Kamis, 28 Maret 2019

Khotbah Minggu 03 Feb 2019 Lukas 4:16-21 INJIL YANG MEMBEBASKAN

Dalam Hal apakah Injil itu membebaskan..? Dalam kitab Lukas, dikatakan kabar baik yang disampaikan bagi orang-orang miskin, orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, dan membebaskan orang-orang yang tertindas. Hal ini dapat saja diartikan secara harafiah bahwa memang kabar baik (INJIL) yang berisi berita keselamatan ditujukan bagi orang-orang tersebut. Namun apakah benar bahwa INJIL tersebut hanya datang bagi orang-orang semacam itu saja? Bukanlah demikian sebenarnya. Memahami bahwa situasi serupa yang digambarkan adalah penindasan, tentu kita dapat melihat sesuatu yang berbeda dalam konteks ini. Bangsa Israel saat itu dikendalikan dan dipimpin oleh sekelompok orang yang disebut orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki. Para ahli Taurat juga termasuk di dalamnya. Mereka menjadi golongan yang eksklusif, bahkan di antara bangsa Israel itu sendiri. Orang-orang miskin berada jauh dari mereka, begitu pula dengan orang-orang tawanan. Mereka mendiskriminasi dan menjadi penindas bagi orang-orang miskin dan para tawanan. Maka dengan demikian, kabar baik yang Yesus maksudkan tentulah penghapusan diskriminasi tersebut. Yesus ingin mengajarkan firman Allah yang sesungguhnya, sehingga seluruh bangsa Israel dapat memahami firman Allah dengan benar, bukan sesat dan eksklusif seperti yang dilakuka orang Farisi dan ahli Taurat. Sebutan penglihatan bagi orang-orang buta, dapat diartikan bukan saja secara harafiah (karena Yesus memang telah menyembuhkan orang buta), tetapi juga berarti mereka yang “buta” terhadap pengetahuan akan firman Allah. Demikian pula dengan sebutan orang yang tertindas. Ini semua mengarah kepada seluruh bangsa Israel yang “tertindas” oleh pengajaran ahli Taurat. Sebagai contoh adalah dalam hal memberikan persembahan. Bangsa Israel dituntut untuk memberikan persembahan yang telah “dikhususkan”, yang sebenarnya diperjualbelikan agar ahli-ahli Taurat dan orang Farisi memperoleh keuntungan.
Pendidikan dalam bentuk ajar – mengajar sebuah tradisi dalam kehidupan umat Tuhan. Proses belajar tentu sangat memberikan pencerahan. Layak kemudian jika Israel dikenal sebagai bangsa yang ‘hebat’. Tempat utama untuk melaksanakan proses ajar-belajar adalah rumah ibadat.
Yesus telah dikenal sebagai seorang guru. Oleh sebab itu, ketika Yesus ‘pulang kampung’ ke Nazaret, wajar sekali Ia diminta mengajar oleh pengelola rumah ibadat. Bahan pengajaran yang diberikan kepada Yesus untuk diajarkan diambil dari kitab Yesaya. Yesus mengajar dengan mengutip nas Yesaya 61 : 1 – 2. 
Yesus menyampaikan tugas panggilan diriNya. Dia adalah guru yang disertai oleh Roh Allah. Yesus bukanlah guru biasa  tetapi guru yang telah menerima pengurapan. Dengan demikian, Dia adalah guru yang sungguh-sungguh diutus oleh Tuhan untuk memberitakan Tahun Rahmat Tuhan.
Yesus mengajarkan agar setiap orang ; menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan Tahun Rahmat Tuhan. Pengajaran Yesus ini tidak selalu dipahami secara harafiah tetapi dapat dimengerti secara rohani. ‘miskin’ tidaklah semata-mata hanya berkaitan dengan harta. Orang miskin harta akan haus dengan kekayaan. Mereka ingin memperoleh harta kekayaan dunia. Harapannya, dengan kekayaan itu ia akan beroleh hidup bahagia. Tetapi benarkah orang yang dipenuhi harta kekayaan beroleh kebahagiaan. Yesus begitu tajam mengkritik pandangan seperti itu. (Matius 19:23) : Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Kritik Yesus terhadap orang kaya ini adalah, karena orang kaya ini merasa terpenuhinya seluruh kehidupannya, sehingga ia (merasa) tidak berharap atau bergantung kepada siapa (apa) pun. Ia tidak bergantung. Baginya tidak perlu ada penolong. Ia hidup dengan keangkuhannya. Sementara, orang miskin menyadari perlunya penolong dalam hidupnya. Lalu, kepada orang-orang miskin yang bagaimanakah yang perlu disampaikan kabar baik ? Sesungguhnya bukan kepada orang yang miskin harta atau kaya harta, melainkan kepada orang-orang yang membutuhkan penolong agar beroleh kebahagiaan. Yesus berkata (Matius 5:3) ; ‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.’ Dengan demikian, kebahagiaan bukan ditentukan oleh harta dunia, melainkan ketergantungan setiap orang kepada Tuhan. Dengan memiliki pencerahan tentang harta, maka manusia akan dimampukan menempuh jalan yang benar. Itulah kabar baik bagi mereka.
Demikian halnya dengan tawanan (bagaimana orang merasa bebas dari rasa bersalah), kebutaan (buta rohani sangat banyak di zaman ini), ketertindasan (kita perlu mendoakan penguasa yang selalu menindas orang kecil dan minoritas) ; semuanya perlu dilihat secara rohani. Pada akhirnya, Yesus ingin agar seluruh umat menikmati Tahun Rahmat Tuhan. Tahun Rahmat Tuhan adalah, terwujudnya keselamatan di bumi ini, dimana setiap orang dapat menikmati Rahmat Tuhan ; berkat dan bahagia, secara jasmani dan rohani. Tahun rahmat Tuhan, dimana manusia mengalami perubahan ; hati, jiwa, pikiran dan tindakannya. Orang yang menerima kabar baik, yang bebas dari kungkungan akan merasakan berkat dan kebahagiaan. Ia memperoleh pengertian baru akan arti hidup ini, yang membuatnya bersukacita. Orang yang hidup dalam sukacita akan memancarkan kasih Allah itu. Kasih Allah yang terpancar dari hati, pikiran, tindakan, dan perkataan akan mempengaruhi hidup dalam keluarga, gereja, dan masyarakat sehingga semuanya bersukacita. Inilah sesungguhnya tujuan dari kehadiran Gereja di dunia ini, dimana setiap orang dapat menikmati anugerah Tuhan di dalam hidupnya.
Di zaman ini, Pendidikan rohani menjadi sangat penting. Kita perlu mendiskusikan dan menggumuli berbagai kehidupan ini secara rohani. Sering sekali warga gereja berhadapan dengan masalah kehidupan ini dan selalu mengatasinya secara duniawi pula. Lalu tidak pernah ada jalan keluar. Pendidikan Rohani ini perlu dikembangkan agar kita makin dicerahkan. Dengan pencerahan itu kita tidak lagi dibalut oleh pikiran kita sendiri tetapi kita makin menyadari makna dan tanggung jawab kehidupan.
Kita semua anak-anak Tuhan adalah ‘guru’, yang telah diberi Roh dan diurapi oleh Allah. Ada tugas kita, apapun profesi kita agar dapat memberi pencerahan bagi banyak orang. Kita memberitakan Injil melalui kata, prilaku, dan perbuatan kita. Dengan demikian, banyak orang terbebas dari belenggubelengu yang mengikat dirinya.

Dalam hidup sekarang ini, kita berhadapan dengan berbagai perubahan, dan perubahan ini disebut kemajuan. Tidak sedikit orang, yang karena perubahan itu membuatnya menjadi ‘tertekan/tertawan/terbelenggu’ karena ingin agar dapat mengikuti semua perubahan itu. Sebagai orang percaya, kita tidak harus serta merta mengikuti semua perubahan itu tetapi kita perlu belajar. Dan sumber pengajaran kita adalah firman Tuhan (Alkitab). Firman Tuhan akan menjadi landasan kita untuk menyikapi semua perubahan ini. Firman Tuhan akan mencerahkan hati, jiwa, pikiran kita sehingga segala yang terjadi dalam kehidupan ini membuat kita dapat menikmati anugerah Tuhan. AMIN

Tidak ada komentar: