Rabu, 30 November 2016

Khotbah Minggu 04 Desember 2016 Roma 15 : 4 - 13 Thema; Berpegang Teguh Pada Pengharapan



 Pendahuluan
Roma 15, merupakan kesimpulan dalam kitab Roma, bagaimana sesungguhnya cara kita hidup. Ada istilah lemah dan kuat dalam Roma 15, tetapi kata kuat dan lemah jangan disalah artikan. Manusia tidak dapat menilai siapa yang kuat siapa yang lemah, siapa yang lebih kuat. Memang dunia ini dunia persaingan, sehingga tanpa sadar, dalam watak kita ada persaingan dan keinginan untuk lebih unggul, pintar dan hebat. Konsep itu sudah tertanam dalam hati kita, walaupun kita sudah mengenal Tuhan. Sehingga kita sering secara tidak sadar membandingkan diri kita dengan orang lain dalam berbagai faktor. Inilah yang sering membuat terjadinya perselisihan satu dengan yang lain.
Sebelum kita membahas perenungan kita pada pagi hari ini saya ingin memberikan ilustrasi. Pada suatu hari ada percakapan antara mulut, otak, perut dan jantung. Kata otak  kepada mulut “ aku itu lebih berharga dari kamu, karena aku yang lebih dibutuhkan, kalau tidak ada aku kamu tidak dapat berbicara apa-apa”, kemudian mulut membalas dengan mengatakan “ sama saja, kalau tidak ada aku, kamu juga tidak berguna, karena aku yang paling di butuhkan saat berkomunikasi dengan orang lain”, kemudian datanglah si perut dan dia mengatakan “ yang paling penting itu aku, karena tanpa aku kalian tidak dapat berpikir dan berbicara, kemudian datanglah jantung “tunggu dulu, tanpa aku kalian semua mati dan tidak dapat berbuat apa-apa”. Dari ilustrasi di atas memperlihatkan bahwa kesatuan antara anggota tubuh itu sangatlah penting, Apa jadinya jika salah satu anggota tubuh itu tidak berfungsi? Tentu akan mempengaruhi anggota tubuh yang lain, oleh sebab itu anggota tubuh tidak sebaiknya untuk saling merendahkan . Anggota tubuh itu sama seperti anggota Jemaat yang dipersatukan oleh tubuh Kristus. Sebaiknya saling bekerja sama untuk menjalankan fungsi masing-masing sebagai anggota Kristus bukan saling menjatuhkan atau membanggakan dirinya
Dengan melihat Surat Roma besar kemungkinan bahwa jemaat Kristen disana terdiri dari Yahudi dan non Yahudi, dimana keberadaan kelompok Yahudi adalah minoritas pada kota itu. Karena dalam surat Roma ini, kelihatannya Paulus terkadang berbicara khusus kepada kelompok Yahudi, seperti sebutan “Abraham” “bapa kita” (4:1) dan dalam hal lain ia berbicara kepada yang non Yahudi (1:5 dsb; 11:13; 28:31).
Sama halnya dengan kekristenan di Indonesia demikian juga posisi Yahudi dalam jemaat Roma yang minoritas. Paulus mengangap penting menyapa jemaat Roma dengan keadaan yang demikian, agar jemaat Roma dapat bertahan dalam keharmonisan, walaupun dengan berbagai suku dan bangsa (Yahudi dan non Yahudi) serta keragaman kuantitas. Jemaat dengan keragaman itu, bukanlah menjadi jemaat tanpa pengharapan, justru dengan keadaan itu, jemaat perlu berpegang teguh pada sumber pengharapannya, yakni Tuhan Yesus Kristus.
Keterangan Nats
Berpegang Teguh Pada Pengharapan (4)
Hidup tanpa pengharapan, sama halnya dengan hidup tanpa masa depan. Tanpa pengharapan akan mengakibatkan sikap pesimistis akan masa depan yang lebih baik. Untuk menghadapi kehidupan ini perlu pengharapan, sebab dengan pengharapan akan menambah semangat seseorang untuk mencapai sesuatu. Rasul Paulus memberikan pengertian kepada jemaat Roma untuk hidup dalam pengharapan. Pengharapan yang dimaksud adalah pengharapan yang telah diberikan oleh Allah, yang sudah tertulis dalam Alkitab.
Pada ayat 4 dinyatakan “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci”. Alkitab berisi pelajaran bagi orang Kristen, pelajaran itu diberikan supaya orang percaya teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan. Pengharapan harus dipegang, jangan sampai lepas, oleh karenanya setiap orang yang berpengharapan adalah orang yang memiliki ketekunan. Sebab dengan melihat serta memaknai kehidupan ini, tentunya terkadang seolah-olah tidak ada pengharapan. Untuk menghadapi masa paling sulit sekalipun, bukan berarti tidak ada jalan keluar, asalkan tetap bertekun memegang erat pengharapan.
Dalam Kerukunan Memuliakan Allah (5-6)
Rasul Paulus juga mengharapkan dan menghimbau agar jemaat di Roma hidup dalam kerukunan. Kepelbagaian suku bangsa dalam persekutuan, tidaklah menjadi penghalang adanya kesatuan untuk memuji dan memuliakan Allah serta berbuat kasih. Keragaman suku bangsa dalam satu jemaat adalah kekayaan yang patut di syukuri. Dengan keragaman dalam satu jemaat, tentunya akan memberikan nilai tambah pada jemaat itu sendiri untuk melaksanakan kehendak Allah.
Perbedaan atau keragaman adalah karya ciptaan Allah, keragaman itu juga menunjukkan bahwa Allah memiliki daya cipta yang luar biasa. Keragaman dapat juga dinyatakan sebagai bentuk dari kebesaran dan kemahakuasaan Allah, oleh sebab itu segala perbedaan bukan menjadi tembok penghalang untuk memuliakan Allah dalam kebesaran dan kemahakuasaanNya. Justru dengan keragaman itulah seharusnya manusia semakin sadar dan bersyukur bahwa Allah patut untuk di sembah, sebab Dia mahakuasa.
Kesatuan Allah adalah Ajakan Bagi Bangsa-Bangsa Memuji Tuhan
Banyak perbedaan yang pasti akan dijumpai dalam satu jemaat, seperti yang terjadi dalam jemaat Roma, ada Yahudi ada non Yahudi. Bukan hanya perbedaan suku dan bangsa, namun dalam satu jemaat biasa dan bisa saja hanya ada satu suku dan bangsa, seperti kebanyakan gereja yang ada di Indonesia. Namun hal itu tidak menjamin adanya keselarasan pemahaman dalam jemaat itu. Kenyataannya masih ada kita dengar gereja yang memisahkan diri dari sinodenya lalu membuka gereja yang baru dan membuka sinodenya yang baru juga. Ada juga jemaat yang harus menerima siasat gereja, namun tidak bisa menerimanya, akhirnya pergi ke sekte yang lain dan diterima. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari perbedaan pemahaman dan kehidupan bergereja yang dapat kita temui saat ini.
Dalam ayat 7 pada perikop ini rasul Paulus mengatakan “terimalah yang satu dengan yang lain, seperti Kristus juga telah menerima kita”. Dalam nats ini kata kunci untuk membentuk kesatuan itu adalah “saling menerima”. Sikap saling menerima perbedaan tentunya perlu untuk dipahami dengan sebaik-baiknya. Apakah gereja dituntut untuk menerima kesesatan? Tentunya tidak sesederhana itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Saling menerima dalam nats ini ialah didalam Kristus. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kepelbagaian dosa dan kehidupan serta cara pandang kita, namun perlu dipahami Tuhan Yesus tidak pernah menerima Iblis untuk diselamatkan. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kasihNya dan tentunya kita juga akan menerima yang satu dengan yang lain dengan kasih Tuhan Yesus Kristus. Didalam Tuhan Yesus Kristus akan menerima pembenaran dan kasih. Setiap yang diterima oleh Tuhan Yesus sudah memperoleh pembenaran dan kasihNya. Oleh karenanya, menerima satu dengan yang lain tidak terlepas dari pembenaran dan kasih Allah. Itulah yang menyebabkan gereja dapat menerima orang-orang yang dianggap sangat berdosa, namun harus diingat haruslah siap untuk masuk kedalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus Kristus.
Demikian halnya dalam kepelbagaian dalam jemaat, harus bisa saling menerima yang satu dengan yang lain, namun tetap berada dalam posisi pembenaran dan kasih dari Tuhan Yesus Kristus. Dengan saling menerima didalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus Kristus, maka akan terjadi saling menerima dan terjadilah harmoni kedamaian. Dengan terciptanya kedamaian dalam satu jemaat, ini akan memberikan efek yang baik dalam pekabaran Injil. Suku dan bangsa akan melihat jemaat yang hidup dalam damai itu sebagai contoh yang baik untuk ditiru, dan juga akan diikuti. Dengan demikian nama Allah akan dimuliakan oleh suku dan bangsa.
Penutup
Apa yang ditulis dalam Roma 15, tidak dapat lepas dari doa yang Yesus naikkan sebelum Dia naik ke salib, yang merupakan dasar, fondasi, isi hati Tuhan, kerinduan Tuhan, untuk kita. Yoh 17:1-26, fokus pada ayat 21-23 yang menjadi fondasi dan kebenaran dari pesan yang ada dalam Roma 15. Doa syafaat Yesus dibagi atas 3 bagian:
1.       Untuk diri sendiri. 2. Untuk murid-murid. 3. Untuk umat Kristiani pada umumnya.
Kesatuan dan persatuan antar murid Yesus dan antar anak-anak Tuhan, merupakan kerinduan hati Yesus. Kesatuan itu merupakan satu persekutuan dari hati ke hati. Dalam doa ini, kita dapat melihat betapa besar kasih Yesus. Relationship antar kita dengan Tuhan diibaratkan seperti Gembala dan domba, tidak hitung-hitungan, penuh kasih sayang dan pengertian. Kesatuan antara murid-murid akan membawa dunia menjadi percaya.
Tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah supaya dunia percaya Yesus sebagai Mesias dan juru selamat.
Kesatuan dan sikap saling menerima, merupakan implikasi dan aplikasi dari iman dari seseorang.
Sikap kita yang saling menerima, merangkul dan saling memperhatikan, merupakan bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengenal hati Tuhan. Tidak sama dengan konsep saling menerima, merangkul dan memperhatikan dalam hal duniawi.
Orang dunia saling menyenagkan dan memperhatikan. Misalnya jika merasa letih dan capek, mereka pergi minum-minum. Kesannya lebih menyenangkan, tetapi berbeda dengan konsep orang Kristen. Konsep menyenangkan, menerima dan memperhatikan dunia beda dengan yang ada dalam Yesus. Orang-orang yang berkumpul karena mengkonsumsi narkoba, kadang-kadang lebih kompak dari persekutuan orang percaya. Orang-orang gang juga siap mati untuk temannya. Itu satu kebanggaan bagi mereka.
Kesatuan untuk menyenangkan satu sama lain, bukan dengan sikap duniawi, tetapi ada hakekat kekristenannya. Yesus berkali-kali mengungkapkan kesatuan, saling menerima, supaya dunia percaya.
Sikap dan tingkah laku kita terhadap dunia sangat penting. Jangan munafik.
Yoh 17:23, melalui kesatuan, saling menerima, menolong dan persekutuan yang indah merupakan bukti bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki hati Tuhan.Amen

Kamis, 17 November 2016

Khotbah Minggu 20 Nopember 2016. “Segala Sesuatu di Ciptakan dan Diperdamaikan di Dalam Dia” Kolose 1:11-20



 Kitab Kolose merupakan suatu dokumen yang mengandung arti yang dalam sekali dan tidak ternilai harganya. Uraian ajaran ini bernada pembelaan karena Paulus bermaksud memerangi ajaran-ajaran mistik dan asketik yang bercorak Yahudi dengan pengertian yang salah tentang alam, penyembahan kepada malaikat-malaikat. Tema pokok Kolose ini adalah kepenuhan dan keutamaan Kristus dan kesempurnaan orang Kristen dalam Dia dibandingkan mistik dan siksaan diri yang diajarkan oleh ilmu filsafat dan hikmat manusia. Ajaran sesat yang mencampurkan teosofi, agama Yahudi dan asketisisme itu nampak bersifat rohani, tetapi pada hakekatnya menjauhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan.
Beberapa hal yang dibentangkan dalam Kol 1:11-20 ini yang melukiskan Kristus sejati sebagai Allah adalah: pertama, Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Kedua, sulung dari segala yang diciptakan. Ketiga, di dalam Dialah diciptakan segala sesuatu. Keempat, Dia adalah terlebih dahulu dari segala sesuatu. Kelima, segala sesuatu ada di dalam Dia. Keenam, seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.
Melalui doa Paulus dalan Nats kita dia ingin mengajak kita saat ini menyadari bahwa kita memiliki Allah yang begitu mengasihi kita yaitu Yesus Kristus. Dengan kasihNya itu “Melayakkan kita untuk mendapat bagian dalam kerajaanNya sebagai orang-orang kudus”. Dia “melayakkan – melepaskan – memindahkan – menebus – mengampuni”, bahwa Allah di dalam Yesus Kristus berbuat untuk keselamatan kita. Itulah Allah yang kita imani dan yang kita kenal.
Maka dari itu, dengan pengenalan seperti itu kita diarahkan untuk dapat memahami apapun kondisi kehidupan yang sedang kita hadapi dan apapun yang akan terjadi, kita pasti akan menanggungnya dengan “Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita” (ay.11-12). Bahwa sukacita seorang Kristen itu adalah sukacita di dalam setiap keadaan. Iman akan semakin kuat dan bertumbuh ketika kita mengandalkan iman atas setiap situasi hidup yang kita lalui.
“Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita” harus nyata bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Sebab tidak ada alasan untuk tidak berbuat seperti itu karena iman kita kepada Allah yang memberi jaminan atas keselamatan kita. Maka apapun kondisi dan situasi yang kita hadapi ke-empat hal di atas akan tetap bergelora dalam kehidupan kita. Sebagaimana Mazmur 46: 3 mengatakan “Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut”.
Dalam nas kita ini, Paulus menerangkan bagi kita untuk mengenal Allah yang kita imani melalui Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang menciptakan kita dan yang menjadikan segala sesuatunya. Kita (manusia) yang diciptakan oleh Allah adalah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), dan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan manusia melalui Yesus Kristus memperlihatkan bagaimana Allah itu menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Supaya melalui Yesus manusia dapat melihat bagaimana kuasa atas kehidupan ini ada dalam Yesus Kristus Tuhan kita, bahwa seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Melalui Yesus Kristus kita dapat melihat dan mengimani kuasa atas kehidupan ada padaNya, bahwa Dia adalah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati.
Maka disini Paulus mendefenisikan hubungan kita dengan Allah adalah hubungan yang organik, yaitu Kristus adalah kepala dan kita tubuhNya. Menandakan hubungan yang begitu erat yang ‘tak terpisahkan. Sebagaimana Paulus menuliskannya di Roma 8: 35 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Tuhan, sekalipun itu maut sebab dengan kesatuan kita dengan Kristus, sebagaimana Kristus bangkit dari antara orang mati demikian juga kita akan dibangkitkanNya dari kematian.
Sehingga nas ini mengarahkan kita bahwa selama kita masih hidup dalam dunia ini, tetaplah untuk: 
“Tekun” di atas dasar iman yang telah terbangun dalam diri kita, walau apapun yang akan terjadi ‘tak akan memisahkan kita dari Tuhan. “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allahmu” (Yosua 23:11).
“Sabar” menahan diri tidak gegabah, tetap menguasai diri dalam terang Firman Tuhan, sebab akan tiba waktunya kita menerima buah dari kesabaran kita. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16: 32)
“Bersyukur” atas apapun yang ada dalam hidup kita, sebab bersyukur akan membuat kita mampu melewati hal yang sukar, bersyukur akan membuat kita senantiasa memandang Allah dan menjauh dari ketakutan, sebagaimana Paulus mengatakan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal” ( 1 Tes. 5: 18).
Bersukacita” adalah sikap kita merespon atas apapun yang terjadi, sebab sukacita tidak datang dari perasaan atau pikiran kita tetapi sukacita adalah sinar dari iman yang menyinari hidup kita. “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah” (Filipi 4:4).
Penerapan 1. Siapakah Yesus Kristus? Kolose 1:15-20 menerangkan bagi kita siapa Dia: a. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15) b. Ia adalah yang sulung dari segala ciptaan (1:15) c. Oleh Dia segala sesuatu diciptakan (1:16) d. Ia adalah Kepala tubuh, gereja (1:18) e. Ia adalah yang pertama dari semua yang dibangkitkan (1:18) f. Kepenuhan Allah tinggal di dalam-Nya (1:19) g. Melalui Kristus, Allah berkenan mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (1:20) 2. Kematian Kristus membuka jalan bagi kita untuk datang kepada Allah. Salib membuka jalan yang terhalang dosa sehingga kita tidak mendapatkan persekutuan dengan Allah.
Amen

Khotbah Minggu 13 Nopember 2016 BAGIMU AKAN TERBIT SURYA KEBENARAN DAN KESEMBUHAN Maleakhi 4:1-2 (Baca 1-6)



Nama Maleakhi berarti "utusanku"; nama ini mungkin menjadi singkatan dari "Malakhiah" yang artinya "utusan Tuhan". kepribadiannya sangat tampak dalam kitab ini. Dia adalah seorang Yahudi saleh yang tinggal di Yehuda masa pascapembuangan, rekan sezaman Nehemia, dan sangat mungkin seorang imam nabi. Kepercayaannya yang kokoh akan perlunya kesetiaan kepada perjanjian (Mal 2:4,5,8,10) dan yang melawan ibadah yang munafik dan tak bersungguh-sungguh (Mal 1:7--2:9), penyembahan berhala (Mal 2:10-12), perceraian (Mal 2:13-16), dan mencuri persepuluhan dan persembahan yang menjadi milik Allah (Mal 3:8-10) semua ini menunjuk kepada seorang yang memiliki integritas teguh dan pengabdian kuat kepada Allah
Nabi Maleakhi mendapat pernyataan Tuhan tentang hari Tuhan atau Kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, dikatakan “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar …..” (ay 1). Tuhan mengingatkan orang-orang “gegabah” dan “yang berbuat fasik” ( sombong dan jahat) atau tidak teliti dan tidak jadi pelaku Firman akan dibuang dan yang lain akan diselamatkan
HARI ITU DATANG. Nas : Mal 4:1
"Hari itu" mengacu kepada kedatangan Kristus yang pertama dan kedua kali. Sang nabi berbicara seakan-akan kedua kedatangan tersebut terjadi pada saat bersamaan; perpaduan ini sering kali tampak dalam nubuat PL (lihat  Za 9:9-10).
Orang yang mengabdi kepada keangkuhan dan berbuat jahat dilarang masuk kerajaan Allah (bd. Mal 3:2-3; Yes 66:15; Zef 1:18; 3:8; 1Kor 6:9-11).
* KAMU YANG TAKUT AKAN NAMA-KU. Nas : Mal 4:2
Hari Tuhan juga berarti keselamatan dan pembebasan untuk semua yang mengasihi dan hidup bagi Dia. Di dalam kerajaan-Nya kemuliaan dan kebenaran Allah akan bersinar bagaikan matahari, serta membawa kepada umat-Nya yang setia kebaikan, berkat, keselamatan, dan kesembuhan yang tertinggi. Segala sesuatu akan dibetulkan, dan umat Allah akan berlompat-lompat karena sukacita bagaikan anak lembu yang lepas kandang. Dalam bagian ini Maleakhi membahas tentang hari / saat yang telah ia singgung dalam Mal 3:17.
 I) Apa yang akan terjadi pada hari itu?
 1)   Untuk orang yang tidak beriman (ay 1).
 Kata ‘gegabah’ ini salah terjemahan.
 arrogant (= sombong).
 Orang yang tidak beriman disebut ‘sombong’ karena:
·        merasa bisa hidup tanpa Tuhan.
·        merasa dirinya cukup baik dan bisa masuk surga dengan kekuatannya sendiri. Misalnya dengan berkata: ‘Saya tidak perlu percaya Yesus ataupun ke gereja; yang penting saya tidak men-jahati orang’ atau ‘yang penting saya berbuat baik’, dsb.
·        merasa dirinya lebih baik dari orang kristen.
Semua ini jelas adalah kesombongan!
 Untuk kata ‘fasik’:(= berbuat dengan jahat).
Orang tidak beriman disebut sebagai ‘pembuat kejahatan’, karena mereka memang tidak bisa berbuat baik, dan semua yang mereka lakukan dianggap jahat oleh Tuhan (Tit 1:15)!
Tetapi hebatnya, mereka ini bisa sombong dan merasa diri baik!
 b)         Hari itu digambarkan seperti ‘api’ (ay 1).
Dalam Kitab Suci, api sering menjadi simbol dari hukuman Allah (Mat 3:10,12  Mat 13:30  Mat 25:41  Yoh 15:6  Wah 21:8).
 c)         Orang-orang yang tak beriman itu digambarkan seperti ‘jerami’ (ay 1).
·        Mereka sombong, dan merasa dirinya baik, tetapi bagi Tuhan mereka seperti jerami!
·        Mereka seperti jerami, padahal ‘hari itu’ digambarkan seperti api. Tak heran kalau mereka dihabiskan sampai tidak ditinggalkan akar dan cabang (ay 1b).
 2)   Untuk orang yang beriman (ay 2-3).
 a)   Dalam ay 2 disebutkan tentang ‘orang yang beriman’ yang disebut sebagai ‘kamu yang takut akan namaKu’.
Artinya: mereka takut kepada Tuhan, mereka hormat kepada Tuhan, mereka takut berbuat dosa, mereka hormat, cinta dan tunduk pada Firman Tuhan, dsb.
 b)   Selanjutnya ay 2 mengatakan bahwa bagi orang yang beriman itu ‘akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya’.
·        Istilah ‘surya kebenaran’ ini jelas menunjuk kepada Kristus sendiri (Yoh 8:12).
·        Istilah ‘sayap’ mungkin menunjuk kepada sinar dari surya / matahari itu. Ini memberi ‘kesembuhan’. Ada yang mengartikan ini sebagai kesembuhan dari penyakit, tapi saya lebih setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada ‘damai’ (bebas dari kesukaran / malapetaka).

 c)   Lalu ay 2 melanjutkan dengan mengatakan ‘kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang’.Ini tentu tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah (karena kalimat sebelum dan sesudahnya juga tidak hurufiah!), dan lalu dianggap menunjuk pada orang yang berjingkrak-jingkrak dalam gereja-gereja yang mengadakan Toronto Blessing. Ini adalah suatu penggambaran dari sukacita (anak lembu yang dilepaskan dari kandang memang berjingkrak-jingkrak saking senangnya).
Jadi, orang yang beriman sekarang memang menderita, tetapi pada ‘hari itu’ mereka akan bersukacita.

“Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.” (Maleakhi 4:2). Lambang yang digunakan untuk pemulihan orang-orang benar pada hari TUHAN adalah “surya kebenaran” bagaikan matahari yang “sayapnya” (cahayanya) memiliki kekuatan memulihkan.
Kesetiaan dan intergirtas pada kehendak Tuhan adalah jaminan—“Kamu akan menginjak-injak semesta alam. orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu” (Maleakhi 4:3) dalam artian jika kita menjadi pelaku kebenaran akan Firman Tuhan  maka segala bentuk intimidasi orang-orang fasik akan terinjak-injak menjadi abu di telapak kaki kita.
Mereka yang setia mengerjakan kehendak-Nya, meskipun mengalami penganiayaan luar biasa, jiwa dan keselamatan kita dijamin. Tuhan mengatakan, “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang.
Sdr/i Yang dikasihi Tuhan; Orang-orang fasik dan gegabah ada juga di dalam kehidupan bergereja… banyak hamba Tuhan hanya mencari aman…berbicara firman Tuhan tapi tidak menjadi pelaku…banyak di antara kita memakai topeng dan hidupnya hanya di panggung sandiwara…tidak berani bicara jujur, adil dan apa yang benar harus dikatakan benar.
Banyak orang kristen menggunakan topeng…topeng itu adalah hidup bergereja yang mereka bangun dengan kemewahan yang mereka sangka aman ketika hari Tuhan akan datang . “Apa yang kamu lihat di situ akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”(Lukas 21:6). Banyak kepalsuan yang menina-bobokan kebobrokan moral.
Karya yang terbesar dan mencerminkan surya kebenaran adalah yang termulia  dan yang terbaik dari yang pernah disampaikan oleh seorang hamba Tuhan adalah melalui contoh hidupnya sendiri. Ralp Waldo Emerson berkata. Tidak ada seorangpun yang dapat berkotbah lebih tinggi dari suara tangisan terhadap contoh hidupnya sendiri. Sebuah contoh jauh lebih bernilai daripada kata-kata yang disampaikan dengan baik . Seorang hamba Tuhan adalah seorang yang bukan hanya ketika berada di atas mimbar tetapi akan lebih efektif juga cerminan didalam kehidupannya sehari-hari yang terlihat di depan mata jemaatnya menjadi surya kebenaran .
kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Lukas 21:18-19).
Orang-orang benar pada hari Tuhan akan bersukacita bagaikan anak lembu yang keluar dari kandang, berjingkrak-jingkrak menikmati kebebasan dan rumput yang luas.
Jadilah anak-anak terang yang  senantiasa berbagi beban di dalam terang Tuhan.  Terang kehidupan diberikan dengan limpah  yang  dihantar  oleh cahaya terang  Sang Surya Kebenaran itu. Kristus adalah Surya Kebenaran . Terang itu sudah datang dan berdiam dalam diri kita tetapi banyak  manusia bersembunyi dan bercengkrama dalam kegelapan.
Orang Kristen sejati adalah perwakilan hidup dari kebenaran yang ia akui. Mereka mengikuti terang tatkala menerangi jalan mereka, tanpa peduli dengan akibatnya. Tuhan adalah Surya Kebenaran berada di pihak mereka melakukan kehendak-Nya dan Dia tidak akan pernah meninggalkan mereka.
Amin RHL