Jumat, 05 April 2013

Khotbah Minggu 7 Apr 2013 ”Kasih adalah dasar saksi Kristus yang berani” Lebih Taat kepada Allah Kisah Para Rasul 5: 27-32

Pengantar: Sebelum bagian ini Petrus dan Yohanes sudah dilarang mengajar dalam nama Yesus (Kis. 4: 17). Tetapi didorong oleh ketaatannya kepada panggilan Kristus untuk menjadi saksiNya dan ketaatannya kepada pimpinan Roh Kudus, mereka tetap dan terus mengajarkan Yesus. Karena itu, dalam bagian ini, mereka ditegor kembali oleh Sanhedrin (Mahkamah Agama). Tetapi dua rasul ini, dengan tenang, menegaskan kembali ketaatan mereka kepada panggilan dan pimpinanNya itu. Mereka kembali menegaskan bahwa Yesus yang mereka bunuh dengan hukuman mati di kayu salib itu sudah dibangkitkan oleh Allah. Dia dihidupkan kembali menjadi Mesias (Raja yang diurapi Alah). Sebagai saksi peristiwa itu, mereka menyaksikan, melihat dan bahkan merasakan dampak peristiwa kematian dan kebangkitanNya itu. Karena itu, tidak mungkin bagi mereka untuk tidak memberitakan berita kebenaran itu. Renungan: Minggu Quasimodogeniti: Seperti bayi yang baru lahir. Ketika kita meletakkan dasar iman kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus melalui kebangkitanNya dan memasuki hidup baru bersama Tuhan, maka kita di utus oleh Allah ketengah-tengah dunia ini menjadi saksiNya. Menjadi saksi Kristus bukanlah hal yang mudah, Tuhan Yesus memperingatkan kepada kita bahwa kita akan dibenci dan teraniaya karena nama Yesus (Luk. 21:17), namun Tuhan memberikan kepastian dan kekuatan kepada kita: “dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16: 33); “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk. 21: 18-19). Sumber kekuatan kita adalah Tuhan dan tiada yang lain, jika kita tanggung-tanggung menjadi pengikut Yesus tentulah sangat menyakitkan menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini. Ada kalimat dalam sebuah iklan yang mengatakan “Kamu bilang itu Rintangan, aku bilang hanya Tantangan”. Jika dikatakan “Rintangan” berarti sesuatu yang menyurutkan niat kita untuk bertindak karena sesuatu yang merintangi; namun jika dikatakan “Tantangan” adalah kesulitan akan semakin meningkatkan kita berusaha mencapai kesuksesan. Kita bisa ambil contoh sederhananya, ketika ada kegiatan PA di gereja, namun hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, jika memang kita tidak mempunyai niat yang kuat untuk mengikuti PA tersebut, maka kita akan mengurungkan niat untuk mengikutinya karena hujan itu menjadi rintangan bagi kita. Namun jika niat memang sudah kuat ingin mengikuti PA tersebut, hujan selebat apapun akan menjadi tantangan buat kita. Untuk mampu mengalahkan dunia tidak boleh memiliki iman yang tanggung-tanggung sebab yang terjadi adalah menganggap sesuatu sebagai sebuah rintangan dan bukan menjadi tantangan. Menjadi saksi Kristus itu adalah sulit karena harus melawan perbuatan-perbuatan duniawi yang bertentangan dengan Firman Allah, namun mari kita anggap kesulitan itu adalah suatu tantangan buat kita. Dalam 1 Yohanes 5: 4 dikatakan “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”. Firman ini adalah kekuatan kita untuk menjadi saksi Kristus, ketika Tuhan memberikan kepada kita iman di dalam Yesus Kristus, maka disitupulalah kita menemukan kekuatan dari Allah untuk mengalahkan dunia ini. Jika kita melihat bagaimana keberanian para Rasul mengatakan “Kita harus lebih takut kepada Allah dari pada kepada manusia” adalah karena menganggap yang dihadapi mereka adalah sebuah tantangan yang harus ditahlukkan karena mereka mengandalkan iman dalam menghadapi kesulitan apapun. Jika kita melihat di ayat 41 dikatakan “Rasul-rasul itumeninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”. Penolakan yang mereka alami menjadi suatu kegembiraan dan bukan menyurutkan semangat mereka, sebab itu adalah suatu tantangan yang semakin melayakkan diri mereka menjadi saksi Kristus. Apakah kita sudah siap menjadi saksi Kristus? Apakah kita sudah siap menghadapi dunia ini dengan iman kita? Kita jangan terlalu jauh berfikir menjadi saksi Kristus kepada orang banyak, menjadi saksi Kristus bagi diri sendiri pun jika bisa dilakukan adalah sudah menjadi susuatu yang luar biasa. Jika kita mampu meyakinkan diri kita akan kekuatan Tuhan, maka tiada yang mustahil kamu akan menjadi saksi Kristus bagi dunia. Apakah kita masih seperti Petrus yang lama yang menyangkal Yesus tiga kali ataukah kita sudah menjadi Petrus yang baru yang menyatakan tiga kali “aku mengasihi Engkau” Mari kita yakinkan diri kita dahulu bahwa Yesus benar-benar Tuhan dan Allah yang kita kasihi ditengah-tengah kehidupan kita dan tiada yang lain selain dari pada Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5). Kasih adalah dasar bagi kita menjadi saksi Kristus, jika kita memang benar mengasihi Yesus, maka sesulit apapun hidup yang akan kita jalani kita akan tetap setia; apapun yang kita lakukan akan menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Semua yang akan kita perbuat adalah karena kasih kita kepada Allah. Hidup baru di dalam Kristus adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku” (Galatia 2:20). Untuk menjadi saksi Kristus, maka Tuhan akan bertanya kepada kita saat ini “Apakah engkau mengasihi Aku?” dan jika kita menjawab pertanyaan Tuhan dalam hidup kita “aku mengasihi Engkau”, maka kita akan mampu menyatakan dengan tegas dan keras kepada dunia ini “Kita harus lebih takut kepada Allah daripada manusia, dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu”. Amin....Selamat bersaksi. RHL

Rabu, 03 April 2013

Khotbah Kebaktian Rumah Tangga 04 Apr 2013. Kisah 3: 11-16

PENDAHULUAN Buku Kisah Para Rasul lebih tepat disebut Buku mengenai Roh Kudus.Warren W. Wiersbe mengatakan bahwa yang lebih tepat sebagai judul kitab ini adalah: “Kisah Umat Allah Yang di beri Kuasa Oleh Roh Kudus.” Hal tersebut adalah logis,mengingat bahwa isi kitab ini sebenarnya lebih banyak menekankan tentang umat Allah yang di beri kuasa oleh Roh Kudus. Berbicara lebih jauh tentang judul kitab ini maka kita akan berhubungan dengan siapa penulis kitab ini. Jika kita mennyakini bahwa penulis kitab ini adalah Dr Lukas, maka kita akan menyimpulkan bahwa kitab ini adalah merupakan jilid yang kedua dari Injil Lukas. II. Penulis Penulis Kisah Para Rasul sama dengan penulis Injil Lukas, keduanya merupakan satu buku dua jilid dan ditujukan kepada seseorang yang bernama Teofilus. Pendapat yang umum tentang siapa penulis Kisah Para Rasul dan Injil Lukas adalah Lukas, seorang dokter medis, karena sering memakai istilah medis. Menurut beberapa ahli bahwa kunci untuk mengetahui sang penulis diberikan oleh tiga bagian yang memakai sebutan “kami” dimana narasi disajikan memakai bentuk orang pertama jamak (Kis 16:10-17; 20:5 – 21:18; 27:1 – 28:16). III. Tempat & Waktu Penulisan Dalam kitab ini tidak ada ditemukan tentang dimana tempat kitab ini ditulis. Oleh karena itu sampai hari ini tidak ada penafsir yang dapat memastikan suatu tempat sebagai tempat penulisan kitab ini, yang ada hanyalah perkiraan atau dugaan semata. Menurut tradisi sesudah Yerome kitab ini di tulis di Roma, tetapi banyak juga penafsir yang mengatakan bahwa tempat penulisan kitab ini kemungkinan besar adalah di Makedonia, Alexandria. Disamping perkiraan-perkiraan diatas ada juga beberapa penafsir lebih setuju dengan pendapat bahwa tempat penulisannya tidak diketahui. Mengenai waktu penulisan kitab ini Charles F. Feiffer mengatakan bahwa waktu penulisan kitab ini sangat terkait dengan masalah endingnya yang mendadak, oleh karena itu menurut beliau penulisan kitab ini kemungkinan besar adalah pada suatu tanggal yang tidak lama sesudah akhir narasi dan jika demikian maka Kisah Para Rasul ditulis kira-kira tahun 62 M. IV. Tujuan Penulisan Sebagaimana terlihat dalam Kisah Para Rasul fasal 1 bahwa tujuan utama penulisan Kisah Para Rasul adalah untuk menyakinkan Teofilus bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadannya adalah sungguh benar ( Kisah Para Rasul 1:4) Penerima pertama dari surat (kitab Kisah Para Rasul) adalah Teofilus dan jika kita membandingkan antara Injil Lukas 1:1 dengan Kisah Para Rasul 1:1 dapat disimpulkan bahwa penerima Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah orang yang sama. Tetapi ada yang sangat indah dalam penyelidikan ini, dimana dalam Lukas 1:1 Teofilus di beri gelar sebagai Yang Mulia, gelar ini biasa dipakai kepada orang-orang besar (pegawai pemerintahan yang terpandang). “Diperbaharui Fokus Pelayanannya” Berdoa dengan sungguh dan mintalah kepada Tuhan untuk menyelidiki apa yang menggerakkan dan memotivasi pelayanan saudara. 1. Mengapa orang banyak mengerumuni Petrus dan Yohanes setelah peristiwa penyembuhan seorang peminta-minta di Gerbang Indah Bait Allah? (11,12) 2. Apa yang membuat Petrus dan Yohanes memakai kesempatan itu untuk bersaksi bagi nama Yesus? (12-15) 3. Bagaimana orang peminta-minta itu bisa sembuh? (16) Renungan: Pelayanan adalah suatu tugas yang dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki sesuatu, yang sudah menikmati segalanya, yang sudah besar kepada yang belum memiliki atau menikmati sesuatu, dan kaum papa. Maka tidaklah mungkin seseorang ingin melayani orang lain hanya karena ingin meraih keuntungan atau kesempatan untuk menjadi lebih besar, lebih terkenal, dsb. Sebab pelayanan berarti memberikan diri dan memuaskan orang lain.Penduduk Yerusalem sangat takjub melihat orang yang mereka kenal sebagai peminta-minta di Gerbang Indah Bait Allah, seorang yang lumpuh sejak lahir, hari itu tiba-tiba bisa berjalan mengikuti Petrus dan Yohanes. Mujizat telah terjadi, dan semua itu dilakukan oleh para murid Yesus, yaitu: Petrus dan Yohanes. Orang banyak yang sangat terkesan ini mendatangi kedua rasul itu. Petrus dan Yohanes bisa saja melihat kesempatan ini untuk mengumpulkan pengikut yang dapat menjadi kelompoknya. Mereka bisa menjadi besar dan terkenal. Tetapi mereka yang sudah diubahkan hidupnya oleh Tuhan Yesus, justru melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menceritakan tentang Kristus Yesus dan menyaksikan kuasa-Nya. Bukan mereka yang disaksikan, tapi Yesus yang diberitakan dan ditinggikan. Mereka hanya alat Tuhan untuk menyatakan kuasa dan mujizat-Nya. Mereka menyadari bahwa mereka bukan siapa-siapa. Tanpa kuasa dan pertolongan Tuhan Yesus , maka mereka tidak bisa melakukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sebagai murid Yesus Kristus, penting sekali untuk menyadari siapa “aku” ini dihadapan Tuhan. Dalam pekerjaan dan pelayanan di gereja ketika semua hal bisa dikerjakan, ide-ide cemerlang dihasilkan, banyak orang dimobilisasi dan pekerjaan yang besar dilakukan, siapakah yang ada dibaliknya? Saudara, saya atau kita….? bukankah terkadang ada perasaan yang menggelitik untuk mengatakan: ‘itu ide saya, itu karena saya, itu karena saya yang lakukan. Semua karena saya ada maka bisa dilaksanakan’. Mungkin benar, semua karena ide dan pikiran serta kemampuan saudara. Tapi benarkah? Matius 25:14-15, mengingatkan bahwa semua hamba-hamba-Nya diberikan talenta menurut kesanggupan masingmasing. Maka tidak sepatutnya jika ada orang yang menganggap dirinya begitu hebat dan celakanya mencari pujian dan penghargaan manusia untuk semua yang dilakukan. Atau mungkin saudara tidak mencari pujian, tapi ketika ide dan keinginan saudara ditolak banyak orang maka saudara mulai merasa tidak enak hati. Berhati-hatilah, karena dosa keegoisan dan berfokus pada diri sendiri mulai menggoda saudara. Jangan sampai saudara jatuh. Jika nama Yesus dan pekerjaan-Nya menjadi motivasi saudara, maka Tuhan akan memampukan dan menjaga hatimu ketika engkau berhasil atau ketika engkau tidak dihargai manusia. Amen

”Kasih adalah dasar saksi Kristus yang berani” Kisah Para Rasul 5: 27-32

Minggu Quasimodogeniti: Ketika kita meletakkan dasar iman kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus melalui kebangkitanNya dan memasuki hidup baru bersama Tuhan, maka kita di utus oleh Allah ketengah-tengah dunia ini menjadi saksiNya. Menjadi saksi Kristus bukanlah hal yang mudah, Tuhan Yesus memperingatkan kepada kita bahwa kita akan dibenci dan teraniaya karena nama Yesus (Luk. 21:17), namun Tuhan memberikan kepastian dan kekuatan kepada kita: “dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16: 33); “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk. 21: 18-19). Sumber kekuatan kita adalah Tuhan dan tiada yang lain, jika kita tanggung-tanggung menjadi pengikut Yesus tentulah sangat menyakitkan menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini. Ada kalimat dalam sebuah iklan yang mengatakan “Kamu bilang itu Rintangan, aku bilang hanya Tantangan”. Jika dikatakan “Rintangan” berarti sesuatu yang menyurutkan niat kita untuk bertindak karena sesuatu yang merintangi; namun jika dikatakan “Tantangan” adalah kesulitan akan semakin meningkatkan kita berusaha mencapai kesuksesan. Kita bisa ambil contoh sederhananya, ketika ada kegiatan PA di gereja, namun hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, jika memang kita tidak mempunyai niat yang kuat untuk mengikuti PA tersebut, maka kita akan mengurungkan niat untuk mengikutinya karena hujan itu menjadi rintangan bagi kita. Namun jika niat memang sudah kuat ingin mengikuti PA tersebut, hujan selebat apapun akan menjadi tantangan buat kita. Untuk mampu mengalahkan dunia tidak boleh memiliki iman yang tanggung-tanggung sebab yang terjadi adalah menganggap sesuatu sebagai sebuah rintangan dan bukan menjadi tantangan. Menjadi saksi Kristus itu adalah sulit karena harus melawan perbuatan-perbuatan duniawi yang bertentangan dengan Firman Allah, namun mari kita anggap kesulitan itu adalah suatu tantangan buat kita. Dalam 1 Yohanes 5: 4 dikatakan “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”. Firman ini adalah kekuatan kita untuk menjadi saksi Kristus, ketika Tuhan memberikan kepada kita iman di dalam Yesus Kristus, maka disitupulalah kita menemukan kekuatan dari Allah untuk mengalahkan dunia ini. Jika kita melihat bagaimana keberanian para Rasul mengatakan “Kita harus lebih takut kepada Allah dari pada kepada manusia” adalah karena menganggap yang dihadapi mereka adalah sebuah tantangan yang harus ditahlukkan karena mereka mengandalkan iman dalam menghadapi kesulitan apapun. Jika kita melihat di ayat 41 dikatakan “Rasul-rasul itumeninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”. Penolakan yang mereka alami menjadi suatu kegembiraan dan bukan menyurutkan semangat mereka, sebab itu adalah suatu tantangan yang semakin melayakkan diri mereka menjadi saksi Kristus. Apakah kita sudah siap menjadi saksi Kristus? Apakah kita sudah siap menghadapi dunia ini dengan iman kita? Kita jangan terlalu jauh berfikir menjadi saksi Kristus kepada orang banyak, menjadi saksi Kristus bagi diri sendiri pun jika bisa dilakukan adalah sudah menjadi susuatu yang luar biasa. Jika kita mampu meyakinkan diri kita akan kekuatan Tuhan, maka tiada yang mustahil kamu akan menjadi saksi Kristus bagi dunia. Apakah kita masih seperti Petrus yang lama yang menyangkal Yesus tiga kali ataukah kita sudah menjadi Petrus yang baru yang menyatakan tiga kali “aku mengasihi Engkau” Mari kita yakinkan diri kita dahulu bahwa Yesus benar-benar Tuhan dan Allah yang kita kasihi ditengah-tengah kehidupan kita dan tiada yang lain selain dari pada Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5). Kasih adalah dasar bagi kita menjadi saksi Kristus, jika kita memang benar mengasihi Yesus, maka sesulit apapun hidup yang akan kita jalani kita akan tetap setia; apapun yang kita lakukan akan menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Semua yang akan kita perbuat adalah karena kasih kita kepada Allah. Hidup baru di dalam Kristus adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku” (Galatia 2:20). Untuk menjadi saksi Kristus, maka Tuhan akan bertanya kepada kita saat ini “Apakah engkau mengasihi Aku?” dan jika kita menjawab pertanyaan Tuhan dalam hidup kita “aku mengasihi Engkau”, maka kita akan mampu menyatakan dengan tegas dan keras kepada dunia ini “Kita harus lebih takut kepada Allah daripada manusia, dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu”. Amin....Selamat bersaksi

"Khotbah Penguburan Barita Sondang Hutagalung" PENGHOTBAH 8:8

18 Maret 1948 (+ 17 Maret 2013) 65 Thn – 1 hari Putra/i: VALEN. SELLA. SAMMY Hidup maupun mati untuk Tuhan! Yakobus 4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Perspektif Kristen tentang Kematian Sebagai orang Kristen kita percaya, dan kita tahu, bahwa kematian bukan akhir dari suatu keberadaan, namun hal itu tetap merupakan suatu perpisahan. Itu adalah akhir dari suatu hubungan yang mempunyai arti istimewa bagi kita dalam kenidupan ini. Kematian tidak pernah indah bagi semua makhluk hidup Secara manusia kita takut mati. Bahkan kita takut sakit sebab kalau sakit menjadi parah, itu adalah keadaan yang dekat-dekat dengan kematian. Tetapi sebagaimana pengajaran dan janji Tuhan Yesus, hidup orang percaya tidak berakhir dengan kematian. Kematian, oleh karena karya Kristus, tidak lagi merupakan kuasa yang menakutkan. Kematian malah merupakan pintu menuju keselamatan yang kekal. Umur manusia bisa lama bisa juga singkat; bisa 80 tahun atau lebih; bisa sangat singkat. Akan tetapi makna hidup lebih penting dari panjang-pendeknya umur. Hidup yang bermakna adalah hidup yang dijalankan di dalam Tuhan. Seperti dikatakan Paulus: “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan” (Rm. 14:8). Panggilan kepada kita ialah supaya kita hidup dengan melakukan kehendak-Nya. Hidup bergaul dengan Tuhan! Dan hanya Roh Tuhan-lah yang akan menyanggupkan kita memiliki hidup yang terus terarah kepada-Nya! “Ajarlah kami menghitung hari-hari sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90:17). Dalam Alkitab BIS dikatakan, “Sadarkanlah kami akan singkatnya hidup ini supaya kami menjadi orang yang berbudi!” Mazmur 50 : 15 berkata: Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." “Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Pil 4:13) 1. Penderitaan adalah suatu bagian dari pengalaman hidup, penderitaan adalah suatu bagian pergumulan demi kemenangan bagi iman Kristen, penderitaan adalah suatu jenjang penerimaan, walaupun tidak seharusnya ada. 2. Orang kristen yang benar, dibenci di dunia ini (Yoh 17:14-16) walau orang kristen hidup dalam kompromi dengan dunia, tetap saja penderitaan itu hadir. 3. Penderitaan tanpa penghiburan akan tetap merana, dan penderitaan di luar Kristus adalah sengsara, penderitaan orang Kristen adalah penderitaan dalam Kristus, dengan demikian penderitaan orang Kristen adalah objek penghiburan Kristus, sehingga penderitaan orang Kristen adalah nyanyian Pujian. PENGHOTBAH 8:8 – TIDAK ADA YANG LUPUT DARI KEMATIAN Wahyu 14:13 Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Wahyu 21:4 Hidup di dunia ini diwarnai air mata yang tak kunjung habis. Air mata senantiasa mengikuti perjalanan hidup manusia sejak ia dilahirkan. Kelahiran bayi pun diawali tangisan dan tetesan air mata, begitu keluar dari rahim ibunya ia sudah mulai menangis. Ini adalah air mata pertamanya saat pertama kali ia melihat dunia. Dan ketika orang meninggalkan dunia ini kembali ditutup dengan linangan air mata dari keluarga, teman dan para sahabat. Sungguh, air mata merupakan bagian kehidupan manusia. Tetapi, pada saatnya air mata itu akan berhenti mengalir yaitu pada hari yang penuh dengan kemenangan dan kebahagiaan, air mata tak akan lagi terlihat, di mana tak seorang pun sanggup menghapus air mata kita kecuali tangan Tuhan sendiri. Segala kesusahan tidak akan kita alami lagi. Bagi umat Tuhan yang setia sampai garis akhir akan mendapatkan perhentian. Janji firmanNya mengatakan, “Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” (Wahyu 7:16-17). Bagi yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta mampu menyelesaikan tugas dan panggilanNya di sepanjang hidupnya, tidak akan mengalami air mata lagi, karena mereka akan menerima kehidupan kekal sebagai upah kesetiaan dan ketekunannya memelihara iman. Namun bagi yang menolak Kristus akan mengalami penderitaan abadi, dan air matanya tidak akan pernah berhenti mengalir karena “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Matius 13:42). Mereka akan menyesal di sepanjang abad. Penyesalan yang benar-benar sudah terlambat, sebab ketika kesempatan dan pintu anugerahNya masih terbuka, begitu saja disia-siakan. Filipi 3:20: Karena kewarga negaraan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Dibanua ginjang do sambulonta….(bona pasogit