Tuhan
Yesus menyampaikan perumpaan tentang penggarap-penggarap
kebun anggur bagi para pemimpin Yahudi yang berkuasa yaitu ahli Taurat, iman
dan para tua-tua. Perumpamaan ini dikutip Yesus dari Yesaya 5:1-7 yaitu
‘Nyanyian tentang kebun anggur’, lalu direfleksikannya dalam situasi terkini di
zamanNya. Perumpaan ini diberikan Yesus sebagai jawaban tidak langsung
pertanyaan para pemimpin itu akan asal atau sumber kuasaNya mengutuk pohon ara (11:12-14); dan melakukan penyucikan Bait Allah
(11:15-19). Dari perumpaan ini yg dimaksud dengan kebun anggur adalah bangsa Israel; pemilik kebun
anggur adalah Allah, para penggarap yang jahat adalah para pemimpin Yahudi yang
menolak Yesus Kristus; para hamba yang diutus adalah nabi-nabi dan imam;
anaknya yang kekasih sang ahli waris (ayat 6) adalah Anak Allah yaitu Yesus
Kristus; dan para penyewa yang lain adalah semua orang non Yahudi.
Tuhan Yesus melalui perumpamaan ini menunjukkan identitasNya sebagai Anak Allah. Sebagai penutup dari
perumpamaanNya, lalu Ia mengutip firman dari Mazmur 118:22, 23 untuk menyatakan bahwa Dia adalah Sang batu
penjuru yang dibuang oleh para pemimpin di atas.
“Yesus
adalah Sang Batu penjuru”,
inilah tema kita pada Minggu Passion ke IV atau Minggu Okuli ini. Yesus yang
adalah batu penjuru
itu sangat
prinsip, penting dan perlu sekali
dalam kehidupan kita. Yesus sang Batu Penjuru itu sangat menentuken
kokoh atau rapuhnya bangunan hidup
rohani kita, tegak dan miringnya
hidup spiritualitas kita, serta tahan atau tumbangnya kita.
2 Sikap
manusia terhadap Yesus Sang Batu Penjuru
1. Sikap menolakNya menjadi
batu penjuru dalam hati dan kehidupan kita. Para pemimpin Yahudi jelas sekali menolak Yesus sebagai Anak Allah dan
sebagai Batu Penjuru. Dalam ayat 12 dikatakan bahwa mereka berusaha
menangkapNya, tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka membiarkanNya. Perumpamaan
di atas mau menyatakan keprihatinan Allah akan keterpisahan (gap) yang semakin lebar antara diriNya dengan umatNya
oleh karena penolakan dan ketidaktaatan mereka. Siapapun yang menolak Yesus
Kristus, Putra Allah pasti akan ditolak Allah. Yang menolak batu penjuru pasti
hidupnya akan rapuh, goyah dan akan setera rubuh. Ada akibat atau konsekuensi
yang jelas dan sangat buruk sekali bila menolak Yesus Sang Batu Penjuru.
Siapapun yang molak Allah di dalam Yesus Kristus pasti akan roboh dan
runtuh.
2. Sikap menerima Yesus menjadi batu
penjuru hidupnya. Sekalipun para pemimpin Yahudi menolakNya tetapi ada
banyak orang yang menerimaNya. Ada banyak para penggarap/ penyewa yang lain
yang menerima kepercayaan yang Tuhan tawarkan dan berikan. Inilah yang terjadi
terhadap semua orang non Yahudi yang menerima Yesus menjadi batu penjuru hidup
mereka. Semua yang menerimaNya beroleh kasih karunia dan berkatNya. Yang
menerimanya menerima kehidupan kekal, tetap tegak berdiri dan kuat menghadapi
segala angin topan, tornado dan badai kehidupan. “Tetapi semua orang yang
menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang
percaya dalam namaNya” (Yoh. 1:12). Tuhan Yesus mempercayakan Kerajaan Allah
bagi kita. Bukan karena kelayakan dan kepatutan kita sehingga kita meneriman
Kerajaan Allah dan menjadi wargaNya. Semua karena kasih dan anugerahNya yang
besar kepada kita. Jangan sia-siakan kepercayaan yang Tuhan berikan bagi kita.
Jangan salahgunakan kepercayaan yang diberikanNya kepada kita. Kita menghargai
kepercayaan Tuhan kepada kita dengan hidup beriman dan taat kepadaNya. Juga
dengan hidup mengasihi sesama dan semua ciptaanNya.
Menerima Yesus sebagai batu penjuru berarti
menjadi berkat bagi sesama (Kejadian
28:10-19).
Allah
berjanji bahwa melalui Abrahan dan keturunanNya (tunggal, bukan
keturunan-keturunanNya) semua bangsa akan mendapat berkat. Keturunan
Abraham yang dimaksud adalah Yesus
Kristus. Di dalam Yesus janji itu telah dipenuhi/ digenapi. Semua orang
yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan JuruselamatNya telah diberkati.
Diberkati dalam arti diselamatkan dan beroleh hidup yang kekal. Semua orang
yang menerima Yesus sebagai batu penjuru dan dasar/ pondasi hidupnya telah
menjadi Israel baru yaitu Gereja.
Sebagai
gereja (Israel baru),
maka kita tidak hanya menerima berkat dan diberkati tetapi juga memberkati. ‘Kita mengasihi, karena
Allah lebih dahulu dikasihi kita’ (1
Yoh.4:19). Kita memberkati karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi
kita. Kita menjadi berkati dengan menghasikan dan memberi buah iman sebagai
kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah? Apakah buah yang
kita produksi buah yang asam, pahit, atau busuk? Apakah kita selama ini menjadi
batu sandungan bagi orang lain? Sepatutnya orang yang beriman bukan menjadi
batu sandungan tapi batu pijakan, batu yang berguna bagi orang lain. Yang
diminta Tuhan Yesus dari kita yaitu buah yang baik, ranum dan manis. Untuk
memproduksi dan memberi buah yang banyak, bagus dan manis maka mata kita harus
selalu memandang kepada Tuhan Yesus untuk menolong kita (bnd Invocatio dari
Maz. 25:15). Ya Minggu Okuli mengajak kita untuk terus dan tetap memandang
kepadaNya.
Penutup/
kesimpulan
Ada banyak godaan di
zaman now ini yang menawarkan diri bagi kita untuk batu penjuru ataupun batu pondasi kehidupan kita.
Ada berupa materi, jabatan/ kedudukan, pangkat/ kuasa, pengetahuan dan
teknologi. Semua godaan itu adalah batu penjuru yang semu dan palsu. Ketika
kita menjadikannaya menjadi batu penjuru kehidan kita, bukannya makin kokoh dan
tangguh malah semakin rapuh. Semua itu tidak dapat menyelamatkan kita. Tidak
ada batu penjuru yang lebih kuat, kokoh dan teguh selain Yesus Kristus saja.
Dialah Sang Batu Penjuru yang sejatilah yang memberi kita keselamatan kekal
bagi kita. Dengan tetap bersandar dan mendasarkan hidup kita pada Yesus Batu
Penjuru, kita akan tetap tenang dan menang. Bersama Yesus Sang Batu
Penjuru hdiup kita tangguh dan kokoh; bersama yang lain hanya membawa ktia goyah
dan roboh. BersamaNya kita tersanjung (damai dan sejahtra), bersama yang lain
kita tersandung. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar