Nats kita ini berbicara tentang kemenangan Raja Daud. Berbagai kejayaan dan kesuksesan ia peroleh,
sehingga ia menjadi raja yang besar dalam sejarah bangsa Israel. Namun, ia
sangat sadar bahwa kemenangannya datang
dari Tuhan (ayat 2). Oleh karena itu, ia mengembalikan semua kemuliaan
hanya bagi Tuhan. Hasilnya, ia bersukacita. Bukan karena kemenangannya,
melainkan karena kesadaran yang ia miliki tentang siapa yang memberi kesuksesan
tersebut, yakni Tuhan. Dari mazmur ini
kita belajar tentang cara menyikapi kesuksesan. Pertama, kita harus selalu
menyadari bahwa kita sukses bukan melulu karena kita hebat, tetapi lebih utama
karena anugerah Tuhan. Dalam rencana-Nya, Allah memercayakan berkat yang lebih
kepada kita. Karena itu kita tidak boleh menjadi sombong. Kedua, kesuksesan
bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk disalurkan kepada sesama. Sama
seperti segala berkat yang lain, Tuhan ingin kesuksesan kita dipakai untuk
memberkati orang lain dan memuliakan nama-Nya. Dengan demikian, kita akan
menjadi orang sukses yang bahagia
Ketika Daud ada dipuncak kejayaannya, ia menyadari bahwa ia ada
di sana bukan karena kemampuannya semata-mata, tetapi karena dia percaya kepada
Tuhan (ayat 8). Hal itu bukan
berarti tidak perlu berusaha untuk berhasil. Tetapi Daud sadar bahwa
kemampuannya menjadi berarti karena dia percaya kepada Tuhan sehingga ketika
dia berhasil bukan menjadi sebuah beban yang menyusahkan dirinya seperti
kebanyakan orang yang sukses di dunia ini.
Menyadari
bahwa sukses itu adalah karena Anugerah
Memang Daud
memiliki senjata, dan pasukan serta kecakapan untuk berperang. Tetapi dia
menyadari penuh bahwa kemenangan-kemenangan yang dia raih semata-mata karena anugerah Allah (ayat 2).
Memang kerja keras dibutuhkan untuk sukses, tetapi ingatlah bahwa kerja keras
bukanlah segalanya. Kalau bukan Tuhan yang menganugerahkan keberhasilan itu
pada kita, maka sekuat apapun kita berusaha kita tidak akan pernah berhasil.
Lihatlah kenyataan bahwa banyak orang yang kerja keras tetapi tidak berhasil.
Jadi Hanya ALLAH
SUMBER DAMAI SEJAHTERA RAJA: MAZMUR 21
Judul Mazmur
ini dalam Alkitab kita ialah “Nyanyian
syukur karena kemenangan raja.” Jadi tampak suatu kaitan tematis dan isi
dengan mazmur terdahulu. Memang mazmur ini adalah
nyanyian ucapan syukur, sebuah “eucharistia.” Maka
tidak mengherankan bahwa nada-nada syukur itu terasa dari awal hingga akhir,
dari ayat ke ayat.
Secara tertentu
mazmur ini boleh juga disebut
sebagai “mazmur politik,” karena ia membicarakan tentang legitimasi kekuasaan
raja. Di sini digambarkan bahwa raja adalah penguasa atas tatanan dan realitas
politik, dengan cakupan batas-batas wilayah geografis tertentu. Kekuasaan raja
itu mempunyai beberapa legitimasi, justifikasi, dan pendasaran. Seluruh mazmur
ini sebenarnya mencoba melukiskan legitimasi teologis kekuasaan seorang raja
atau penguasa politis tertentu. Inti legitimasi itu dapat dilukiskan secara
singkat sbb: Raja dapat berkuasa karena Allah berkenan kepadanya. Dengan kata
lain, raja dapat berkuasa karena kuasa itu diberikan dari atas kepadanya. Kalau
tidak, maka ia tidak dapat berkuasa. Raja bersukacita karena kuasa yang berasal
dari atas atau dari Allah. Raja bersorak kegirangan karena Tuhan memberinya
kemenangan (ayat 2). Ayat 3 melukiskan
pengalaman doa yang terkabulkan.
Jalan pikiran
ini dilanjutkan dalam ayat 4-6. Diyakini bahwa raja mendapat berkat, mendapat mahkota,
mendapat rahmat hidup dan umur panjang (dalam bahasa perjanjian lama itulah
beberapa unsur “shalom” Allah bagi manusia), dari Allah semata-mata, bukan dari
sumber-sumber lain. Raja mendapat kemuliaan besar dari Allah karena kemenangan.
Pada gilirannya, raja mampu menjadi berkat atau shalom bagi yang lain. Kemampuan
menjadi berkat atau shalom bagi yang lain itulah yang bisa melestarikan
kekuasaan sang raja: ia mampu menjadi “summum bonum” bagi rakyat. Bukan
malah menjadi pembawa bencana bagi rakyat (ayat 7) seperti yang sedang terjadi
pada kita saat ini, di mana pemerintah sepertinya tidak berdaya lagi
mendatangkan kesejahteraan sosial bagi rakyat. Dalam konteks seperti ini
legitimasi kekuasaan biasanya semakin merosot dan itulah pertanda awal bencana
bagi mereka.
Dalam ayat 8 dilukiskan pendasaran teologis kekuasaan raja. Dikatakan secara singkat
bahwa Raja kokoh dan makmur karena imannya dan karena kasih karunia (charis)
dari Allah semata-mata. Ayat 9-13, melukiskan pengalaman itu secara negatif.
Artinya kalau kini sang raja kokoh dalam kekuasaanya, hal itu tidak lain karena
Allah mengalahkan musuh-musuhnya. Dengan kata lain, dalam gugusan ayat-ayat ini
dilukiskan apa yang dibuat atau dikerjakan Allah kepada atau atas musuh-musuh
raja. Perhatikan baik-baik bahwa semua kata kerja dalam gugusan ayat-ayat ini
hanya melukiskan satu hal, yaitu sang raja
berjaya karena dan intervensi (campur tangan) Allah dalam percaturan politik kekuasaan sang raja (Band JOKOWI)Dgn PRABOWO 3X Calon ngak
pernah Menang.. Atas dasar
pengalaman dan keyakinan itu maka si pemazmur dalam ayat 14 bisa berseru
dengan lantang kepada Allah: “Bangkitlah,
ya TUHAN, di dalam kekuasaanMu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan
keperkasaanMu.” Semoga anda tidak asing dengan kutipan ayat ini sebab
inilah salah ayat mazmur yang diangkat sebagai lagu mazmur antar bacaan:
Bangkitkanlah ya Tuhan kegagahanMu, dan datanglah menyelamatkan kami. Amen
Kitab yg penuh Mujijat; Ironi dan Sulit utk diterima
akan 40 Penulis; 1600 Thn
Nubuatan Kebangkitan: Maz 16:8-11;Dari mulai Kelahirannya Kej
3:15; Gal. 4:4; Dilahirkan di Betlehem Mika 5:1;Luk 2:4-6; Akan dilahirkan dari
seog perawan Yes 7: 14; Luk 1:26; Taida ttg Kematiannya. Tangan akan ditusuk Zak 12:10; Membuang Undi
atas pakaiannya Maz 22:18; Tulang2 tdk dipatahkan Kel 12:46; Matinya dgn
Penjahat2 Yes 53:9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar