Kamis, 28 Maret 2019

Khotbah Keb. PAK 6 Maret 2019 Maz 121:1-8 TUHAN PENOLONG YANG SETIA Menjaga Hidup Kita

1.   Pet 5:6-7; Ams 3:5-6; Rm 8:31
Mazmur 121 ini merupakan "Nyanyian Ziarah". Salah satu Mazmur yang dipakai oleh para peziarah dalam perjalanan mendaki Gunung Sion selama pesta-pesta besar di Bait Suci. Hingga hari ini Mazmur ini juga dipakai sebagai mengawali sebuah perjalanan.
Dalam Mazmur sering disebutkan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup. Ada ungkapan bijak yang mengatakan : "Bukan Kesulitan, pergumulan, penyakit, persoalan, atau pahitnya hidup yang membuat hidup kita menjadi ketakutan, tapi Ketakutanlah yang membuat kita semakin sulit,ketakutanlah yg membuat kita bergumul, ketakutanlah yg membuat kita semakin merasakan pahitnya hidup. Menjalani kehidupan ini tanpa disadari seringkali kita menjadi kuatir, kita menjadi cemas, kita menjadi takut, saat kita diperhadapkan kepada persoalan hidup yang kita hadapi. Ini yang sering terjadi dalam kehidupan orang percaya. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa kita menjadi takut bila menghadapi persoalan hidup?. Yang membuat kita menjadi takut adalah, karena pandangan/focus/pikran kita hanya diarahkan kepada persoalan hidup yang kita hadapi, dan itulah yang membuat kita merasa tidak sanggup menghadapinya. Jadi intinya adalah saat pergumulan/masalah/kesulitan itu datang, semuanya tergantung kepada apa yang kita pikirkan..
Jika masalah itu datang, bagaimana hati dan pikiran kita menyikapinya, atau dengan kata lain berpusat ke arah mana pola pikir atau pandangan kita.. Apakah berpusat kepada masalah itu sendiri atau berpusat kepada solusi atau jalan keluar dari masalah itu sendiri ??
Yang membuat hidup yang sulit semakin sulit, adalah tatkala kita hanya terfokus kepada kesuilitan, kesulitan dan kesulitan itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam menghadapi persoalan hidup, janganlah memandang pada apapun persoalan hidup yang sedang kita hadapi saat ini, karena saat kita memandang kepada persoalan tersebut maka, kita akan takut, dan mata hati kita akan ditutupi oleh besarnya persoalan itu, sehingga kita tidak dapat melihat lagi bahwa sesungguhnya apapun persoalan yang kita hadapi, tetap ada jalan keluarnya. Dalam menghadapi persoalan hidup ini, ubahlah cara pandang kita. Saat persoalan itu datang, kepada siapa atau kearah mana kita mengarahkan pandangan.. Pemazmur dalam perikop ini mengarahkan kita untuk terfokus kepada solusi dan pandangan kita ke arah yang tepat dan benar saat masalah itu menghampiri kita.
Ayat 1 : Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Kenapa pemazmur harus ke gunung2 melayangkan mata ??Apakah hanya sebatas keindahan syair atau bait puisi dari perikop ini?Pemazmur melayangkan mata ke gunung2… karena saat itu gunung2 lah diyakini bangsa Israel sebagai tempat kediaman para dewa … makanya hampir disetiap gunung dapat ditemukan kuil-kuil utk memuja para dewa. Bukan hanya Israel ya, dalam Mithologi Yunani, orang Yunani juga meyakini bahwa tempat kediaman para dewa adalah di gunung Oympus .. seperti : Zeus, Poseidon, Hera, Hades, dsb. Orang Batak juga, Pusuk Buhit, diyakini sebagai tempat mula jadi na bolon.
Ketika Daud mengatakan bahwa ia melayangkan mata ke gunung2, seolah olah ingin memperbandingan kekuatan dari dewa2 yang menghuni gunung2 dengan kekuatan daripada Tuhan yang menciptkan langit dan bumi.  Pertanyaan sang pemazmur ini lah yang juga harus kita miliki sebagai orang percaya. Ketika pemazmur merasakan beban yang berat… yang seketika ada dalam benaknya adalah : siapa atau dari mana ia akan mendapatkan pertolongan ? Pertanyaan berikut adalah : kepada siapa kita minta pertolongan ?? Di ayat 2 ;dengan tegas ia mengatakan bahwa pertolongannya sematamata adalah daripada Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Bagi pemazmur , Tuhanlah yang menjadikan langit dan bumi, maka segala sesuatu yang ada di bumi ini ada dalam kendali Tuhan. Dalam ayat 5 tadi pemazmur mengumpamakan Tuhan ibarat  penjaga Israel. Istilah “penjaga” dalam ayat ini menggunakan bahasa Ibrani  shaw-mar’ Shaw-mar biasanya dikenakan kepada orang yang : “melindungi; merawat; memperhatikan keperluan dan kebaikan dari pihak/benda yang dijaga.” Ketika Pemazmur menyatakan bahwa TUHAN adalah “penjaga” atau “shamar”, itu berarti bahwa dalam perjalanan hidup kita, Ia pasti memelihara iman kita sehingga kita tidak binasa; Ia memelihara kehidupan rohani kita sehingga kita tidak kehilangan kehidupan kekal kita; dan Ia memelihara dengan memperhatikan apa yang menjadi keperluan dan kebaikan kehidupan spiritualitas kita. Dalam ayat 5-6 ini, Pemazmur menyatakan bahwa TUHAN itu naungan kita. Dalam bahasa Ibraninya, kata “naungan” ini juga berarti “bayangan”. Bayangan yang dimaksud disini adalah bayangan tempat kita berlindung dari teriknya sinar matahari di siang hari atau bayangan tempat kita bersembunyi dari cahaya rembulan di malam hari. Contoh untuk memperjelas adalah sebagai berikut: Di siang hari yang terik, kita sering berusaha berlindung dari teriknya sinar matahari dengan berdiri di atas bayangan pohon atau bangunan.  Kalau pemazmur dalam ayat 5 – 6 ini menganggap Allah sebagai naungan tempat berlindung, hal Ini hendak menunjukkan bahwa Allah akan menjadi teman seperjalanan kita. Ia akan mendampingi kita dan berdiri di samping kita, sampai kita mencapai tujuan perjalanan kita, yaitu kehidupan kekal. Menjadi pengikut Kristus bukan berarti kita lepas dari masalah kehidupan dan kita dapat hidup nyaman tanpa kesusahan. Justru kita akan diuji dengan berbagai masalah untuk tetap berpegang erat dan berdiri teguh di atas kebenaran Firman Tuhan. Pemazmur mengalami berbagai keadaan yang sangat memberatkan hidupnya sehingga dia mencari pertolongan agar dapat keluar dari masalahnya. Tetapi dia tidak menemukan satu pihakpun yang dapat menolong dia. Pertolongan yang dapat dia temukan hanyalah pertolongan dari Tuhan.

Di awal perikop ini, tadi saya katakana bahwa : "Bukan Kesulitan yang membuat kita takut tapi Ketakutan yang membuat kita sulit, Oleh karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah & jangan pernah menyerah untuk mencoba, maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah aku punya Allah penolong yang setia seperti.Filipi 4 : 4 – 6 mengatakan : "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!  Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!  Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  Marilah kita Tetap mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. Marilah kita Berharap sepenuhnya kepada Tuhan. Janji Tuhan adalah ya dan amin. Selama kita menjadikan Tuhan sebagai penolong hidup kita, maka kita akan melihat penggenapan setiap janji Firman Tuhan dalam hidup kita. Amin. 

Khotbah Keb. Rumah Tangga Yosua 5:13-15 Kemenangan Bagi Orang Percaya

Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian.  Yerikho adalah gambaran masalah yang besar.  Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu.  Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.
     Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan.  Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan:  "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."  (Yosua 1:3). 
Setelah menyeberangi sungai Yordan, dan memasuki Kanaan, Kota pertama yang harus mereka hadapi adalah Kota Yerikho. Kota itu dengan tembok yang kokoh telah menutup rapat-rapat semua akses keluar masuk (6: 1) karena telah mengetahui rencana penyerangan bangsa Israel. Sebelum melakukan penyerangan tentu ada strategi dalam penyerangan, dan diberitakan ketika Yosua dekat Yerikho, dia melayangkan pandangannya yang mungkin untuk mengetahui cara untuk memasuki Yerikho.
Namun, didepannya dilihat seorang laki-laki dengan pedang yang terhunus di tangannya. Reaksi Yosua adalah mencari tahu orang itu siapa, dengan bertanya“Kawankah engkau atau lawan”. Namun jawab orang itu bukan kedua-duanya, tetapi dia adalah Panglima Balatentara Tuhan.
 Saat berada di dekat Yerikho  (masalah)  ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan.  "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'"  (ayat 14b).  Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya.  "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian."  (Yosua 5:15).
     Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh.  Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap.  Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka.  Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita.  Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya.  Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.
Yang dimaksud Panglima bala tentara TUHAN/ The Commander of the army of the LORD , adalah Malaikat YHVH (lihat ayat 15 untuk menunjuk kekhusussannya). 
Malaikat YHVH adalah Malaikat khusus yang dibedakan dengan Malaikat biasa. Karena itu ada beberapa penafsiran yang mengatakan bahwa Malaikat YHVH adalah bentuk teofani dari Allah yang Esa yang mempunyai fungsi menyatakan diri kepada manusia dan sering menyatakan diri dalam bentuk malaikat ataupun rupa manusia. 
Sebagaimana YHVH telah berbicara kepada Yosua untuk mempersiapkan dirinya terhadap peristiwa besar yang pertama – yaitu penyeberangan sungai Yordan, demikian pula Dia kini tampil kepada Yosua untuk memberikan kepastian serta petunjuk gua menghadapi peristiwa besar yang kedua, yaitu penaklukan Kanaan. Menyadari pentingnya penaklukan Yeriko bagi orang Israel (sebab mereka tidak mungkin mundur lagi) Yosua berkeputusan untuk mengintai sendiri benteng kota tersebut (silahkan baca selengkapnya Yosua 5-13 s/d 6:5).
Pelajaran apa yang dapat kita dalami dari nas ini?
1.      Sebelum Yosua dan pasukannya melakukan penyerangan atas kota Yerikho, Tuhan sudah terlebih dahulu tampil di depan dengan pedang yang sudah siap melakukan pertempuran. Yosua diingatkan oleh Tuhan, bahwa Tuhan adalah panglima perang yang akan menuntun mereka meraih kemenangan. Mereka diyakinkan, bahwa Tuhan sudah siap tampil di depan memberikan kemenangan. Seberat apapun Permasalahan Hidup kita...Percayalah Tuhan Yesus Selalu Tampil di depan asal kita Percaya. Amsal 3:5; 1 Pet 5: 6-7.
2.Dalam menjalani hidup ini, adalah wajar sebelum melakukan sesuatu kita membuat strategi dan rencana yang matang. Namun kita harus percaya, sehebat apapun kita berencana dan melakukan berbagai strategi dalam kehidupan ini, tetap rancangan Tuhan adalah rancangan terbaik dalam hidup ini. Karena belum tentu yang kita rancangkan itu adalah yang terbaik bagi diri kita, sebagaimana tertulis di Amsal 16: 9 “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya”.
Kita harus yakin dan percaya bahwa dalam setiap apapun yang akan kita hadapi dan jalani, Tuhan sudah terlebih dahulu tampil di depan yang menuntun langkah kita, dan kita percaya apapun rencana Tuhan adalah yang terbaik bagi hidup kita.
3.      Mempelajari kekuatan dan kelemahan tentu hal yang wajar untuk strategi mendapatkan kemenangan. Namun Tuhan meneguhkan Yosua tidak terfokus pada lawan yang akan dihadapinya, tetapi focus pada penyertaan dan kuasa Tuhan yang besar. Rm 8:31
Terkadang dalam menghadapi persoalan hidup, kita hanya berfokus pada masalah, sehingga yang terjadi adalah menyerah sebelum berperang, menimbulkan keragu-raguan ataupun terlalu menganggap sepele pada setiap persoalan.
Saat ini, kita hendak diingatkan oleh firman Tuhan, bahwa sebesar atau sekecil apapun persoalan yang hendak kita hadapi tetaplah mempercayakan hidup kita kepada kuasa penyertaan Tuhan. Mempercayakan diri pada pimpinan dan bimbingan Tuhan adalah sikap yang bijaksana. Sebesar apapun masalah, takutlah akan Tuhan, sujudlah kepada Tuhan bukan sujud dan takut pada masalah.

Amen RHL. Tobing

Khotbah Keb. R. Tangga 12-13 Maret 2019 Gal 1 :11-18 Hidup Bagi Injil Kristus

Rasul Paulus menghasilkan buah pemberitaan Injil dengan mendirikan sebuah jemaat di Galatia (Kis. 13-14). Seharusnya Rasul Paulus dipuji dan dihargai karena hal itu, tetapi justru kritikanlah yang muncul. Setelah Rasul Paulus mendirikan jemaat di Galatia, berita Injil yang dia sampaikan serta jabatan kerasulannya diserang oleh kelompok-kelompok Yahudi yang berusaha mengacaukan iman jemaat Galatia. Kelompok Yahudi itu berusaha memaksa jemaat di Galatia untuk disunatkan dan menerima Taurat Musa sebagai syarat agar mereka diselamatkan dan diterima dalam persekutuan orang percaya (7). Mereka juga menuduh Paulus sebagai orang yang tidak termasuk kelompok rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (1, 7, 12). Maka menurut mereka, pemberitaan Paulus menyimpang dan tidak sah (9).Tentu saja bagi Paulus, tuduhan ini terasa mengganggu proses pemberitaan Injil yang dia lakukan. Apalagi jemaat Galatia yang baru bertumbuh sangat mudah memercayai hal-hal yang masuk akal (6-7). Oleh sebab itu, Rasul Paulus mematahkan kritikan dan keraguan yang ditujukan kepadanya dengan menegaskan bahwa Injil yang dia beritakan bukanlah Injil yang berasal dari pengajaran manusia (11-12), melainkan Injil yang diterima melalui penyataan Yesus Kristus (12). Kristus sendirilah yang memilih dan memerintah dia untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (15-16). Rasul Paulus dengan tegas memproklamirkan bahwa Injil yang dia beritakan adalah kebenaran (20) dan jabatan kerasulannya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah (1) dan manusia (18-19).
"Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya."  Galatia 1:23 Sering kita jumpai banyak pelayan Tuhan yang lebih mengutamakan penampilan lahiriah.  Mereka dianggap berhasil atau dipakai Tuhan secara luar biasa bila secara kasat mata bergelimang materi:  kaya, bermobil mewah, mengenakan pakaian atau aksesoris mahal dan bermerek.  Alkitab menyatakan,  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).      Dalam melayani Tuhan Paulus adalah seorang yang apa adanya.  Ia tidak malu mengakui kelemahan dan kekurangannya.  Dengan jujur ia mengakui bahwa dirinya adalah mantan orang berdosa,  "aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman...di antara mereka akulah yang paling berdosa."  (1 Timotius 1:13, 15).  Berbeda dengan orang-orang Kristen di zaman sekarang ini yang kebanyakan berusaha menyembunyikan kekurangan dan kelemahannya karena takut reputasinya menjadi rusak.  Rasul Paulus menyadari bahwa beroleh kesempatan melayani Tuhan adalah suatu anugerah yang tak ternilai harganya.  Karena itu ia berkomitmen untuk bekerja mati-matian demi Injil.  Ke mana pun ia pergi, di mana pun berada, dan kapan pun waktunya, tak henti-hentinya ia bersaksi tentang salib Kristus dan juga membagikan kasih yang telah diterimanya dari Tuhan.  Meski didera oleh berbagai macam kesulitan, ujian, aniaya dan penderitaan, tak menyurutkan langkahnya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.  Dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini Paulus tidak mencari nama besar atau pujian dari manusia.  Ia selalu memperkenalkan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan maut.  Jadi tujuan utamanya adalah membawa orang sebanyak-banyaknya kepada Kristus dan diselamatkan.
     Seorang pelayan Tuhan sejati akan mengagungkan dan mengutamakan Tuhan, semua hanya untuk kemuliaan nama Tuhan.  Yang tak dilupakan Paulus adalah keseimbangan antara perkataan dan perbuatan.  Ia tidak hanya berbicara, namun juga mempraktekkan apa yang dikatakannya! menjadi dalil Paulus, yaitu bahwa Injil itu berasal dari “penyataan Yesus Kristus” (12). Frase itu bisa berarti “penyataan yang disampaikan oleh Yesus Kristus”, tetapi dalam Kis 9:3–8 tidak ada petunjuk bahwa Yesus mengajar Paulus, sebaliknya Yesus menyatakan diri-Nya kepada Paulus. Dalil itu yang kemudian mau dibuktikan dalam 1:13–2:10. Fokus Paulus adalah membuktikan bahwa dia tidak bergantung pada manusia dalam menerima Injil itu. Tetapi dia juga memberi beberapa petunjuk tentang sifat Injil itu sebagai Injil anugerah, dan juga bahwa Injil itu sama dengan Injil para rasul yang lain.
Aa.13–17 menceritakan panggilan Paulus oleh Allah. Ada beberapa efek dari kesaksiannya. Pertama, dia mengaku maju dalam Hukum Taurat yang dibanggakan pengajar sesat, tetapi hal itu malah membawa dia untuk menganiaya jemaat Allah. Kedua, panggilan Allah atas hidupnya dialami bukan dalam ketaatannya terhadap Hukum Taurat, melainkan ketika Yesus berjumpa dengan dia. Di sini kita melihat sifat Injil sebagai kasih karunia: Paulus dipilih di kandungan ibunya sebelum dia berbuat baik atau buruk, dan dijumpai Kristus ketika dia telah berbuat buruk dengan menjadi musuh Allah. Ketiga, seperti nabi Yeremia yang dipanggil untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, Allah merencanakan kerasulan Paulus sejak dia dikandung. Beda dengan imam dan raja, nabi-nabi dipanggil di luar lembaga-lembaga Israel. Karena dipanggil langsung oleh Allah melalui penyataan diri Yesus, Paulus tidak perlu pergi ke Yerusalem supaya kerasulannya mereka teguhkan. Injilnya tidak bergantung pada mereka.

"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,"  2 Timotius 4:2

Khotbah Tahun Baru 1 Jan 2019 MEMBAJAK TANAH HATI Amos 9:11-15 Luk. 7 : 31-35 Allah Menyelamatkan UmatNya

Seperti apapun seorang ayah atau ibu menghukum anaknya, ketika anaknya kembali kepadanya, pastilah menerima dengan kasih.  Itulah gambaran yang dilakukan Tuhan kepada umat-Nya, Israel. Sedemikian kerasnya hukuman yang dilakukan Tuhan kepada umat-Nya namun Tuhan kemudian memulihkan mereka. Amos 9:14-15 (TB)  Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya. 
Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka," firman TUHAN, Allahmu. Itulah Tuhan yang tidak pendendam dan tidak mengingat-ingat kesalahan umat-Nya. Bahkan Tuhan memulihkan keadaan umat-Nya. Umat Israel di zaman Tuhan Yesus nampaknya tetaplah umat yang tegar tengkuk. Pernyataan Tuhan diberikan melalui Yohanes pembaptis dan Tuhan Yesus namun keduanya mereka tolak dengan alasan yang bertolak belakang. Jadi, bagaimana mesti bersikap? Lukas 7:35 (TB)  Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."Ya. Ketika kebenaran dalam hikmat itu diterima dengan baik, dihayati dengan baik maka siapa yang menerima kabar selamat itulah yang menerima berkat yang besar, yaitu keselamatan dari Allah.
Sudahkah kita percaya hikmat yang dari Allah? Atau kita membiarkan begitu saja? "'Sesungguhnya, waktu akan datang,' demikianlah firman TUHAN, 'bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.'"  Amos 9:13
Seorang hamba Tuhan atau pemberita Injil adalah sama seperti seorang petani yang sedang membajak tanah.  Mengapa tanah harus dibajak lebih dahulu?  Karena tidak semua tanah itu baik dan siap pakai, ada tanah keras, ada pula yang berbatu.  Tujuan membajak adalah untuk menggemburkan tanah atau melembutkan tanah yang akan ditaburi benih.
     Begitu pula tugas pemberita Injil.  Sebelum menyampaikan firman atau menabur benih ia harus memersiapkan tanah hati pendengar melalui doa, memohon campur tangan Tuhan, karena hanya kuasa Roh Kudus yang sanggup menjamah, menggerakkan, membasahi, meluluhkan dan melembutkan setiap hati yang keras.  "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).  Tindakan membajak ini harus dilakukan terus-menerus, tidak ada waktu untuk berhenti jika kita mengharapkan tuaian.  "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa."  (Amsal 20:4).  Dalam membajak  'tanah'  hati seorang pekerja tidak boleh memiliki sikap mudah putus asa, sekalipun ada masalah ketika pekerja mendapati tanah yang dibajaknya adalah tanah yang keras.  Sebagian dari mereka merasa lelah, bersungut-sungut dan kemudian berhenti membajak.
     Belajarlah kepada Musa, orang yang diutus Tuhan untuk memimpin umat Israel yang tanah hatinya sangat keras, di mana Tuhan sendiri menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (baca  Keluaran 32:9).  Namun Musa mengerjakan tugas yang dipercayakan Tuhan ini dengan penuh kesabaran dan hati yang lemah lembut.  Jika tidak, Musa pasti akan gagal di tengah jalan.  Membajak tanah hati juga harus fokus dan penuh konsentrasi dengan mata yang mengarah ke depan.  Jangan sampai kita membajak dengan setengah hati, sebab  "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."  (Lukas 9:61-62). Jadilah pekerja Tuhan yang terus bersemangat dan tidak mudah menyerah!


Khotbah Keb. R. Tangga 26 – 27 Maret 2019 Markus 12 : 1 – 12. “Yesus adalah Sang Batu penjuru”,

      Tuhan Yesus menyampaikan perumpaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur bagi para pemimpin Yahudi yang berkuasa yaitu ahli Taurat, iman dan para tua-tua. Perumpamaan ini dikutip Yesus dari Yesaya 5:1-7 yaitu ‘Nyanyian tentang kebun anggur’, lalu direfleksikannya dalam situasi terkini di zamanNya. Perumpaan ini diberikan Yesus sebagai jawaban tidak langsung pertanyaan para pemimpin itu akan asal atau sumber kuasaNya mengutuk pohon ara (11:12-14); dan melakukan penyucikan Bait Allah (11:15-19). Dari perumpaan ini yg dimaksud dengan kebun anggur adalah bangsa Israel; pemilik kebun anggur adalah Allah, para penggarap yang jahat adalah para pemimpin Yahudi yang menolak Yesus Kristus; para hamba yang diutus adalah nabi-nabi dan imam; anaknya yang kekasih sang ahli waris (ayat 6) adalah Anak Allah yaitu Yesus Kristus;  dan para penyewa yang lain adalah semua orang non Yahudi. Tuhan Yesus melalui perumpamaan ini menunjukkan identitasNya sebagai Anak Allah. Sebagai penutup dari perumpamaanNya, lalu Ia mengutip firman dari Mazmur 118:22, 23 untuk menyatakan bahwa Dia adalah Sang batu penjuru yang dibuang oleh para pemimpin di atas.
      “Yesus adalah Sang Batu penjuru”, inilah tema kita pada Minggu Passion ke IV atau Minggu Okuli ini. Yesus yang adalah batu penjuru itu sangat prinsip, penting dan perlu sekali dalam kehidupan kita. Yesus sang Batu Penjuru itu sangat menentuken kokoh atau rapuhnya bangunan hidup rohani kita, tegak dan miringnya hidup spiritualitas kita, serta tahan atau tumbangnya kita.
2     Sikap manusia terhadap Yesus Sang Batu Penjuru
1.    Sikap menolakNya menjadi batu penjuru dalam hati dan kehidupan kita. Para pemimpin Yahudi jelas sekali menolak Yesus sebagai Anak Allah dan sebagai Batu Penjuru. Dalam ayat 12 dikatakan bahwa mereka berusaha menangkapNya, tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka membiarkanNya. Perumpamaan di atas mau menyatakan keprihatinan Allah akan keterpisahan (gap) yang semakin lebar antara diriNya dengan umatNya oleh karena penolakan dan ketidaktaatan mereka. Siapapun yang menolak Yesus Kristus, Putra Allah pasti akan ditolak Allah. Yang menolak batu penjuru pasti hidupnya akan rapuh, goyah dan akan setera rubuh. Ada akibat atau konsekuensi yang jelas dan sangat buruk sekali bila menolak Yesus Sang Batu Penjuru. Siapapun yang molak Allah di dalam Yesus Kristus pasti akan roboh dan runtuh.    
2.    Sikap menerima Yesus menjadi batu penjuru hidupnya. Sekalipun para pemimpin Yahudi menolakNya tetapi ada banyak orang yang menerimaNya. Ada banyak para penggarap/ penyewa yang lain yang menerima kepercayaan yang Tuhan tawarkan dan berikan. Inilah yang terjadi terhadap semua orang non Yahudi yang menerima Yesus menjadi batu penjuru hidup mereka. Semua yang menerimaNya beroleh kasih karunia dan berkatNya. Yang menerimanya menerima kehidupan kekal, tetap tegak berdiri dan kuat menghadapi segala angin topan, tornado dan badai kehidupan. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh. 1:12). Tuhan Yesus mempercayakan Kerajaan Allah bagi kita. Bukan karena kelayakan dan kepatutan kita sehingga kita meneriman Kerajaan Allah dan menjadi wargaNya. Semua karena kasih dan anugerahNya yang besar kepada kita. Jangan sia-siakan kepercayaan yang Tuhan berikan bagi kita. Jangan salahgunakan kepercayaan yang diberikanNya kepada kita. Kita menghargai kepercayaan Tuhan kepada kita dengan hidup beriman dan taat kepadaNya. Juga dengan hidup mengasihi sesama dan semua ciptaanNya.
       Menerima Yesus sebagai batu penjuru berarti menjadi berkat bagi sesama (Kejadian 28:10-19).
            Allah berjanji bahwa melalui Abrahan dan keturunanNya (tunggal, bukan keturunan-keturunanNya) semua bangsa akan mendapat berkat. Keturunan Abraham yang dimaksud adalah Yesus Kristus. Di dalam Yesus janji itu telah dipenuhi/ digenapi. Semua orang yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan JuruselamatNya  telah diberkati. Diberkati dalam arti diselamatkan dan beroleh hidup yang kekal. Semua orang yang menerima Yesus sebagai batu penjuru dan dasar/ pondasi hidupnya telah menjadi Israel baru yaitu Gereja.      
Sebagai gereja (Israel baru), maka kita tidak hanya menerima berkat dan diberkati tetapi juga memberkati. ‘Kita mengasihi,  karena Allah lebih dahulu dikasihi kita’ (1 Yoh.4:19). Kita memberkati karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. Kita menjadi berkati dengan menghasikan dan memberi buah iman sebagai kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah? Apakah buah yang kita produksi buah yang asam, pahit, atau busuk? Apakah kita selama ini menjadi batu sandungan bagi orang lain? Sepatutnya orang yang beriman bukan menjadi batu sandungan tapi batu pijakan, batu yang berguna bagi orang lain. Yang diminta Tuhan Yesus dari kita yaitu buah yang baik, ranum dan manis. Untuk memproduksi dan memberi buah yang banyak, bagus dan manis maka mata kita harus selalu memandang kepada Tuhan Yesus untuk menolong kita (bnd Invocatio dari Maz. 25:15). Ya Minggu Okuli mengajak kita untuk terus dan tetap memandang kepadaNya.
 Penutup/ kesimpulan
       Ada banyak godaan di zaman now ini yang menawarkan diri bagi kita untuk batu penjuru ataupun batu pondasi kehidupan kita. Ada berupa materi, jabatan/ kedudukan, pangkat/ kuasa, pengetahuan dan teknologi. Semua godaan itu adalah batu penjuru yang semu dan palsu. Ketika kita menjadikannaya menjadi batu penjuru kehidan kita, bukannya makin kokoh dan tangguh malah semakin rapuh. Semua itu tidak dapat menyelamatkan kita. Tidak ada batu penjuru yang lebih kuat, kokoh dan teguh selain Yesus Kristus saja. Dialah Sang Batu Penjuru yang sejatilah yang memberi kita keselamatan kekal bagi kita. Dengan tetap bersandar dan mendasarkan hidup kita pada Yesus Batu Penjuru, kita akan tetap tenang dan menang. Bersama Yesus Sang Batu Penjuru hdiup kita tangguh dan kokoh; bersama yang lain hanya membawa ktia goyah dan roboh. BersamaNya kita tersanjung (damai dan sejahtra), bersama yang lain kita tersandung. Amen


Khotbah Minggu 17 Maret 2019 Reminiscere Ingatlah Segala RahmatMu dan Kasih setiaMu ya Tuhan Ibrani 4: 14-16 Yesus Imam Besar Agung

Tidak sedikit  dari manusia yang sampai saat ini masih mencari jalan menuju keselamatan. Banyak cara digunakan agar mereka beroleh keselamatan. Bukan saja keselamatan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat nanti. Masalahnya, tak sedikit dari mereka yang terjerumus pada janji-janji kosong tentang keselamatan.
Surat Ibrani mengingatkan kita bahwa firman Allah berisi kebenaran Allah. Firman-Nya sangat tajam melebihi pedang bermata dua. Kebenaran Allah selalu menelanjangi segala perbuatan manusia. Tidak ada seorang pun yang mampu menyembunyikan dirinya dari kemahatahuan Allah. Itulah sebabnya, setiap orang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah kelak.
Namun Pada saat diminta pertanggungjawaban oleh Allah, kita tidak perlu merasa takut. Sebab kita memiliki Kristus yang adalah Imam Besar Agung. Sebagai Iman Besar Agung, Dia mewakili manusia berdosa memasuki Ruang Mahakudus untuk menghadap Allah dengan membawa kurban pengampunan dosa.
Mengapa Yesus disebut oleh penulis surat Ibrani sebagai Imam Besar Agung? Karena Dia adalah Anak Allah yang Mahatinggi. Hal ini ditandai oleh keimaman-Nya yang sempurna. Sebagai seorang manusia, dia turut merasakan kelemahan kita. Dia pernah dicobai dalam segala hal sama seperti manusia, hanya saja Yesus tidak berbuat dosa. Itu sebabnya Dia memberikan keberanian kepada manusia untuk menghadap Allah, agar Allah mengasihi dan memberkati kita.
Apa jaminan keselamatan bagi kita? Kalau kita mau menyakini dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada Sang Imam Agung yang sempurna. Kita tidak harus mencari ke mana dan dengan cara apa? Cukuplah percaya dan memercayakan hidup kita kepada Yesus, sembari setia melakukan kehendak-Nya.
Yesus adalah Imam Besar Agung kita. Sebagai perantara, Ia membawa Allah kepada manusia dan mewakili manusia di hadapan Allah. Itu sebabnya kita tidak perlu takut datang di hadapan Allah untuk memohon kemurahan-Nya
Imam besar Perjanjian Lama yang terutama adalah mewakili bangsa Israel menyembah Tuhan dan membawa korban dari mereka untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Setahun sekali, imam besar harus membawa korban persembahan bangsa Israel masuk ke Tempat Mahakudus untuk menyembah dan mengakui dosa-dosa mereka. Imam besar harus mempersiapkan diri untuk memasuki Tempat Mahakudus dengan selamat, kalau tidak, ia tidak akan berkenan kepada Tuhan. Karena itu, keberadaan imam besar adalah untuk menjadi perantara Israel dan Tuhan. Ibrani 4:14-16 dan 10:10-14 mencatat bahwa Yesus adalah imam besar karena Dia adalah perantara pemulihan hubungan kita dengan Allah. Sebagai imam besar: Yesus memiliki 3 keistimewan:
Pertama: Dia adalah Imam Besar Agung.
Imam besar dalam Perjanjian Lama mewakili umat berdiri di hadapan Allah, dia harus meninggalkan umat masuk ke dalam ruang Maha Kudus, bersekutu dengan Tuhan dan menyampaikan isi hati umat kepada Tuhan.
Bait suci dalam Perjanjian Lama dibagi menjadi 3 bagian:
1. Pelataran : tempat umat Israel berdiri
2. Ruang Kudus : tempat para Imam melayani
3. Ruang Maha Kudus : tempat Imam besar melayani
Antara ruang Kudus dan ruang Maha Kudus dibatasi oleh tirai, dan pada saat imam besar setahun sekali masuk, dia tidak nampak dari luar. dia berhadapan dengan Tuhan untuk menyampaikan hati umat Israel kepada Tuhan. Tetapi dia tidak dapat selamanya tinggal di dalam ruang Maha Kudus karena Bait Suci hanya suatu simbolis saja, yang dibuat oleh tangan manusia. Tidak demikian halnya dengan Yesus sebagai Imam Besar kita. Yang masuk ke ruang yang Maha Kudus yang bukan buatan tangan manusia, melainkan masuk kedalam surga yang mulia selama-lamanya. Puji Tuhan. Walaupun Dia masuk ke dalam surga yang mulia, tetapi Dia juga Allah yang Imanuel yang selalu beserta kita. Dalam keadaan suka, duka, sehat maupun sakit Dia selalu mendampingi kita, sehingga kita tidak berjalan sendirian.
Karena Yesus adalah Imam Besar Agung yang dapat
memahami keadaan kita; Dia bukan hanya Imam yang
membawa korban kepada Allah, tetapi Dia juga memahami bagaimana kondisi kita karena Dia telah datang ke dunia melalui jalan kehidupan yang berliku-liku. Bahkan pada akhirnya, Ia rela mengalami bagian yang paling menakutkan dari manusia — kematian, tetapi kebangkitan-Nya memberi kita pengharapan kekal. Dia Imam Besar Yang memahami kelemahan-kelemahan kita (Nyanyian Dia Mengerti 36)
Yang dimaksud memahami disini mengandung arti ikut ambil bagian dalam penderitaan kita, bahkan ikut menanggung segala penderitaan kita. Imam Besar ini juga yang selalu mendampingi kita dan memahami sepenuhnya apa yang tengah kita hadapi. Hidup yang tak menentu ini membutuhkan penyerahan diri sepenuhnya untuk setiap kelemahan-kelemahan yang kita miliki yang membuat kita menjauh dari-Nya. Karena itu Maukah kita mempertaruhkan segenap hidup kita ke dalam tangan tangan-Nya. Karena Allah kita adalah Allah yang Perduli (Ny. No 26)
Kedua, Yesus adalah Imam Besar Agung yang
mempersembahkan dirinya sendiri; Ia bukan membawa korban biasa tetapi korban sempurna – Yesus sendiri. Karena Yesus adalah orang yang tidak ada dosa, Namun karena kasih-Nya, Ia telah mempersembahkan diri untuk menjadi korban penghapus dosa yang kekal sehingga kita yang percaya kepada-Nya dapat diselamatkan. Yesus benar-benar tahu bahwa hanya Dia yang bisa menyelamatkan umat manusia, jadi Dia secara pribadi datang ke dunia untuk mati di kayu salib dan menjadi korban yang sempurna.
Ke tiga, Yesus adalah Imam Besar yang duduk berdoa untuk kita;  tidak seperti para imam besar sebelumnya, mereka berdiri menghadap Allah untuk mempersembahkan korban, dan Yesus setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah. Yesus duduk untuk berdoa bagi kita, sebagai perantara, Dia tidak hanya sampai di di surga ada sebelah kanan Allah tetapi Ia berdoa untuk kita juga di sana (7:25).
Calo yang kita kenal sekarang biasanya mencari keuntungan terbesar untuk pekerjaan mereka. Namun, Yesus, perantara di dalam hidup kita, tidak pernah mencari keuntungan bagi diri-Nya sendiri tetapi Ia memberikan seluruh diri-Nya. Yesus sungguh ingin memahami keadaan kita, Ia mempersembahkan diri-Nya dan duduk berdoa untuk kita. Yesus sebagai Imam Besar, Yesus menguntungkan kita lewat kasih-Nya — pengharapan kekal.

Dia juga adalah sebagai Imam Besar kita yang berkuasa dan yang mampu mengampuni dosa kita, dan menyelamatkan kita. Dan Membuat Hidup kita berarti. (Smua Baik No. 18) Amen 

Khotbah Minggu 13 Feb 2019 Keluaran 33 : 12 – 17. Allah Menuntun UmatNya


Saudara-saudara  yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,Masa depan Kita diibaratkan seperti kanvas kosong, menunggu kita mulai melukisnya.  Lukisan yang kita buat hanya dibatasi ukuran visi, warna, yang kita taruh di palet dan keinginan kita untuk tetap bekerja sampai selesai.
Kita telah memasuki hari yang ke 13 di tahun 2019, Tuhan membentangkan masa depan yang bersih dan tak berdosa di depan kita.  Mengutip kata-kata John F. Kennedy, “Kita seharusnya tidak membiarkan rasa takut menghambat kita untuk mengejar harapan.” Alasan yang mendasar untuk kita tidak takut meraih masa depan adalah penyertaan Tuhan atas kita semua.
Bagaimana cara pandang kita untuk memasuki penyertaan Tuhan secara benar ?
1.PENYERTAAN ALLAH DIDASARI ATAS KASIH KARUNIANYA “ 12 – 15”
Dalam hidup ini semua hal yang terjadi oleh karena kasih karunia-Nya.  Misalnya, setiap hari kita bisa menghirup oksigen yang telah tersedia dengan gratis. 
Dalam kisah ini, Musa meminta Allah untuk menyertai umat-Nya dalam perjalanan menuju tanah perjanjian.  Karena bangsa Israel tegar tengkuk, Tuhan akan membinasakan mereka.
Musa dengan rendah hati memohon agar Allah menyertai perjalanan mereka. 
Apa itu kasih karunia?  Kasih karunia adalah persediaan kebaikan Allah yang tidak pernah habis-habisnya, yang diberikan kepada kita walaupun kita tidak layak untuk menerimanya.  Allah menyediakan kasih karunia yang berlimpah-limpah, justru pada waktu kita masih berada di dalam dosa (Roma 5 : 8).
Dia tidak berjanji bahwa jalan yang kita lalui akan mulus, Ia berjanji untuk membimbing kita  dan membawa-Nya kepada kemenangan (Yesaya 41 : 10).
2. PENYERTAAN ALLAH MENJADIKAN KITA UMAT YANG BERBEDA ”16”
Tidak ada yang lebih menyukakan hati daripada hidup yang serba pasti.  Hal tersebut memberikan pijakan yang kuat dan aman terhadap “kesadaran identitas” – kita adalah anak-anak Allah yang memiliki “ciri” yang berbeda dengan orang dunia.
Ketika Allah memilih Israel, Dia punya tujuan khusus atas bangsa tersebut.  Melalui Israellah bangsa-bangsa akan datang kepada Allah.  Israel menjadi bangsa yang kudus (dipisahkan)  berbeda dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Ciri bahwa anda orang Kristen yang berbeda :ketika semua orang panik, damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal menjaga hati dan pikiran kita.  Ketika semua orang takut, iman kepada Allah menjaga hati kita ketika semua orang bingung, kita punya jawaban.
Benar apa yang dikatakan oleh sebuah ungkapan ini, “Bukan pekerjaan, namun kekhawatiran hiduplah yang merampas kekuatan dan mematahkan iman kita.“
3. PENYERTAAN ALLAH MEMBERIKAN PENGALAMAN SUPRA ALAMIAH ”18”
Kekristenan bukan hanya berbicara teori/filsafat, kekristenan merupakan pengalaman hubungan secara pribadi dengan Allah.  Dan dengan pengalaman itulah kita dapat bertumbuh.
Musa memohon kepada Allah untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya.  Disaat-saat Israel ketakutan kepada Allah, Musa rindu didalam hadirat-Nya.
Kemuliaan Allah adalah proses menunjukkan sifat-sifat-Nya yang khas.  Kemuliaan Allah tidak akan sirna.  Ditengah-tengah orang-orang sedang bingung memikirkan masa depan, mari kita masuk didalam hadirat-Nya.  Disanalah kita akan dikenyangkan.
Bila Presiden dipilih rakyat dalam jangka waktu 5 tahun.  Kita dipilih Allah untuk selamanya.  Mari kita berpegang teguh dalam penyertaan-Nya.
Dalam sebuah perjalanan ditengah malam yang gelap tentu kita sangatlah membutuhkan penerang sebagai  penunjuk jalan sehingga kita tidak tersesat dan dapat merasakan aman karena dapat melihat. Penerang itu bisa saja berupa senter, lampu ataupun obor. Tetapi jika penerang seperti itu tidak ada maka kunang-kunang malam yang memancar cahaya yang kecil pun sangat berarti bagi kita. Musa sebagai pemimpin umat Israel meminta agar Tuhan memandu perjalanan umatNya, membimbing umatNya dan memberi  ketenteraman kepada umatNya. SebalikNya umat juga harus mau  megandalkan Tuhan dalam perjalanannya.    Hidup adalah sebuah perjalanan dan kita tidak tahu apa yang terjadi di jalan itu maka kita memerlukan bimbingan Tuhan dalam perjalanan itu. Hal itu disadari oleh Musa dalam memimpin bangsa Israel masuk Tanah Perjanjian. Ketika Allah memerintahkan bangsa itu untuk melanjutkan perjalanan mereka tetapi tanpa penyertaan Dia, Musa tidak mau karena dia menyadari bahwa perjalanan itu tidak akan berhasil. Bagaimanakah sikap yang harus kita miliki agar perjalanan itu disertai oleh Tuhan? Perhatikan khususnya pasal  33:1-23.
Tidak memberontak kepada Allah
                Allah berencana untuk tidak mendampingi bangsa itu melanjutkan perjalanannya untuk memasuki Tanah Perjanjian karena mereka telah menjadi bangsa yang tegar tengkuk (ayat 5) yang seringkali memberontak kepada Allah. Hal inilah yang membuat Allah muak dengan tingkah laku mereka sehingga Dia tidak mau bersama-sama dengan bangsa itu.
                Kalau ingin menikmati penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup kita jangan sekali-kali memberontak kepada-Nya. Jangan merasa lebih tahu dari Tuhan karena itu akan membuat kita akan mendapatkan masalah. Tetapi biarkan Dia menuntun langkah kita walaupun masalah dan pergumulan mewarnai perjalanan itu, Dia tahu apa yang harus Dia perbuat sebab Dia Allah yang Mahakuasa. Jadi jangan perbesar masalah Anda tetapi perbesarlah Allah dalam diri Anda.
Memohon Anugerah Allah
                Allah menyertai  bangsa Israel dalam perjalanan mereka ke Tanah Perjanjian bukan karena mereka baik tetapi karena Anugerah Tuhan semata-mata (ayat 16). Hal inilah yang membedakan bangsa Israel dari bangsa-bangsa yang lain bukan karena mereka lebih baik tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah. Kesadaran inilah yang dimiliki oleh Musa sehingga ia memohon belas kasihan-Nya untuk menyertai perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian.Kalau kita ingin mendapatkan penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup kita, maka mintalah anugerah dan penyertaan-Nya menuntun kita untuk sampai di Kanaan kehidupan kita. Jangan pernah merasa bahwa kita pantas mendapatkan penyertaan Tuhan tetapi sadarilah bahwa kesediaan-Nya mendampingi kita untuk melangkah maju semata-mata karena Dia mengasihi kita
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,
Seperti Musa yang sangat mengharapkan tuntunan Tuhan dalam perjalanan menuju tanah perjanjian demikian juga kita dalam perjalanan hidup kita, kita membutuhkan tuntunan Tuhan. Firman Tuhan adalah pelita[1]  bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita ( band. Mazmur 119 : 105 ). Jika kita mau dituntun Tuhan berarti hidup kita mau diterangi firman Tuhan. Yang nyata serta nampak itu disebut terang. Terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran ( Efesus 5 : 9 ).  Hidup dalam terang berarti ‘hidup tertib, hidup dengan norma-norma yang jelas dan ada arah yang pasti. Namun hidup dalam gelap adalah hidup yang meraba-raba. Tersandung-sandung, terbentur-bentur. Hidup dalam ketidak jelasan dan ketidakpastian. Orang Kristen tahu apa yang benar dan apa yang salah. Tahu apa yang baik dan jahat.  Tuhan menyatakan kemulianNya bagi orang sungguh berharap kepadaNya.Tegar tengkuk sama dengan kesombongan, pengandalan diri sendiri, harta benda, kepintaran yang dapat menutupi kemulian Tuhan. Untuk itu sebagai anak-anak Tuhan kita harus melepaskan penutup dan penghalang-penghalang itu dan merespon kasih karuniaTuhan dengan hidup sebagai garam[2]dan terang bagi dunia ini ( Matius 5 : 13-16 ). Perbuatan-perbuatan terang dalam kehidupan sehari-hari seorang Kristen sangat penting bagi dunia ini. Dunia akan menjadi heran atas perbuatan-perbuatan itu, lalu memuliakan Tuhan, yang memberi kekuatan kepada orang Kristen untuk berbuat begitu.
Dalam Yohanes 8:12, Yesus berkata, “akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak berjalan dalam kegelapan melainkan ia akan mempunyai  terang  hidup “. Hiduplah dalam Yesus karena Yesus adalah hidup. Hidup dalam Yesus berarti  hiduplah dalam terang.
Seperti lirik lagu dalam Kidung Jemaat No.424 : 1, 3 “ Yesus menginginkan daku “
Yesus menginginkan daku bersinar bagiNya
Dimana pun ku berada ku mengenangkanNya             
Bersinar, bersinar itulah kehendak Yesus
Bersinar-bersinar aku bersinar terus.
Kumohon Yesus menolong menjaga hatiku
Agar bersih dan bersinar meniru Tuhanku
Bersinar-bersinar itulah kehendak Yesus
Bersinar bersinar  aku bersinar terus
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus.. Mari bersinar terus ! dan nyatakanlah kemulian Tuhan dalam hidup saudara senantiasa. Amin

Khotbah Minggu 24 Feb 2019 Mal 3:13-18. Ibadah Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa apa pun yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi, tidak diketahui Tuhan.  Namun Alkitab jelas menyatakan:  "...tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13). Ada Ujar2 berkata: Bentaknya 1 Menit;Namparnya 1 Detik; Nyesalnya 10 Jam; Menyembuhkan Lukanya Seumur Hidup.      Dalam kitab Maleakhi ini ditunjukkan kepada kita bahwa Tuhan mendata secara detil semua cara yang dilakukan umatNya untuk menolak kasih yang telah Allah berikan, dengan ketidaktaatan mereka.  Manusia seringkali tidak menyadari akan pertolongan dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya.  Mereka menganggap bahwa semua yang telah mereka capai selama ini adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, tanpa embel-embel.  Namun, pada saat manusia mengalami kesulitan atau kegagalan, mereka mulai mengkambinghitamkan Tuhan dan menganggap bahwa Tuhan tidak peduli terhadap dirinya.
"Kamu berkata: 'Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?'"  Maleakhi 3:14
Rasul Paulus menasihati Timotius,  "Latihlah dirimu beribadah."  (1 Timotius 4:7b).  Mengapa kita harus terus melatih diri dalam hal ibadah?  Karena ibadah itu berguna dalam segala hal dan mengandung janji, artinya ada berkat-berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi setiap orang yang menghormati Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh.  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."  (1 Timotius 6:6).  Jadi dibutuhkan sikap dan motivasi yang benar bagi seseorang untuk mengalami kuasa dan berkat dalam ibadah.
Sudahkah kita menjadikan ibadah sebagai kebutuhan utama dalam hidup ini?  Atau kita berpikir bahwa beribadah kepada Tuhan itu tidak ada untungnya dan hanya membuang-buang waktu saja?  Alkitab menegaskan,  "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58b), bahkan mendatangkan keuntungan besar  (baca  Amsal 14:23a).  Pertanyaan:  seberapa besar kerinduan kita untuk bertemu Tuhan dalam setiap ibadah?  Adakah kita memiliki rasa haus dan lapar akan kebenaran seperti yang ditunjukkan oleh jemaat gereja mula-mula, sehingga kehidupan mereka  "...disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan."  (Kisah 2:47)?
I. Dosa Israel:
1. Kata-kata.
Dosa disini mereka lakukan dengan kata-kata. Ini terlihat dari kata 'bicaramu' dalam ay 13, yang menunjukkan bahwa Maleakhi menyerang kata-kata mereka. Dosa dengan kata-kata sudah ada pada Mal 2:17, tapi yang di sini lebih gawat lagi.
Kita juga sering berdosa melalui kata-kata kita. Karena itu lebih baik tidak berbicara kalau memang tidak berguna. Ingat akan Amsal 10:19 yang berbunyi: "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi". Tuhan mendengar kata-kata kita (Bil 12:2 Yer 8:6 Maz 139:4).
Seringkali orang beranggapan bahwa Tuhan hanya memperhatikan tingkah laku kita, tetapi ayat-ayat di atas itu menunjukkan bahwa Tuhan juga memperhatikan / mendengarkan segala pembicaraan kita. Yesus berkata bahwa kita akan dihakimi juga berdasarkan kata-kata kita (Mat 12:36-37). Karena itu jangan hanya menguduskan diri dalam hal tindakan kita, tetapi juga dalam kata-kata kita!
Penerapan:
Dosa melalui kata-kata bisa terjadi kalau kita mencaci maki, mengeluarkan kata-kata kotor, menyebut nama Allah dengan sia-sia, berdusta, memfitnah, membicarakan kejelekan orang, bersungut-sungut, Benar apa Kata Yak 3:8 TTp Tdk seorgpun yg Berkuasa menjinakkan Lidah. Sdr2 Diantara banyak hal buruk, yg Terburuk adalah Lidah yg tajam (Fredrik Von Schiller)
2. Kata-kata mereka menentang Tuhan (ay 13).
Ay 13: 'tentang Aku' seharusnya adalah 'menentang Penerapan:
Seringkah kita mengeluarkan kata-kata menentang Tuhan? Hal ini bisa terjadi pada waktu kita menyatakan kepada orang lain betapa tidak adilnya Tuhan itu, atau betapa tidak pedulinya Tuhan kepada kita, atau betapa tulinya Dia terhadap doa kita, dsb.
 3. Kata-kata kurang ajar yang menentang Tuhan (ay 13).
Apa yang dimaksud dengan 'kata-kata kurang ajar yang menentang Tuhan' itu?
 a. Mereka menganggap bahwa mereka sudah mentaati Firman Tuhan (ay 13b-14).
Bahwa mereka menganggap bahwa diri mereka sudah mentaati Firman Tuhan, terlihat dari kata-kata 'memelihara' dan 'berjalan' dalam ay 14, Mungkin ini adalah ketaatan lahiriah saja (bdk. Mat 15:8-9) atau ketaatan sebagian seperti dalam Yes 58:3-4.
Tetapi yang jelas adalah bahwa mereka menganggap diri mereka benar!
Penerapan:
Kalau kita menganggap diri kita benar, maka dengan itu kita mengucapkan kata-kata kurang ajar yang menentang Tuhan, karena Tuhan menyatakan diri kita sebagai orang berdosa.
b. Mereka berkata bahwa ikut / taat Tuhan itu sia-sia / tak ada untungnya (ay 14).
'beribadah' seharusnya 'melayani'.
Mereka menganggap hal ini sia-sia (ay 14a).
Penerapan:
Apakah kita sering beranggapan bahwa pelayanan yang kita lakukan untuk Tuhan itu adalah sia-sia? Kalau ya, bacalah 1Kor 15:58, yang menyuruh kita untuk giat melayani Tuhan karena jerih payah / pekerjaan yang kita lakukan dalam Tuhan, tidak akan sia-sia! Ini menunjukkan sikap egois dalam mentaati Tuhan!
c. Mereka berkata bahwa orang jahat itu lebih enak (ay 15).
Penerapan:
bahwa jadi orang tidak kristen itu enak karena bisa melakukan dosa-dosa yang menyenangkan.Bagi Laki2 bisa kawin 2-3 X
maka bukankah sebetulnya sama saja dengan kita berkata 'berbahagialah orang yang tidak percaya'?
Penerapan:
Apakah kita sering iri hati kepada orang-orang yang berhasil menjadi kaya / makmur dengan menggunakan cara kerja yang jahat...?
Kata Ibrani yang sama digunakan dalam Mal 3:10 dan diterjemahkan 'menguji / ujilah'. Dalam Yak 1:13 kata 'mencobai' itu maksudnya mencobai supaya jatuh ke dalam dosa (baca Yak 1:12-15). Jelas dalam arti seperti ini, Allah tidak bisa dicobai oleh siapapun. Tetapi dalam Mal 3:15 ini kelihatannya arti dari kata 'mencobai' itu adalah seperti yang diberikan oleh NIV yaitu 'challenge' (= menantang). Dalam arti seperti ini Allah bisa dicobai.
 Kesimpulan:
Dosa Israel adalah menuduh bahwa Allah itu tidak adil. Mereka merasa bahwa mereka hidup taat, tetapi menderita, sedangkan orang lain yang hidupnya jahat justru enak.
Maz 73 isinya mirip sekali dengan tuduhan Israel dalam Mal 3:13-15 ini (bacalah Maz 73 ini!), tapi toh berbeda! Bedanya adalah:
sikap hati dalam Maz 73 adalah bertanya-tanya, sedangkan dalam Mal 3:13-15 sikap hatinya adalah memberontak / marah kepada Tuhan. Dalam Maz 73 pemazmur mengutarakan hal itu kepada Allah (ini terlihat dari Maz 73:18-27 dimana pemazmur itu menggunakan kata-kata 'Engkau', 'Kau', dan 'Mu' untuk menyebut Allah), sedangkan dalam Mal 3:13-15 mereka berbicara satu kepada yang lain / ngrasani Tuhan (ay 13b).



Khotbah Minggu Estomihi 03 Maret 2019 Mat 16:13-20 Yesus Mesias Anak Allah Yang Hidup

Peristiwa ini terjadi pada momen yang krusial. Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem di propinsi Yudea (bdk. 19:1) untuk menggenapi rencana keselamatan. Ia sebentar lagi akan menghadapi penolakan dan penyaliban dari pihak orang-orang Yahudi (13:21). Di tengah situasi ini Ia ingin memastikan bahwa murid-murid-Nya benar-benar mengetahui siapa Dia dan (16:13-20) dan sejauh mana mereka harus berkomitmen (16:21-28). Siapakah si dia itu?  Mungkin tidak sulit untuk menjawabnya melalui berbagai pengetahuan atau curriculum vitae tentang seseorang itu. Apa lagi bila mengetahui orang yang terkenal di jaman sekarang ini tidak sesulit jaman dulu. Dengan kemajuan teknologi internet, facebook dll semua bisa dicari. Namun bila ditanya siapakah seseorang itu secara dalam, mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikirannya, inilah yang sulit. Seperti itulah gambaran tanya jawab antara Yesus dengan para muridNya.
Perjalanan dari Galilea ke Yudea kali ini menyediakan waktu yang berharga bagi murid-murid. Orang banyak tidak mengikuti Yesus. Hanya murid-murid dan guru mereka. Pengajaran bisa lebih intensif diberikan.
Di ayat 13-17 Tuhan Yesus mengajarkan beberapa hal penting tentang pengakuan iman.
Pertama, pengakuan harus bersifat pribadi. Pada awal pembicaraan Yesus menanyakan pendapat publik tentang diri-Nya (ayat 13 “kata orang siapakah Aku ini?”). Dari informasi yang didengar murid-murid-Nya, pandangan publik tentang Yesus sangat beragam (ayat 14). Yesus lalu memberikan pertanyaan yang lebih pribadi: “tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (ayat 15). Dalam teks Yunani, kata “kamu” (lit. “kalian”) diberi penekanan dengan cara dimunculkan secara eksplisit dan diletakkan di bagian depan. Ini menyiratkan bahwa Tuhan Yesus ingin menegaskan pentingnya pengakuan secara pribadi.
Kedua, pengakuan harus benar. Pandangan banyak orang menyiratkan kerancuan konsep bangsa Yahudi tentang Mesias dan/atau akhir zaman. Herodes berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kematian (14:1). Sebagian menduga bahwa Yesus adalah Elia yang akan datang (16:14) seperti dinubuatkan oleh Maleakhi (Mal 4:5; bdk. Yoh 1:19-21), padahal sebelumnya Yesus memberitahu bahwa Elia yang akan datang adalah Yohanes Pembaptis (11:14). Yang lain mengira Yesus sebagai Yeremia, karena beberapa aspek pelayanan keduanya mirip dan dalam salah satu tulisan kuno Yahudi disebutkan bahwa Yeremia dan Yesaya akan datang kembali sebelum akhir zaman. Walaupun pandangan-pandangan ini tidak ada yang negatif terhadap Yesus, tetapi Yesus tidak hanya mencari sikap positif. Walaupun Yesus disamakan dengan tokoh-tokoh Alkitab yang ternama, tetapi Ia seharusnya bukan dalam deretan manusia. Ia adalah Anak Allah. Walaupun Yesus dalam taraf tertentu adalah nabi (13:57), tetapi Ia lebih daripada sekadar nabi. Kalau Yohanes Pembaptis sebagai pembuka jalan bagi diri-Nya saja sudah “lebih daripada nabi” (11:9) dan “nabi terbesar” (11:11, 13), apalagi Yesus sendiri yang kepada-Nya Yohanes mempersiapkan jalan! Hanya pengakuan kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah yang membawa keselamatan (Yoh 20:30-31).
Ketiga, pengakuan yang benar hanya dimungkinkan oleh Allah. Petrus bukan hanya sebagai orang yang “beruntung” atau “pandai” karena tebakannya tentang Yesus tepat. Ia “berbahagia” (ayat 17, LAI:TB). Hampir semua versi Inggris dengan tepat memilih terjemahan “diberkati”. Bahagia adalah tentang perasaan. Diberkati adalah kenyataan. Kebahagiaan sejati muncul dari kenyataan yang benar.
Terlepas dari seberapa jauh Petrus bisa memahami ucapannya (bdk. 16:22-23), pengakuan itu pada dirinya adalah benar dan berasal dari penyataan Bapa (ayat 17b). Manusia berdosa tidak mungkin memberi pengakuan yang benar dan sungguh-sungguh jikalau tidak ada intervensi Allah dalam diri orang itu (11:25-27).
Janji Tuhan yang teguh (ayat 18-19)
Petrus muncul dengan pernyataan yang 100 % benar dan sebenarnya dia sungguh mengenal Yesus. Petrus mengatakan : Engkau adalah  Mesias, Anak Allah yang hidup”. Bila kita ingin kembali ketika pemilih murid-murid pertama di Matius 4:18-22, Yesus menjadikan Petrus murid yang pertama. Tanpa ada bantahan dan pertanyaan, Yesus mengatakan : Mari dan ikutlah Aku? Akhirnya Petrus dan Andreas serta Yohanes dan Yakobus mengikuti Yesus. Pernyataan Petrus membuat dia menjadi Murid yang utama bagi Yesus, bahkan Yesus menetapkan atas Petrus gereja awal di dunia ini. “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”, “kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga, apa yang kauikat di dunia akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”. Betapa luarbiasanya kuasa yang diberikan Yesus kepada Petrus di situ.
Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Yesus terhadap Petrus tentang terbentuknya gereja bukanlah makna harafiah. Tetapi Yesus mau menjelaskan bahwa melalui pelayanan Petrus dan Iman kepada Yesus akhirnya munculnya jemaat pertama. (bandingkan di Kisah 2 tentang Pentakosta). Dari pengakuan Petrus itulah makna Gereja yang sesungguhnya yaitu kumpulan orang-orang percaya yang dipersatukan di dalam nama Yesus Kristus. Gereja tidak hanya gedungnya (fisiknya) tetapi gereja juga adalah persekutuan orang-orang percaya. Yesus pernah mengatakan : barang siapa berkumpul dua atau tiga orang di dalam namaKu disitulah aku berada.
Pertanyaan yang sangat penting di jaman sekarang ini adalah apakah kita masih berani menyaksikan nama Kristus di manapun kita berada? Pengakuan yang dimaksudkan bukanlah hanya sebatas untaian kata-kata yang indah, atau hanya pemanis di bibir saja. Justeru pengakuan itu lahir dari perenungan yang sangat dalam dan kesaksian hidup yang terus menerus di dalam hidup kita. Kalau kita berani menyaksikan bahwa Yesus itu adalah Messias di dalam hidup kita, maka sejalan atau selaras hidup kita juga harus mengalami transformasi ke arah Kristus yang kita imani itu. Kekristenan kita saat ini sudah perlu dipertanyakan kembali apakah kita benar-benar mengatakan seperti Petrus? Atau mungkinkah kekeristenan kita seperti mercu suar yang hanya berdiam di tempat dan tidak beranjak ke mana-mana? Melalui Firman Tuhan ini, Iman kita dipertanyakan kembali : Siapakah yesus itu sesungguhnya di dalam hidup kita?
Tugas berat yang menanti gereja (ayat 20)
Pada waktu di Kaisarea Filipi Tuhan Yesus melarang murid-murid untuk memberitahukan kepada orang-orang lain bahwa Ia adalah Mesias. Mengapa? Para murid sendiri belum benar-benar memahami apa maksud kemesiasan-Nya (16:21-23). Ia juga belum memberikan bukti tentang hal itu, yaitu kematian dan kebangkitan-Nya (16:20). Lagipula, banyak orang Yahudi memiliki pengharapan mesianis yang sangat rancu. Tuhan Yesus tidak ingin menambahkan kerumitan ini sebelum Ia memberikan bukti untuk kemesiasan-Nya.
Kini Tuhan Yesus sudah mati dan bangkit. Bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia adalah Mesias telah diteguhkan. Kita pun semakin mengerti Mesias seperti apakah Dia. Melalui kitab suci kita benar-benar tahu bahwa Ia adalah pembebas dari dosa, bukan dari penjajahan militer atau politis kekaisaran Romawi.
Karena kita berada sesudah kebangkitan Tuhan Yesus, kita tidakboleh menyembunyikan berita gembira bahwa Yesus adalah Mesias.Sebaliknya, kita didorong untuk terus memberitakannya. Siapkahkita menjadi pemberita bagi Dia? Siapkah kita dilibatkan oleh Allahdalam pelebaran kerajaan-Nya? Relakah kita membayar harga bagiperkembangan gereja di muka bumi? Ingatlah, gereja pasti teguh,karena didasarkan pada janji Tuhan yang teguh. Amen


Khotbah Minggu 03 Feb 2019 Lukas 4:16-21 INJIL YANG MEMBEBASKAN

Dalam Hal apakah Injil itu membebaskan..? Dalam kitab Lukas, dikatakan kabar baik yang disampaikan bagi orang-orang miskin, orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, dan membebaskan orang-orang yang tertindas. Hal ini dapat saja diartikan secara harafiah bahwa memang kabar baik (INJIL) yang berisi berita keselamatan ditujukan bagi orang-orang tersebut. Namun apakah benar bahwa INJIL tersebut hanya datang bagi orang-orang semacam itu saja? Bukanlah demikian sebenarnya. Memahami bahwa situasi serupa yang digambarkan adalah penindasan, tentu kita dapat melihat sesuatu yang berbeda dalam konteks ini. Bangsa Israel saat itu dikendalikan dan dipimpin oleh sekelompok orang yang disebut orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki. Para ahli Taurat juga termasuk di dalamnya. Mereka menjadi golongan yang eksklusif, bahkan di antara bangsa Israel itu sendiri. Orang-orang miskin berada jauh dari mereka, begitu pula dengan orang-orang tawanan. Mereka mendiskriminasi dan menjadi penindas bagi orang-orang miskin dan para tawanan. Maka dengan demikian, kabar baik yang Yesus maksudkan tentulah penghapusan diskriminasi tersebut. Yesus ingin mengajarkan firman Allah yang sesungguhnya, sehingga seluruh bangsa Israel dapat memahami firman Allah dengan benar, bukan sesat dan eksklusif seperti yang dilakuka orang Farisi dan ahli Taurat. Sebutan penglihatan bagi orang-orang buta, dapat diartikan bukan saja secara harafiah (karena Yesus memang telah menyembuhkan orang buta), tetapi juga berarti mereka yang “buta” terhadap pengetahuan akan firman Allah. Demikian pula dengan sebutan orang yang tertindas. Ini semua mengarah kepada seluruh bangsa Israel yang “tertindas” oleh pengajaran ahli Taurat. Sebagai contoh adalah dalam hal memberikan persembahan. Bangsa Israel dituntut untuk memberikan persembahan yang telah “dikhususkan”, yang sebenarnya diperjualbelikan agar ahli-ahli Taurat dan orang Farisi memperoleh keuntungan.
Pendidikan dalam bentuk ajar – mengajar sebuah tradisi dalam kehidupan umat Tuhan. Proses belajar tentu sangat memberikan pencerahan. Layak kemudian jika Israel dikenal sebagai bangsa yang ‘hebat’. Tempat utama untuk melaksanakan proses ajar-belajar adalah rumah ibadat.
Yesus telah dikenal sebagai seorang guru. Oleh sebab itu, ketika Yesus ‘pulang kampung’ ke Nazaret, wajar sekali Ia diminta mengajar oleh pengelola rumah ibadat. Bahan pengajaran yang diberikan kepada Yesus untuk diajarkan diambil dari kitab Yesaya. Yesus mengajar dengan mengutip nas Yesaya 61 : 1 – 2. 
Yesus menyampaikan tugas panggilan diriNya. Dia adalah guru yang disertai oleh Roh Allah. Yesus bukanlah guru biasa  tetapi guru yang telah menerima pengurapan. Dengan demikian, Dia adalah guru yang sungguh-sungguh diutus oleh Tuhan untuk memberitakan Tahun Rahmat Tuhan.
Yesus mengajarkan agar setiap orang ; menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan Tahun Rahmat Tuhan. Pengajaran Yesus ini tidak selalu dipahami secara harafiah tetapi dapat dimengerti secara rohani. ‘miskin’ tidaklah semata-mata hanya berkaitan dengan harta. Orang miskin harta akan haus dengan kekayaan. Mereka ingin memperoleh harta kekayaan dunia. Harapannya, dengan kekayaan itu ia akan beroleh hidup bahagia. Tetapi benarkah orang yang dipenuhi harta kekayaan beroleh kebahagiaan. Yesus begitu tajam mengkritik pandangan seperti itu. (Matius 19:23) : Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Kritik Yesus terhadap orang kaya ini adalah, karena orang kaya ini merasa terpenuhinya seluruh kehidupannya, sehingga ia (merasa) tidak berharap atau bergantung kepada siapa (apa) pun. Ia tidak bergantung. Baginya tidak perlu ada penolong. Ia hidup dengan keangkuhannya. Sementara, orang miskin menyadari perlunya penolong dalam hidupnya. Lalu, kepada orang-orang miskin yang bagaimanakah yang perlu disampaikan kabar baik ? Sesungguhnya bukan kepada orang yang miskin harta atau kaya harta, melainkan kepada orang-orang yang membutuhkan penolong agar beroleh kebahagiaan. Yesus berkata (Matius 5:3) ; ‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.’ Dengan demikian, kebahagiaan bukan ditentukan oleh harta dunia, melainkan ketergantungan setiap orang kepada Tuhan. Dengan memiliki pencerahan tentang harta, maka manusia akan dimampukan menempuh jalan yang benar. Itulah kabar baik bagi mereka.
Demikian halnya dengan tawanan (bagaimana orang merasa bebas dari rasa bersalah), kebutaan (buta rohani sangat banyak di zaman ini), ketertindasan (kita perlu mendoakan penguasa yang selalu menindas orang kecil dan minoritas) ; semuanya perlu dilihat secara rohani. Pada akhirnya, Yesus ingin agar seluruh umat menikmati Tahun Rahmat Tuhan. Tahun Rahmat Tuhan adalah, terwujudnya keselamatan di bumi ini, dimana setiap orang dapat menikmati Rahmat Tuhan ; berkat dan bahagia, secara jasmani dan rohani. Tahun rahmat Tuhan, dimana manusia mengalami perubahan ; hati, jiwa, pikiran dan tindakannya. Orang yang menerima kabar baik, yang bebas dari kungkungan akan merasakan berkat dan kebahagiaan. Ia memperoleh pengertian baru akan arti hidup ini, yang membuatnya bersukacita. Orang yang hidup dalam sukacita akan memancarkan kasih Allah itu. Kasih Allah yang terpancar dari hati, pikiran, tindakan, dan perkataan akan mempengaruhi hidup dalam keluarga, gereja, dan masyarakat sehingga semuanya bersukacita. Inilah sesungguhnya tujuan dari kehadiran Gereja di dunia ini, dimana setiap orang dapat menikmati anugerah Tuhan di dalam hidupnya.
Di zaman ini, Pendidikan rohani menjadi sangat penting. Kita perlu mendiskusikan dan menggumuli berbagai kehidupan ini secara rohani. Sering sekali warga gereja berhadapan dengan masalah kehidupan ini dan selalu mengatasinya secara duniawi pula. Lalu tidak pernah ada jalan keluar. Pendidikan Rohani ini perlu dikembangkan agar kita makin dicerahkan. Dengan pencerahan itu kita tidak lagi dibalut oleh pikiran kita sendiri tetapi kita makin menyadari makna dan tanggung jawab kehidupan.
Kita semua anak-anak Tuhan adalah ‘guru’, yang telah diberi Roh dan diurapi oleh Allah. Ada tugas kita, apapun profesi kita agar dapat memberi pencerahan bagi banyak orang. Kita memberitakan Injil melalui kata, prilaku, dan perbuatan kita. Dengan demikian, banyak orang terbebas dari belenggubelengu yang mengikat dirinya.

Dalam hidup sekarang ini, kita berhadapan dengan berbagai perubahan, dan perubahan ini disebut kemajuan. Tidak sedikit orang, yang karena perubahan itu membuatnya menjadi ‘tertekan/tertawan/terbelenggu’ karena ingin agar dapat mengikuti semua perubahan itu. Sebagai orang percaya, kita tidak harus serta merta mengikuti semua perubahan itu tetapi kita perlu belajar. Dan sumber pengajaran kita adalah firman Tuhan (Alkitab). Firman Tuhan akan menjadi landasan kita untuk menyikapi semua perubahan ini. Firman Tuhan akan mencerahkan hati, jiwa, pikiran kita sehingga segala yang terjadi dalam kehidupan ini membuat kita dapat menikmati anugerah Tuhan. AMIN