Rabu, 24 April 2019

Khotbah Ke. Lansia 23 Apr 2019 Matius 28:1-9 Yesus Telah Bangkit.


Ch. Barth seorg Teolog dalam bukunya Teologia Perjanjian Lama mengungkapkan bahwa tradisi Paskah merupakan tradisi iman Israel yang paling kuna yang berkaitan langsung dengan identitas mereka sebagai umat Allah baik secara teologis maupun politis melalui peristiwa keluaran dari tanah perbudakan yaitu Mesir. Mengapa tradisi Paskah bukan sekedar perayaan teologis namun juga politis? Menurut catatan sejarah Eusibius dari Kaisarea, umat Israel ditindas Firaun Ramses II selama 430 tahun. Oleh sebab itu jelaslah sudah bahwa peristiwa Paskah bukan sekedar berita yang bernada rohani saja tetapi ini adalah sebuah perayaan politik bahwa dibalik kemustahilan yang amat panjang dalam perjalanan sebuah bangsa, masih ada secercah harapan. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi Paskah berdampingan erat dengan berita politik seperti yang terjadi lima ratus tahun kemudian (490 sM) dimana imam Ezra menyerukan kembali perayaan Paskah sebagai ungkapan syukur karena bebasnya mereka dari pembuangan Babilonia selama 50 tahun.
Sikap politis Yesus sebelum dan sampai kebangkitanNya
Peristiwa Paskah di dalam Perjanjian Lama bukan hanya bermakna teologis namun juga politis. Lantas bagaimana dengan jaman Yesus? Jaman Yesus merupakan jaman yang secara politik carut marut dan sulit. Lagi-lagi Palestina berada dalam penjajahan. Saat itu Romawi menjajah Palestina dan memberikan status “imperial provinces” yang artinya propinsi yang dianggap pembangkang dan mudah memberontak kepada Kaisar Romawi. Jaman Yesus juga menjadi jaman multipartai politik, tidak beda dengan kondisi kita saat ini. Terlepas dari motivasi keagamaan yang kuat yang mendorong partai-partai ini, sebenarnya mereka masing-masing memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari penjajahan Romawi dengan caranya sendiri-sendiri. Sayap politik nasionalis dimotori oleh Kaum Zelot yang berupaya membebaskan kaum Yahudi dari penjajah dengan kekuatan militer. Kelompok lain yang sangat berpengaruh adalah Kelompok Farisi. Awalnya kelompok ini merupakan kelompok sosial-keagamaan, namun seiring perkembangan waktu dan perkembangan dalam kelompok ini, maka Kelompok Farisi ini berubah wujud menjadi kelompok politik bernafaskan agama. Disamping dua kelompok di atas yang dapat dianggap sebagai kelompok oposisi terhadap pemerintah dan penjajah Romawi, saat itu ada dua kelompok yang pro-pemerintah dan penjajah Romawi. Yang pertama adalah Kelompok Herodian, memang kelompok ini jarang disebutkan dalam Alkitab (Mat. 22:16 dan Mark. 3:6, 12:13). Namun dalam kenyataannya kelompok ini adalah kelompok yang kuat karena menjadi penyokong utama dinasti Herodes. Kelompok lainnya adalah Kelompok Saduki. Kelompok ini adalah penguasa Bait Allah. Kelompok ini sangat liberal dalam pengajaran dan sangat kompromistis dalam praktik hidup sesehari.Di tengah situasi politik yang carut marut itu, Yesus hadir dengan sikap politiknya. Dia tidak tergiur untuk menjadi relevan, populer dan merengkuh kekuasaan dan pengaruh dengan mengikuti salah satu kelompok, namun Dia setia melakukan kehendak Bapa-Nya yaitu memberikan perhatian pada mereka yang tersisih, tertolak dan terpinggirkan di masyarakat. Walaupun pada akhirnya Dia menjadi tumbal dari kompromi politik tingkat tinggi antara Pilatus, Herodes, dan para pemimpin parpol agama Yahudi. Pupuskah harapan mereka? Peristiwa Paskah diawali oleh Injil Matius dengan suatu kesaksian, “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria lainnya , menengok kubur itu” (Matius 28:1). Apa yang para perempuan itu pikirkan ketika mengunjungi kuburan Yesus? Apakah mereka memiliki harapan bahwa Yesus akan bangkit dan bersama-sama dengan mereka? Tentunya jelas terlihat bahwa mereka tidak memiliki bayangan bahwa Yesus akan bangkit, mereka datang dengan hati pilu hanya ingin mengurapi jenazah Yesus dengan rempah-rempah dan minyak pengharum sebagai tanda kasih dan penghormatan mereka pada Yesus. Mereka juga tidak memiliki harapan bahwa Yesus akan bangkit. Ketika kita menghadiri sebuah upacara pemakaman atau sekedar mengunjungi makam saudara, kita akan menatap batu nisannya dan menyadari bahwa kehidupannya sudah berakhir. Yang kita lakukan biasanya adalah mengenang (flash back) kepada kehidupan masa lalu mereka yang sudah tiada. Mereka sudah tiada dan tidak dapat hadir secara fisik menemani kita. Demikian pula sikap para perempuan tatkala mengunjungi kubur Yesus. Mereka merasa sedih, berduka dan sangat kehilangan dengan kematian Yesus. Apa yang tersisa? Apa lagi yang dapat diharapkan? Semua sudah berakhir!! Sungguh mengejutkan, peristiwa Paskah justru diawali dengan tiadanya harapan, walaupun sebelumnya mereka mendengar sendiri dari Yesus bahwa Dia akan bangkit pada hari yang ketiga.
Namun simaklah kisah selanjutnya. Harapan mereka yang sudah pupus itu kini bangkit. Sebab Allah mengutus seorang Malaikat-Nya untuk memberitakan kabar kebangkitan Yesus, “Janganlah kamu takut sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada disini, sebab Ia telah bangkit sama seperti yang telah dikatakanNya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring”(Matius 28:5-6). Harapan para perempuan yang tadinya hanya ingin mengurapi jenazah Yesus dengan rempah-rempah dan minyak wangi berubah menjadi harapan yang baru dan penuh sukacita. Di depan kubur Yesus itulah harapan para perempuan berubah drastis, Pahlawan mereka sudah bangkit!! Lihatlah reaksi para perempuan itu, awalnya mereka datang dengan hati dirundung pilu sekarang “mereka segera pergi dari kubur itu dengan takut dan sukacita yang besar berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya pada murid-murid Yesus “ (Matius 28:8). Peristiwa Paskah bermakna transformasi pengalaman iman yang mengubah kesedihan menjadi sukacita dan mampu mengubah kehidupan yang penuh keputusasaan menjadi penuh pengharapan. Perkataan pertama dari Yesus yang bangkit adalah, “Salam bagimu” (Matius 28: 9). Ucapan salam dari Tuhan Yesus tentunya memiliki makna yang dalam. Sebab Tuhan Yesus telah bangkit dan menyatakan realita “syaloom” dari Allah yaitu realita Damai Sejahtera. Tuhan Yesus datang menjumpai para murid dalam keadaan damai sehingga mereka dibebaskan dari rasa takut. Yesus melanjutkan perkataanNya, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu supaya mereka pergi ke Galilea dan disanalah mereka akan melihat Aku” (Matius 28:10). Yang sangat menarik adalah Yesus menyuruh mereka berjumpa lagi dengannya di Galilea. Mengapa di Galilea? Pada jaman itu orang Israel pada umumnya tahu bahwa Galilea adalah daerah yang dianggap terbelakang, Amen
Nubuatan Kebangkitan: Maz 16:8-11;Dari mulai Kelahirannya Kej 3:15; Gal. 4:4; Dilahirkan di Betlehem Mika 5:1;Luk 2:4-6; Akan dilahirkan dari seog perawan Yes 7: 14; Luk 1:26; Taida ttg Kematiannya.  Tangan akan ditusuk Zak 12:10; Membuang Undi atas pakaiannya Maz 22:18; Tulang2 tdk dipatahkan Kel 12:46; Matinya dgn Penjahat2 Yes 53:9

Tidak ada komentar: