesinya dan apapun bentuk pelayanannya, bahkan yang satu menganggap yang lain lebih utama (Fil 2:1-4) 2. Mempunyai sikap saling membutuhkan baik dalam saling tukar menukar informasi, saling mendoakan, saling menolong dan memberi penghiburan (Gal 6:2) 3. Mau bersikap terbuka tanpa takut terluka dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelayanan; bersedia mengakui kesalahan dan meminta maaf, dan juga bersedia mengampuni mereka yang bersalah. 4. Bersikap mau menegur dalam kasih apabila melihat atau mendengar ada rekan sepelayanan yang menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan (Amsal 28:23) V. Sikap terhadap Organisasi dan Pemimpin Rohani Demi tertibnya pelayanan dalam gereja Tuhan dibutuhkan adanya aturan organisasi. Hal ini tidak berarti mempersempit karya Roh Kudus atau bersifat duniawi, melainkan justru mendatangkan ketertiban asalkan tetap berazaskan Alkitab. Alkitab sendiri menghendaki segala sesuatunya berjalan dengan tertib (1 Kor 14:33, 40), bahkan Roh Kudus adalah Roh yang mendatangkan ketertiban (2 Tim 1:7) Dalam organisasi yang baik biasanya ada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur organisasi yang bertanggungjawab atas pelayanan yang dipercayakan kepadanya secara organisatoris. Seringkali dijumpai adanya miskomunikasi antara pemimpin ini dengan rekan sepelayanan yang dibinanya. Untuk itu perlu diperhatikan panduan berikut : 1. Menghormati pemimpin yang telah ditetapkan Allah (1 Tim 5:17). Daud yang terus dikejar-kejar oleh Raja Saul tetap menghormatinya sebagai raja Israel sampai Allah sendiri berurusan dengan dia. 2. Mau berbicara dengan terbuka akan berbagai kebijakan dalam pelayanan sesuai dengan status anak-anak terang. Sama sekali tidak dibenarkan adanya tehnik-tehnik adu domba, agitasi dan intimidasi, surat kaleng, dan sebagainya. 3.Usul-usul peningkatan pelayanan yang baik dapat disampaikan menurut tata tertib gereja yang ada 4. Promosi ke tingkat kepemimpinan harus dilakukan dengan tertib yang ada, penuh kerendahan hati dengan memahami waktu Tuhan (Pengkhotbah 3:11), dan rela mengalami penolakan seperti halnya Samuel (1 Sam 12:23). 5. Memahami pentingnya regenerasi dalam pelayanan secara struktural, agar menghasilkan atmosfer pelayanan yang sehat. VI. Penutup. Dengan telah dipahaminya prinsip-prinsip etika pelayanan dalam pelajaran ini tidak secara praktis menjadikan kita langsung melayani tanpa cacat. Kita masih akan masuk dalam pemproses hidup yang cukup panjang dalam pelayanan. Roh Kuduslah yang menjadi Penolong kita. Setidaknya dengan panduan etika pelayanan ini kita bisa lebih mengadakan koreksi dan evaluasi secara jujur di hadapan Tuhan & manusia. Akhirnya, “….mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.” (1 Tim 3:13). Disampaikan pada Konven Pdt2 POUK PGI Wilayah DKI di Lembah Nyiur Bogor.