Kitab Kolose merupakan
suatu dokumen yang
mengandung arti yang dalam sekali dan tidak ternilai harganya. Uraian ajaran
ini bernada pembelaan karena Paulus bermaksud memerangi ajaran-ajaran mistik
dan asketik yang bercorak Yahudi dengan pengertian yang salah tentang alam,
penyembahan kepada malaikat-malaikat. Tema pokok Kolose ini adalah kepenuhan
dan keutamaan Kristus dan kesempurnaan orang Kristen dalam Dia dibandingkan
mistik dan siksaan diri yang diajarkan oleh ilmu filsafat dan hikmat manusia.
Ajaran sesat yang mencampurkan teosofi, agama Yahudi dan asketisisme itu nampak
bersifat rohani, tetapi pada hakekatnya menjauhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai
Tuhan.
Beberapa
hal yang dibentangkan dalam Kol 1:11-20 ini yang melukiskan Kristus sejati
sebagai Allah adalah: pertama, Dia
adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Kedua,
sulung dari segala yang diciptakan. Ketiga,
di dalam Dialah diciptakan segala sesuatu. Keempat,
Dia adalah terlebih dahulu dari segala sesuatu. Kelima, segala sesuatu ada di dalam Dia. Keenam, seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.
Melalui
doa Paulus dalan Nats kita dia ingin mengajak kita saat ini menyadari bahwa kita
memiliki Allah yang begitu mengasihi
kita yaitu Yesus Kristus. Dengan kasihNya itu “Melayakkan kita untuk
mendapat bagian dalam kerajaanNya sebagai orang-orang kudus”. Dia “melayakkan –
melepaskan – memindahkan – menebus – mengampuni”, bahwa Allah di dalam Yesus
Kristus berbuat untuk keselamatan kita. Itulah Allah yang kita imani dan yang
kita kenal.
Maka
dari itu, dengan pengenalan seperti itu kita diarahkan untuk dapat memahami apapun kondisi kehidupan yang sedang
kita hadapi dan apapun yang akan terjadi, kita pasti akan menanggungnya dengan
“Tekun, Sabar, bersyukur dan
bersukacita” (ay.11-12). Bahwa sukacita seorang Kristen itu adalah sukacita
di dalam setiap keadaan. Iman akan semakin kuat dan bertumbuh ketika kita
mengandalkan iman atas setiap situasi hidup yang kita lalui.
“Tekun, Sabar,
bersyukur dan bersukacita” harus nyata bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Sebab tidak ada
alasan untuk tidak berbuat seperti itu karena iman kita kepada Allah yang
memberi jaminan atas keselamatan kita. Maka apapun kondisi dan situasi yang
kita hadapi ke-empat hal di atas akan tetap bergelora dalam kehidupan kita.
Sebagaimana Mazmur 46: 3 mengatakan “Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun
bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut”.
Dalam
nas kita ini, Paulus menerangkan bagi kita untuk mengenal Allah yang kita imani
melalui Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang menciptakan kita dan yang
menjadikan segala sesuatunya. Kita (manusia) yang diciptakan oleh Allah adalah
menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), dan kehadiran Allah di tengah-tengah
kehidupan manusia melalui Yesus Kristus memperlihatkan bagaimana Allah itu
menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Supaya melalui Yesus manusia dapat
melihat bagaimana kuasa atas kehidupan ini ada dalam Yesus Kristus Tuhan kita,
bahwa seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Melalui Yesus Kristus kita
dapat melihat dan mengimani kuasa atas kehidupan ada padaNya, bahwa Dia adalah
yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati.
Maka
disini Paulus mendefenisikan hubungan
kita dengan Allah adalah hubungan yang organik, yaitu Kristus adalah kepala dan kita tubuhNya. Menandakan hubungan yang
begitu erat yang ‘tak terpisahkan. Sebagaimana Paulus menuliskannya di Roma 8:
35 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu
makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita”. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Tuhan,
sekalipun itu maut sebab dengan kesatuan kita dengan Kristus, sebagaimana
Kristus bangkit dari antara orang mati demikian juga kita akan dibangkitkanNya
dari kematian.
Sehingga
nas ini mengarahkan kita bahwa selama kita masih hidup dalam dunia ini,
tetaplah untuk:
“Tekun” di atas dasar
iman yang telah terbangun dalam diri kita, walau apapun yang akan terjadi ‘tak akan memisahkan
kita dari Tuhan. “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allahmu”
(Yosua 23:11).
“Sabar” menahan diri
tidak gegabah, tetap
menguasai diri dalam terang Firman Tuhan, sebab akan tiba waktunya kita
menerima buah dari kesabaran kita. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16: 32)
“Bersyukur” atas apapun
yang ada dalam hidup kita,
sebab bersyukur akan membuat kita mampu melewati hal yang sukar, bersyukur akan
membuat kita senantiasa memandang Allah dan menjauh dari ketakutan, sebagaimana
Paulus mengatakan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal” ( 1 Tes. 5: 18).
“Bersukacita” adalah sikap kita merespon
atas apapun yang terjadi, sebab sukacita tidak datang dari perasaan atau
pikiran kita tetapi sukacita adalah sinar dari iman yang menyinari hidup kita.
“Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan:
bersukacitalah” (Filipi 4:4).
Penerapan
1. Siapakah Yesus Kristus? Kolose 1:15-20 menerangkan bagi kita siapa Dia: a. Ia adalah gambar Allah yang tidak
kelihatan (1:15) b. Ia adalah yang
sulung dari segala ciptaan (1:15) c. Oleh Dia segala sesuatu diciptakan (1:16) d. Ia adalah Kepala tubuh, gereja (1:18) e. Ia adalah yang pertama dari semua yang dibangkitkan (1:18) f. Kepenuhan Allah tinggal di dalam-Nya
(1:19) g. Melalui Kristus, Allah
berkenan mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (1:20) 2. Kematian Kristus
membuka jalan bagi kita untuk datang kepada Allah. Salib membuka jalan yang
terhalang dosa sehingga kita tidak mendapatkan persekutuan dengan Allah.
Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar