Rasul Paulus
menghasilkan buah pemberitaan Injil dengan mendirikan sebuah jemaat di Galatia (Kis. 13-14). Seharusnya Rasul Paulus
dipuji dan dihargai karena hal itu, tetapi justru kritikanlah yang muncul. Setelah Rasul Paulus mendirikan jemaat di
Galatia, berita Injil yang dia sampaikan serta jabatan kerasulannya diserang
oleh kelompok-kelompok Yahudi yang berusaha mengacaukan iman jemaat Galatia.
Kelompok Yahudi itu berusaha memaksa jemaat di Galatia untuk disunatkan dan
menerima Taurat Musa sebagai syarat agar mereka diselamatkan dan diterima dalam
persekutuan orang percaya (7). Mereka juga menuduh Paulus sebagai orang yang
tidak termasuk kelompok rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa
rasuli (1, 7, 12). Maka menurut mereka, pemberitaan Paulus menyimpang dan tidak
sah (9).Tentu saja bagi Paulus, tuduhan ini terasa mengganggu proses pemberitaan
Injil yang dia lakukan. Apalagi jemaat Galatia yang baru bertumbuh sangat mudah
memercayai hal-hal yang masuk akal (6-7). Oleh sebab itu, Rasul Paulus
mematahkan kritikan dan keraguan yang ditujukan kepadanya dengan menegaskan
bahwa Injil yang dia beritakan bukanlah Injil yang berasal dari pengajaran
manusia (11-12), melainkan Injil yang diterima melalui penyataan Yesus Kristus
(12). Kristus sendirilah yang memilih dan memerintah dia untuk memberitakan
Injil kepada bangsa-bangsa lain (15-16). Rasul Paulus dengan tegas
memproklamirkan bahwa Injil yang dia beritakan adalah kebenaran (20) dan
jabatan kerasulannya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah (1) dan
manusia (18-19).
"Mereka hanya
mendengar, bahwa ia
yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak
dibinasakannya." Galatia 1:23
Sering kita jumpai banyak pelayan Tuhan yang lebih mengutamakan penampilan
lahiriah. Mereka dianggap berhasil atau dipakai Tuhan secara luar biasa bila secara kasat mata bergelimang
materi: kaya, bermobil mewah, mengenakan pakaian atau aksesoris mahal
dan bermerek. Alkitab menyatakan, "Bukan yang dilihat
manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi
TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b).
Dalam melayani Tuhan Paulus adalah seorang yang apa adanya. Ia tidak malu
mengakui kelemahan dan kekurangannya. Dengan jujur ia mengakui bahwa
dirinya adalah mantan orang berdosa, "aku yang tadinya seorang
penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah
dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di
luar iman...di antara mereka akulah yang paling berdosa." (1 Timotius 1:13, 15). Berbeda
dengan orang-orang Kristen di zaman sekarang ini yang kebanyakan berusaha
menyembunyikan kekurangan dan kelemahannya karena takut reputasinya menjadi
rusak. Rasul Paulus menyadari bahwa beroleh kesempatan melayani Tuhan
adalah suatu anugerah yang tak ternilai harganya. Karena itu ia berkomitmen untuk bekerja mati-matian demi
Injil. Ke mana pun ia pergi, di mana pun berada, dan kapan pun
waktunya, tak henti-hentinya ia bersaksi tentang salib Kristus dan juga
membagikan kasih yang telah diterimanya dari Tuhan. Meski didera oleh
berbagai macam kesulitan, ujian, aniaya dan penderitaan, tak menyurutkan
langkahnya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Dalam mengerjakan
panggilan Tuhan ini Paulus tidak mencari nama besar atau pujian dari
manusia. Ia selalu memperkenalkan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan
manusia dari kuasa dosa dan maut. Jadi tujuan utamanya adalah membawa
orang sebanyak-banyaknya kepada Kristus dan diselamatkan.
Seorang pelayan Tuhan sejati akan
mengagungkan dan mengutamakan Tuhan, semua hanya untuk kemuliaan nama
Tuhan. Yang tak dilupakan Paulus adalah keseimbangan antara perkataan dan
perbuatan. Ia tidak hanya berbicara, namun juga mempraktekkan apa yang
dikatakannya! menjadi dalil Paulus,
yaitu bahwa Injil itu berasal dari “penyataan Yesus Kristus” (12). Frase itu bisa berarti “penyataan yang disampaikan
oleh Yesus Kristus”, tetapi dalam Kis 9:3–8 tidak ada petunjuk bahwa Yesus
mengajar Paulus, sebaliknya Yesus
menyatakan diri-Nya kepada Paulus. Dalil itu yang kemudian mau dibuktikan
dalam 1:13–2:10. Fokus Paulus adalah membuktikan
bahwa dia tidak bergantung pada manusia dalam menerima Injil itu. Tetapi dia
juga memberi beberapa petunjuk tentang sifat Injil itu sebagai Injil anugerah,
dan juga bahwa Injil itu sama dengan Injil para rasul yang lain.
Aa.13–17 menceritakan panggilan Paulus oleh Allah. Ada beberapa efek dari
kesaksiannya. Pertama, dia mengaku maju dalam Hukum Taurat yang dibanggakan
pengajar sesat, tetapi hal itu malah membawa dia untuk menganiaya jemaat Allah. Kedua, panggilan Allah atas hidupnya
dialami bukan dalam ketaatannya terhadap
Hukum Taurat, melainkan ketika Yesus berjumpa dengan dia. Di sini kita
melihat sifat Injil sebagai kasih
karunia: Paulus dipilih di kandungan ibunya sebelum dia berbuat baik
atau buruk, dan dijumpai Kristus ketika dia telah berbuat buruk dengan menjadi
musuh Allah. Ketiga, seperti nabi Yeremia yang dipanggil untuk menjadi nabi
bagi bangsa-bangsa, Allah merencanakan kerasulan Paulus sejak dia dikandung.
Beda dengan imam dan raja, nabi-nabi dipanggil di luar lembaga-lembaga Israel. Karena dipanggil langsung oleh Allah
melalui penyataan diri Yesus, Paulus tidak perlu pergi ke Yerusalem supaya
kerasulannya mereka teguhkan. Injilnya tidak bergantung pada mereka.
"Beritakanlah
firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," 2 Timotius 4:2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar