Senin, 18 Juni 2018

Khotbah Keb. R. Tangga 30-31 Mei 2018 Yoh. 3:1-8 Percakapan Yesus Dengan Nikodemus



Dalam nas ini diberitakan bahwa Nikodemus yang adalah seorang Farisi, pemimpin orang-orang Yahudi (Sanhedrin) dan juga Ahli Taurat (7:26,48,50; 3:10) sedang melakukan percakapan dengan Yesus. Hal menarik yang dapat diperhatikan bahwa adanya percakapan Yesus dengan seorang tokoh Yudaisme yang sangat berpengaruh. Jika semua agama membawa setiap penganutnya ke dalam kehidupan kekal yang berbahagia, Nikodemus pasti berada di antrian deretan depan. Jika segala jenis kebaikan relijius memadai untuk menghantar seseorang ke surga, Nikodemus merupakan salah satu orang yang paling pamtas untuk menerimanya. Para pembaca Injil Yohanes yang teliti dengan mudah akan menemukan keistimewaan Nikodemus.
Di kalangan bangsa Yahudi yang terkenal sangat relijius, Nikodemus menempati posisi yang istimewa. Dia adalah pemimpin agama Yahudi dari golongan Farisi. Pada zaman itu bangsa Yahudi mendapatkan perlakuan agak khusus dari pemerintah Romawi dalam hal otonomi. Untuk hal-hal tertentu, mereka bisa memutuskan sendiri perkara-perkara mereka melalui sebuah mahkamah konstitusi yang disebut Sanhedrin. Nah, salah satu elemen penting dalam kelembagaan ini berasal dari golongan Farisi. Tentu saja tidak semua orang Farisi secara otomatis menjadi anggota Sanhedrin. Hanya mereka yang terpilih saja untuk mewakili.
Dari kacamata kultural dan relijius pada zaman itu, semua ini jelas memberi keuntungan bagi Nikodemus. Dia dipandang sebagai seorang yang rohani. Bahkan di antara berbagai kelompok relijius waktu itu, golongan Farisi terkenal sangat militan dan detil dalam menaati Hukum Taurat. Mereka secara sengaja membedakan diri  dari rakyat biasa yang dinilai tidak mengenal Taurat (7:49; bdk. Luk. 18:10-14; Flp. 3:5-6). Mereka terlihat lebih taat daripada golongan Saduki yang hanya berkutat pada ritual di bait Allah dan dipandang dekat dengan para penguasa asing. Jika setiap agama menawarkan jalan yang valid kepada kehidupan kekal yang berbahagia, bukankah Nikodemus pantas mendapatkan akses khusus untuk ke jalan tersebut?
Dia menunjukkan sikap kepada Yesus yang jauh lebih positif daripada orang-orang Farisi yang lain.
Nikodemus menjumpai Yesus pada malam hari dapat dipahami adalah adanya unsur kebijaksanaan karena kekacauan mungkin bisa terjadi jika pertemuan ini diketahui oleh banyak orang karena status Nikodemus sebagai tokoh agama yang terpandng. Namun yang jelas motif Nikodemus untuk datang kepada Yesus tentunya bukanlah motif untuk melakukan konfrontasi seperti yang telah terjadi sebelumnya (2:18 dst.) namun adalah karena ia ingin mengenal Dia dengan baik.
Nikodemus  : “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah”
Yesus          : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat  melihat Kejaraan Allah”
Kedatangan Nikodemus kepada Yesus untuk berbicara bukan dengan sebuah pertanyaantetapi dengan sebuah pernyataan (“kami tahu”). Nikodemus berbicara dalam bentuk jamak untuk mengatakan apa yang kelompok-kelompok tertentu percayai atau tidak percayai tentang Yesus (2:23). Ia menyebut Yesus dengan “Guru yang diutus Allah” dan ia dapat mendasarkan pandangannya ini sama seperti pandangan umum orang-orang Yahudi bahwa mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus mengindikasikan bahwa Ia adalah seseorang yang diutus Allah (9:31 dst.) dan Yesus merespon Nikodemus dengan “Amin-amin” (LAI= "Sesungguhnya").
Hal menarik dapat diperhatikan dari Nikodemus adalah keingintahuan yang mendalam akan pengenalan akan Firman Tuhan. Walaupun sebenarnya dia sudah merupakan seorang ahli taurat dan merupakan seorang dari pemimpin agama namun keingintahuan begitu besar dalam dirinya, tidak puas akan apa yang telah diketahui. Nikodemus memperhatikan fenomena yang terjadi dikalangan orang Yahudi dari pekerjaan yang dilakukan oleh Yesus yang mengindikasikan bahwa Yesus adalah yang diutus Allah (9:31 dst.). Inilah yang membawanya keinginan untuk berjumpa dengan Yesus dengan mengusung alasan untuk membuka pembicaraan kepada Yesus dengan kata “kami tahu”. Patut untuk di tiru sikap Nikodemus yang positif yang mau terbuka untuk mempelajari dan menanggapi sesuatu yang baru untuk diketahui dan dipahami. 
Nikodemus         : “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?”
Yesus                 :  “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh (ayat 2= “kembali”), ia tidak dapat  masuk ke dalam Kejaraan Allah”
Dilahirkan kembali = dilahirkan dengan air dan Roh
Sepertinya satu kalimat yang disampaikan oleh Yesus mengenai Kerajaan Allah bahwa “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” membuat Nikodemus terguncang atas pemahaman yang dipahami selama ini dan terlihat dari jawabnya atas pernyataan Tuhan Yesus “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”. Nikodemus memberikan tanggapan kemustahilan akan apa yang telah Yesus katakanan, sebab ia menanggapi dan mengartikannya “masuk kembali ke dalam rahim ibunya” sementara yang Yesus maksudkan adalah seperti yang terlihat pada ayat 5 dan 8 yaitu suatu kelahiran “dari air dan Roh” dan itu adalah “dari Allah” (1:12-13). Memang perbuatan Allah adalah mustahil jika hanya ditanggapi dengan logika manusia. Kita akan mengatakan “bagaimana mungkin?” tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1: 37).Menanggapi pertanyaan Nikodemus, Yesus kembali memberikan pernyataan untuk menjelaskan pernyataanNya tentang kelahiran kembali bahwa untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah harus dilahirkan dari “air dan Roh”. Pemahaman akan “air” dalam hal “lahir kembali” dalam seluruh rangkaian percakapan Yesus dengan Nikodemus memang tidak lagi disinggung kecuali masalah kuasa “Roh”, namun demikian pemahaman akan “air dan Roh” dapat merujuk kepada Baptisan jika kita pahami dalam konteks “memasuki Kerajaan Allah” dan juga jika memperhatikan nas yang ada setelah percakapan Yesus dengan Nikodemus yaitu tentang Baptisan Yohanes (3: 22 dst.). Baptisan adalah untuk melepaskan yang lama dan Roh sebagai pencipta dan karunia hidup yang baru. “air dan Roh” juga dapat merujuk kepada pembaharuan rohani yang tersirat pada Yehezkiel 36: 25-27 yaitu air yang menjernihkan dan Roh yang baru untuk hati yang keras. 
Hidup baru dalam Kristus tidak terlepas dari Iman percaya akan salib Kristus, percaya akan pengampunan dosa melalui Yesus Kristus yaitu dengan pertobatan, maka baptisan adalah jalan untuk memasukinya yaitu penyucian hidup yang lama kepada hidup yang bersih didalam Kristus. Kemudian “Roh” adalah kuasa Allah untuk memampukan kita untuk hidup dan memahami maksud dan rencana Allah.
Selanjutnya Yesus memberikan penjelasan tentang “Dilahirkan dari air dan Roh”, yaitu dengan mengkontraskan perbandingan yaitu yang “dilahirkan dari daging” dan yang “dilahirkan dari Roh” dan kemudian dijelaskan bagaimana Roh itu bekerja dengan memberikan gambaran “angin” yang merujuk pada “Roh” bahwa angin bertiup kemana ia mau, bebas dan berkuasa yang tidak dapat ditelusuri pergerakannya.
Nikodemus        : “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”
Yesus       : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
Kemungkinan untuk dilahirkan kembali hanya terjadi adalah karena kasih Allah.Untuk dapat melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah percaya akan keselamatan dari Allah yang telah turun dari sorga yaitu Yesus Kristus. Pertanyaan Nikodemus (“bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”) membawa percakapan selanjutnya yang berfokus pada Kristus sebegai kebenaran sejati yang turun dari sorga. Rahasia wahyu Allah dalam Kristus terdapat  di dalam inkarnasi Firman sebagai pemberian Anak-Nya yang tunggal merupakan dasar bagi kedatangan Kerajaan Allah dan kuasa oleh Anak Manusia.
Lebih rinci lagi Yesus menyatakan mengenai peninggian Anak Manusia berdasarkan referensi kisah di Bil. 21:8 dst. Dimana Musa meninggikan ular di padang gurun. Yesus memberikan arti “peninggian Anak Manusia” dengan arti ganda seperti yang tertulis dalam Matius 16:21 dan Lukas 9:22 bahwa Anak Manusia akan dinaikkan di kayu salibadalah jalan peninggian Anak Manusia. Sebagaimana memandang ular merupakan sarana kuasa Allah untuk penyelamatan dari kuasa kematian, maka Yesus sebagai Anak Manusia dalam penderitaan dan kematianNya di kayu salib juga adalah untuk membawa keselamatan dari Allah.
Kita tidak dapat mengesampingkan akal budi dan logika dalam hidup ini, namun bagaimanapun banyak hal-hal yang tidak kita mengerti terlebih Firman Allah tidak akan dapat kita mengerti dan lakukan jika hanya dengan logika. Namun kuasa Roh Kudus akan memampukan kita untuk mengerti segala sesuatunya. Ada banyak orang yang akan stress menghadapi tekanan hidup karena dihadapi hanya dengan akal budinya saja, tetapi dengan Roh Allah seberat apapun tekanan hidup itu tidak akan pernah membuat kita hancur. Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 2: 10 dikatakan: “Sebab Roh Allah menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah”.
Lahir kembali akan menjadikan kita ciptaan Allah yang baru, hal itu hanya terjadi jika kuasa Roh Kudus bekerja dalam diri kita untuk memampukan kita meninggalkan manusia lama. Kerajaan Allah hanya akan menjadi bahagian dari orang-orang yang telah diperbaharui oleh Allah. Sehingga iman percaya kita kepada Kristus bukanlah sifatnya verbal hanya pada perkataan, namun menjadi pola hidup yang benar-benar diubah menjadi ciptaan Allah yang baru. Galatia 2: 20. Amen. RHL



Tidak ada komentar: