Kamis, 28 Maret 2019

Khotbah Keb. R. Tangga 12-13 Maret 2019 Gal 1 :11-18 Hidup Bagi Injil Kristus

Rasul Paulus menghasilkan buah pemberitaan Injil dengan mendirikan sebuah jemaat di Galatia (Kis. 13-14). Seharusnya Rasul Paulus dipuji dan dihargai karena hal itu, tetapi justru kritikanlah yang muncul. Setelah Rasul Paulus mendirikan jemaat di Galatia, berita Injil yang dia sampaikan serta jabatan kerasulannya diserang oleh kelompok-kelompok Yahudi yang berusaha mengacaukan iman jemaat Galatia. Kelompok Yahudi itu berusaha memaksa jemaat di Galatia untuk disunatkan dan menerima Taurat Musa sebagai syarat agar mereka diselamatkan dan diterima dalam persekutuan orang percaya (7). Mereka juga menuduh Paulus sebagai orang yang tidak termasuk kelompok rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (1, 7, 12). Maka menurut mereka, pemberitaan Paulus menyimpang dan tidak sah (9).Tentu saja bagi Paulus, tuduhan ini terasa mengganggu proses pemberitaan Injil yang dia lakukan. Apalagi jemaat Galatia yang baru bertumbuh sangat mudah memercayai hal-hal yang masuk akal (6-7). Oleh sebab itu, Rasul Paulus mematahkan kritikan dan keraguan yang ditujukan kepadanya dengan menegaskan bahwa Injil yang dia beritakan bukanlah Injil yang berasal dari pengajaran manusia (11-12), melainkan Injil yang diterima melalui penyataan Yesus Kristus (12). Kristus sendirilah yang memilih dan memerintah dia untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (15-16). Rasul Paulus dengan tegas memproklamirkan bahwa Injil yang dia beritakan adalah kebenaran (20) dan jabatan kerasulannya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah (1) dan manusia (18-19).
"Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya."  Galatia 1:23 Sering kita jumpai banyak pelayan Tuhan yang lebih mengutamakan penampilan lahiriah.  Mereka dianggap berhasil atau dipakai Tuhan secara luar biasa bila secara kasat mata bergelimang materi:  kaya, bermobil mewah, mengenakan pakaian atau aksesoris mahal dan bermerek.  Alkitab menyatakan,  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).      Dalam melayani Tuhan Paulus adalah seorang yang apa adanya.  Ia tidak malu mengakui kelemahan dan kekurangannya.  Dengan jujur ia mengakui bahwa dirinya adalah mantan orang berdosa,  "aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman...di antara mereka akulah yang paling berdosa."  (1 Timotius 1:13, 15).  Berbeda dengan orang-orang Kristen di zaman sekarang ini yang kebanyakan berusaha menyembunyikan kekurangan dan kelemahannya karena takut reputasinya menjadi rusak.  Rasul Paulus menyadari bahwa beroleh kesempatan melayani Tuhan adalah suatu anugerah yang tak ternilai harganya.  Karena itu ia berkomitmen untuk bekerja mati-matian demi Injil.  Ke mana pun ia pergi, di mana pun berada, dan kapan pun waktunya, tak henti-hentinya ia bersaksi tentang salib Kristus dan juga membagikan kasih yang telah diterimanya dari Tuhan.  Meski didera oleh berbagai macam kesulitan, ujian, aniaya dan penderitaan, tak menyurutkan langkahnya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.  Dalam mengerjakan panggilan Tuhan ini Paulus tidak mencari nama besar atau pujian dari manusia.  Ia selalu memperkenalkan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan maut.  Jadi tujuan utamanya adalah membawa orang sebanyak-banyaknya kepada Kristus dan diselamatkan.
     Seorang pelayan Tuhan sejati akan mengagungkan dan mengutamakan Tuhan, semua hanya untuk kemuliaan nama Tuhan.  Yang tak dilupakan Paulus adalah keseimbangan antara perkataan dan perbuatan.  Ia tidak hanya berbicara, namun juga mempraktekkan apa yang dikatakannya! menjadi dalil Paulus, yaitu bahwa Injil itu berasal dari “penyataan Yesus Kristus” (12). Frase itu bisa berarti “penyataan yang disampaikan oleh Yesus Kristus”, tetapi dalam Kis 9:3–8 tidak ada petunjuk bahwa Yesus mengajar Paulus, sebaliknya Yesus menyatakan diri-Nya kepada Paulus. Dalil itu yang kemudian mau dibuktikan dalam 1:13–2:10. Fokus Paulus adalah membuktikan bahwa dia tidak bergantung pada manusia dalam menerima Injil itu. Tetapi dia juga memberi beberapa petunjuk tentang sifat Injil itu sebagai Injil anugerah, dan juga bahwa Injil itu sama dengan Injil para rasul yang lain.
Aa.13–17 menceritakan panggilan Paulus oleh Allah. Ada beberapa efek dari kesaksiannya. Pertama, dia mengaku maju dalam Hukum Taurat yang dibanggakan pengajar sesat, tetapi hal itu malah membawa dia untuk menganiaya jemaat Allah. Kedua, panggilan Allah atas hidupnya dialami bukan dalam ketaatannya terhadap Hukum Taurat, melainkan ketika Yesus berjumpa dengan dia. Di sini kita melihat sifat Injil sebagai kasih karunia: Paulus dipilih di kandungan ibunya sebelum dia berbuat baik atau buruk, dan dijumpai Kristus ketika dia telah berbuat buruk dengan menjadi musuh Allah. Ketiga, seperti nabi Yeremia yang dipanggil untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, Allah merencanakan kerasulan Paulus sejak dia dikandung. Beda dengan imam dan raja, nabi-nabi dipanggil di luar lembaga-lembaga Israel. Karena dipanggil langsung oleh Allah melalui penyataan diri Yesus, Paulus tidak perlu pergi ke Yerusalem supaya kerasulannya mereka teguhkan. Injilnya tidak bergantung pada mereka.

"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,"  2 Timotius 4:2

Tidak ada komentar: