Selasa, 03 April 2018

Khotbah Lansia 06 Maret 2018



                                       Mark 12:41-44 Kualitas Persembahan        

Allah memberikan perintah kepada umatNya, “…tetapi janganlah orang menghadap ke hadiratKu dengan tangan hampa (Keluaran 23 : 15), tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu” (Ulangan 16 : 17). Memberikan persembahan kepada Tuhan melalui gereja bukanlah bagian dari peraturan gereja, akan tetapi persembahan adalah ukuran berkat yang diterima dari Tuhan dalam sepanjang hidup orang percaya. Allah memerintahkan umatNya untuk memberikan persembahan kepadaNya, bukan karena Allah berkekurangan atau untuk bekal makanan bagi Dia dari persembahan tersebut. Akan tetapi persembahan adalah pengakuan dan pengenalan berkat yang diberikan oleh Allah kepada setiap yang memberikan persembahan tersebut. Persembahan bagi Tuhan adalah kemuliaan bagi Tuhan dan sebagai wujud penyerahan diri totalitas, bahwa Tuhan sendirilah yang memperlibatkan bagiNya jalan keselamatan (Mazmur 50 : 14, 23). Dalam nats ini, seorang janda miskin memberi persembahan dalam Bait Allah, sama seperti yang dilakukan oleh setiap orang yang datang ke Bait Allah, termasuk ahli taurat, orang Farisi, pejabat dan orang kaya. Hal yang menarik dalam perikop ini adalah pernyataan Tuhan Yesus yang mengatakan kepada murid-muridNya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan (ay. 43). Padahal persembahan yang dimasukkan oleh orang-orang kaya itu ke peti persembahan adalah jumlah yang besar, sementara seorang janda miskin itu memasukkan “dua peser,” yaitu satu duit. Uang logam seperti ini disebut “lepton” yang secara harfiah bermakna “uang logam yang tipis.” Dari semua uang logam yang ada, inilah yang terkecil nilainya. Namun Yesus mengatakan bahwa persembahannya yang sangat kecil itu, justru bernilai jauh lebih besar daripada semua persembahan yang lain, karena orang lain memberikan dengan mudah apa yang dapat mereka sisihkan dan sementara masih banyak lagi yang tersisa baginya, sedangkan janda miskin itu telah memberikan semua yang ia miliki. Yesus tidak mempersoalkan besarnya jumlah pemberian, kaya atau miskin, melainkan pengorbanannya dan kemurahan hati yang memberikannya, bagi orang Kristen persembahan adalah meneladani perbuatan Kristus yang mempersembahkan tubuh dan nyawaNya untuk keselamatan orang banyak (1 Yoh 3 : 16 – 17). Persembahan adalah ciri manusia baru, manusia yang memperoleh penebusan dosa dan keselamatan dari Kristus yang mau menyerahkan diri dan segala miliknya kepada Kristus. Bila seorang janda miskin itu mempersembahkan semua miliknya, itu berarti ia mempercayakan hidupnya pada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan memelihara hidupnya dan memenuhi kebutuhannya. Bagaimana dengan persembahan kita? Renungkan nyanyian persembahan kita, “Tuhan karuniaMu, roh dan jiwaku semua, nyawa juga hidupku, harta milikku semua, kuserahkan padaMu untuk selama-lamanya.” Marilah kita menghadap Allah dengan membawa persembahan seutuhnya untuk dikuduskan oleh Allah. Hidupmu adalah persembahan seutuhnya bagi Allah. Amen.



Tidak ada komentar: