Salah satu
hakikat dan eksistensi gereja adalah panggilan untuk membangun persekutuan
(koinonia). Namun implementasi koinonia
sering dipahami secara keliru, diartikan sempit, karena dibatasi ruang dan
waktu. Artinya, persekutuan dengan Tuhan hanya ada jika ada kegiatan bersama
memuji Tuhan, doa dan baca firman. Sebaliknya jika tidak, meski sedang
berkumpul bersama, tidaklah menunjukkan adanya persekutuan dengan Tuhan.
Benarkah demikian? Paulus menunjukkan suatu dimensi baru dalam memandang
persekutuan dengan Tuhan, yakni dimensi kekekalan. Paulus mendorong orang
Kristen untuk memegang kebenaran akan kebangkitan dan hidup benar dalam hubungannya
dengan aspek persekutuan kekal dengan Tuhan. Usaha Paulus ini tentu saja
dibarengi dengan alasan-alasan logis. Pertama,
orang mati dalam Tuhan akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam
keadaan tidak binasa dan telah diubahkan ( 1Kor 15:51-53). Nabi-nabi Perjanjian
Lama seringkali memiliki bayangan tentang terompet, yang digunakan untuk
mengumpulkan umat untuk perang; di sini merujuk kepada kumpulan umat Allah pada
zaman akhir (Yes 27:13). Kedua,
peristiwa itu merupakan penggenapan firman Tuhan: (Hos 13:14;Yes 25:8) bahwa
maut telah dilenyapkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (1Kor 15:54-56). Ulasan
Paulus mengenai persekutuan kekal, memberikan kepada kita, orang-orang Kristen
pada masa kini hendaknya megimplementasikan dua hal pelajaran penting: Pertama, bahwa umat yang gigih
mempertahankan persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia; kedua, bahwa selain dipertahankan
dengan kegigihan, persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara agar tidak goyah
dan tetap berdiri teguh (1Kor 15:57-58). Jika kita mengkaji pernyataan Paulus
dalam teks ini, ada 4 (empat) hal sikap untuk membangun persekutuan yang hidup
dalam Tuhan yakni:
1.Memiliki
komitment dalam persekutuan: berdirilah TEGUH ..."Kata asli bahasa
Yunani yang digunakan untuk "teguh" adalah ἑδραῖοι (hedraios,
hed-rah'-yos). pendirian yang kokoh, komitmen pribadi yang tidak goyah, tidak
mudah berubah-rubah, tidak mudah putus asa. Arti harafiah dari kata hedraios
adalah, tetap berada dalam satu posisi terus menerus, tetap berada dalam satu
posisi yang tenang, tetap berada dalam satu posisi yang setia, tetap berada
dalam satu posisi yang tabah
2.Selalu
Konsisten dalam persekutuan: JANGAN GOYAH ... "Kata asli bahasa Yunani
yang digunakan untuk "jangan goyah" adalah ἀμετακίνητοι
(ametakinetos, am-et-ak-in'-ay-tos). Arti harafiah dari kata ametakinetos
adalah, tidak dapat digerakkan, teguh, tidak bergeser
3.Memiliki
Spirit dan semangat yang kuat dalam persekutuan: GIATLAH selalu ..." Kata
asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "giatlah" adalah
περισσεύοντες (perisseuo, per-is-syoo'-o). Arti harafiah dari kata perisseuo
adalah, sangat berlimpah dalam kualitas dan kuantitas (mungkin artinya mengarah
pada ajakan untuk tetap bersemangat)
4.Memiliki etos kerja dalam pelayanan Tuhan:
JERIH PAYAH ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jerih
payah" adalah κόπος ( kopos, kop'-os). Arti harafiah dari kata kopos
adalah,bekerja keras membanting tulang, bekerja sampai kelelahan dan keletihan,
bekerja sampai susah payah Dari empat hal sikap tersebut pada hakikatnya akan
membuahkan hasil yang signifikan dan berkualitas dalam membangun dimensi
koinonia dalam hidup bermasyarakat dan berjemaat yakni membawa hidup dalam
Pembaharuan, Perdamaian dan Pemberdayaan (3P). Tuhan menjanjikan bahwa
orang-orang yang hidup dalam panggilan pelayanan Tuhan tidak akan “sia-sia”.
Panggilan hidup dalam persekutuan pada dasarnya memiliki dimensi eskatologis,
yakni berkat Tuhan yang tidak berkesudahan (abadi). Buah dari persekutuan itu
tentunya akan membawa transformasi social, moral dan spititual dalam kehidupan
manusia yang lebih baik di dunia ini baik dalam aspek ekonomi, social politik,
hukum, dan sebagainya. Jika persekutuan umat telah terbangun dalam relasi
social yang harmoni maka akan terbangun pulalah kehidupan umat yang hidup dalam
damai sejahtera. Kesimpulan: , "Kristus telah memberi dasar yang sangat
mahal yang telah dibangun oleh Yesus Kristus melalui Kematian dan
Kebangkitan-Nya, sekarang apa yang kita bangun di atasnya ?" Jangan
membangun hidup kita hanya dengan nonton tv, ke mall, baca surat kabar, kerja
rutinitas, sia-siakan waktu ("Kenos", B. Yunani : kosong, hampa,
bodoh tidak berakal budi), baca Alkitab jarang, tidak membangun apa-apa untuk
Tuhan. Bagaimana mau hidup berkenan di mata Tuhan? Untuk dipromosikan dan
mengalami multiplikasi? Karena itu mari kita bangun hidup kita dengan
Antusiasme yang tinggi, bagus, sesuatu yang berbeda, karena Tuhan sudah
membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Masihkah ada Roh yang
menyala-nyala? Apakah ke Gereja hanya kewajiban/rutinitas? Atau ke Gereja
karena ingin melakukan sesuatu kepada Tuhan? Ada 4 (empat) Tanda orang yang
bernyala-nyala dan tidak membangun hidupnya dengan sia-sia, yaitu: 1.Mulut dan
Hatinya setiap hari diisi dengan Ucapan Syukur, karena ia mengingat apa yang
Yesus Kristus telah lakukan di Kayu Salib, Tuhan telah memberikan tubuh, darah,
tangan, kaki, kehormatan-Nya semua untuk kita. Sudah berapa lama kita tidak
mengucap syukur? 2.Berdiri teguh, tidak goyah Teguh, dalam B. Yunani
"Hedrayos" : pendirian yang kokoh, komitmen pribadi yang tidak goyah,
tidak mudah berubah-rubah, tidak mudah putus asa. Komitmen yang teguh yang bisa
membuat bertahan. Orang Kristen kalau punya Komitmen yang teguh, akan tetap
bernyala-nyala dalam Tuhan. Komitmen Pribadi, Komitmen untuk membaca Alkitab
dan Berdoa setiap hari. Yang membuat orang Kristen berhasil adalah Komitmennya
untuk membaca Alkitab dan Berdoa, bangun tiap pagi dan berlutut di hadapan Tuhan.
Daud itu Raja, tidak ada yang berani menyuruhnya, maka ia menyuruh kepada
dirinya sendiri : "Pujilah TUHAN, Hai Jiwaku." Orang diukur Rohnya
menyala-nyala atau tidak dari berapa banyak jam Doanya. 3.Giatlah dalam
Pekerjaan Tuhan Giat, B. Yunani "Perisos" : Melakukan sesuatu lebih
dari biasanya, berlimpah-limpah, melakukan segala sesuatu dengan istimewa,
memberi lebih dari yang diminta, lebih dari standard, lebih dari tuntutan.
Standard - Basic (sesuai tata aturan) - Good - Best - Excellent (Perisos) 4.Jerih
payah nya tidak sia-sia Orang Kristen yang Rohnya menyala-nyala ditandai dengan
jerih payahnya tidak sia-sia. "Kopos", B. Yunani : penderitaan,
kesusahan pelayanannya tidak sia-sia Turut menderita bersama Tuhan dalam sebuah
pelayanan, siap menderita bagi Tuhan. Melayani Tuhan berarti siap menderita
bagi Tuhan (Kopos), bukan untuk harta, kedudukan, kehormatan.
Sdr/i Yang
dikasihi Tuhan Thema Rapat Pendeta ke 40 Thn 2017 ini; Tuhan Menunjukkan Kasih
Setia, Keadilan dan Kebenaran di Bumi. Jer 9:24 dan Sub Thema Melalui Rapat
Pendeta GKPI ke 40, kita terpanggil Merajut dan Memaknai Tugas Panggilan
Pendeta sebagai Perpanjangan Tangan Tuhan di Dalam Mewujudkan Kasih dan
Kebenaran. (24) tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena
yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal AKU, bahwa AKUlah TUHAN yang
menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu
KUsukai, demikianlah Firman TUHAN.
Bermegah
yang disukai TUHAN adalah bermegah yang di dalam TUHAN, maksudnya adalah memahami
dan mengenal TUHAN bahwa hanya IA-lah satu-satunya ALLAH, satu-satunya
JURUSELAMAT yang memang telah membuktikan kasih setiaNYA, keadilanNYA, bahkan
kebenaranNYA. Sedangkan, apa gunanya bermegah atas diri sendiri? Apa gunanya
meninggikan atau menyombongkan diri sendiri? Adakah manfaat ketika kita
memamerkan apa yang kita punya? Orang Kristen seharusnya bermegah karena
mengetahui bahwa ia telah menerima ALLAH yang menjadi satu-satunya JURUSELAMAT
bagi hidupnya. Firman ini hendak mengingatkan bangsa Yehuda atas perilaku
mereka kala hidup dalam kejayaan. Mereka menggunakan berkat Tuhan untuk
berfoya-foya, minum-minuman keras, berzinah dan banyak dosa yang mereka
lakukan. Mereka tidak menggunakan berkat Tuhan itu sebagai sarana mereka untuk
kemuliaan Tuhan. Ketika kehidupan mereka berkecukupan bahkan berkelimpahan,
mereka menjadi lupa kepada Tuhan dan tidak lagi mengakui bahwa berkat dan
kekayaan itu berasal dari Tuhan.
Kebenaran,
keadilan dan kesetiaan merupakan sifat Allah yang sangat esensial. Ketiganya
membuktikan kepada manusia bahwa Ia adalah kasih dan kasih itulah yang
diinginkan Yeremia untuk diterapkan dalam hidup orang Yehuda. Jadi baik
kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan harus dipergunakan untuk kemuliaan Tuhan,
sehingga mendatangkan sukacita bagi yang melakukannya. Kebijaksaan tanpa
kebenaran adalah suatu kebodohan. Kekuatan tanpa keadilan akan merusak dan
kekayaan tanpa kasih dan setia adalah keserakahan. Perikope ini mengajak umat
beragama lebih dahulu memahami dan mengenal Allah, sebagai Tuhan sumber
kepintaran, kekuatan dan kekayaan. Jika umat telah memahami dan mengenal bahwa
apa yang dimilikinya di dunia ini semua bersumber dari DIA, maka tidak akan mungkin
lagi orang memegahkan diri dengan apa yang dia miliki seolah-olah semua itu ada
karena usahanya sendiri.
Untuk hal
itulah maka kita perlu memahami dan mengenal Allah, karena dengan demikian kita
mampu menempatkan diri dan menggunakan yang kita miliki bukan sebagai alat
kekuasaan tetapi sebagai alat mendatanagkan damai sejahtera Allah di dunia
Dengan
memahami dan mengenal Allah, maka umat akan mengetahui bahwa “Akulah TUHAN yang
menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi”. Ungkapan ini, mengajarkan
kita bahwa pemahaman dan pengenalan kita padaNya menuntun kita untuk
berperilaku seturut dengan FirmanNya. Umat Tuhan menjadi alat kasih setia,
keadilan dan kebenaran Allah di bumi. Amen. Diposkan oleh Pdt. RHL Tobing, STh.MA di 09.58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar