Jumat, 23 Oktober 2015

Khotbah Minggu 25 Oktober 2015 Markus 10: 46-52 “Kuasa Yesus Menyelamatkan Orang Beriman”


Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus
Dewasa ini orang buta seperti Bartimeus banyak yang sudah memperlengkapi diri dengan keterampilan sehingga mereka dapat hidup lebih layak. Tetapi pada zaman Yesus, tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukan oleh orang yang buta selain mengemis. Hal ini menempatkan mereka pada posisi yang sangat rendah dalam jenjang sosial. Davis O.Dykes mengatakan, “Pengemis saat itu hanya sedikit lebih berharga daripada anjing.” Ini artinya bahwa mereka nyaris dipandang sama seperti anjing. Tidak ada perlindungan atau jaminan social bagi para pengemis seperti Bartimeus. Jika tidak ada keluarga atau orang yang mau menanggung hidupnya, maka ia harus mengemis dan mengharapkan belas kasihan orang. Inilah situasi menyedihkan yang dialami Bartimeus.
 Bartimeus memang buta, tetapi seperti kebanyakan orang buta lainnya, ia memiliki pendengaran yang tajam. Kemungkinan besar ia sudah lama mendengar tentang Yesus, Sang Pembuat Mujizat itu; ia mendengar bagaimana Yesus telah membuat orang lumpuh berjalan dan orang buta melihat serta berbagai tanda ajaib yang sudah dilakukan-Nya. Bartimeus memang tidak pernah melihat Yesus dan bagaimana Ia melakukan tanda-tanda ajaib itu, namun ia percaya bahwa Yesus berkuasa. Ketika Yesus lewat, ia berteriak, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”   Ia percaya bahwa Yesus juga berkuasa mencelikkan matanya. Istilah “Anak Daud” yang dipakainya, menunjukkan pengharapannya tentang Mesias yang akan datang sebagai Raja.
 Satu pelajaran penting yang dapat kita lihat di sini bahwa Bartimeus memang buta secara jasmani, tetapi tidak secara rohani. Mata rohaninya jelas terbuka, ia dapat melihat Yesus sebagai Mesias yang berkuasa. Bandingkan dengan orang banyak yang masih meminta tanda kepada Yesus sekalipun mereka sudah berkali-kali menyaksikan Yesus melakukan mujizat (Yohanes 6:30). Di sisi lain, para imam dan ahli-ahli Taurat yang adalah pengajar firman Allah justru masih mempertanyakan kuasa Yesus (Markus11:27-33)
 Sungguh kenyataan yang memprihatinkan bagi orang-orang yang celik secara jasmani, namun tidak pernah mempercayai Yesus dan kuasa-Nya. Ada-ada saja dalih yang dikemukakan untuk menolak-Nya. Berkali-kali mereka menyaksikan bahkan mengalami mujizat, namun tetap saja mereka tidak mau menerima dan percaya kepada Yesus sepenuhnya. Mintalah agar Tuhan memberikan iman percaya dan mata rohani yang terbuka kepada Anda.
Iman kepada Tuhan memampukan seseorang melihat segala sesuatu dengan mata batin yang jernih, pemikiran yang terang. Di balik penderitaan yang dialaminya, ia mampu melihat celah kekuatan batin untuk mengalami, menyelami serta memaknai penderitaan itu sebagai sebuah perjalanan hidup penuh arti. Sekalipun perjalanan hidup menjadi misteri, tetapi bersama pertolongan Tuhan Allah, ia mampu berharap ada keindahan di balik perjalanan yang penuh liku itu.
Setiap orang pasti mempunyai harapan dalam hidupnya. Bisa berupa kehidupan yang layak, kedudukan atau karier yang mantap, relasi yang baik, dan sebagainya. Kalau boleh memilih kita “ingin masa muda bisa berfoya-foya, masa tua bahagia, matipun masih masuk surga, enak to! Mantep to!” (kata almarhum Mbah Surip). Jika disuruh memilih: kita cenderung memilih mahkota daripada salib. Kita memilih yang enak dan mapan ketimbang memilih perjuangan, apalagi penderitaan. Tetapi apa yang dialami Ayub dan Bartimeus tidaklah demikian. Mereka berdua hidup dalam penderitaan –bergumul dalam penderitaan– bergumul dalam pengharapan– dan bergumul dalam keimanannya kepada Tuhan. Seandainya kita yang mengalami hal seperti Ayub atau Bartimeus, mungkin kita akan mudah berkata: ‘di saat saya sudah berusaha untuk saleh dan taat, ternyata saya masih menderita. Di situ terkadang saya merasa sedih’
Lalu apa yang menjadi harapan orang menderita seperti Bartimeus yang buta, Bagi Bartimeus tentu yang diharapkan adalah pemulihan. Bagi Bartimeus tentu keinginannya agar dia dapat melihat sebab selama itu ia hidup dalam kegelapan. Ia hanya bisa mendengar cerita orang tentang cerahnya sinar matahari, tanpa bisa melihatnya.
Bartimeus Bergumul Dalam Penderitaan.
Kisah penderitaan Bartimeus yang mengharukan ini menunjukkan bahwa pada akhirnya Bartimeus puas. Yang menarik adalah, Bartimeus puas bukan karena telah mendapatkan jawaban, tetapi karena wawasan yang baru bahwa hak-hak manusia bukanlah yang terpenting di dalam desain Allah. Kehendak dan kedaulatan Allah, itulah yang terpenting.  Bartimeus seorang buta, miskin, sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain. Ada apa dengan Bartimeus? Apakah ia seorang pemalas yang harus mengalami dampak dari “kristalisasi kemalasannya?” Ternyata Bartimeus bukanlah tipe orang yang malas, yang tidak mau bangkit dari keadaan seperti anggapan orang saat itu. Justru Bartimeus adalah tipe orang yang berkemauan keras dan berkeyakinan bahwa suatu saat ia akan terbebas dari penderitaan. Apakah keyakinan Bartimeus berlebihan? Secara kasat mata mustahil bagi Bartimeus untuk terpenuhi harapannya. Tetapi, semua keraguan kebanyakan orang saat itu pupus ketika Yesus melintasi kota Yerikho, dalam perjalanan menuju Yerusalem.
Berita bahwa Yesus akan lewat, membuat hati Bartimeus tergerak untuk meminta perhatian Yesus. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang bagi Bartimeus untuk terus berseru kepada Yesus. Bartimeus yakin bahwa inilah saat yang tepat baginya untuk bangkit dari ketidakberdayaan, untuk hidup normal seperti kebanyakan orang. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Sapaan “Anak Daud, kasihanilah aku” menunjukkan bahwa siapa Yesus telah sampai ke telinga Bartimeus, dan itu menggerakkan hati Yesus.
Bartimeus Bergumul Dalam Pengharapan.
Bartimeus mengakhiri pergumulan hidupnya dengan merefleksikan hidupnya dalam terang jawaban Allah. Kita juga melihat bahwa harapan Bartimeus yang dilandasi iman, yaitu agar ia dapat melihat, digenapi. Harapan itu menuntun dia memasuki masa pemuridan dan pengenalannya akan Yesus, yang saat itu dalam perjalanan menuju salib. Peristiwa ini juga memperlihatkan sikap Bartimeus sebagai seorang murid. Responsnya untuk meninggalkan segala sesuatu demi mengikut Yesus, yang dilambangkan dengan ‘melemparkan jubahnya’ (ayat 50), bertolak belakang dengan orang kaya yang tidak rela meninggalkan harta miliknya (ayat 17 dst). Keinginannya ‘hanya untuk dapat melihat’ juga bertolak belakang dengan Yakobus dan Yohanes yang minta kedudukan. Belajar dari Bartimeus, sesungguhnya kita dapat menghayati, meskipun ia buta secara fisik, tetapi dapat melihat Tuhan dengan imannya.
Bartimeus Bergumul Dalam Iman.
Dari Bartimeus kita belajar tentang iman yang benar, yaitu iman yang diarahkan kepada Allah sendiri. Keyakinan yang didasari iman yang hidup itu tidak hanya membuatnya mampu bertahan tetapi lebih lagi membuatnya mengalami perkara besar dalam hidupnya.
Masing-masing kita, baik tua maupun muda, dapat terhisab dalam perkara besar Allah sejauh dasarnya adalah iman yang benar dan hidup. Di balik mahkota, mesti ada salibnya. Mahkota tanpa salib adalah hampa. Kenikmatan tanpa sebuah perjuangan menjadi kosong, kurang memiliki nilai. Mari beriman di balik perjuangan bahkan penderitaan, di balik itu ada makna dan pengharapan. Hidup memang berjalan terus, namun segala sesuatu ada waktunya. Badai datangpun akan berlalu. Lihatlah cakrawala baru dari Allah dan temukan keindahan dalam misteri Ilahi.


Epistel : Yeremia 3 : 11 – 18 Tema : ALLAH MENYELAMATKAN ORANG BERIMAN Nama Minggu : 21 Set Trinitas (Tritunggal) Rabu, 28 Oktober 2015


A. Pengantar
Yeremia memulai pelayanan sebagai nabi dalam pemerintahan Yosia dan ia ikut mendukung gerakan pembaharuan Yosia. Akan tetapi, ia segera menyadari bahwa gerakan itu tidak menghasilkan perubahan yang sungguh sungguh dalam hati bangsa itu. Yeremia mengingatkan bahwa jika tidak ada pertobatan nasional sejati, maka hukuman dan permusuhan akan datang dengan tiba tiba.
Pelayanan Yeremia sebagai nabi diarahkan kepada kerajaan selatan Yehuda, sepanjang 40 tahun terakhir dari sejarahnya (626-586 SM). Ia masih menyaksikan seruan Babel ke Yehuda yang berakhir dengan kebinasaan Yerusalem dan Bait Suci. Karena tugas Yeremia ialah bernubuat kepada bangsa itu selama bertahun tahun.
          B. Penjelasan Nas
Kembali kepada TUHAN dan bertobat (ay. 11-12), Israel diumpamakan seperti perempuan murtad, yang artinya berpaling dari Allah dan pergi menyembah berhala dan senantiasa membenarkan diri akan apa yang mereka lakukan sebagai kebencian di hadapan TUHAN. Walaupun demikian Allah tetap memberi kesempatan kepada mereka untuk kembali kepada Allah yang murah hati dan tidak akan murka bilaman mereka datang kepadaNya.
          Mengakui dan menyesali akan dosa (ay. 13), Pengakuan akan dosa dan menyesalinya adalah jalan satu satunya sebagai wujud pertobatan serta di dalam kesetiaan untuk senantiasa mendengarkan suara Allah. Dan merekan akan melupakan apa yang mereka lakukan selama ini sebagai kekejian bagi TUHAN, yaitu berpalingnya mereka menyembah berhala.
          Allah akan berkuasa atas bangsaNya (Ay. 14 – 15), Panggilan Allah kepada pertobatan adalah agar Allah berkuasa atas umatNya dan mereka tidak lagi di bawah kekuasaan baal. Bila mereka kembali dengan penyesalan, dan menikmati kasih dan anugerah TUHAN dan membawa mereka kembali ke Sion.

          Allah akan memulihkan (Ay. 16-18), Tabut perjanjian TUHAN yang dianggap sebagai jimat akan diganti bahwa Allah akan menaruh Taurat dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka sehingga mereka mengenal Allah yang memanggil mereka menjadi umat pilihanNya (Yer. 31:33), sehingga mereka tida lagi hidup menurut kedegilan hatinya yang jahat. Kaum Israel dan Yehuda akan bersama sama mendiami tanah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka menjadi milik pusaka mereka. Allah memanggil Israel untuk bertobat dan menjanjikan pengampunan serta pemulihan.
          C. Refleksi
1.    Manusia senantiasa mengikuti keinginannya sendiri dan keiginan tersebut adalah menuju maut dan apa yang kita lakukan itu adalah keberpalingan kita dari iman.
2.    Pada zaman modernisasi sekarang ini banyak manusia percaya akan kuasa kuasa duniawi sehingga kita terjebak kepada kuasa tersebut dan melupakan TUHAN di dalam kehidupan kita.
3.    Tuhan Yesus datang ke dunia adalah untuk memanggil orang berdosa untuk bertobat. Mengenali akan dosa dosa dan menyesalinya adalah langkah maju menuju kepada Pertobatan. AMIN
D. Diskusi
1.    Di dalam kehidupan ini sangat sulit untuk membedakan sikap dan karakter, kalau ada pertanyaan demikian bagaimana cara membedakan sikap dan karakter dalam hidup manusia?
2.    Jika kita melihat kehidupan akhir-akhir ini, semakin banyaknya kejahatan dan perbuatan dosa, sudah banyak orang yang tidak lagi takut untuk melakukan dosa. Bagaimana cara kita untuk melawan kekuatan dosa?


AKU DATANG BUKAN MEMANGGIL ORANG BENAR, TETAPI ORANG BERDOSA SUPAYA MEREKA BERTOBAT (LUKAS 5 : 32)

Evangelium : Markus 10 : 46 – 52 Tema : KUASA YESUS MENYELAMATKAN ORANG BERIMAN Nama Minggu : 21 Set Trinitas (Tritunggal) Minggu, 25 Oktober 2015


A. Pengantar
Kebutaan yang mengakibatkan berbagai keterbatasan dalam kehidupan ini merasakan betapa ketidak berutungan hidup tidak berpihak kepada dia, walaupun memang diakui pada zaman modern ini berbagai hal dapat dilakukan untuk menjadikan prestasi dalam kehidupan ini. Saat ini banyak orang yang cacat fisik termasuk tuna netra dapat memberikan yang terbaik bagi bangsanya, keluarganya dan diri sendiri. Namun dibalik itu semua orang yang buta tetap berpengharapan untuk dapat melihat. Namun kapankah itu terjadi dalam hidupnya?
Bartimeus dalam nas ini, yang buta sejak lahir mengakibatkan berbagai keterbatasan dalam kehidupannya sehingga ia menjadi seorang pengemis dan duduk di pinggir jalan memohon belas kasihan dari orang orang yang lewat sebagai sumber kehidupannya. Melalui nas ini mari kita lihat sesuatu yang terjadi pada diri seorang pengemis buta bernama Bartimeus, yang membawa pemulihan besar dalam kehidupannya.
B. Penjelasan Nas
Diberitakan dalam nas ini bahwa setelah Yesus keluar dari Yerikho bersama dengan murid muridNya dan juga orang banyak berbondong bondong mengikuti Yesus dan Bartimeus yang buta mendengar tentang Yesus lewat tepat di dekatnya sehingga ia berseru “Yesus Anak Daud kasihinilah aku” Bartimeus seorang buta dan miskin tidak pantas memanggil Yesus, sebab dalam pemikiran masyarakat pada saat itu bahwa Bartimeus dianggap terlalu rendah dan juga bilamana ada orang yang cacat ha itu adalah sebagai hukuman oleh karena dosanya sehingga orang orang memarahinya untuk tidak berteriak teriak memanggil Yesus.
          Bartimeus sadar bahwa kesempatan untuk berjumpa dengan Yesus adalah menjadikan kesembuhan baginya sehingga ia tidak akan menyerah sekalipun walaupun masyarakat melarangnya untuk bertemu dengan Yesus. Teriakan itu ditujukan memanggil Yesus karena didorong oleh iman percayanya kepada Yesus yang sanggup memenuhi harapannya. Teriakan yang diarahkan Bartimeus kepada Yesus ternyata didengar sehingga Yesus merespon.
          Iman tidak tergantung kepada apa kata orang, tidak terletak kepada pendapat manusia, tidak pula tergantung kepada strata sosial tetapi hubungan dan respon kita kepada Tuhan. Bartimeus berpegang teguh akan hal itu, dan Yesus berkata dengan imannya itulah yang menggerakkan Tuhan Yesus untuk kemudian menyelamatkannya. Iman seperti itu sanggupn menggerakkan Tuhan untuk urun tangan melakukan hal hal yang ajaib dalam hidup kita. Singkatnya, iman itulah yang kita butuhkan untuk menerima berkat dan mujizat Tuhan kepada kita. Berbicara tentang iman, mungkin kita mudah menguaraikannya dan mengkhotbahkannya namun seringkali kita sulit untuk melakukannya. Hal itu terasa bilamana kita mempunyai pergumulan, menghadapi sakit penyakit, situasi ekonomi terasa semakin sulit.
C. Refleksi
1.    Jika saat ini diantara kita ada yang mungkin sedang menghadapi jalan buntu yang terlihat seperti tidak ada lagi punya solusi atau harapan, ini saatnya untuk belajar mengambil keputusan seperti Bartimeus. Ia datang berseru seru kepada Tuhan dengan mengedepankan imannya dan lihatlah bagaimana Tuhan merespon seruannya.
2.    Sebagaimana yang dialami oleh Bartimeus tentang orang orang yang di sekitarnya yang melarang Bartimeus untuk berhenti berteriak minta tolong. Demikian juga kita, seringkali orang orang disekitar kita maupun terdekat menjadi batu sandungan bagi kita bahkan tidak peduli dengan pergumulan kita.
3.    Meski dunia mungkin sudah menyerah, dan tak satu pun harapan yang terlihat, tapi kita harus ingat bahwa diatas segalanya kita punya Tuhan yang sangat peduli kepada kita, yang sama sekali tidak terbatas. AMIN


Hadirkan Kuasa Tuhan Dalam Hidup Kita Melalui Iman Yang Tegar Dan Tidak Mudah Menyerah

Sabtu, 17 Oktober 2015

Khotbah Minggu 18 Oktober 2015 Yeremia 8 : 4-7 Thema: “Yang Jatuh Bangun, Yang Berpaling Kembali”


Sejauh burung terbang mengepakkan sayapnya, tetapi ketika senja tiba maka burung pun akan kembali kesarang, masakan bangsa ini tidak tahu dan mau kembali ke jalan yang benar...? Siapa orang yang jatuh yang ‘tak ingin bangkit kembali?. Ada naluri yang alamiah bagi ciptaan Tuhan termasuk manusia untuk mengenali situasi dan kondisi yang terbaik baginya.
Secara alamiah manusiapun pastinya mengetahui kondisi fisiknya sedang prima atau kurang sehat.
Sejak awal penciptaan Tuhan telah menetapkan bahwa kondisi terbaik manusia adalah hidup dalam ketetapan dan perintah Tuhan, dalam Ulangan 28: 1 dikatakan: “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi “.
 Kondisi terbaik manusia tidak terlepas dari Firman yang keluar dari mulut Allah, sebab manusia dijadikan oleh Firman yang keluar dari mulut Allah. Maka kehidupan manusia tidak terlepas dari kesetiaan kepada Tuhan. Dalam Mazmur 119: 105 dikatakan: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”.  

KEJAHATAN YEHUDA
Dosa apa saja yang dilakukan oleh orang-orang Yehuda, tidak hanya dilakukan oleh bangsa itu, tetapi juga oleh para pemimpin dan para imam, bahkan dosa itu justru di awali oleh para imam dan pemimpin. Dosa tersebut diuraikan sbb :
Kejahatan para Imam (Pemimpin) :
1. Para Imam tidak lagi mencari Tuhan (Yer.2:8)
2. Mengajarkan kedamaian yang palsu (Yer.5:12)
3. Para imam dan nabi mencari keuntunga duniawi (Yer.6:13)
Kejahatan Rakyat/Bangsa itu (Kolektif) :
1. Menukar Allah dengan allah (illah) lain (Yer.2:11)
2. Membunuh, Berzinah , Bersumpah Palsu, membakar korban kepada Baal (Yer.7:9)
3. Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan Tofet di lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya laki-laki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku. (Yer 7:31)

SUARA PERTOBATAN
Sedemikian dalamnya dosa dan orang Yehuda, bahkan sesuatu yang tidak pernah timbul didalam hati Tuhan sekalipun telah mereka lakukan. Allah memakai Yeremia untuk mengingatkan orang-orang Yehuda untuk mau meninggalankan dosa-dosanya menunjukkan Kasih Allah yang besar.
Bagaimana Kasih Allah tersebut diwujudkan dalam suara panggilan yang disuarakan Yeremia untuk bertobat :
Ayat (4) Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali ? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali ?
Ayat (5) Mengapakah bangsa ini berpaling, berpaling terus menerus ? Mereka berpegang pada tipu, mereka menolak untuk kembali.
Ayat (6b) Tidak ada yang menyesal karena kejahatannya … Sambil berlari semua mereka berpaling, …
Keseluruhan Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak mempersoalkan berapa kali orang tersebut jatuh, atau kepada siapa mereka berpaling, tetapi yang dipertanyakan Allah adalah, tidak kah mereka mengingat siapa mereka sesungguhnya ? bangsa yang telah dibebaskan Allah dari perbudakan Mesir, masakan mereka akan terus jatuh ? Masakan mereka terus berpaling ?

Suara ini juga datang kepada kita hari ini, Allah memanggil anda, memanggil saya secara pribadi lepas pribadi, keluarga lepas keluarga, gereja lepas gereja bahkan memanggil kita sebagai bangsa untuk KEMBALI, tidak perduli SEBERAPA BESAR KESALAHAN DAN KETIDAK SETIAAN yang anda sudah lakukan, yang penting bagi Tuhan adalah Sdr/Saya  MAU KEMBALI KEPADNYA.
Suara ini juga datang kepada saya, sebagai Hamba Allah, ibu Bapak sebagai Majelis, Ibu Bapak sebagai Ibu dan Bapak didalam keluarga, yang dipercayakan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Masikah kita senantiasa memperbincangkan-nya sebagaimana perintah Allah kepada Yosua ”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati ... (Yos..1:8a) atau masikah kita bertekun dalam membaca kitab suci seperti yang permintaan Paulus kepada Timotius ? Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. (1 Tim 4:13)
Atau kita sudah lebih suka memperbincangkan hal-hal lain yang pada akhirnya itu akan memberi keuntungan bagi kita pribadi lepas pribadi ?. Andai kita tidak lagi bersedia untuk MENYUARAKAN SUARA PERTOBATAN bagaimana mungkin mereka yang larut dalam dosa akan kembali ?
Kecaman Tuhan datang atas umatNya yang telah berpaling dari Tuhan bahkan menolak untuk kembali ke jalan Tuhan. Tidak ada rasa bersalah bagi mereka melakukan kejahatan, mereka telah kehilangan naluri sebagai umat Tuhan yang seharusnya menyadari bahwa jalan hidup yang mereka jalani telah salah arah.
Tuhan hendak menyadarkan umat Israel, bahwa mereka telah jatuh dan tersesat. Ada konsekuensi yang harus diterima ketika hidup manusia tidak lagi diterangi oleh Firman Tuhan. Penghukuman yang disuarakan kepada umat Israel adalah konsekuensi atas dosa yang telah mereka lakukan. Penderitaan yang akan mereka terima akibat hati yang bebal menolak uluran tangan Tuhan untuk membangunkan mereka untuk bangkit kembali.
Firman Allah menyapa kita saat ini melihat kembali kondisi kehidupan yang sedang kita lalui saat ini. Apakah kita sedang terjatuh atau telah tersesat salah arah. Tuhan menyuarakan kepada kita untuk mau bangkit dan kembali kepada kondisi semula.
Sebagaimana yang Tuhan katakan bahwa umat Israel tidak pernah mengatakan “Apakah yang telah kulakukan ini!”. Mereka tidak pernah sadar dan mengakui bahwa apa yang telah mereka lakukan telah menyalahi perintah Tuhan. Seperti yang ditulis oleh Paulus di 1 Tesalonika 5:21 “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”. Bahwa segala sesuatu yang kita perbuat dalam kehidupan ini harus kita uji. Dengan demikian dalam pengujian terhadap segala yang kita perbuat dalam hidup ini perlu menyediakan waktu untuk saat teduh dan membutuhkan pengenalan yang baik akan perintah Tuhan.
Tuhan yang telah menyatakan diriNya melalui Yesus Kristus sebagai anugerah dan rahmat yang agung dari sorga menyatakan kehidupan yang benar kepada kita. Menyuarakan kepada kita untuk bangkit dari keterpurukan hidup dan berbalik arah kembali kepada kuasa Firman Tuhan. Kesempurnaan hidup kita tergantung pada ketaatan kepada Tuhan bukan perlawanan pada kehendak Tuhan.
Tuhan memahami dan melihat apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Dalam nas ini kita bisa melihat bagaimana kasih Allah yang tulus mau mengangkat manusia yang menuju kesengsaraan akibat dosa. Namun kenyataannya walaupun Firman Tuhan sering disuarakan dan diperdengarkan, masih banyak diantara jemaat Tuhan yang sampai saat ini merasa nyaman bahkan merasa tidak berdosa melakukan pekerjaan yang melanggar Firman Tuhan. 
Sikap bebal dan pengerasan hati terhadap sabda Tuhan sudah waktunya untuk dimusnahkan dan disingkirkan dalam hidup ini, supaya anugerah Tuhan masuk memberi kehidupan bagi kita. Mulailah untuk terbuka menerima tawaran keselamatan dari Tuhan. Dalam kesediaan menerima Tuhan bersabda atas hidup kita akan membuat kita semakin dalam mengenal Tuhan. Amen