Hari Minggu 14 Apr yg lalu kita sdh memasuki Minggu
Palmarum yg disebut pembuka Pekan
Suci yang di ikuti dengan Selasa daging
(lemak)! Umat masuk dalam sikap penyembahan
dengan berkata selamat tinggal untuk keinginan daging. Rabu Abu! Kepala
umat ditaburkan abu daun palem sebagai simbol pertobatan, penyesalan dan untuk mengingatkan umat
bahwa manusia berasal dari debu dan kembali kepada debu. Dan malam ini kita
masuki Kamis Putih! Dimana di beberapa gereja Di dalam sikap
penyembahan dilakukan Perjamuan Kudus dan Pembasuhan Kaki
sebagai peringatan Perjamuan Malam yang dilakukan oleh Yesus bersama
dengan para Murid-muridnya, dan hidup rendah hati di dalam hidup saling
melayani. Jumat Agung (devosi salib)!
Umat datang berdiam diri masuk dalam sikap penyembahan mengenang penyaliban
Kristus. Sabtu sunyi! Tidak ada aktivitas semuanya sunyi mengingatkan
kesunyian Yesus di dalam kubur. Minggu
Paskah! Umat menyanyikan Gloria In Excelsis Deo sebagai ungkapan
sukacita, kemenangan Yesus yang bangkit dari kubur. Demikianlah Gereja memaknai
Pekan Suci dalam ranah spritualitas
menyatu di dalam jalan salib dan kebangkitan Kristus. Firman kita sore hari ini adalah tentang sebuah pergumulan Yesus di
taman Getsemani. Di taman tersebut Yesus sedang berdoa dan bergumul dengan
luar biasa tentang penyaliban-Nya. Tuhan tahu bahwa Dia akan disalib dan akan
meninggalkan murid-murid-Nya sendirian. Oleh karena itu Tuhan meminta para
murid agar mereka berdoa di taman Getsemani tersebut. Sebab kedepan para murid akan berjalan sendirian tanpa Tuhan Yesus.
Dengan berdoa juga, iman kita akan tetap dikuatkan dan tidak sampai jatuh dalam
pencobaan yang ada.
berdoa bukan hanya memanjatkan apa yang kita harapkan kepada Tuhan.
Terlebih lagi berdoa juga dapat membuat iman kita tetap teguh dan membuat kita
tidak jatuh dalam pencobaan yang ada. Berdoa akan senantiasa menjaga dan
menuntun hidup kita untuk tetap ada di jalan yang telah dipilihkan oleh Allah
kepada kita.
Melalui Nats ini Yesus telah memberikan satu teladan kepada kita tentang
kehidupan doaNya, di mana Dia senantiasa menyediakan waktu untuk bercakap-cakap
dengan Bapa saat pagi masih gelap. BagiNya Bapa adalah segalanya. Keintiman
dengan Bapa inilah yang menjadi kekuatan dalam pelayanan Yesus. Alkitab tidak
pernah mencatat Yesus merasa bosan atau jemu berdoa. Justru Dia begitu teguh
menjalankan waktu-waktu tetapNya berdua dengan Bapa dalam doa.
Berbicara kepada Bapa melalui doa bukalah sekedar runinias
atau kebiasaan bagi Yesus, melainkan suatu kerinduan yang dalam untuk bertemeu,
memandang wajahNya dan memahami kehendakNya karena, "...Aku hidup
oleh Bapa," kata Yesus (Yohanes
6:57).Saat berada di Yerusalem Tuhan Yesus biasa berdoa di taman
Getsemani di bukit Zaitun. Kata biasa menunjukkan keteraturan
(rutininasNya) berdoa di situ. Di tempat itu pula Dia sering berkumpul dengan
murid-muridNya. Tuhan Yesus sangat disiplin dalam hal waktu; Ia berdoa secara
teratur di pagi hari guna mempersiapkan hati dan mempertajam kepekaanNya
terhadap kehendak Bapa.
Hal ini juga
dilakukan Daud, seperti katanya, "Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah,
hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!" (Mazmur 57:9).
Daud mencari hadirat Tuhan terlebih dahulu sebelum memulai segala sesuatu. Daniel pun memiliki tempat dan waktu khusus
di mana ia secara teratur berdoa. "Dalam kamar atasnya ada
tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut,
berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa
dilakukannya." (Daniel 6:11b).
Berdoa teratur dan disiplin adalah kunci memiliki hidup
berkemenangan! Demikianlah yang di lakukan Yesus Malam sebelum ditangkap, Yesus berdoa ditaman Getsemani dan diakhir doa-Nya Ia berkata
kepada Bapa-Nya: “…bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Perkataan
ini tidak berarti Yesus putus asa dan menyerah, tetapi kemanusiaan-Nya
diselaraskan dengan kehendak Bapa di sorga.
1.Berdoa “Jadilah Kehendak-Mu” ini sulit kita lakukan karena
berarti membalikkan hasrat pribadi kita dan menyerahkannya kepada kehendak Allah. Manusia alami kita
setiap saat ditarik untuk memuaskan
keinginan daging yang berdosa. Berserah itu bukan kata yang indah bagi ego
dan kesombongan manusia.
2.Berdoa “Jadilah Kehendak-Mu” ini sulit kita lakukan karena berarti menyerahkan kendali hidup kita sepenuhnya kepada Allah.
Manusia alami kita tidak suka diatur dan dipimpin Roh Kudus, maka berdoa
“Jadilah kehendak-Mu” membutuhkan kerendahan hati dan penyangkalan diri yang
sangat serius.
3.Berdoa “Jadilah Kehendak-Mu” ini sulit kita lakukan karena
berarti mempercayai, bahwa kehendak
Allah bagi kita adalah yang terbaik. Kesombongan manusiawi kita menilai
segala sesuatu berdasarkan akal budi, pengalaman dan selera diri kita yang
sangat tidak sempurna, maka untuk
berkata, “Jadilah Kehendak-Mu” membutuhkan iman yang sungguh-sungguh.
4.Berdoa “Jadilah Kehendak-Mu” ini sulit kita lakukan karena berarti kita bersedia
menerima berkat sekaligus juga siap
menderita bagi Allah. Sebagai manusia kita pasti senang kalau menerima
berkat dan tidak suka dengan penderitaan, tetapi ketika kita berkata, “Jadilah
Kehendak-Mu” maka berarti kita siap menderita karena kita percaya kepada-Nya.
5.Berdoa “Jadilah Kehendak-Mu” ini sulit kita lakukan karena berarti
kita siap meninggalkan posisi kita yang nyaman demi misi Allah. Seperti Yesus
“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”
(filipi 2:6-7) kitapun bersedia
menyerahkan hak dan mengosongkan diri demi misi Kerajaan Allah yang kita
jalani.
Penderitaan
berat yang menakutkan seringkali memaksa kita memilih untuk berkata “Jadilah
Kehendak-Mu” dan indahnya ini menjadi saat yang istimewa bagi kita mengalami
kehadiran-Nya secara nyata menguatkan kita. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar