“Pemberian Yg Memberi Ruang Bagi
Berkat” Ams 18:16
Illustrasi: 1.Anak kecil mencuri Bakpao....di suru
putrinya mengikuti sampai e rumahnya...ternyata sakit mamanya. Akhitnya jadi dr.
Spesialis. 2. Suatu hari, anak seorang
lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu menemukan
bahwa kantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk
meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi, anak itu kehilangan
keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi
meminta makanan, dia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak lelaki
tersebut pastilah lapar. Oleh karena itu, dia membawakan segelas susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat.
Kemudian, dia bertanya, “ Berapa aku harus membayar untuk segelas susu ini?” Wanita itu menjawab, “Kamu tidak perlu bayar apa pun. Ibu kami mengajarkan tidak menerima bayaran untuk kebaikan,” kata wanita itu menambahkan. Kemudian, anak lelaki itu menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatiku, aku sangat berterima kasih kepada Anda.” Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya.
Kemudian, dia bertanya, “ Berapa aku harus membayar untuk segelas susu ini?” Wanita itu menjawab, “Kamu tidak perlu bayar apa pun. Ibu kami mengajarkan tidak menerima bayaran untuk kebaikan,” kata wanita itu menambahkan. Kemudian, anak lelaki itu menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatiku, aku sangat berterima kasih kepada Anda.” Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya.
Akhirnya,
mereka mengirimnya ke kota besar tempat dokter spesialis yang mampu menangani
penyakit langkanya tersebut.
Dr. Howard
Kelly
"Berbahagialah
orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.
Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari
Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup
menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya" - Mazmur 119:1-3. Kebahagiaan Org Batak; 3 H. Hagabeon
anak 17 Putri 11. Hamoraon = Hasangapon. Ada banyak buku yang menulis tentang kebahagiaan hidup. Penulis buku-buku
tersebut melihat kebahagiaan dari
berbagai sudut pandang. Resep yang ditawarkan juga sangat beragam. Kendati
demikian, masih saja banyak orang mencari kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kebahagiaan hidup
begitu tinggi.
Menurut survei
tentang kebahagiaan hidup, ukuran
kebahagiaan bagi banyak orang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa kebahagiaan
hidup ditentukan oleh harta yang banyak.
Ada juga yang mengatakan bahwa kebahagiaan hidup ditentukan oleh status sosial dan jabatan atau
kedudukan yang tinggi. Ada juga yang mengatakan bahwa kebahagiaan hidup itu
ditentukan oleh kesehatan yang baik atau tidak mengalami sakit penyakit.
Ada juga yang
mengatakan bahwa kebahagiaan ditentukan oleh pasangan yang cantik/ganteng dan setia. Dan lain sebagainya. Faktanya ialah ada
orang yang punya harta banyak tapi tidak mengalami
kebahagiaan. Lalu semakin tinggi statul sosial dan jabatan seseorang juga
tidak menjamin seseorang itu bahagia.
Lebih lagi yang punya pasangan hidup yang cantik/ganteng, setia, tapi perceraian dikalangan mereka semakin tinggi. Kalau
demikian realitanya, lalu pertanyaan
lebih lanjut dimanakah sesungguhnya letak kebahagiaan hidup itu?, ada
beberapa rahasia kebahagiaan hidup.
1. Hidup tidak bercela
Hidup tidak
bercela ialah hidup yang memiliki moralitas
dan integritas yang berkualitas. Hidup jujur, berlaku adil, setia, tulus
merupakan karakter yang disukai oleh Tuhan. Bagi orang yang demikian, Allah
berjanji akan mencurahkan berkat dan
kebahagiaan kepadanya.
2. Hidup sesuai dengan firman Tuhan
Firman Tuhan
adalah pedoman hidup kita. Firman Tuhan adalah hukum utama bagi kehidupan kita.
Firman Tuhan merupakan cara Allah mengarahkan hidup kita supaya berada di jalan
atau jalur yang benar.. Bila kita hidup sesuai dengan firman Tuhan dan
menaatinya, maka dijamin kita pasti menikmati kebahagiaan dalam hidup.
3. Hidup di jalan-jalan Allah
Jalan-jalan Allah menunjukkan prinsip-prinsip dan sarana
operasional yang dengannya Allah berhubungan dengan kita umat-Nya. Jalan-jalan
Allah sangat berbeda dengan jalan-jalan dunia ini. Jalan-jalan Allah
bertentangan dengan hikmat dunia ini. Itu sebabnya bila kita berjalan di dalam
prinsip-prinsip ilahi, maka hidup kita
akan bahagia.
Sdr/i yang di kasihi Tuhan Yesus kita diingatkan melalui Thema Khotbah pagi ini. Pemberian seseorang, membuat ruangan
yang besar untuk dia, dan membawa dia di hadapan orang-orang besar. Kita menemukan dua hal yaitu, pemberian
kita akan membuat ruangan yang besar
dan akan membawa kita berhadapan dengan
orang-orang besar. Yang pertama ruangan yang besar, yang kedua, orang-orang
besar.
Sangat sedikit
sekali, orang melihat rahasia ini. Bahwa pemberian seseorang, siapapun dia, kecil apa besar, akan membuat dia
leluasa, akan membuat dia menemukan ruang yang besar bagi dirinya. Kesempatan
yang luas, pekerjaan yang baik dan sebagainya, juga akan menempatkan dia berhadapan dengan
orang-orang besar
Orang kaya
melihat fakta dari kuasa uang,
mereka tertipu, berharap pada uangnya. Uang tidak dapat membeli anugrah Allah
Kis8:20. Kebanyakan orang kaya (tidak semua), lebih mudah bersandar kepada
uang, sehingga sulit percaya sepenuhnya padaTuhan Mat.19:24. HARTANYA ADALAH
KOTA BENTENGNYA, SEPERTI TEMBOK YANG TINGGI. Karena mereka hanya melihat dengan
akal jasmaninya saja, sebab mata hatinya buta. Orang yang matanya celik akan
tahu bahwa kota benteng uang itu akan sia sia Luk.12:19-21, jadi jgn sandarkan
hidupmu dengan uang / kekuatanmu Yer
17:5-7
Betapa besar
pengaruh hadiah
(maksudnya, suap) sudah ditunjukkan
Salomo sebelumnya (17:8,
23). Di sini ia menunjukkan kekuatan
hadiah, maksudnya, hadiah yang bahkan diberikan oleh para bawahan kepada
orang-orang yang di atas mereka, dan yang memiliki jauh lebih banyak daripada yang mereka miliki. Hadiah yang baik akan berpengaruh besar,
1. Terhadap
kebebasan manusia: hadiah dari seseorang, jika ia ada di dalam penjara,
dapat membuatnya bebas. Ada
petugas-petugas yang berharap mendapatkan uang suap seperti itu, bahkan dengan
menyalahgunakan wewenang untuk menindas orang yang tidak bersalah. Atau, jika
orang kecil tidak tahu bagaimana mendapat jalan untuk berte/mu dengan orang
besar, ia dapat melakukannya dengan menyuap pelayan-pelayannya atau memberikan
hadiah langsung kepada orang itu sendiri. Hal-hal seperti ini akan membuka
jalan baginya.
2. Terhadap
kenaikan pangkatnya. Hadiah itu akan membawanya duduk di antara orang-orang
besar, dalam kehormatan dan kuasa. Lihatlah betapa rusaknya dunia sekarang karena hadiah-hadiah orang, sekalipun
begitu besar, tidak lagi membawa hasil. Bahkan, hadiah-hadiah itu dapat memberi
mereka apa yang tidak layak dan tidak pantas mereka terima. Tidak heran bahwa
orang-orang yang memberi suap untuk mendapat pekerjaan, juga akan menerima suap
dalam menjalankan pekerjaan mereka. Vendere jura potest, emerat ille prius – Siapa membeli hukum dapat menjualnya.
Bp/Ibu/Sdr/i
yg dikasihi Tuhan. Kita harus meyakini bahwa: persembahan
juga adalah wujud dari syukur kita kepada Tuhan. Berapa jumlah persembahan bukan persoalan utama bagi Tuhan karena
Ia memiliki segalanya. Yang penting
bagi Tuhan adalah hati kita. Apakah kita memberikan persembahan
sebagai ungkapan syukur, ataukah
kita memiliki maksud-maksud yang lain. Persembahan uang adalah lambang
dari persembahan tubuh (baca: seluruh hidup) kita (Rm. 12:1). Kalau Tuhan
sudah mati dan bangkit dan memberkati seluruh hidup kita, jangankan
mempersembahkan seluruh uang kita, kalau kita mempersembahkan seluruh hidup
sebagai ungkapan syukur tetap tidak sebanding dengan anugerah yang telah kita
terima dari-Nya.
Nah, kalau
pemahaman kita sudah benar mengenai apa arti persembahan, maka seharusnya sikap kita dalam memberikan
persembahan akan benar pula sehingga memberi ruang bagi Berkat. Dalam
memberi persembahan seharusnya kita
tidak “pelit” kepada Tuhan,
karena kita tahu bahwa semua yang kita
miliki adalah dari Tuhan. Sebagai contoh saja, seorang rekan pernah
bertanya kepada saya, “di manakah kita dapat menemukan uang yang paling lusuh,
kotor dan bau?” Setelah ia menangkap ekspresi ketidaktahuan saya, sang
teman itu berkata lagi, ”uang yang paling lusuh, kotor, dan bau pertama dapat
ditemukan di loket tol dan yang kedua di kantong kolekte.” Mendengar
jawabannya itu saya cuma bisa nyengir. Anekdot itu cuma sekadar gambaran
saja bagaimana sikap kita kala memberikan persembahan kepada
Tuhan. Sebetulnya kita sering tidak mempersembahkan yang terbaik, bahkan
mempersembahkan sisa dan sering kali yang terjelek.
Ada juga orang
Kristen yang memberi persembahan demi
prestise dan gengsi. Seolah-olah ia merasa diri paling rohani—atau
setidaknya lebih rohani—karena telah
memberi persembahan dalam jumlah yang besar. Ketika namanya terpampang
di papan pengumuman atau warta jemaat sebagai pemberi persembahan terbanyak di
gereja itu, hatinya bangga dan ia merasa dirinya hebat. Motivasi yang
semacam ini jelas salah! Kita memberi persembahan seharusnya bukan supaya
diri kita dikenal dan terkenal. Tetapi karena kita mau bersyukur kepada Tuhan
yang sudah berbuat baik kepada kita.
Sikap salah
yang lain berkaitan dengan persembahan adalah ketika seorang Kristen memberikan
persembahan namun sebetulnya ia sedang berdagang
dengan Tuhan. Bagi orang ini persembahan semacam investasi bisnis. Kalau ia memberi persembahan dalam jumlah
sekian, ia mengharapkan berkat Tuhan
berkali lipat dari apa yang telah ia persembahkan. Jadi motivasinya bukan memberi demi bersyukur namun memberi
untuk mendapatkan lebih banyak lagi.
Kalau kita memberi persembahan demi berkat, kita tak beda dengan
orang-orang yang belum mengalami
karya keselamatan Kristus. Banyak orang yang belum diselamatkan mereka
memberi persembahan, seolah-seolah
mereka memberi untuk ilah mereka, tetapi sesungguhnya fokus pemberian itu
adalah diri mereka sendiri. Mereka memberi
supaya mereka diberkati, dilimpahi kekayaan dan kesehatan. Kalau kita
berlaku demikian, meminjam perkataan Martin
Buber—seorang filsuf-teolog Yahudi—kita telah memakai persembahan sebagai
alat untuk “memanipulasi” Tuhan. Kita menggunakan persembahan untuk
“memaksa” Tuhan memberkati kita. sebaliknya kita memberi karena menyadari
betapa besarnya pemberian Tuhan dalam hidup kita, antara lain: keselamatan, kesehatan, keluarga,
makanan dan masih banyak lagi. Kita memberikan persembahan sebagai ungkapan
syukur atas berkat Tuhan itu.
Yang lebih celaka lagi, ada orang Kristen yang
memberi persembahan untuk melakukan “money
laundry.” Maksudnya begini, ada
orang Kristen yang mendapatkan uangnya dengan cara yang tidak
halal. Ia memperoleh uang karena ia merampas hak orang lain, menjalankan
aksi tipu-tipu dalam bisnis, atau melakukan korupsi di tempatnya
bekerja. Nah, untuk membersihkan kejahatannya itu ia memberikan persembahan (sering dalam jumlah yang
besar). Dengan melakukan itu seolah-olah dosanya sudah dihapus, dan hati
nuraninya menjadi (lebih) tenang. Padahal dosa tetap dosa di hadapan
Tuhan. Persembahannya seberapa pun besarnya tak dapat mencuci dosanya, karena Tuhan tidak mempan suap. Terlebih Tuhan tidak membutuhkan uang kita,
sebab ia yang memiliki segala sesuatu. Nah, selama ini bagaimana konsep
kita mengenai persembahan, kita menganggapnya sebagai persembahan atau sumbangan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar