Dalam
Hal apakah Injil itu membebaskan..?
Dalam kitab Lukas, dikatakan kabar baik yang disampaikan bagi orang-orang
miskin, orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, dan membebaskan
orang-orang yang tertindas. Hal ini dapat saja diartikan secara harafiah bahwa
memang kabar baik (INJIL) yang berisi berita keselamatan ditujukan bagi
orang-orang tersebut. Namun apakah benar
bahwa INJIL tersebut hanya datang bagi orang-orang semacam itu saja?
Bukanlah demikian sebenarnya. Memahami bahwa situasi serupa yang digambarkan
adalah penindasan, tentu kita dapat melihat sesuatu yang berbeda dalam konteks
ini. Bangsa Israel saat itu dikendalikan dan dipimpin oleh sekelompok orang
yang disebut orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki. Para ahli Taurat juga
termasuk di dalamnya. Mereka menjadi golongan yang eksklusif, bahkan di antara
bangsa Israel itu sendiri. Orang-orang
miskin berada jauh dari mereka, begitu pula dengan orang-orang tawanan. Mereka mendiskriminasi dan menjadi penindas
bagi orang-orang miskin dan para tawanan. Maka dengan demikian, kabar baik yang
Yesus maksudkan tentulah penghapusan
diskriminasi tersebut. Yesus ingin mengajarkan firman Allah yang
sesungguhnya, sehingga seluruh bangsa Israel dapat memahami firman Allah dengan benar, bukan sesat dan
eksklusif seperti yang dilakuka orang Farisi dan ahli Taurat. Sebutan
penglihatan bagi orang-orang buta, dapat diartikan bukan saja secara harafiah
(karena Yesus memang telah menyembuhkan orang buta), tetapi juga berarti mereka
yang “buta” terhadap pengetahuan akan
firman Allah. Demikian pula dengan sebutan orang yang tertindas. Ini semua
mengarah kepada seluruh bangsa Israel yang
“tertindas” oleh pengajaran ahli Taurat. Sebagai contoh adalah dalam hal
memberikan persembahan. Bangsa Israel dituntut untuk memberikan persembahan
yang telah “dikhususkan”, yang sebenarnya diperjualbelikan agar ahli-ahli
Taurat dan orang Farisi memperoleh keuntungan.
Pendidikan
dalam bentuk ajar – mengajar sebuah tradisi dalam kehidupan
umat Tuhan. Proses belajar tentu sangat memberikan pencerahan. Layak kemudian
jika Israel dikenal sebagai bangsa yang ‘hebat’. Tempat utama untuk
melaksanakan proses ajar-belajar adalah rumah ibadat.
Yesus telah dikenal sebagai seorang
guru. Oleh sebab
itu, ketika Yesus ‘pulang kampung’ ke Nazaret, wajar sekali Ia diminta mengajar
oleh pengelola rumah ibadat. Bahan pengajaran yang diberikan kepada Yesus untuk
diajarkan diambil dari kitab Yesaya. Yesus mengajar dengan mengutip nas Yesaya 61 : 1 – 2.
Yesus menyampaikan
tugas panggilan diriNya. Dia adalah guru yang disertai oleh Roh Allah. Yesus
bukanlah guru biasa tetapi guru yang telah menerima pengurapan.
Dengan demikian, Dia adalah guru yang sungguh-sungguh diutus oleh Tuhan untuk
memberitakan Tahun Rahmat Tuhan.
Yesus mengajarkan agar
setiap orang ; menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta,
membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan Tahun Rahmat Tuhan. Pengajaran Yesus ini tidak selalu dipahami
secara harafiah tetapi dapat dimengerti secara rohani. ‘miskin’ tidaklah
semata-mata hanya berkaitan dengan harta. Orang
miskin harta akan haus dengan kekayaan. Mereka ingin memperoleh harta
kekayaan dunia. Harapannya, dengan kekayaan itu ia akan beroleh hidup bahagia.
Tetapi benarkah orang yang dipenuhi harta kekayaan beroleh kebahagiaan. Yesus
begitu tajam mengkritik pandangan seperti itu. (Matius 19:23) : Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke
dalam Kerajaan Sorga.
Kritik
Yesus terhadap orang kaya ini adalah,
karena orang kaya ini merasa terpenuhinya seluruh kehidupannya, sehingga ia
(merasa) tidak berharap atau bergantung kepada siapa (apa) pun. Ia tidak
bergantung. Baginya tidak perlu ada penolong. Ia hidup dengan keangkuhannya.
Sementara, orang miskin menyadari perlunya penolong dalam hidupnya. Lalu, kepada orang-orang miskin yang
bagaimanakah yang perlu disampaikan kabar baik ? Sesungguhnya bukan kepada
orang yang miskin harta atau kaya harta, melainkan
kepada orang-orang yang membutuhkan penolong agar beroleh kebahagiaan. Yesus
berkata (Matius 5:3) ; ‘Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga.’ Dengan demikian, kebahagiaan bukan ditentukan oleh harta dunia,
melainkan ketergantungan setiap orang kepada Tuhan. Dengan memiliki pencerahan
tentang harta, maka manusia akan dimampukan menempuh jalan yang benar. Itulah
kabar baik bagi mereka.
Demikian halnya
dengan tawanan (bagaimana
orang merasa bebas dari rasa bersalah), kebutaan (buta rohani sangat banyak di
zaman ini), ketertindasan (kita perlu mendoakan penguasa yang selalu menindas
orang kecil dan minoritas) ; semuanya perlu dilihat secara rohani. Pada
akhirnya, Yesus ingin agar seluruh umat menikmati Tahun Rahmat Tuhan. Tahun Rahmat Tuhan adalah, terwujudnya keselamatan di
bumi ini, dimana setiap orang dapat menikmati Rahmat Tuhan ; berkat dan
bahagia, secara jasmani dan rohani. Tahun rahmat Tuhan, dimana manusia
mengalami perubahan ; hati, jiwa, pikiran dan tindakannya. Orang yang menerima
kabar baik, yang bebas dari kungkungan akan merasakan berkat dan kebahagiaan.
Ia memperoleh pengertian baru akan arti hidup ini, yang membuatnya bersukacita.
Orang yang hidup dalam sukacita akan memancarkan kasih Allah itu. Kasih Allah
yang terpancar dari hati, pikiran, tindakan, dan perkataan akan mempengaruhi
hidup dalam keluarga, gereja, dan masyarakat sehingga semuanya bersukacita.
Inilah sesungguhnya tujuan dari kehadiran Gereja di dunia ini, dimana setiap
orang dapat menikmati anugerah Tuhan di dalam hidupnya.
Di
zaman ini, Pendidikan rohani menjadi sangat penting. Kita perlu mendiskusikan dan
menggumuli berbagai kehidupan ini secara rohani. Sering sekali warga gereja
berhadapan dengan masalah kehidupan ini dan selalu mengatasinya secara duniawi
pula. Lalu tidak pernah ada jalan keluar. Pendidikan Rohani ini perlu
dikembangkan agar kita makin dicerahkan. Dengan pencerahan itu kita tidak lagi
dibalut oleh pikiran kita sendiri tetapi kita makin menyadari makna dan
tanggung jawab kehidupan.
Kita semua anak-anak
Tuhan adalah ‘guru’, yang telah diberi Roh dan diurapi oleh Allah. Ada tugas
kita, apapun profesi kita agar dapat memberi pencerahan bagi banyak orang. Kita
memberitakan Injil melalui kata, prilaku, dan perbuatan kita. Dengan demikian,
banyak orang terbebas dari belenggubelengu yang mengikat dirinya.
Dalam hidup sekarang
ini, kita berhadapan dengan berbagai perubahan, dan perubahan ini disebut
kemajuan. Tidak sedikit orang, yang karena perubahan itu membuatnya menjadi
‘tertekan/tertawan/terbelenggu’ karena ingin agar dapat mengikuti semua
perubahan itu. Sebagai orang percaya, kita tidak harus serta merta mengikuti
semua perubahan itu tetapi kita perlu belajar. Dan sumber pengajaran kita
adalah firman Tuhan (Alkitab). Firman Tuhan akan menjadi landasan kita untuk
menyikapi semua perubahan ini. Firman Tuhan akan mencerahkan hati, jiwa,
pikiran kita sehingga segala yang terjadi dalam kehidupan ini membuat kita
dapat menikmati anugerah Tuhan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar