Kamis, 17 Agustus 2017

"Mendengar, Mengerti dan Berbuah"

Matius 13 : 1 – 9 + 18 – 23,

I.              Pendahuluan
Dalam nats ini, Yesus memberi tips khusus bagi pengikut-Nya agar mereka bisa menjadi bagian dari Kerajaan-Nya. Untuk mempermudah pemahaman para pengikut-Nya, Yesus member perupamaan tentang seorang penabur, benih dan lahannya.
II.           Penjelasan Nats
Melalui perumpamaan ini, Yesus menjelaskan bahwa benih yang ditaburkan adalah FIRMAN ALLAH atau “firman tentang Kerajaan Allah.” Namun, Firman ini tidak memberikan hasil yang sama di semua tempat, karena tergantung pada tanah di mana Firman itu ditaburkan.
Benih Yang Jatuh di Pinggir Jalan dan Dimakan Burung Sampai Habis
Salah satu dari jenis tanah itu adalah tanah “di pinggir jalan”, yang menurut penafsirannya, adalah orang yang meskipun mendengarkan Firman Allah tetapi “tidak mengertinya”. Yang dimaksud dengan “tidak mengertinya” dapat kita ketahui melalui konteks dari perumpamaan ini. Kata bahasa Yunani yang dipadankan dengan “mengerti” dalam ayat di atas adalah kata kerja “suneimi” yang dipergunakan 6 kali dalam Matius 13, dan 5 di antaranya berkaitan dengan perumpamaan kita.
Yang dimaksud adalah pemahaman dan penerimaan akan Firman Allah dengan segenap hati dan dengan segenap pikiran kita yang terdalam. Pada hati yang telah menebal, Firman Allah seakan jatuh di pinggir jalan. Firman itu tidak akan tumbuh, apalagi menghasilkan buah (II Kor. 4:3-4 ; Ef. 4:17-19).
Orang-orang seperti ini adalah orang yang mendengar firman Tuhan, namun menolaknya sehingga iblis mengambil kesempatan untuk menggugurkan firman itu dari hatinya sampai habis, sehingga sia-sialah firman itu dia dengarkan karena tidak berdampak apa-apa bagi dia.
Benih Yang Jatuh di Bebatuan, Tumbuh, tapi Layu Oleh Sinar Matahari Karena Tanahnya Tipis
Benih dapat tumbuh di dalam beragam jenis tanah, namun ada jenis tanah yang membuat benih tidak dapat bertahan atau menghasilkan buah. Salah satu jenis tanah di mana benih, yang sekalipun pada awalnya cepat/ segera  tumbuh, namun pada akhirnya tidak dapat bertahan adalah benih yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu. Penyebab benih tidak dapat bertahan di sana adalah karena batu-batu tidak memungkinkan benih untuk berakar sehingga dapat menyerap air.  Seperti yang kita lihat, tanah yang berbatu-batu adalah orang-orang yang mendengarkan Firman, segera menerimanya, bahkan menerimanya dengan penuh kegembiraan. Namun, ini tidak berlangsung lama, karena begitu terjadi penindasan dan penganiayaan, orang-orang ini pun murtad,. Jelas di sini, penyebab yang membuat mereka jatuh adalah karena mereka sangat lemah dalam penganiayaan dan penindasan. Sehingga, ketika Iblis melakukannya terhadap mereka, mereka pun segera jatuh. Kejatuhan mereka bukan disebabkan oleh karena penindasan itu terlampau berat untuk mereka tanggung, sebab II Korintus 4:17, I Korintus 10:12-13 and I Petrus 5:10 berkata bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami itu biasa dan tidak melebihi kekuatan kita (I Korintus 10:12-13). Sebaliknya, mereka jatuh karena tidak mau melakukan bahkan perlawanan terkecil pun terhadap si Iblis (Yak. 4:7; I Ptr. 5:8-9)
Bila kita tidak melawan Iblis, ia tidak akan lari dari kita. Orang yang sepertini perlu memahami bahwa mengikut Tuhan itu tidak cukup hanya semangat yang menggebu-gebu, namun disertai komitmen, tekad yang kuat dan teguh dan pondasi/ akar iman yang tertancap kuat.
Benih Yang Jatuh di Semak Duri, Tumbuh, tapi Mati Dihimpit Semak Duri
Tanah ketiga yang ke atasnya benih ditaburkan adalah di tengah semak duri. Benih yang jatuh di tanah ini dihimpit, sehingga ia tidak berbuah. Masalahnya adalah mereka menyimpan Firman Tuhan di dalam hati mereka, namun menyimpannya bersama-sama dengan hal-hal lain, seperti “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan akan hal-hal lain”, bahkan menjadikan kekuatiran dan keinginan itu mengatasi firman Tuhan. Hal-hal ini akhirnya menjadi duri bagi pertumbuhan Firman, menghimpitnya dan membuatnya tidak berbuah. Apabila kita menerapkannya dan menempatkan kekhawatiran di posisi teratas dalam hidup kita, atau kita teperdaya oleh kekayaan atau keinginan untuk mengejar kesenangan duniawi dan hal-hal lain, maka benih Firman itu akan terhimpit dan tidak akan berbuah!
Menjadi seorang kristiani yang tidak berbuah lebih merupakan sebuah ironi. Yesus sendiri berkata bahwa berbuah adalah bukti seseorang itu adalah murid Kristus. Mereka yang tidak berbuah, mereka yang mengejar keinginan duniawi sehingga tidak berbuah bukanlah murid Kristus. Orang seperti ini lebih tepat dikatakan orang Kristen yang bukan pengikut Kristus.
Benih Yang jatuh di Tanah Yang Subur, Tumbuh dan Berbuah Berlipat Ganda
Kita telah mempelajari tiga jenis tanah yang ke atasnya benih Firman ditaburkan. Sayangnya tak satu pun dari ketiga tanah itu dapat membuat benih itu berbuah. Namun jenis keempat mengumpamakn seperti apa tanah yang BAIK yang menghasilkan buah itu. Matius 13:8, “Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Yesus menjelaskan makna benih yang keempat ini. “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti [Yunani: suniemi], dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Seperti yang kita ingat, kategori orang pertama tidak dapat “mengerti”, dan menerima Firman karena hati mereka tebal dan keras. Sebaliknya, orang-orang yang masuk kategori berbuah mengerti Firman dan menyimpannya dalam hati yang baik. Kategori yang berbuah ini memiliki apa tidak dimiliki oleh ketiga kategori yang tidak berbuah. Jadi, jika orang kategori pertama memiliki hati yang keras, di sini mereka memiliki hati yang baik. Jika orang kategori kedua tidak memiliki ketahanan dan segera jatuh begitu terjadi penindasan, di sini mereka memiliki ketekunan (mereka mengeluarkan buah dalam ketekunan, seperti yang dikatakan ayat di atas) dan tidak mudah menyerah. Jika pada orang kategori ketiga Firman Tuhan dihimpit oleh segala macam kekhawatiran dan berbagai keinginan lain menempati posisi tertinggi, di sini Firman Tuhan DISIMPAN di dalam hati mereka, dan Firman itu menduduki tempat tertinggi dalam hati mereka dan tidak tergantikan oleh hal-hal lain. Inilah kategori yang berbuah dan biarlah kita semua menjadi orang-orang yang termasuk dalam kategori ini sehingga kita akan menghasilkan banyak buah bagi Allah kita!
Orang Kristen Yang Berbuah
Tidak ada pohon yang berbuat dengan instan begitu ditanam, tetap ada proses yang harus dialami dan dihadapi. Benih (firman) harus ditanam di lahan (hati) yang tulus dan mau menerimanya, benih yang ditanam harus mengalami perubahan untuk menjadi tunas. Lahan harus dipupuk dan disiram sehingga tunas bertumbuh dengan baik. Pertumbuhan dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Tentu dalam proses itu akan banyak tantangan yang dihadapi (hama, cuaca, dll). Buah yang baik akan memberi gizi dan kesehatan bagi orang yang menikmatinya. Maka buah iman orang Kristen yang baik dan benar juga akan mendatangkan sukacita dan berkat bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Orang Kristen yang berbuah adalah orang yang mau mendengar firman Tuhan, mengerti akan perintah Tuhan dalam firman-Nya dan melakukan apa yang baik dan benar di hadapan manusia, maka buahnya tidak hanya akan dinikmati sendiri, namun juga orang yang ada di sekitarnya.
III.        Aplikasi
Firman Allah dapat ditaburkan kepada bermacam-macam orang. Namun, hasilnya akan berbeda tergantung pada kualitas hati orang-orang yang mendengarkan Firman itu. Ada orang yang menolaknya, ada juga orang yang menerimanya namun segera murtad begitu terjadi penindasan. Ada orang yang menerimanya namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir dalam hatinya serta menggantikannya dengan hal-hal lain (kekhawatiran, kekayaan, dan keinginan lain), dan ada orang-orang yang menyimpan Firman itu di dalam hati yang baik dan menghasilkan banyak buah. Itulah mengapa ketika mengakhiri penjelasan-Nya tentang perumpamaan itu, Yesus berkata “perhatikanlah cara kamu mendengar” (Lukas 8:18). Mendengar firman Tuhan adalah kebutuhan pokok orang Kristen. Untuk itu :
1.        Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya sekedar menjalani rutinitas, dengan sekejap Firman yang ditaburkan itu akan hilang.
2.        Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya menerima tetapi tidak mau menyelidiki dan memahami lebih dalam, maka ketika berhadapan dengan realita hidup Firman yang ditaburkan itu pun akan mati. Sebab orang itu mendengar Firman Tuhan hanya siap untuk membuat dia senang dan gembira tanpa mempertanyakan apakah dia sudah menyenangkan Tuhan. Justru sebaliknya, pendengarannya akan Firman Tuhan di pakai untuk menyelidiki kesalahan dan dosa orang lain, sementara dia tidak menyelidiki dirinya. Dalam 2 Korintus 13:5 dikatakan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman"
3.    Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya sampai pada mengetahui, maka Firman yang ditaburkan itu pun akan mati terhimpit. Dia sudah mendengar, menerima dan mengetahui apa yang seharusnya dia perbuat, tetapi dia tidak lekas bertindak karena ternyata dia lebih mengikuti keinginan dagingnya daripada keinginan Tuhan.

4.        Ketika Firman Tuhan itu didengar, dipergumulkan untuk dimengerti, maka firman itu akan bertumbuh dan menghasilkan buah yang benar melalui pola hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan buah itu akan membawa kebahagiaan dan sukacita dan keagungan bagi nama Tuhan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin..

Tidak ada komentar: