Kamis, 17 Agustus 2017

Bekerja untuk Menjadi Berkat. Kejadian 45:10-11 –


Dalam suatu pertemuan, seorang teman mengungkapkan niatnya untuk melayani di gereja. Dalam perjalanan hingga mencapai karir yang tinggi saat ini, dia mengakui menerima berkat Tuhan yang berlimpah dalam hidupnya. Namun, dia juga merasa belum berbuat untuk membalasnya. Dia merasa belum menjadi berkat. Karena itu, dia memikirkan kemungkinan terlibat di dalam kegiatan pelayanan gereja. Melalui pelayanan itu dia berharap bisa menjadi berkat.
Menjadi berkat adalah visi dan janji Allah bagi kita umat-Nya. Dia mengungkapkannya kepada Abraham dan menyatakannya di dalam karya penyelamatan melalui pengorbanan Kristus. Dia melekatkannya sebagai panggilan di dalam diri setiap orang percaya. Allah melakukannya untuk mewujudkan kehendak-Nya yaitu memberkati semua ciptaan.
Bagaimana seseorang dapat memenuhi panggilan tersebut? Apakah dia harus menjalankan peran, profesi, atau aktifitas tertentu? Apakah itu baru bisa dilakukan apabila seseorang telah mencapai kemapanan dan memiliki keleluasaan waktu, finansial, dan sumber daya lainnya? Mungkinkah menjadi berkat menyatu di dalam aktifitas pekerjaan setiap hari?
Bekerja sebagai Panggilan
Panggilan sering kali diasosiasikan dengan pelayanan gereja. Seseorang disebut memenuhi panggilan ketika menjadi pendeta, penatua, dan mengemban jabatan gerejawi lainnya. Istilah panggilan digunakan untuk pelayanan, tetapi tidak untuk pekerjaan sekular. Pemisahan seperti ini tidak beralasan. Tidak ada kegiatan yang sakral kecuali berkaitan dengan pamrih dan motivasi kepada Allah dan kehendak-Nya. Teologi kerja yang kita anut menekankan pekerjaan sebagai panggilan dan pekerjaan adalah pelayanan.
Beberapa pekerjaan seperti petani, pelayanan kesehatan, pendidik-pengajar, pelayanan sosial, pemberian bantuan hukum, relatif lebih mudah dihayati sebagai amanah Tuhan. Tetapi, bagaimana para pekerja di pabrik, penjual barang eceran, tenaga pemasar meyakini dirinya sebagai mitra Allah? Bagaimana pekerja bangunan, olahragawan, pegawai negeri, pengembang program komputer, pelukis, artis, atau para ahli manajemen menghayati aktifitasnya sebagai pemenuhan panggilan?
Panggilan memberi orientasi dasar bagi totalitas kehidupan. Melaksanakan panggilan berarti menjalankan kehidupan begitu rupa sehingga pengajaran Kristus dan firman-Nya mewujud melalui karunia dan talenta kita. Seorang pekerja kristen adalah orang yang memberikan dirinya dipakai oleh Allah untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui profesinya.
Meyakini bekerja sebagai pemenuhan panggilan akan mendorong kita untuk terus mencari makna atas semua aktifitas kerja. Ketika kita menemukan kehendak Allah di dalamnya serta mengalami penyertaan dan tuntunan Roh Kudus dalam melaksanakannya, maka kita merasakan kepenuhan. Allah menjadikan kita sebagai rekan sekerja dalam mewujudkan rencana-Nya.
Menjadi berkat bagi Keluarga, Rekan Kerja, Masyarakat, dan Alam Semesta
Memandang kerja sebagai panggilan membawa kita kepada definisi kerja yang luas. Lebih dari sekedar aktualisasi diri dan mencari nafkah, kerja adalah ruang disiplin rohani bagi pembentukan dan penguatan karakter. Di pekerjaan-tempat kita memakai mayoritas waktu- kita mengasah kepekaan atas kehadiran dan tuntunan Roh Kudus. Kita melatih belas kasihan, pengampunan, kejujuran, kesabaran, kemurahan, kerendah-hatian, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri di dalam interaksi dengan rekan kerja, mitra, dan pelanggan. Ini adalah berkat rohani yang kita peroleh sekaligus bagikan dalam relasi di tempat kerja.
Kesadaran akan panggilan memungkinkan kita memperluas cara pandang atas orang-orang yang berhubungan dengan kita dalam pekerjaan. Jika sebelumnya kita menganggap mereka sebagai rekan bertransaksi semata, panggilan mengarahkan kita untuk memperlakukannya sebagai orang-orang yang Tuhan kasihi. Karena itu, kita mengasihi dan melayani mereka. Kita senantiasa mencari kesempatan untuk membangun hubungan dengan mereka. Kita memperlakukan setiap orang dengan adil dan menghormati mereka sebagaimana adanya. Kita peduli atas kebutuhan mereka dan berusaha untuk memenuhinya. Dalam keyakinan demikian, kita tidak akan merugikan pelanggan dan tidak berlaku curang kepada mitra. Kita senang atas keberhasilan rekan kerja dan oleh sebab itu kita tergerak untuk mendukung dan menyemangati pengembangan dirinya.
Dengan meyakini apapun yang kita kerjakan sebagai ungkapan syukur bagi Allah dan melakukannya dengan segenap hati seperti untuk Tuhan, kita akan semakin inovatif dan produktif dalam menghasilkan yang baik dan berkualitas.
Panggilan membawa kita untuk menghayati kerja sebagai pelaksanaan tanggungjawab sosial. Melalui pekerjaan, Tuhan memberkati kita dengan penghasilan serta manfaat-manfaat lain seperti pengobatan, pendidikan, pengembangan diri, bahkan manfaat pensiun. Selain untuk mencukupkan kebutuhan sendiri dan keluarga, berkat tersebut juga menjadi sesuatu yang dibagikan kepada sesama yang berkekurangan dan menjadi bukti pemeliharaan Allah atas umat-Nya.
Di tengah eksploitasi tanpa batas dan ketidakpedulian pada kerusakan dan perusakan alam, panggilan mengingatkan kita akan mandat memeliharanya. Sekecil apapun hasilnya, kita bisa mengusahakan praktek-praktek alternatif yang mengurangi beban dan memulihkan bumi di lingkup kerja kita masing-masing.
Mewujudkan Kehendak Allah
Bekerja untuk menjadi berkat terjadi ketika kita menghayati kerja sebagai panggilan. Sepanjang bukan pekerjaan yang dilarang hukum dan yang bertentangan dengan etika, apapun pekerjaan kita bisa menjadi ruang pelayanan untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada sesama dan ciptaan-Nya. Menjadi berkat tidak memerlukan peristiwa khusus, tetapi dapat diwujudkan dalam aktifitas dan relasi sederhana di kerja sehari-hari. Di dalam kerja yang demikian kita memuliakan Allah


Tidak ada komentar: