Peristiwa
ini terjadi pada momen yang krusial. Yesus sedang dalam perjalanan menuju
Yerusalem di propinsi Yudea (bdk. 19:1) untuk menggenapi rencana keselamatan.
Ia sebentar lagi akan menghadapi penolakan dan penyaliban dari pihak
orang-orang Yahudi (13:21). Di tengah situasi ini Ia ingin memastikan bahwa
murid-murid-Nya benar-benar mengetahui siapa Dia dan (16:13-20) dan sejauh mana mereka harus berkomitmen (16:21-28). Siapakah
si dia itu? Mungkin tidak sulit untuk menjawabnya melalui
berbagai pengetahuan atau curriculum vitae tentang seseorang itu. Apa lagi bila
mengetahui orang yang terkenal di jaman
sekarang ini tidak sesulit jaman dulu. Dengan kemajuan teknologi internet,
facebook dll semua bisa dicari. Namun bila ditanya siapakah seseorang itu
secara dalam, mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikirannya, inilah yang
sulit. Seperti itulah gambaran tanya jawab antara Yesus dengan para muridNya.
Perjalanan dari
Galilea ke Yudea kali ini menyediakan waktu yang berharga bagi murid-murid.
Orang banyak tidak mengikuti Yesus. Hanya murid-murid dan guru mereka.
Pengajaran bisa lebih intensif diberikan.
Di
ayat 13-17 Tuhan Yesus mengajarkan beberapa hal penting tentang pengakuan iman.
Pertama,
pengakuan harus bersifat pribadi.
Pada awal pembicaraan Yesus menanyakan pendapat publik tentang diri-Nya (ayat
13 “kata orang siapakah Aku ini?”). Dari informasi yang didengar
murid-murid-Nya, pandangan publik tentang Yesus sangat beragam (ayat 14). Yesus
lalu memberikan pertanyaan yang lebih pribadi: “tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (ayat 15). Dalam teks Yunani,
kata “kamu” (lit. “kalian”) diberi penekanan dengan cara dimunculkan secara
eksplisit dan diletakkan di bagian depan. Ini menyiratkan bahwa Tuhan Yesus
ingin menegaskan pentingnya pengakuan
secara pribadi.
Kedua,
pengakuan harus benar. Pandangan
banyak orang menyiratkan kerancuan konsep bangsa Yahudi tentang Mesias dan/atau
akhir zaman. Herodes berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang
bangkit dari kematian (14:1). Sebagian menduga bahwa Yesus adalah Elia yang
akan datang (16:14) seperti dinubuatkan oleh Maleakhi (Mal 4:5; bdk. Yoh
1:19-21), padahal sebelumnya Yesus memberitahu bahwa Elia yang akan datang
adalah Yohanes Pembaptis (11:14). Yang lain mengira Yesus sebagai Yeremia,
karena beberapa aspek pelayanan keduanya mirip dan dalam salah satu tulisan
kuno Yahudi disebutkan bahwa Yeremia dan Yesaya akan datang kembali sebelum
akhir zaman. Walaupun pandangan-pandangan ini tidak ada yang negatif terhadap
Yesus, tetapi Yesus tidak hanya mencari sikap positif. Walaupun Yesus disamakan
dengan tokoh-tokoh Alkitab yang ternama, tetapi Ia seharusnya bukan dalam
deretan manusia. Ia adalah Anak Allah. Walaupun Yesus dalam taraf tertentu
adalah nabi (13:57), tetapi Ia lebih daripada sekadar nabi. Kalau Yohanes
Pembaptis sebagai pembuka jalan bagi diri-Nya saja sudah “lebih daripada nabi”
(11:9) dan “nabi terbesar” (11:11, 13), apalagi Yesus sendiri yang kepada-Nya
Yohanes mempersiapkan jalan! Hanya pengakuan kepada Yesus sebagai Mesias dan
Anak Allah yang membawa keselamatan (Yoh 20:30-31).
Ketiga,
pengakuan yang benar hanya dimungkinkan oleh Allah. Petrus bukan hanya sebagai
orang yang “beruntung” atau “pandai” karena tebakannya tentang Yesus tepat. Ia
“berbahagia” (ayat 17, LAI:TB). Hampir semua versi Inggris dengan tepat memilih
terjemahan “diberkati”. Bahagia adalah tentang perasaan. Diberkati adalah
kenyataan. Kebahagiaan sejati muncul dari kenyataan yang benar.
Terlepas dari seberapa
jauh Petrus bisa memahami ucapannya (bdk. 16:22-23), pengakuan itu pada dirinya
adalah benar dan berasal dari penyataan Bapa (ayat 17b). Manusia berdosa tidak
mungkin memberi pengakuan yang benar dan sungguh-sungguh jikalau tidak ada
intervensi Allah dalam diri orang itu (11:25-27).
Janji
Tuhan yang teguh (ayat 18-19)
Petrus
muncul dengan pernyataan yang 100 % benar dan sebenarnya dia sungguh mengenal
Yesus. Petrus mengatakan : Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup”. Bila kita ingin kembali ketika pemilih murid-murid pertama di Matius
4:18-22, Yesus menjadikan Petrus murid yang pertama. Tanpa ada bantahan dan
pertanyaan, Yesus mengatakan : Mari dan ikutlah Aku? Akhirnya Petrus dan
Andreas serta Yohanes dan Yakobus mengikuti Yesus. Pernyataan Petrus membuat
dia menjadi Murid yang utama bagi Yesus, bahkan Yesus menetapkan atas Petrus
gereja awal di dunia ini. “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku
akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”, “kepadamu akan
Kuberikan kunci Kerajaan Sorga, apa yang kauikat di dunia akan terikat di sorga
dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”. Betapa
luarbiasanya kuasa yang diberikan Yesus kepada Petrus di situ.
Sebenarnya
apa yang dikatakan oleh Yesus terhadap Petrus tentang terbentuknya gereja bukanlah
makna harafiah. Tetapi Yesus mau menjelaskan bahwa melalui pelayanan Petrus dan
Iman kepada Yesus akhirnya munculnya jemaat pertama. (bandingkan di Kisah 2
tentang Pentakosta). Dari pengakuan Petrus itulah makna Gereja yang
sesungguhnya yaitu kumpulan orang-orang percaya yang dipersatukan di dalam nama
Yesus Kristus. Gereja tidak hanya gedungnya (fisiknya) tetapi gereja juga
adalah persekutuan orang-orang percaya. Yesus pernah mengatakan : barang siapa
berkumpul dua atau tiga orang di dalam namaKu disitulah aku berada.
Pertanyaan
yang sangat penting di jaman sekarang ini adalah apakah kita masih berani
menyaksikan nama Kristus di manapun kita berada? Pengakuan yang dimaksudkan
bukanlah hanya sebatas untaian kata-kata yang indah, atau hanya pemanis di bibir
saja. Justeru pengakuan itu lahir dari perenungan yang sangat dalam dan
kesaksian hidup yang terus menerus di dalam hidup kita. Kalau kita berani
menyaksikan bahwa Yesus itu adalah Messias di dalam hidup kita, maka sejalan
atau selaras hidup kita juga harus mengalami transformasi ke arah Kristus yang
kita imani itu. Kekristenan kita saat ini sudah perlu dipertanyakan kembali
apakah kita benar-benar mengatakan seperti Petrus? Atau mungkinkah kekeristenan
kita seperti mercu suar yang hanya berdiam di tempat dan tidak beranjak ke
mana-mana? Melalui Firman Tuhan ini, Iman kita dipertanyakan kembali : Siapakah
yesus itu sesungguhnya di dalam hidup kita?
Tugas
berat yang menanti gereja (ayat 20)
Pada waktu di Kaisarea
Filipi Tuhan Yesus melarang murid-murid untuk memberitahukan kepada orang-orang
lain bahwa Ia adalah Mesias. Mengapa? Para murid sendiri belum benar-benar
memahami apa maksud kemesiasan-Nya (16:21-23). Ia juga belum memberikan bukti
tentang hal itu, yaitu kematian dan kebangkitan-Nya (16:20). Lagipula, banyak
orang Yahudi memiliki pengharapan mesianis yang sangat rancu. Tuhan Yesus tidak
ingin menambahkan kerumitan ini sebelum Ia memberikan bukti untuk
kemesiasan-Nya.
Kini Tuhan Yesus sudah
mati dan bangkit. Bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia adalah Mesias telah
diteguhkan. Kita pun semakin mengerti Mesias seperti apakah Dia. Melalui kitab
suci kita benar-benar tahu bahwa Ia adalah pembebas dari dosa, bukan dari
penjajahan militer atau politis kekaisaran Romawi.
Karena kita berada sesudah kebangkitan
Tuhan Yesus, kita tidakboleh menyembunyikan berita gembira bahwa Yesus adalah
Mesias.Sebaliknya, kita didorong untuk terus memberitakannya. Siapkahkita
menjadi pemberita bagi Dia? Siapkah kita dilibatkan oleh Allahdalam pelebaran
kerajaan-Nya? Relakah kita membayar harga bagiperkembangan gereja di muka bumi?
Ingatlah, gereja pasti teguh,karena didasarkan pada janji Tuhan yang teguh.
Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar