Rabu, 02 November 2016

Khotbah Minggu 06 Nopember 2016 Lukas 20: 27-38 Thema: Memberikan Hak Allah



Kaum Farisi adalah suatu kelompok keagamaan. Mereka ini tidak memiliki ambisi politik, melainkan lebih fokus dengan masalah keagamaan dan pelaksanaan ritus-ritus liturgi sesuai hukum-hukum agama Yahudi. Kaum Saduki adalah kelompok kecil yang biasanya beranggotakan para imam dan aristokrat. Mereka ini, biarpun kelompok kecil, biasanya merupakan kelompok berpengaruh, karena pada umumnya mereka kaya. Mereka juga biasanya terlibat persekongkolan dengan pemerintah yang berkuasa, termasuk pemerintah Romawi yang menjajah daerah Palestina pada masa itu.Kaum Farisi menerima Kitab Suci ditambah dengan semua peraturan dan hukum-hukum keagamaan yang tertulis maupun lisan, misalnya hukum tentang Sabbat dan tentang aturan mencuci tangan. Kaum Saduki hanya menerima hukum yang tertulis, yakni hanya Kitab Suci Perjanjian Lama. Perjanjian lama yang mereka terima juga lebih terbatas pada hukum Musa dan tak peduli dengan kitab para Nabi.Kaum Farisi percaya pada kebangkitan sesudah kematian. Mereka juga percaya akan malaikat dan roh-roh. Kaum Saduki tidak percaya pada kebangkitan dan malaikat serta roh-roh. Kaum Farisi percaya pada nasib serta yakin bahwa hidup manusia tergantung dari rencana Allah. Kaum Saduki percaya pada kehendak bebas yang tak terbatas. Kaum Farisi percaya dan berharap akan kedatangan Mesias. Kaum Saduki tidak percaya dan tidak mengharap kedatangan Mesias, sebab itu bisa mengganggu posisi mereka yang makmur. Dengan latar belakang seperti itu, kita bisa memahami alasan kaum Saduki datang pada Yesus dan mencoba membenarkan keyakinan mereka tentang tidak adanya kebangkitan, menggunakan logika mereka. Sebagai kaum imam mereka tahu hukum perkawinan Yahudi, yakni kalau sesorang laki-laki yang sudah punikah meninggal tanpa anak maka saudaranya yang lain harus menikahi iparnya tersebut untuk melanjutkan keturunan saudaranya yang telah meninggal (Ulangan 25: 5). Kaum Saduki yakin sekali bahwa ini merupakan hukum yang mengikat, sebab terdapat dalam Kitab Musa.Yesus memberi keterangan bahwa sebaiknya jangan membayangkan bahwa hidup sesudah kehidupan di dunia ini akan sama saja. Surga dan dunia jauh berbeda. Yesus memberi jawaban yang luar biasa benar dan sah untuk selamanya. Yesus memberi keterangan bahwa kehidupan di surga itu (Ilustrasi: Na sarupa ma dirimpu halak batak di surgo dht portibi on; Gabe naeng mamboan Mast u Surgo)
 merupakan kehidupan yang kekal, tak berakhir. Di sana tidak ada kawin dan mengawinkan. Kehidupan di sana bagaikan hidup para malaikat. Dan karena yang bertanya adalah kaum Saduki yang begitu menghormati hukum Musa,maka Yesus juga mengutip dari Keluaran 3: 1- 6 tentang “pertemuan Musa dengan Allah” di bukit pada sa at Musa melihat semak berapi tetapi takterbakar. Menurut Yesus, Musa sendiri percaya pada kebangkitan, sebab ia memanggil Allah sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.
Ev. Lukas 20:27-38. Sokrates pernah berkata, “hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dihidupi”. Dalam kalimat tersebut, mengandung makna yang sangat dalam, yang mengatakan kepada kita, bahwa setiap manusia perlu ada waktu untuk berdiam sejenak dan berpikir tentang segala sesuatu dalam hidupnya, baik yang pernah dialami, maupun kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada masa depan dalam kehidupannya. Refleksi yang dalam dan rutin (saat teduh) akan menghantar kita pada suatu titik yang penting, di mana titik itu akan menjadi fokus kehidupan kita, bahkan menjadi kekuatan, dan menuntun kita untuk melakukan sesuatu dengan mengerti tujuannya. Istilah Rick Warren dalam hal ini, adalah, “kehidupan yang digerakkan oleh tujuan”. Dalam pembacaan Minggu ini, Mazmur Daud dalam pasal 17:1-9; merupakan bagian-bagian ayat yang ditulis oleh orang-orang yang memiliki hidup reflektif yang kuat, dan jelas dalam kisah-kisahnya, mereka dalam hidup ini digerakkan oleh sebuah tujuan yang jelas dan terfokus. Yaitu Allah sebagai “the first”. Itulah sebabnya, ketika segala macam kondisi dan masalah yang sedang melanda (Ayub dan Mazmur 17:1-9), dan akan melanda (2 Tesalonika 2:1-5;13-17), para tokoh Alkitab tetap teguh pada pengajaran yang benar yang telah mereka terima dari para nabi dan rasul . Pada bagian Injil Lukas 20:27-38, Yesus pun memakai fokus, “the first” itu untuk menjawab pertanyaan orang Saduki yang tidak memiliki landasan teologia yang jelas. Yesus memakai frasa pada Lukas 20:38 yang persis sama dengan Ayub 19 : 25, yaitu, “Tuhan itu hidup.” Inilah teologia yang jelas dan merupakan hasil refleksi Daud, sehingga ketika masalah dalam hidupnya datang, dia mencari Allah yang hidup, dan ketika kedurhakaan akan datang, Paulus menasehatkan jemaat Tesalonika untuk tetap berpegang pada iman kepada Tuhan sebagai sumber segala sesuatu yang benar, atau kebenaran itu sendiri. Refleksi di atas mengajak kita untuk memiliki fokus hidup, di tengah-tengah dunia yang kompleks ini. Bukan hanya bersiap –siap menghadapi pengajaran yang sesat, tetapi juga sebagai perisai dalam menghadapi kesesakan atau pergumulan hidup. Bersama dengan Allah, kita hidup, sebab Dia adalah Allah “orang hidup” Sdr/I Yang dikasihi Tuhan Yesus..! 1. Sikap iman kepada Allah yang hidup menentukan keselamatan. Keselamatan merupakan anugerah dari Allah, bukan hasil usaha dari manusia. Kita telah memperoleh anugerah iman. Melalui iman, kita diperkenankan untuk melihat karya Allah yang berkenan menebus kita dari kuasa dosa sehingga kita diselamatkan. Bagi kita, kematian dan kebangkitan Kristus merupakan jawaban atas pertanyaan, bahwa apakah nanti akan ada kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Sebab melalui Kristus, kita ditebus oleh kuasa darah-Nya sehingga kita dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Di dalam Kristus tersedia hidup kekal yang memampukan kita untuk bersatu dengan Allah yang hidup. 2.Dia Adalah Allah Orang Hidup, Demikianlah Kita Hidup Di Hadapan Dia. Atau ini adalah pilihan yang lain: bahwa Allah adalah Allah orang hidup. Itulah yang dikatakan Kitab Suci, bahwa sesungguhnya Dia akan membangkitkan bukan hanya orang-orang percaya, tetapi bahkan orang-orang yang tidak percaya akan dibangkitkan untuk menghadap penghakiman. Itulah yang diajarkan Kitab Suci. Setiap orang akan mati, tetapi setiap orang akan dibangkitkan untuk menghadapi penghakiman Allah. Tidak ada yang dapat lolos dari penghakimanNya. Sebenarnya, Dalam Lukas 20:38, pernyataan yang sama dibuatnya. Inilah yang kita baca di sana: "Sekarang Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup; sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Apakah artinya, "di hadapan Dia semua orang hidup"? Pernyataan ini, dalam kasus datif bahasa Yunani, berarti bahwa setiap orang hidup oleh kuasaNya dan hidup memberi pertanggungan-jawab kepada Dia. Setiap orang hidup bagi Dia. Pernyataan ini, singkatnya, menyimpulkan kenyataan bahwa segala sesuatu dari kehidupan ini berada dalam tangan Allah. Hidup anda ada di dalam tangan Tuhan. Hidup dalam Tujuan Allah Untuk menghargai kasih karunia Allah sebagai ciptaan baru dalam Kristus Yesus, hidup kita harus punya tujuan yaitu untuk melakukan segala hal yang baik. Tujuan Allah dalam hidup kita harus JELAS dan KUAT dan JANGAN PUTUS ASA meskipun belum kita capai.. Tetap percaya rencana/tujuan Allah pasti tergenapi dalam hidup kita (Yes 55:8-11) (Yes 55:8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. (Yes 55:9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yes 55:10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, (Yes 55:11) demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.Amen
Illustrasi: 1. Percaya akan Mujijat Tuhan msh sama hari ini…. 2. Vocus Kpd Pengharapan jgn masalah

Tidak ada komentar: