Dalam suatu pertemuan,
seorang teman mengungkapkan niatnya untuk melayani di gereja. Dalam perjalanan
hingga mencapai karir yang tinggi saat ini, dia mengakui menerima berkat Tuhan
yang berlimpah dalam hidupnya. Namun, dia juga merasa belum berbuat untuk
membalasnya. Dia merasa belum menjadi berkat. Karena itu, dia memikirkan
kemungkinan terlibat di dalam kegiatan pelayanan gereja. Melalui pelayanan itu
dia berharap bisa menjadi berkat.
Menjadi
berkat adalah visi dan janji Allah bagi kita umat-Nya. Dia mengungkapkannya kepada Abraham
dan menyatakannya di dalam karya penyelamatan melalui pengorbanan Kristus. Dia
melekatkannya sebagai panggilan di dalam diri setiap orang percaya. Allah
melakukannya untuk mewujudkan kehendak-Nya yaitu memberkati semua ciptaan.
Bagaimana seseorang
dapat memenuhi panggilan tersebut? Apakah dia harus menjalankan peran, profesi, atau aktifitas tertentu?
Apakah itu baru bisa dilakukan apabila seseorang telah mencapai kemapanan dan memiliki keleluasaan waktu,
finansial, dan sumber daya lainnya? Mungkinkah
menjadi berkat menyatu di dalam aktifitas pekerjaan setiap hari?
Bekerja
sebagai Panggilan
Panggilan sering kali
diasosiasikan dengan pelayanan gereja. Seseorang disebut memenuhi panggilan
ketika menjadi pendeta, penatua, dan mengemban jabatan gerejawi lainnya.
Istilah panggilan digunakan untuk pelayanan, tetapi tidak untuk pekerjaan
sekular. Pemisahan seperti ini tidak beralasan. Tidak ada kegiatan yang sakral
kecuali berkaitan dengan pamrih dan motivasi kepada Allah dan kehendak-Nya.
Teologi kerja yang kita anut menekankan pekerjaan sebagai panggilan dan
pekerjaan adalah pelayanan.
Beberapa pekerjaan
seperti petani, pelayanan kesehatan, pendidik-pengajar, pelayanan sosial,
pemberian bantuan hukum, relatif lebih mudah dihayati sebagai amanah Tuhan.
Tetapi, bagaimana para pekerja di pabrik, penjual barang eceran, tenaga pemasar
meyakini dirinya sebagai mitra Allah? Bagaimana pekerja bangunan, olahragawan,
pegawai negeri, pengembang program komputer, pelukis, artis, atau para ahli
manajemen menghayati aktifitasnya sebagai pemenuhan panggilan?
Panggilan
memberi orientasi dasar bagi totalitas kehidupan. Melaksanakan panggilan berarti
menjalankan kehidupan begitu rupa sehingga pengajaran Kristus dan firman-Nya
mewujud melalui karunia dan talenta kita. Seorang pekerja kristen adalah orang
yang memberikan dirinya dipakai oleh Allah untuk menjadi berkat bagi orang lain
melalui profesinya.
Meyakini
bekerja sebagai pemenuhan
panggilan akan mendorong kita untuk terus mencari makna atas semua aktifitas
kerja. Ketika kita menemukan kehendak Allah di dalamnya serta mengalami
penyertaan dan tuntunan Roh Kudus dalam melaksanakannya, maka kita merasakan
kepenuhan. Allah menjadikan kita sebagai rekan sekerja dalam mewujudkan rencana-Nya.
Menjadi berkat bagi
Keluarga, Rekan Kerja, Masyarakat, dan Alam Semesta
Memandang
kerja sebagai panggilan
membawa kita kepada definisi kerja yang luas. Lebih dari sekedar aktualisasi
diri dan mencari nafkah, kerja adalah ruang disiplin rohani bagi pembentukan
dan penguatan karakter. Di pekerjaan-tempat kita memakai mayoritas waktu- kita
mengasah kepekaan atas kehadiran dan tuntunan Roh Kudus. Kita melatih belas
kasihan, pengampunan, kejujuran, kesabaran, kemurahan, kerendah-hatian,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri di dalam interaksi
dengan rekan kerja, mitra, dan pelanggan. Ini adalah berkat rohani yang kita
peroleh sekaligus bagikan dalam relasi di tempat kerja.
Kesadaran akan
panggilan memungkinkan kita memperluas cara pandang atas orang-orang yang
berhubungan dengan kita dalam pekerjaan. Jika sebelumnya kita menganggap mereka
sebagai rekan bertransaksi semata, panggilan mengarahkan kita untuk
memperlakukannya sebagai orang-orang yang Tuhan kasihi. Karena itu, kita mengasihi
dan melayani mereka. Kita senantiasa mencari kesempatan untuk membangun
hubungan dengan mereka. Kita memperlakukan setiap orang dengan adil dan
menghormati mereka sebagaimana adanya. Kita peduli atas kebutuhan mereka dan
berusaha untuk memenuhinya. Dalam keyakinan demikian, kita tidak akan merugikan
pelanggan dan tidak berlaku curang kepada mitra. Kita senang atas keberhasilan
rekan kerja dan oleh sebab itu kita tergerak untuk mendukung dan menyemangati
pengembangan dirinya.
Dengan
meyakini apapun yang kita kerjakan sebagai
ungkapan syukur bagi Allah dan melakukannya dengan segenap hati seperti untuk
Tuhan, kita akan semakin inovatif
dan produktif dalam menghasilkan yang
baik dan berkualitas.
Panggilan membawa kita
untuk menghayati kerja sebagai pelaksanaan tanggungjawab sosial. Melalui
pekerjaan, Tuhan memberkati kita dengan penghasilan serta manfaat-manfaat lain
seperti pengobatan, pendidikan, pengembangan diri, bahkan manfaat pensiun.
Selain untuk mencukupkan kebutuhan sendiri dan keluarga, berkat tersebut juga
menjadi sesuatu yang dibagikan kepada sesama yang berkekurangan dan menjadi
bukti pemeliharaan Allah atas umat-Nya.
Di tengah eksploitasi
tanpa batas dan ketidakpedulian pada kerusakan dan perusakan alam, panggilan
mengingatkan kita akan mandat memeliharanya. Sekecil apapun hasilnya, kita bisa
mengusahakan praktek-praktek alternatif yang mengurangi beban dan memulihkan
bumi di lingkup kerja kita masing-masing.
Mewujudkan
Kehendak Allah
Bekerja untuk menjadi
berkat terjadi ketika kita menghayati kerja sebagai panggilan. Sepanjang bukan
pekerjaan yang dilarang hukum dan yang bertentangan dengan etika, apapun
pekerjaan kita bisa menjadi ruang pelayanan untuk menyalurkan berkat Tuhan
kepada sesama dan ciptaan-Nya. Menjadi berkat tidak memerlukan peristiwa
khusus, tetapi dapat diwujudkan dalam aktifitas dan relasi sederhana di kerja
sehari-hari. Di dalam kerja yang demikian kita memuliakan Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar