K
|
adangkala manusia teringat Kepada Tuhan disaat dalam kesesakan.
Sepenggal kalimat yang diungkapkan oleh Kahlil
Gibran “Kamu berdoa disaat sulit dan saat engkau butuh…”. Dalam kalimat
yang lain mengartikan doa dipanjatkan disaat kita mengalami pencobaan, disaat kita butuh, disaat
kita kesusahan.Ketika berada dalam lembah kekelaman, ujian atau
masalah yang berat, seringkali kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi?
Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?" Ketahuilah bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan kita masuk ke
suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan tujuan menguji
kesetiaan dan iman kita. Karena itu kita tidak boleh menyerah dan putus
asa.Ketahuilah bahwa kehidupan yang sedang kita jalani bukanlah sebuah
kehidupan yang bebas dari hambatan.
Bukan pula kehidupan yang tidak ada tantangan. Sebaliknya, kehidupan yang
sedang kita jalani ibarat sebuah kapal yang berada di arung samudra besar. Kadang kita mendapati gelombang, terkadang
kita juga menemukan lautan yang teduh. Dan adakalanya
Tuhan mengijinkan kita untuk masuk ke dalam suatu keadaan yang sepertinya tidak
ada harapan, dengan satu tujuan, untuk menguji kesetiaan dan iman kita.
Karena itu saudara-saudara sebagai seorang yang beriman, kita tidak boleh menyerah
dan putus asa terhadap keadaan yang sedang kita hadapi. Sebab tangan Tuhan yang
besar, sebetulnya sedang merenda kehidupan kita dan Ia menjanjikan
penyertaanNya.
Melalui kisah
Yunus inilah kita akan mempelajari bagaimana kondisi yang menyesakkan itu pada
akhirnya memampukan seseorang untuk tetap berpaut kepada Tuhan dalam doa dan
imannya.
Saat berada di dalam perut ikan, Yunus
tetap mengarahkan imannya kepada Tuhan dengan berkata, "Ketika
jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah
doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7).
Jangan sekali-kali kita lari mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia
karena kita pasti akan kecewa dan Alkitab pun menentang hal itu. Tertulis
: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada
Tuhan!" (Yeremia 17:5). Larilah kepada Tuhan, berseru-seru
padaNya sampai pintu sorga terbuka.
Berhentilah menggerutu
dan berkeluh kesah sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada
Tuhan, karena "Hati yang tenang menyegarkan
tubuh," (Amsal 14:30a) dan di situlah letak kekuatan kita (baca Yesaya 30:15). Secara manusia Yunus sudah
tidak memiliki harapan untuk hidup, tapi ia masih bisa
berkata, "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan
korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan
adalah dari Tuhan!" (Yunus 2:9). Dengan mengucap syukur
semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah dapat
dikuatkan. Ingat! Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita
padam. Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan
sembuh, rumah tanggamu akan hancur, selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam
Tuhan. Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan! Sebesar apa pun
persoalan kita Tuhan Yesuslah jawaban! Sebagaimana Tuhan sanggup
mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan seperti
tertulis: "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan
itupun memuntahkan Yunus ke darat." (Yunus 2:10), Dia pun sanggup
menolong kita.
Mayoritas penafsir Alkitab setuju bahwa apa yang diucapkan
oleh Yunus di 2:1-9 merupakan refleksi balik atas peristiwa yang terjadi. Maksudnya, doa ini merupakan rangkuman
pergulatan rohani Yunus dengan TUHAN selama tiga hari di perut ikan. Bentuk
lampau di ayat 2 mengarah pada kesimpulan ini. Selain itu, keteraturan struktur
dan keindahan kata-kata dalam doa ini rasanya sulit dihasilkan pada situasi
yang sangat mencekam di perut ikan. Misalnya, bait 1 (ayat 2-4) dan bait 2
(ayat 5-7) sama-sama ditutup dengan “bait-Mu yang kudus”. Awal bait 1 sama
dengan akhir bait 2, yaitu doa yang dijawab (ayat 2, 7). Kata “merangkum”
(yesōbenî) muncul di ayat 3 dan 5. Pengalaman pahit yang dialami
oleh Yunus mengajarkan
beberapa poin theologis penting bagi kita. Kita belajar bahwa siapa saja yang melarikan diri dari Allah pasti akan semakin
terpuruk. Keterpurukan hidup Yunus terlihat begitu progresif. Dari Israel
ia turun ke Yopa. Dari Joppa ia turun lagi ke bagian bawah kapal (1:5). Lalu ia
turun ke dalam perut ikan (1:17) dan dasar bumi
Kini dia berada di perut dunia orang mati . Kita
juga belajar bahwa keterpurukan seringkali menjadi sarana pengenalan diri
sendiri. Tatkala
Yunus ingin melarikan diri sejauh mungkin dari hadapan TUHAN (1:3, 10), ia
tampaknya tidak benar-benar memahami konsekuensinya. Jauh dari TUHAN berarti
jauh dari kebaikan-Nya. Di dalam perut ikan dia baru mengecap bagaimana rasanya
jika seseorang benar-benar diusir dari hadapan Allah (ayat 2a “telah terusir
aku dari hadapan mata-Mu”).Pada waktu masih di atas kapal Yunus terlihat tetap
tegar. Tidak ada ketakutan. Tidak
ada doa yang dipanjatkan. Situasi ini
berubah total ketika ia begitu dekat dengan kematian. Kematian terasa
begitu nyata, misterius, dan menakutkan bagi dia. Kematian membuat siapa saja
terlihat begitu lemah dan tak berdaya. Doa kini menjadi satu-satunya andalan
yang tersisa (2:1-2, 7).Pelajaran terakhir yang penting: anugerah Allah adalah kehidupan yang ditujukan
untuk rencana-Nya. Para penafsir setuju bahwa Yunus tidak langsung mati pada
saat ditelan oleh ikan besar. Dia masih sempat berdoa (2:1). Walaupun demikian,
para penafsir memperdebatkan apakah sesudah itu Yunus mati atau tetap hidup selama tiga hari. Sulit
menentukan secara pasti opsi mana yang tepat. Jika harus memilih, opsi pertama
tampaknya lebih masuk akal. Istilah
“dunia orang mati” (sheol) di 2:2, “pintunya terpalang di belakangku untuk
selama-lamanya” (2:6), dan “Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur”
(2:6) secara konsisten mengarah pada pengalaman kematian (kecuali jika semua
ungkapan ini hanya bersifat puitis tanpa elemen historis). Analogi antara
pengalaman Yunus dan kematian Tuhan Yesus (Mat
12:40) memberi
dukungan ke arah yang sama (kecuali analogi yang
diberikan oleh Tuhan Yesus hanya dari sisi waktu, bukan dari sisi
pengalaman). Yunus tidak hanya diselamatkan dari kematian. Dia
diselamatkan untuk menggenapi rencana Allah bagi penduduk Niniweh. Tidak cukup
bagi Yunus untuk mengakui bahwa keselamatan berasal dari TUHAN (2:9).
Keselamatan adalah alat, bukan tujuan akhir. Tidak cukup bagi Yunus untuk
terus-menerus menikmati pengalaman ajaib di perut ikan. Dia masih harus
menunaikan tugas yang belum tuntas. Ikan
besar pun memuntahkan dia di darat (2:10).Seperti itulah cara kerja Allah
di sepanjang Alkitab. Kita diselamatkan secara anugerah dengan tujuan tertentu,
yaitu melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sudah disiapkan Allah sejak kekekalan (Ef 2:8-10). Kebaikan Allah
bukan hanya untuk disyukuri dan dinikmati, namun juga untuk dibagi. Amen. RHL.
Tobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar