Senin, 18 Juni 2018

Khotbah Minggu 06 Mei 2018 Bertekun Dalam Doa Keluaran 32, 7-14



Doa merupakan sarana dimana kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Lewat doa kita dapat menyampaikan semua permohonanan, ucapan syukur, Tapi melalui doa juga dapat menghadirkan kuasa Allah untuk mengubah suatu keadaan, menyembuhkan yang sakit, mengusir roh-roh jahat dll. Seperti apa yang dikatakan oleh Paul Yonggi Choo, "banyak doa banyak kuasa, sedikit doa sedikit kuasa". Doa dapat menghadirkan kuasa supranatural yang besar dalam kehidupan orang percaya. Namun ternyata Doa yang memiliki kuasa atau dampak tidak datang dengan sendirinya ada harga yang harus dibayar untuk memilikinya.
Doa pengampunan dosa merupakan item penting dalam setiap ibadah Gereja-Gereja Lutheran, karena ibadah yang memuji, adalah ibadah yang menyadari kesalahannya dan yang mengerti bahwa Tuhan lah maha pengampun. Dalam doa pengampunan kita diarahkan untuk semakin mengarahkan hidup ke arah yang semakin baik yang mau diubah oleh Roh Tuhan.
Mengapa perlu mohon pengampunan? Hidup manusia penuh dengan berbagai kekeliruan. Saya selalu mengibaratkan dosa seperti menyapu rumah. Meski kita menyapu setiap detik, debu atau sesuatu yang kotor tetap ada. Artinya walaupun setiap saat kita mohon ampun, tetapi debu dosa selalu hingga di hati kita oleh berbagai hal yang kita hadapi dalam kehidupan kita. Karena itu kita perlu terus menerus Memohon Pengampunan kepadaNya melalui Doa..Karena kita sadar:
1)    Allah Yang Mahakuasa dapat melakukan apa saja, tidak ada yang mustahil bagi Dia (Lukas 1:37).
2)    Allah Yang Mahakuasa mengundang umat-Nya untuk berdoa kepada-Nya. Doa kepada Allah harus dilakukan secara terus menerus (Lukas 18:1), dengan rasa syukur (Filipu 4:6), dalam iman (Yakobus 1:5), dalam kehendak Allah (Matius 6:10), bagi kemuliaan Allah (Yohanes 14:13-14), dan dari hati yang benar dengan Allah (Yakobus 5:16). 
3) Allah Yang Mahakuasa mendengar doa-doa anak-anak-Nya. Dia memerintahkan kita untuk berdoa, dan Dia berjanji untuk mendengarkan ketika kita berdoa. “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya” (Mazmur 18:7).
4) Allah Yang Mahakuasa menjawab doa. “Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku” (Mazmur 17:6). “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya” (Mazmur 34:18).
Pertemuan Musa dengan Allah menjadi terganggu oleh rancangan jahat yang dilakukan bangsa tersebut. Allah telah melihat suatu perlawanan. Allah menyebut bangsa itu sebagai bangsa yang tegar tengkuk (9). Awal dari dosa ini adalah ketidak sabaran menanti pertolongan Tuhan. Kalau seseorang mengandalkan kekuatannya, tentu dia tidak akan mampu menunggu hasil kerjanya. Dia ingin cepat selesai walau hasil tidak maksimal, sehingga bisa menjadi bumerang bagi dirinya. Dan sesuatu yang dikerjakan dengan cepat tanpa memakai hikmat dari Tuhan akan mendatangkan celaka, sehingga dalam Yakobus 1, 5 dikatakan supaya meminta hikmat dari Allah untuk melewati kehidupan ini, supaya tidak gegabah dan salah mengambil keputusan, atau menyimpulkan secara salah.
Kekeliruan dan penyelewengan dalam mengambil keputusan, mendatangkan kemarahan. Allah marah pada bangsa itu. Dalam ay. 10, dikatakan.....’ supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka’. Allah tidak menyukai sikap hidup yang mengandalkan diri dan kekuatan dunia di tengah persoalan yang kita hadapi. Tuhan membenci manusia yang mendua hati, dimana memilih Allah sekaligus mammon secara bersamaan, padahal orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Jak 1, 8). Maka adalah tepat jika penulis kitab pengkhotbah mengatakan, ‘adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan’. Jangan mencari kuasa lain, jika yang kita harapkan belum terkabul. Kemarahan Allah akibat ketidaksabaran menanti pertolongan Tuhan akan membinasakan bangsa tersebut.
Sesuai dengan nama minggu kita, rogate, berdoa, inilah inti dari khotbah ini, di mana Musa berdoa (memohon) untuk diberi pengampunan atas dosa dan kesalahan bangsa itu. Musa mewakili bangsa itu agar dibebaskan dari murka yang akan datang. Musa memohon ampun untuk sebuah kesalahan besar yang dilakukan bangsa tersebut, dengan mengingatkan Allah akan janjiNya pada tiga orang leluhur mereka, yang kepadanya Allah telah berjanji bahwa keturunan mereka akan menjadi bangsa yang besar (ay 13), sekaligus mengingatkan Allah supaya bangsa Mesir tidak menghina keputusan Allah yang membawa bangsa itu keluar, tetapi dibiarkan binasa (12).
Ada enam hal yang kita pahami dalam dialog Musa dengan Allah atas bangsa ini, yaitu :
1.    Dosa adalah maut. Bila dosa menguasai hati manusia maka upah dosa adalah maut dan kebinasaan. Melalui perikope ini, kita sebagai orang berdosa diajak untuk memohon pengampunan dosa supaya murka Allah berlalu dari kita.
2.    Kasih dan pemeliharaan Tuhan tidak pernah berhenti. Saat bangsa yang jahat itu akan dihukum, dibinasakan, bukan membuat kasih Tuhan tidak mengalir, tetapi mengalihkan aliran ke tempat di mana ada hati yang merespon. Dalam ay 10b dikatakan: “tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." Kalau kita menolak cinta kasih Allah, kasih itu tidak akan hilang tapi akan mencari hati lain sebagai tempat beroperasinya kasihNya untuk menyatakan kabaikan Allah di dunia.
3.    Doa menjangkau banyak hal. Doa berkekuatan mengubah keputusan Allah. Ketika Allah hendak membinasakan bangsa itu, doa Musa yang penuh pengharapan dan kerendahan hati membuat Allah tidak konsisten dengan keputsanNya, tetapi kerendahan hati Musa, menunjukkan bahwa Allah yang disembah adalah Allah yang konsisten dalam mengasihi umatNya.
4.    Doa bukanlah kemampuan merangkai kata, tapi doa adalah hati yang remuk redam yang mengharp pertolongan Tuhan. Bukan kebaikan Musa dan kesetiaanya pada Tuhan yang ditonjolkan ketika memohon pengampunan pada Tuhan tetapi ia mengingatkan Allah atas kebaikanNya, atas kuasaNya yang membawa bangsa itu eluar dari Mesir. Dalam doa tidak ada penojolan kebaikan atan penonjolan diri, tapi penonjolan akan kebaikan dan perhatian Allah pada umat.
5.    Doa tidak egois. Doa Musa bukan doa internal, untuk dirinya sendiri, tetapi keluar dari dirinya, di mana dia berdoa untuk keselamatan seluruh bangsa itu supaya tidak dibinasakan, supaya memperoleh kasih setia Tuhan. Maka berdoa tidak hanya memikirkan bagaiman meja makan kita boleh berisi setiap hari, tapi leboh dari itu bagaimana kita mengusahakan supaya meja makan orang lain pun berlimpah dari kebaikan Tuhan.
6.    Doa dapat mengubah hati. Doa permohonan yang dinaikkan Musa mengubah hati Allah dari yang marah menjadi mengampuni. Maka berdoa tidak sekedar menyampaikan kata-kata permohonan dan pemintaan kita pada Allah, tapi dalam doa yang kita mohonkan, kita diubah oleh kuasa Roh yang lebih dahulu mendoakan doa-doa kita.
Hidup orang yang berdoa adalah hidup yang yakin dan percaya, punya integritas. Sebab perilaku kita mempengaruhi doa kita. Musa adalah yang berintegritas tinggi, sehingga doanya berkuasa. Yakobus mengatakan, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (5,16b).
Permohonan Musa ini menjadi berdaya guna (sangat besar kuasanya), karena Musa mepunyai perjumpaan yang baik dengan Allah. Intimitas yang baik secara vertikal akan mengarahkan Musa pada doa yang benar. Dia menjadi tahu, apa yang baik bagi kehidupan dalam hubungan horizontalnya dengan sesama. Dalam perjumpaan yang baik akan memimpin orang percaya tahu apa yang harus didoakan, diminta dan diharapkan dari Allah yang peduli dan membawa manusia pada kebaikan. Maka ketika ada hubungan yang mesra antara manusia dan Allah, manusia akan semakin pasti dengan pertolongan tangan Tuhan yang kuat. Apapun pengalaman manusia dalam kehidupan, hubungan baiknya dengan Tuhan akan membuat yakin dan percaya; ya dan amin akan jawaban-jawaban doanya, dan tidak akan membuatnya bimbang dalam keputusan Allah, baik atau tidak baik waktunya, sebab pilihannya telah jatuh dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juru s’lamat yang membawa kebaikan menuju kekalan. Tuhan menyertai perjalanan kita. Selamat menjadi pendoa sejati! Amin.
Bagaimana menghadirkan doa yang penuh kuasa dalam kehidupan kita:
Doa yang dilakukan oleh orang benar (Yak. 5:16)
Kita sudah dibenarkan oleh anugerah Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Itu bukan usaha kita, itu kebenaran yang dianugerahkan kepada kita sehingga secara posisi/status menjadi benar di hadapan-Nya. Namun yang dimaksudkan di atas dengan kata "benar", adalah hidup benar di didalam pengalaman kehidupan kita sehari-hari, di dalam tindakan kita, di dalam perkataan kita dan semua keberadaan kita. Yang ditekankan dalam ayat di atas adalah bagaimana orang percaya di dalam kehidupannya sehari-hari, apakah ia hidup dalam keinginan daging atau dalam keinginan Roh, mengenakan nilai-nilai Kristus atau mengenakan nilai-nilai dunia ini. Apa yang dihidupi seseorang di dalam kehidupannya sangat menentukan kemenangan dan kekalahan seseorang di dalam kehidupan doanya. Semakin seseorang dapat menundukkan dirinya di bawah otoritas Firman Tuhan tiap-tiap hari semakin besar manifestasi kuasa Allah di dlam dirinya.
Doa yang dilakukan oleh orang yang memiliki iman (Yak. 5:15)
Setelah kita dapat melatih hidup kita untuk menundukkan daging kita dan hidup di dalam keinginan Roh, di sisi yang lain kita perlu memiliki "iman". Sebab Firman Tuhan berkata,
"Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang ambingkan kian kemari oleh angin." (Kis. 1:6).
Yang dimaksudkan ayat di atas adalah kita tidak boleh dengan sikap yang ragu-ragu ketika sedang datang kepada Tuhan untuk berdoa karena orang yang bimbang tidak memperoleh apa-apa. Untuk itu "iman", perlu kita pelihara, jaga, dan tingkatkan dengan memberinya makanan "Firman Tuhan".
Doa yang dilakukan oleh orang yang memiliki kepekaan rohani (Kis. 16:18)
"Kepekaan rohani", sangat diperlukan di dalam doa. Sensitivitas rohani tidak datang dengan sendirinya di dalam diri kita. Itu perlu dilatih dan diasah, seperti Samuel yang mula-mula di dalam pelayanannya harus belajar bagaimana mendengar "suara Tuhan". Kita perlu tau terlebih dahulu roh territorial apa yang menguasai wilayah, kelompok atau seseorang. Dan hal itu diperlukan kepekaan rohani atau kemampuan mendengar suara Tuhan. Supaya doa kita menjadi lebih efektif dan mengena kepada sasarannya. Jadi kita perlu melatih kepekaan rohani di dalam doa, puasa, dan Firman Tuhan setiap hari. Kiita perlu belajar untuk hidup dalam firman Tuhan, hidup dalam kehendak Roh Kudus dan memiliki iman di dalam berdoa. Amen. RHL




Tidak ada komentar: