Matius 13 : 1 – 9 + 18 – 23,
I.
Pendahuluan
Dalam nats
ini, Yesus memberi tips khusus bagi pengikut-Nya agar mereka bisa menjadi
bagian dari Kerajaan-Nya. Untuk mempermudah pemahaman para pengikut-Nya, Yesus
member perupamaan tentang seorang penabur, benih dan lahannya.
II.
Penjelasan Nats
Melalui
perumpamaan ini, Yesus menjelaskan bahwa benih yang ditaburkan adalah FIRMAN
ALLAH atau “firman tentang Kerajaan Allah.” Namun, Firman ini tidak memberikan
hasil yang sama di semua tempat, karena tergantung pada tanah di mana Firman
itu ditaburkan.
Benih Yang Jatuh di Pinggir Jalan dan Dimakan Burung
Sampai Habis
Salah satu
dari jenis tanah itu adalah tanah “di pinggir jalan”, yang menurut
penafsirannya, adalah orang yang meskipun mendengarkan Firman Allah tetapi
“tidak mengertinya”. Yang dimaksud dengan “tidak mengertinya” dapat kita
ketahui melalui konteks dari perumpamaan ini. Kata bahasa Yunani yang
dipadankan dengan “mengerti” dalam ayat di atas adalah kata kerja “suneimi”
yang dipergunakan 6 kali dalam Matius 13, dan 5 di antaranya berkaitan dengan
perumpamaan kita.
Yang dimaksud
adalah pemahaman dan penerimaan akan Firman Allah dengan segenap hati dan
dengan segenap pikiran kita yang terdalam. Pada hati yang telah menebal, Firman
Allah seakan jatuh di pinggir jalan. Firman itu tidak akan tumbuh, apalagi
menghasilkan buah (II Kor. 4:3-4 ; Ef. 4:17-19).
Orang-orang
seperti ini adalah orang yang mendengar firman Tuhan, namun menolaknya sehingga
iblis mengambil kesempatan untuk menggugurkan firman itu dari hatinya sampai
habis, sehingga sia-sialah firman itu dia dengarkan karena tidak berdampak
apa-apa bagi dia.
Benih Yang Jatuh di Bebatuan, Tumbuh, tapi Layu Oleh
Sinar Matahari Karena Tanahnya Tipis
Benih dapat
tumbuh di dalam beragam jenis tanah, namun ada jenis tanah yang membuat benih tidak dapat bertahan atau
menghasilkan buah. Salah satu jenis tanah di mana benih, yang sekalipun pada
awalnya cepat/ segera tumbuh, namun pada akhirnya tidak dapat bertahan
adalah benih yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu. Penyebab benih tidak dapat
bertahan di sana adalah karena batu-batu tidak memungkinkan benih untuk berakar
sehingga dapat menyerap air. Seperti yang kita lihat, tanah yang
berbatu-batu adalah orang-orang yang mendengarkan Firman, segera menerimanya,
bahkan menerimanya dengan penuh kegembiraan. Namun, ini tidak berlangsung lama,
karena begitu terjadi penindasan dan penganiayaan, orang-orang ini pun murtad,.
Jelas di sini, penyebab yang membuat mereka jatuh adalah karena mereka sangat
lemah dalam penganiayaan dan penindasan. Sehingga, ketika Iblis melakukannya
terhadap mereka, mereka pun segera jatuh. Kejatuhan mereka bukan disebabkan
oleh karena penindasan itu terlampau berat untuk mereka tanggung, sebab II
Korintus 4:17, I Korintus 10:12-13 and I Petrus 5:10 berkata bahwa
pencobaan-pencobaan yang kita alami itu biasa dan tidak melebihi kekuatan kita
(I Korintus 10:12-13). Sebaliknya, mereka jatuh karena tidak mau melakukan
bahkan perlawanan terkecil pun terhadap si Iblis (Yak. 4:7; I Ptr. 5:8-9)
Bila kita
tidak melawan Iblis, ia tidak akan lari dari kita. Orang yang sepertini perlu
memahami bahwa mengikut Tuhan itu tidak cukup hanya semangat yang
menggebu-gebu, namun disertai komitmen, tekad yang kuat dan teguh dan pondasi/
akar iman yang tertancap kuat.
Benih Yang Jatuh di Semak Duri, Tumbuh, tapi Mati
Dihimpit Semak Duri
Tanah ketiga
yang ke atasnya benih ditaburkan adalah di tengah semak duri. Benih yang jatuh
di tanah ini dihimpit, sehingga ia tidak berbuah. Masalahnya adalah mereka
menyimpan Firman Tuhan di dalam hati mereka, namun menyimpannya bersama-sama
dengan hal-hal lain, seperti “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan
keinginan akan hal-hal lain”, bahkan menjadikan kekuatiran dan keinginan itu
mengatasi firman Tuhan. Hal-hal ini akhirnya menjadi duri bagi pertumbuhan
Firman, menghimpitnya dan membuatnya tidak berbuah. Apabila kita menerapkannya
dan menempatkan kekhawatiran di posisi teratas dalam hidup kita, atau kita
teperdaya oleh kekayaan atau keinginan untuk mengejar kesenangan duniawi dan
hal-hal lain, maka benih Firman itu akan terhimpit dan tidak akan berbuah!
Menjadi
seorang kristiani yang tidak berbuah lebih merupakan sebuah ironi. Yesus sendiri
berkata bahwa berbuah adalah bukti seseorang itu adalah murid Kristus. Mereka
yang tidak berbuah, mereka yang mengejar keinginan duniawi sehingga tidak
berbuah bukanlah murid Kristus. Orang seperti ini lebih tepat dikatakan orang
Kristen yang bukan pengikut Kristus.
Benih Yang jatuh di Tanah Yang Subur, Tumbuh dan Berbuah
Berlipat Ganda
Kita telah
mempelajari tiga jenis tanah yang ke atasnya benih Firman ditaburkan. Sayangnya
tak satu pun dari ketiga tanah itu dapat membuat benih itu berbuah. Namun jenis
keempat mengumpamakn seperti apa tanah yang BAIK yang menghasilkan buah itu.
Matius 13:8, “Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang
seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali
lipat.”
Yesus menjelaskan
makna benih yang keempat ini. “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang
yang mendengar firman itu dan mengerti [Yunani: suniemi], dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat,
ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Seperti yang
kita ingat, kategori orang pertama tidak dapat “mengerti”, dan menerima Firman
karena hati mereka tebal dan keras. Sebaliknya, orang-orang yang masuk kategori
berbuah mengerti Firman dan menyimpannya dalam hati yang baik. Kategori yang berbuah
ini memiliki apa tidak dimiliki oleh ketiga kategori yang tidak berbuah. Jadi,
jika orang kategori pertama memiliki hati yang keras, di sini mereka memiliki
hati yang baik. Jika orang kategori kedua tidak memiliki ketahanan dan segera
jatuh begitu terjadi penindasan, di sini mereka memiliki ketekunan (mereka
mengeluarkan buah dalam ketekunan, seperti yang dikatakan ayat di atas) dan
tidak mudah menyerah. Jika pada orang kategori ketiga Firman Tuhan dihimpit
oleh segala macam kekhawatiran dan berbagai keinginan lain menempati posisi
tertinggi, di sini Firman Tuhan DISIMPAN di dalam hati mereka, dan Firman itu
menduduki tempat tertinggi dalam hati mereka dan tidak tergantikan oleh hal-hal
lain. Inilah kategori yang berbuah dan biarlah kita semua menjadi orang-orang
yang termasuk dalam kategori ini sehingga kita akan menghasilkan banyak buah
bagi Allah kita!
Orang Kristen Yang Berbuah
Tidak ada
pohon yang berbuat dengan instan begitu ditanam, tetap ada proses yang harus
dialami dan dihadapi. Benih (firman) harus ditanam di lahan (hati) yang tulus
dan mau menerimanya, benih yang ditanam harus mengalami perubahan untuk menjadi
tunas. Lahan harus dipupuk dan disiram sehingga tunas bertumbuh dengan baik.
Pertumbuhan dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula.
Tentu dalam proses itu akan banyak tantangan yang dihadapi (hama, cuaca, dll).
Buah yang baik akan memberi gizi dan kesehatan bagi orang yang menikmatinya.
Maka buah iman orang Kristen yang baik dan benar juga akan mendatangkan sukacita
dan berkat bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Orang Kristen yang berbuah
adalah orang yang mau mendengar firman Tuhan, mengerti akan perintah Tuhan
dalam firman-Nya dan melakukan apa yang baik dan benar di hadapan manusia, maka
buahnya tidak hanya akan dinikmati sendiri, namun juga orang yang ada di
sekitarnya.
III.
Aplikasi
Firman Allah
dapat ditaburkan kepada bermacam-macam orang. Namun, hasilnya akan berbeda
tergantung pada kualitas hati orang-orang yang mendengarkan Firman itu. Ada
orang yang menolaknya, ada juga orang yang menerimanya namun segera murtad
begitu terjadi penindasan. Ada orang yang menerimanya namun menempatkan Firman
itu pada posisi terakhir dalam hatinya serta menggantikannya dengan hal-hal
lain (kekhawatiran, kekayaan, dan keinginan lain), dan ada orang-orang yang
menyimpan Firman itu di dalam hati yang baik dan menghasilkan banyak buah.
Itulah mengapa ketika mengakhiri penjelasan-Nya tentang perumpamaan itu, Yesus
berkata “perhatikanlah cara kamu mendengar” (Lukas 8:18). Mendengar firman
Tuhan adalah kebutuhan pokok orang Kristen. Untuk itu :
1.
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya sekedar menjalani rutinitas,
dengan sekejap Firman yang ditaburkan itu akan hilang.
2.
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya menerima tetapi tidak mau
menyelidiki dan memahami lebih dalam, maka ketika berhadapan dengan realita
hidup Firman yang ditaburkan itu pun akan mati. Sebab orang itu mendengar
Firman Tuhan hanya siap untuk membuat dia senang dan gembira tanpa
mempertanyakan apakah dia sudah menyenangkan Tuhan. Justru sebaliknya,
pendengarannya akan Firman Tuhan di pakai untuk menyelidiki kesalahan dan dosa
orang lain, sementara dia tidak menyelidiki dirinya. Dalam 2 Korintus 13:5
dikatakan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam
iman"
3.
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya sampai pada
mengetahui, maka Firman yang ditaburkan itu pun akan mati terhimpit. Dia sudah
mendengar, menerima dan mengetahui apa yang seharusnya dia perbuat, tetapi dia
tidak lekas bertindak karena ternyata dia lebih mengikuti keinginan dagingnya
daripada keinginan Tuhan.
4.
Ketika Firman Tuhan itu didengar, dipergumulkan untuk dimengerti, maka firman
itu akan bertumbuh dan menghasilkan buah yang benar melalui pola hidup yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan buah itu akan membawa kebahagiaan dan
sukacita dan keagungan bagi nama Tuhan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar