Amsal 14:1-16
Thema:
Renungan buat
istri, suami, dan orang tua.
Peran
perempuan bagi kelanggengan dan keutuhan sebuah rumah tangga sangat menentukan (1). Sebab seorang
istri adalah
pendamping
dan pendukung utama suami. Seperti ada pepatah yang mengatakan bahwa di belakang seorang
laki-laki yang sukses selalu terdapat istri yang kuat dan setia mendukungnya.
Oleh sebab itu
seorang istri yang bijak adalah anugerah Tuhan yan besar. Bijak di sini berkaitan dengan
ketrampilan-ketrampilan dan
sifat-sifat
baik yang dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah tangga. Sifat-sifat itu antara lain kesalehan
(31:12), rajin,
ulet bekerja (31:13-19), dan baik budi (20).
Ketrampilan yang
dibutuhkan
antara lain mampu mengolah sumber-sumber
penghasilan keluarga sehingga sumber itu tetap menghasilkan pemasukan (18-19). Ia juga mempunyai ketrampilan
mengajar anak-anaknya dengan hikmat dan kelemahlembutan sehingga anak-anaknya
tida mendapatkan kesulitan di dalam mengikuti pelajaran di sekolah; karakter dan kepribadiannya pun bertumbuh
ke arah yang baik (26-27).
Sedangkan
perempuan yang bodoh adalah mereka yang tidak mempunyai
rasa takut akan Tuhan sehingga bertindak
semaunya, menelantarkan
suami dan anak-anak, menghamburkan uang
untuk berbelanja
keperluan pribadinya seperti pakaian, alat
kosmetika, dan
assesoris lainnya yang tidak penting. Istri
yang demikian akan
menghancurkan rumah tangganya seolah-olah
ia meruntuhkan dengan tangannya sendiri.
Renungkan:
Apakah Anda seorang istri yang bijak dan membahagiakan keluarga?
Sebagai istri berusahalah menjadi seperti
gambaran itu. Sedangkan bagi suami,
berdoalah agar Allah memberikan istri kita hikmat dan kekuatan untuk menjadi seorang istri
seperti gambaran itu. Dan sebagai
orang-tua didiklah anak-anak perempuan Anda agar menjadi istri yang membangun rumahnya.
Roma 8:6-11
Matius
11:25-30
Mazmur 145
Penulis Amsal
banyak memberikan perhatian pada perilaku orang benar dan orang fasik. Orang benar selalu
merancangkan keadilan bukan kejahatan, selalu bermurah hati kepada siapa saja,
tanpa terkecuali. Orang dengan perilaku seperti ini memiliki komposisi hidup
yang tepat, mapan, dan berkenan di mata Tuhan. Sebaliknya, orang fasik -
"bodoh"
adalah orang yang kebal terhadap teguran, tidak tetap
pendirian,
suka berceloteh, dan beringas. Di hadapan Tuhan orang
seperti ini
akan binasa. Jelas sekali bahwa penulis Amsal membuat
garis pemisah
antara orang benar dan orang fasik.
Untuk dapat tetap berada di jalur
"orang benar" seseorang
membutuhkan
hikmat dari Tuhan. Tanpa unsur ini, seseorang tidak dapat
berperilaku
benar.
Pertanyaan-pertanyaan
pengarah:
1. Kriteria apa sajakah yang harus ada
dalam diri "orang benar", dan
harus dipenuhi (ay. 5, 10. bdk. 13:5 dan
18:5)? Hal-hal apa saja
yang menjadi kriteria "orang
fasik"?
2. Hal-hal positif apa yang akan dirasakan
dan dialami orang benar bila kriteria
tersebut terpenuhi? Dan hal-hal negatif apa yang akan dialami orang fasik? Hal-hal positif
apa yang harus dipupuk dan hal-hal
negatif apa yang harus dihindari oleh orang berhikmat dalam hidupnya? Jelaskan!
3. Apa saja
ciri-ciri hikmat "orang benar" yang harus ditonjolkan
dalam aspek moral, dan dalam kehidupan rumah
tangga? Mengapa dalam rumah tangga
dibutuhkan peranan seorang isteri yang cakap dan bijaksana?
4. Pikirkan suatu contoh kasus masalah
yang sering kita jumpai
sehari-hari. Bagaimana cara orang tidak
berhikmat dan cara orang berhikmat
dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan dimana letak perbedaannya!
5. Masyarakat tahu perbedaan tegas antara
orang benar dan orang fasik. Tetapi "keadaan" memaksa masyarakat
untuk menutup mata terhadap perbedaan
tersebut. Dapatkah Anda menjelaskan "keadaan" yang dimaksud?
Bagaimana Kristen menyikapi "keadaan" tersebut?
Jelaskan!
Amsal 14:1-10
1. Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya,
tetapi yang bodoh
meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.
2. Siapa berjalan dengan jujur, takut akan
TUHAN, tetapi orang
yang sesat jalannya, menghina Dia.
3. Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk
punggungnya,
tetapi orang bijak dipelihara oleh
bibirnya.
4. Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada
gandum, tetapi dengan
kekuatan sapi banyaklah hasil.
5. Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi
siapa
menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah
saksi dusta.
6. Si pencemooh mencari hikmat, tetapi
sia-sia, sedangkan bagi
orang berpengertian, pengetahuan mudah
diperoleh.
7. Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan
tidak kaudapati dari
bibirnya.
8. Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat
orang cerdik, tetapi
orang bebal ditipu oleh kebodohannya.
9. Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan,
tetapi orang jujur
saling menunjukkan kebaikan.
10. Hati mengenal
kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak
dapat turut merasakan kesenangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar