Dalam nas ini diberitakan bahwa Nikodemus yang
adalah seorang Farisi,
pemimpin orang-orang Yahudi (Sanhedrin) dan juga Ahli Taurat (7:26,48,50; 3:10)
sedang melakukan percakapan dengan Yesus. Hal menarik yang dapat
diperhatikan bahwa adanya percakapan Yesus dengan seorang
tokoh Yudaisme yang sangat
berpengaruh. Jika semua agama membawa setiap penganutnya ke dalam
kehidupan kekal yang berbahagia, Nikodemus pasti berada di antrian deretan depan. Jika segala jenis kebaikan relijius
memadai untuk menghantar seseorang ke surga, Nikodemus merupakan salah satu orang yang paling pamtas untuk
menerimanya. Para pembaca Injil Yohanes yang teliti dengan mudah akan menemukan
keistimewaan Nikodemus.
Di kalangan
bangsa Yahudi yang terkenal sangat relijius, Nikodemus menempati posisi yang
istimewa. Dia adalah pemimpin agama Yahudi dari golongan Farisi. Pada zaman itu
bangsa Yahudi mendapatkan perlakuan agak khusus dari pemerintah Romawi dalam
hal otonomi. Untuk hal-hal tertentu, mereka bisa memutuskan sendiri
perkara-perkara mereka melalui sebuah mahkamah konstitusi yang disebut
Sanhedrin. Nah, salah satu elemen penting dalam kelembagaan ini berasal dari
golongan Farisi. Tentu saja tidak semua orang Farisi secara otomatis menjadi
anggota Sanhedrin. Hanya mereka yang terpilih saja untuk mewakili.
Dari kacamata kultural dan relijius pada zaman itu, semua ini jelas memberi
keuntungan bagi Nikodemus. Dia dipandang sebagai seorang yang rohani. Bahkan di
antara berbagai kelompok relijius waktu itu, golongan Farisi terkenal sangat militan dan detil dalam menaati
Hukum Taurat. Mereka secara sengaja membedakan diri dari rakyat biasa
yang dinilai tidak mengenal Taurat (7:49; bdk. Luk. 18:10-14; Flp. 3:5-6).
Mereka terlihat lebih taat daripada golongan Saduki yang hanya berkutat pada ritual
di bait Allah dan dipandang dekat dengan para penguasa asing. Jika setiap agama
menawarkan jalan yang valid kepada kehidupan kekal yang berbahagia, bukankah
Nikodemus pantas mendapatkan akses khusus untuk ke jalan tersebut?
Dia
menunjukkan sikap kepada Yesus yang jauh lebih positif daripada orang-orang
Farisi yang lain.
Nikodemus menjumpai Yesus pada malam hari dapat dipahami adalah adanya
unsur kebijaksanaan karena kekacauan mungkin bisa terjadi jika pertemuan ini
diketahui oleh banyak orang karena status Nikodemus sebagai tokoh agama yang
terpandng. Namun yang jelas motif Nikodemus untuk datang kepada Yesus tentunya
bukanlah motif untuk melakukan konfrontasi seperti yang telah terjadi
sebelumnya (2:18 dst.) namun adalah karena ia ingin mengenal Dia dengan baik.
Yesus :
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali,
ia tidak dapat melihat Kejaraan Allah”
Kedatangan
Nikodemus kepada Yesus untuk berbicara bukan dengan
sebuah pertanyaantetapi dengan sebuah pernyataan (“kami tahu”).
Nikodemus berbicara dalam bentuk jamak untuk mengatakan apa yang
kelompok-kelompok tertentu percayai atau tidak percayai tentang Yesus (2:23).
Ia menyebut Yesus dengan “Guru yang diutus Allah” dan ia dapat mendasarkan
pandangannya ini sama seperti pandangan umum orang-orang Yahudi bahwa
mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus mengindikasikan bahwa Ia adalah seseorang
yang diutus Allah (9:31 dst.) dan Yesus merespon Nikodemus
dengan “Amin-amin” (LAI= "Sesungguhnya").
Hal menarik
dapat diperhatikan dari Nikodemus adalah keingintahuan yang mendalam akan
pengenalan akan Firman Tuhan. Walaupun sebenarnya dia sudah merupakan seorang
ahli taurat dan merupakan seorang dari pemimpin agama namun keingintahuan
begitu besar dalam dirinya, tidak puas akan apa yang telah diketahui. Nikodemus
memperhatikan fenomena yang terjadi dikalangan orang Yahudi dari pekerjaan yang
dilakukan oleh Yesus yang mengindikasikan bahwa Yesus adalah yang diutus Allah
(9:31 dst.). Inilah yang membawanya keinginan untuk berjumpa dengan Yesus
dengan mengusung alasan untuk membuka pembicaraan kepada Yesus dengan kata
“kami tahu”. Patut untuk di tiru sikap Nikodemus yang positif yang
mau terbuka untuk mempelajari dan menanggapi sesuatu yang baru untuk
diketahui dan dipahami.
Nikodemus : “Bagaimanakah
mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?”
Yesus : “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan
Roh (ayat 2= “kembali”), ia tidak dapat masuk ke
dalam Kejaraan Allah”
Dilahirkan kembali =
dilahirkan dengan air dan Roh
Sepertinya
satu kalimat yang disampaikan oleh Yesus mengenai Kerajaan Allah
bahwa “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat
Kerajaan Allah” membuat Nikodemus terguncang atas pemahaman yang dipahami
selama ini dan terlihat dari jawabnya atas pernyataan Tuhan
Yesus “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?
Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”.
Nikodemus memberikan tanggapan kemustahilan akan apa yang telah Yesus
katakanan, sebab ia menanggapi dan mengartikannya “masuk kembali ke dalam rahim
ibunya” sementara yang Yesus maksudkan adalah seperti yang terlihat pada ayat 5
dan 8 yaitu suatu kelahiran “dari air
dan Roh” dan itu adalah “dari Allah” (1:12-13). Memang perbuatan Allah adalah mustahil jika hanya ditanggapi dengan
logika manusia. Kita akan mengatakan “bagaimana mungkin?” tetapi bagi Allah
tidak ada yang mustahil (Luk. 1: 37).Menanggapi
pertanyaan Nikodemus, Yesus kembali memberikan pernyataan untuk menjelaskan
pernyataanNya tentang kelahiran kembali bahwa untuk dapat masuk ke dalam
Kerajaan Allah harus dilahirkan dari “air dan Roh”. Pemahaman akan “air”
dalam hal “lahir kembali” dalam seluruh rangkaian percakapan Yesus dengan
Nikodemus memang tidak lagi disinggung kecuali masalah kuasa “Roh”, namun
demikian pemahaman akan “air dan Roh” dapat merujuk kepada Baptisan jika kita pahami dalam konteks “memasuki Kerajaan
Allah” dan juga jika memperhatikan nas yang ada setelah percakapan
Yesus dengan Nikodemus yaitu tentang Baptisan
Yohanes (3: 22 dst.). Baptisan adalah untuk melepaskan yang lama dan
Roh sebagai pencipta dan karunia hidup yang baru. “air dan Roh” juga dapat
merujuk kepada pembaharuan rohani yang tersirat pada Yehezkiel 36: 25-27 yaitu air yang menjernihkan dan Roh yang baru
untuk hati yang keras.
Hidup baru
dalam Kristus tidak terlepas dari Iman percaya akan salib Kristus, percaya akan
pengampunan dosa melalui Yesus Kristus yaitu dengan pertobatan, maka baptisan
adalah jalan untuk memasukinya yaitu penyucian hidup yang lama kepada hidup
yang bersih didalam Kristus. Kemudian “Roh” adalah kuasa Allah untuk memampukan
kita untuk hidup dan memahami maksud dan rencana Allah.
Selanjutnya Yesus memberikan penjelasan tentang
“Dilahirkan dari air dan Roh”,
yaitu dengan mengkontraskan perbandingan yaitu yang “dilahirkan dari daging” dan yang “dilahirkan dari Roh” dan kemudian
dijelaskan bagaimana Roh itu bekerja dengan memberikan gambaran “angin” yang
merujuk pada “Roh” bahwa angin bertiup kemana ia mau, bebas dan berkuasa yang
tidak dapat ditelusuri pergerakannya.
Nikodemus :
“Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”
Yesus : “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal”
Kemungkinan untuk dilahirkan
kembali hanya terjadi adalah karena kasih Allah.Untuk dapat melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah
percaya akan keselamatan dari Allah yang telah turun dari sorga yaitu Yesus
Kristus. Pertanyaan Nikodemus (“bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”) membawa
percakapan selanjutnya yang berfokus
pada Kristus sebegai kebenaran sejati yang turun dari sorga. Rahasia wahyu
Allah dalam Kristus terdapat di dalam inkarnasi Firman sebagai
pemberian Anak-Nya yang tunggal merupakan dasar bagi kedatangan Kerajaan Allah
dan kuasa oleh Anak Manusia.
Lebih rinci
lagi Yesus menyatakan mengenai peninggian Anak Manusia berdasarkan referensi kisah di Bil. 21:8 dst.
Dimana Musa meninggikan ular di padang gurun. Yesus memberikan arti “peninggian
Anak Manusia” dengan arti ganda seperti yang tertulis dalam Matius
16:21 dan Lukas 9:22 bahwa Anak Manusia akan dinaikkan di kayu salibadalah
jalan peninggian Anak Manusia. Sebagaimana memandang ular merupakan sarana
kuasa Allah untuk penyelamatan dari kuasa kematian, maka Yesus sebagai Anak
Manusia dalam penderitaan dan kematianNya di kayu salib juga adalah untuk
membawa keselamatan dari Allah.
Kita tidak
dapat mengesampingkan akal budi dan logika dalam hidup ini, namun bagaimanapun
banyak hal-hal yang tidak kita mengerti terlebih Firman Allah tidak akan dapat
kita mengerti dan lakukan jika hanya dengan logika. Namun kuasa Roh Kudus akan
memampukan kita untuk mengerti segala sesuatunya. Ada banyak orang yang akan
stress menghadapi tekanan hidup karena dihadapi hanya dengan akal budinya saja,
tetapi dengan Roh Allah seberat apapun
tekanan hidup itu tidak akan pernah membuat kita hancur. Itulah sebabnya dalam
1 Korintus 2: 10 dikatakan: “Sebab Roh Allah menyelidiki segala sesuatu, bahkan
hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah”.
Lahir kembali
akan menjadikan kita ciptaan Allah yang baru, hal itu hanya terjadi jika kuasa
Roh Kudus bekerja dalam diri kita untuk memampukan kita meninggalkan manusia
lama. Kerajaan Allah hanya akan menjadi bahagian dari orang-orang yang telah
diperbaharui oleh Allah. Sehingga iman percaya kita kepada Kristus bukanlah
sifatnya verbal hanya pada perkataan, namun menjadi pola hidup yang benar-benar
diubah menjadi ciptaan Allah yang baru. Galatia 2: 20. Amen. RHL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar