Kamis, 17 Agustus 2017

Keluarga Yang Terandalkan

Amsal 14:1-16 Thema: 
Renungan buat istri, suami, dan orang tua.
    Peran perempuan bagi kelanggengan dan keutuhan sebuah rumah    tangga sangat menentukan (1). Sebab seorang istri adalah
    pendamping dan pendukung utama suami. Seperti ada pepatah yang  mengatakan bahwa di belakang seorang laki-laki yang sukses selalu terdapat istri yang kuat dan setia mendukungnya.
Oleh sebab itu seorang istri yang bijak adalah anugerah Tuhan yan   besar. Bijak di sini berkaitan dengan ketrampilan-ketrampilan dan
sifat-sifat baik yang dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah    tangga. Sifat-sifat itu antara lain kesalehan (31:12), rajin,
ulet bekerja (31:13-19), dan baik budi (20). Ketrampilan yang
dibutuhkan antara lain  mampu mengolah sumber-sumber penghasilan keluarga sehingga sumber itu tetap menghasilkan pemasukan (18-19). Ia juga mempunyai ketrampilan mengajar anak-anaknya dengan hikmat dan kelemahlembutan sehingga anak-anaknya tida mendapatkan kesulitan di dalam mengikuti pelajaran di sekolah;     karakter dan kepribadiannya pun bertumbuh ke arah yang baik     (26-27).
Sedangkan perempuan yang bodoh adalah mereka yang tidak mempunyai
    rasa takut akan Tuhan sehingga bertindak semaunya, menelantarkan
    suami dan anak-anak, menghamburkan uang untuk berbelanja
    keperluan pribadinya seperti pakaian, alat kosmetika, dan
    assesoris lainnya yang tidak penting. Istri yang demikian akan
    menghancurkan rumah tangganya seolah-olah ia meruntuhkan dengan tangannya sendiri.
Renungkan: Apakah Anda seorang istri yang bijak dan membahagiakan keluarga?
    Sebagai istri berusahalah menjadi seperti gambaran itu. Sedangkan     bagi suami, berdoalah agar Allah memberikan istri kita hikmat dan     kekuatan untuk menjadi seorang istri seperti gambaran itu. Dan     sebagai orang-tua didiklah anak-anak perempuan Anda agar menjadi     istri yang membangun rumahnya.
Roma 8:6-11
Matius 11:25-30
Mazmur 145
Penulis Amsal banyak memberikan perhatian pada perilaku orang benar  dan orang fasik. Orang benar selalu merancangkan keadilan bukan kejahatan, selalu bermurah hati kepada siapa saja, tanpa terkecuali. Orang dengan perilaku seperti ini memiliki komposisi hidup yang tepat, mapan, dan berkenan di mata Tuhan. Sebaliknya, orang fasik -
"bodoh" adalah orang yang kebal terhadap teguran, tidak tetap
pendirian, suka berceloteh, dan beringas. Di hadapan Tuhan orang
seperti ini akan binasa. Jelas sekali bahwa penulis Amsal membuat
garis pemisah antara orang benar dan orang fasik.
    Untuk dapat tetap berada di jalur "orang benar" seseorang
membutuhkan hikmat dari Tuhan. Tanpa unsur ini, seseorang tidak dapat
berperilaku benar.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Kriteria apa sajakah yang harus ada dalam diri "orang benar", dan
   harus dipenuhi (ay. 5, 10. bdk. 13:5 dan 18:5)? Hal-hal apa saja
   yang menjadi kriteria "orang fasik"?
2. Hal-hal positif apa yang akan dirasakan dan dialami orang benar    bila kriteria tersebut terpenuhi? Dan hal-hal negatif apa yang    akan dialami orang fasik? Hal-hal positif apa yang harus dipupuk    dan hal-hal negatif apa yang harus dihindari oleh orang berhikmat    dalam hidupnya?  Jelaskan!
3. Apa saja ciri-ciri hikmat "orang benar" yang harus ditonjolkan
   dalam aspek moral, dan dalam kehidupan rumah tangga? Mengapa dalam    rumah tangga dibutuhkan peranan seorang isteri yang cakap dan    bijaksana?
4. Pikirkan suatu contoh kasus masalah yang sering kita jumpai
   sehari-hari. Bagaimana cara orang tidak berhikmat dan cara orang    berhikmat dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut?    Jelaskan dimana letak perbedaannya!
5. Masyarakat tahu perbedaan tegas antara orang benar dan orang fasik. Tetapi "keadaan" memaksa masyarakat untuk menutup mata    terhadap perbedaan tersebut. Dapatkah Anda menjelaskan "keadaan" yang dimaksud? Bagaimana Kristen menyikapi "keadaan" tersebut?
   Jelaskan!
    Amsal 14:1-10
 1. Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh
    meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.
 2. Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang
    yang sesat jalannya, menghina Dia.
 3. Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya,
    tetapi orang bijak dipelihara oleh bibirnya.
 4. Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan
    kekuatan sapi banyaklah hasil.
 5. Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi siapa
    menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta.
 6. Si pencemooh mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi
    orang berpengertian, pengetahuan mudah diperoleh.
 7. Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan tidak kaudapati dari
    bibirnya.
 8. Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi
    orang bebal ditipu oleh kebodohannya.
 9. Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur
    saling menunjukkan kebaikan.
10. Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak
    dapat turut merasakan kesenangannya.


Tidak ada komentar: