Rabu, 30 Agustus 2017

Khotbah Pagi Pada Hri ke 2 Rapat Pendeta GKPI ke 40 "Bekerja untuk Tuhan Membangun Persekutuan" 1 Korintus 15 : 57-58



 
Salah satu hakikat dan eksistensi gereja adalah panggilan untuk membangun persekutuan (koinonia). Namun implementasi koinonia sering dipahami secara keliru, diartikan sempit, karena dibatasi ruang dan waktu. Artinya, persekutuan dengan Tuhan hanya ada jika ada kegiatan bersama memuji Tuhan, doa dan baca firman. Sebaliknya jika tidak, meski sedang berkumpul bersama, tidaklah menunjukkan adanya persekutuan dengan Tuhan. Benarkah demikian? Paulus menunjukkan suatu dimensi baru dalam memandang persekutuan dengan Tuhan, yakni dimensi kekekalan. Paulus mendorong orang Kristen untuk memegang kebenaran akan kebangkitan dan hidup benar dalam hubungannya dengan aspek persekutuan kekal dengan Tuhan. Usaha Paulus ini tentu saja dibarengi dengan alasan-alasan logis. Pertama, orang mati dalam Tuhan akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam keadaan tidak binasa dan telah diubahkan ( 1Kor 15:51-53). Nabi-nabi Perjanjian Lama seringkali memiliki bayangan tentang terompet, yang digunakan untuk mengumpulkan umat untuk perang; di sini merujuk kepada kumpulan umat Allah pada zaman akhir (Yes 27:13). Kedua, peristiwa itu merupakan penggenapan firman Tuhan: (Hos 13:14;Yes 25:8) bahwa maut telah dilenyapkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (1Kor 15:54-56). Ulasan Paulus mengenai persekutuan kekal, memberikan kepada kita, orang-orang Kristen pada masa kini hendaknya megimplementasikan dua hal pelajaran penting: Pertama, bahwa umat yang gigih mempertahankan persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia; kedua, bahwa selain dipertahankan dengan kegigihan, persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara agar tidak goyah dan tetap berdiri teguh (1Kor 15:57-58). Jika kita mengkaji pernyataan Paulus dalam teks ini, ada 4 (empat) hal sikap untuk membangun persekutuan yang hidup dalam Tuhan yakni:
 1.Memiliki komitment dalam persekutuan: berdirilah TEGUH ..."Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "teguh" adalah ἑδραῖοι (hedraios, hed-rah'-yos). pendirian yang kokoh, komitmen pribadi yang tidak goyah, tidak mudah berubah-rubah, tidak mudah putus asa. Arti harafiah dari kata hedraios adalah, tetap berada dalam satu posisi terus menerus, tetap berada dalam satu posisi yang tenang, tetap berada dalam satu posisi yang setia, tetap berada dalam satu posisi yang tabah
 2.Selalu Konsisten dalam persekutuan: JANGAN GOYAH ... "Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jangan goyah" adalah ἀμετακίνητοι (ametakinetos, am-et-ak-in'-ay-tos). Arti harafiah dari kata ametakinetos adalah, tidak dapat digerakkan, teguh, tidak bergeser
3.Memiliki Spirit dan semangat yang kuat dalam persekutuan: GIATLAH selalu ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "giatlah" adalah περισσεύοντες (perisseuo, per-is-syoo'-o). Arti harafiah dari kata perisseuo adalah, sangat berlimpah dalam kualitas dan kuantitas (mungkin artinya mengarah pada ajakan untuk tetap bersemangat)
 4.Memiliki etos kerja dalam pelayanan Tuhan: JERIH PAYAH ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jerih payah" adalah κόπος ( kopos, kop'-os). Arti harafiah dari kata kopos adalah,bekerja keras membanting tulang, bekerja sampai kelelahan dan keletihan, bekerja sampai susah payah Dari empat hal sikap tersebut pada hakikatnya akan membuahkan hasil yang signifikan dan berkualitas dalam membangun dimensi koinonia dalam hidup bermasyarakat dan berjemaat yakni membawa hidup dalam Pembaharuan, Perdamaian dan Pemberdayaan (3P). Tuhan menjanjikan bahwa orang-orang yang hidup dalam panggilan pelayanan Tuhan tidak akan “sia-sia”. Panggilan hidup dalam persekutuan pada dasarnya memiliki dimensi eskatologis, yakni berkat Tuhan yang tidak berkesudahan (abadi). Buah dari persekutuan itu tentunya akan membawa transformasi social, moral dan spititual dalam kehidupan manusia yang lebih baik di dunia ini baik dalam aspek ekonomi, social politik, hukum, dan sebagainya. Jika persekutuan umat telah terbangun dalam relasi social yang harmoni maka akan terbangun pulalah kehidupan umat yang hidup dalam damai sejahtera. Kesimpulan: , "Kristus telah memberi dasar yang sangat mahal yang telah dibangun oleh Yesus Kristus melalui Kematian dan Kebangkitan-Nya, sekarang apa yang kita bangun di atasnya ?" Jangan membangun hidup kita hanya dengan nonton tv, ke mall, baca surat kabar, kerja rutinitas, sia-siakan waktu ("Kenos", B. Yunani : kosong, hampa, bodoh tidak berakal budi), baca Alkitab jarang, tidak membangun apa-apa untuk Tuhan. Bagaimana mau hidup berkenan di mata Tuhan? Untuk dipromosikan dan mengalami multiplikasi? Karena itu mari kita bangun hidup kita dengan Antusiasme yang tinggi, bagus, sesuatu yang berbeda, karena Tuhan sudah membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Masihkah ada Roh yang menyala-nyala? Apakah ke Gereja hanya kewajiban/rutinitas? Atau ke Gereja karena ingin melakukan sesuatu kepada Tuhan? Ada 4 (empat) Tanda orang yang bernyala-nyala dan tidak membangun hidupnya dengan sia-sia, yaitu: 1.Mulut dan Hatinya setiap hari diisi dengan Ucapan Syukur, karena ia mengingat apa yang Yesus Kristus telah lakukan di Kayu Salib, Tuhan telah memberikan tubuh, darah, tangan, kaki, kehormatan-Nya semua untuk kita. Sudah berapa lama kita tidak mengucap syukur? 2.Berdiri teguh, tidak goyah Teguh, dalam B. Yunani "Hedrayos" : pendirian yang kokoh, komitmen pribadi yang tidak goyah, tidak mudah berubah-rubah, tidak mudah putus asa. Komitmen yang teguh yang bisa membuat bertahan. Orang Kristen kalau punya Komitmen yang teguh, akan tetap bernyala-nyala dalam Tuhan. Komitmen Pribadi, Komitmen untuk membaca Alkitab dan Berdoa setiap hari. Yang membuat orang Kristen berhasil adalah Komitmennya untuk membaca Alkitab dan Berdoa, bangun tiap pagi dan berlutut di hadapan Tuhan. Daud itu Raja, tidak ada yang berani menyuruhnya, maka ia menyuruh kepada dirinya sendiri : "Pujilah TUHAN, Hai Jiwaku." Orang diukur Rohnya menyala-nyala atau tidak dari berapa banyak jam Doanya. 3.Giatlah dalam Pekerjaan Tuhan Giat, B. Yunani "Perisos" : Melakukan sesuatu lebih dari biasanya, berlimpah-limpah, melakukan segala sesuatu dengan istimewa, memberi lebih dari yang diminta, lebih dari standard, lebih dari tuntutan. Standard - Basic (sesuai tata aturan) - Good - Best - Excellent (Perisos) 4.Jerih payah nya tidak sia-sia Orang Kristen yang Rohnya menyala-nyala ditandai dengan jerih payahnya tidak sia-sia. "Kopos", B. Yunani : penderitaan, kesusahan pelayanannya tidak sia-sia Turut menderita bersama Tuhan dalam sebuah pelayanan, siap menderita bagi Tuhan. Melayani Tuhan berarti siap menderita bagi Tuhan (Kopos), bukan untuk harta, kedudukan, kehormatan.
Sdr/i Yang dikasihi Tuhan Thema Rapat Pendeta ke 40 Thn 2017 ini; Tuhan Menunjukkan Kasih Setia, Keadilan dan Kebenaran di Bumi. Jer 9:24 dan Sub Thema Melalui Rapat Pendeta GKPI ke 40, kita terpanggil Merajut dan Memaknai Tugas Panggilan Pendeta sebagai Perpanjangan Tangan Tuhan di Dalam Mewujudkan Kasih dan Kebenaran. (24) tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal AKU, bahwa AKUlah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu KUsukai, demikianlah Firman TUHAN.
Bermegah yang disukai TUHAN adalah bermegah yang di dalam TUHAN, maksudnya adalah memahami dan mengenal TUHAN bahwa hanya IA-lah satu-satunya ALLAH, satu-satunya JURUSELAMAT yang memang telah membuktikan kasih setiaNYA, keadilanNYA, bahkan kebenaranNYA. Sedangkan, apa gunanya bermegah atas diri sendiri? Apa gunanya meninggikan atau menyombongkan diri sendiri? Adakah manfaat ketika kita memamerkan apa yang kita punya? Orang Kristen seharusnya bermegah karena mengetahui bahwa ia telah menerima ALLAH yang menjadi satu-satunya JURUSELAMAT bagi hidupnya. Firman ini hendak mengingatkan bangsa Yehuda atas perilaku mereka kala hidup dalam kejayaan. Mereka menggunakan berkat Tuhan untuk berfoya-foya, minum-minuman keras, berzinah dan banyak dosa yang mereka lakukan. Mereka tidak menggunakan berkat Tuhan itu sebagai sarana mereka untuk kemuliaan Tuhan. Ketika kehidupan mereka berkecukupan bahkan berkelimpahan, mereka menjadi lupa kepada Tuhan dan tidak lagi mengakui bahwa berkat dan kekayaan itu berasal dari Tuhan.
Kebenaran, keadilan dan kesetiaan merupakan sifat Allah yang sangat esensial. Ketiganya membuktikan kepada manusia bahwa Ia adalah kasih dan kasih itulah yang diinginkan Yeremia untuk diterapkan dalam hidup orang Yehuda. Jadi baik kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan harus dipergunakan untuk kemuliaan Tuhan, sehingga mendatangkan sukacita bagi yang melakukannya. Kebijaksaan tanpa kebenaran adalah suatu kebodohan. Kekuatan tanpa keadilan akan merusak dan kekayaan tanpa kasih dan setia adalah keserakahan. Perikope ini mengajak umat beragama lebih dahulu memahami dan mengenal Allah, sebagai Tuhan sumber kepintaran, kekuatan dan kekayaan. Jika umat telah memahami dan mengenal bahwa apa yang dimilikinya di dunia ini semua bersumber dari DIA, maka tidak akan mungkin lagi orang memegahkan diri dengan apa yang dia miliki seolah-olah semua itu ada karena usahanya sendiri.
Untuk hal itulah maka kita perlu memahami dan mengenal Allah, karena dengan demikian kita mampu menempatkan diri dan menggunakan yang kita miliki bukan sebagai alat kekuasaan tetapi sebagai alat mendatanagkan damai sejahtera Allah di dunia
Dengan memahami dan mengenal Allah, maka umat akan mengetahui bahwa “Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi”. Ungkapan ini, mengajarkan kita bahwa pemahaman dan pengenalan kita padaNya menuntun kita untuk berperilaku seturut dengan FirmanNya. Umat Tuhan menjadi alat kasih setia, keadilan dan kebenaran Allah di bumi.  Amen. Diposkan oleh Pdt. RHL Tobing, STh.MA di 09.58 

Tidak ada komentar: