Selasa, 31 Juli 2018

Khotbah Minggu 29 Juli 2018 Mat 16:24-28 Pengikut Yesus Yang Setia


Mengikut orang atau seseorang yang belum kita kenal dan tidak jelas arah tujuannya tentu saja rasanya berat sekali. Kalau kita dijanjikan tentang hal-hal yang enak nantinya mungkin akan mau dan merasa senang, tetapi bila kita disuruh menanggung beban yang berat dari orang yang kita ikuti tentu hati kita akan menentangnya, bahkan kita sama sekali tidak sudi mengikutinya.
Mengikut Yesus bukanlah perkara yang gampang, ada harga yang harus dibayar dan harga itu amat mahal, “Setiap orang yang mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut aku”. Yesus menghendaki pengikut-pengikut yang sadar, paham, tidak hanya ikut-ikutan, terpikat oleh janji-janji lalu lupa membuat kalkulasi mampukah kubayar nanti?
Yesus katakan bahwa harga sebuah kemuridan untuk mengikut Dia itu tinggi sakali, mengapa? Sebab Yesus memang bukan barang murahan dan yang kita peroleh apabila benar-benar mengikut Dia juga bukan hadiah sembarangan,  “Dan setiap orang yang karena namaKu meninggalkan segala sesuatu akan menerima seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal” (Mat 19:29). Jadi wajar sekali apabila kita mau memperoleh barang yang “bagus” kita mesti bersedia membayar mahal. Masalahnya adalah apakah kita memang benar-benar menganggap Yesus itu cukup berharga? Lebih berharga dari yang lain termasuk keluarga bahkan diri kita?
Yang ketiga, Yesus menghendaki agar kita yang mengikut Dia adalah pengikut yang konsekuen, berani menanggung resiko dan menjadikan Dia yang nomer satu dan yang satu-satunya dalam hidup kita. Ketika kita rela berkorban dan memikul salib demi Yesus kita pasti akan memperoleh anugerah yang besar sekali. Bertahanlah! Iman dan kesetiaan kita kepada Yesus tidak akan mengecewakan.
Tiga Hal Penting : Dlm Mengikut Yesus
HARUS MENYANGKAL DIRI
MEMIKUL SALIB
MENGKUTI PELAYANAN
Maknanya berarti, keputusan untuk mengikut Yesus adalah hal yang sangat “MAHAL” harganya. Sebab, manusia harus meletakkan semua kepentingan dirinya kepada Kristus, Rela mati bagi Kristus, dan Rela miskin melayani DIA dalam dunia ini.
Yesus memberikan syarat itu, agar murid-muridnya berhenti berpolemik tentang apa yang mereka makan, upah apa yang mereka dapatkan dari semua pengorbanan waktu.
Murid-muridnya mulai berhitung-hitung, jika waktu saya habis, maka apa imbalannya. Manusia memperhitungkan untung rugi dalam setiap kehidupannya, itu sangat wajar. Tetapi, syarat mengikut Tuhan Yesus, tidak menjanjikan emas, perak dan makanan seperti harapan manusia baik di zaman itu maupun di zaman modern sekarang ini.
Harus Menyangkal Diri
Menyangkal Diri, adalah tindakan yang sangat berat dilakukan manusia, sebab harus meletakkan semua hak-hak kepemilikkannya terhadap apapun yang selayaknya manusia miliki. Jika saya seharusnya berhak mendapatkan kesempatan untuk menginap di hotel bintang lima, karena alasan penghargaan dan jabatan yang saya miliki,  maka saya sangkal diri saya, bahwa hak itu tidak saya terima, sebab saya bukan diriku lagi, saya lebih baik bersama-sama dengan orang-orang yang papah. Penghormatan adalah penghargaan yang sia-sia di dunia ini. “bukan aku lagi …..tetapi Yesus yang ada dalam diriku”
Sekarang bukan lagi saya yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diri saya. Hidup ini yang saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya. Galatia 2 : 20
Memilih hidup seperti Yesus, sama dengan menyerahkan seluruh visi misi dan opsesi hidup kita tanpa syarat. Mampukah ? Mampukan anda menyangkal diri sekarang dan hanya hidup kepada KRISTUS?
Harus Memikul Salib
Memikul salib adalah menanggung beban berat yang tidak biasa dialami oleh orang pada umumnya. Seberapa beratnya salib itu Tuhan yang sudah menentukan ukuran yang pas untuk setiap kita yang mau mengikuti DIA hari ini. Salib itu menyerupai dengan penderitaan selama mengikut DIA, jadi sangat salah kalau para hamba TUHAN saat ini berfoya-foya mengelola uang Gereja Tuhan, namun mereka seharusnya menanggalkan jas dan jubahnya. Yesus memikul salibnya, bukan karena IA salah, bukan karena dosaNya. Demikian juga kita yang hari ini mempersiapkan diri menanggung beban yang berat seperti Yesus.
Tuhan Yesus, babak belur dan hampir-hampir saja mati dalam perjalanan Fiadolorosa, menuju Golgota. Namun, ukuran beban salib itu TUHAN yang MAHA KUASA, yaitu Bapa yang baik itu, telah menentukan batas kemampuan yang wajar bagi setiap manusia. Sekalipun rasanya mau mati karena begitu  beratnya beban itu, namun pasti berhasil sampai pada bukit Golgota. Bagaimana dengan anda?
Dalam Matius 10:38, denga tegas Tuhan Yesus bermaksud, bahwa mereka yang takut menahan beban, tidak rela mati, tidak mampu menderita, tidak layak untuk hidup.
Mat 10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. 
Tidak layak hidup bagi Tuhan Yesus, berarti tidak pantas, bahkan tidak berhak  untuk menikmati berkat dari ALLAH yaitu Bapa kita. Kata ini sangat tegas, bahwasanya siapa pun manusia di bawah kolong langit ini yang mau sukses dalam hidupnya haruslah ia memikul beban yang seharusnya bukan bebannya. Tetap beban yang telah diletakkan oleh Tuhan di punggung kita, yaitu beban visi misi Yesus untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sudah berapa jiwa yang engkau bawa kepada Kristus? Dari cara hidupmu, apakah sudah membawa pengaruh yang besar merubah hidup orang lain dan mengenal kasih Kristus?
Menyangkal diri berarti mengakui ketergantungan kita kepada Allah, dan karena itu, kita menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada Allah. Kita mengakui bahwa hidup yang diserahkan kepada Tuhan, sebagai pemegang hak dan otoritas penuh untuk menentukan bagaimana hidup kita dijalani bukan saja sudah seharusnya tetapi juga akan membawa kebaikan bagi kita.
Dalam buku kecil ‘Hatiku Rumah Kristus,’ Robert Boyd Munger mengungkapkan dengan indah bagaimana suatu kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Kristus sebagai penguasa hidup kita adalah cara terbaik untuk menjalani kehidupan Kristen. Ibu Teresa pernah mengatakan bahwa dirinya hanyalah pensil sederhana yang diserahkan ke dalam tangan Tuhan untuk Ia pakai sesukaNya untuk maksud Allah.
Menyangkal diri berarti pertempuran seumur hidup menaklukkan dosa dalam diri kita. Mau tidak mau, harus kita akui bahwa ada banyak sifat buruk di dalam diri kita. Untuk lepas dari keinginan dosa yang melekat dalam dirinya sampai inilah rasul Paulus bergumul sampai ia mendapatkan kemenangan rohani dalam diri Allah Tritunggal (Rom 7:13-8:17).
Dalam Gal 5:19-21 Paulus memperingatkan kita bahwa orang yang menuruti keinginan daging tidak layak mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah. Tidak seorangpun dari kita yang bebas dari dosa; karena itu, jangan ada orang yang menyombongkan diri. Biarlah setiap kita yang jatuh dalam berbagai macam dosa ini, berusaha untuk bangkit kembali dengan pertolongan Tuhan. Biarlah kita menyalibkan tubuh dosa kita sehingga dosa kehilangan kuasaNya di dalam diri kita. Inilah pengalaman rasul Paulus: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.“ (Gal 2:19-20)
Hanya setelah belajar untuk menyangkal diri, kita mampu melakukan kebaikan sejati kepada orang lain dan kepada dirinya sendiri. Selama belum menyangkal diri, bahkan ketika berbuat baik sekalipun, semua itu kita lakukan demi dirinya. Kita hanya berbuat baik kepada yang baik kepada kita, kepada orang yang kita sukai, kepada orang yang akan memberikan keuntungan kepada kita, atau yang suatu hari dapat menolong kita. Bahkan berbuat amal pun itu untuk mengumpulkan amal bagi kita, atau melaukan kebajikan yang sangat mulia, karena itu memberikan kesenangan rohani kita. Demikian juga, hanya setelah belajar untuk menyangkal diri kita baru dimampukan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Penyangkalan diri memampukan kita untuk mengakui diri kita hanya penatalayan Tuhan dan segala sesuatu yang ada pada diri kita: talenta, kepandaian, kekayaan, waktu, kesempatan, kelancaran, kesehatan, dsb adalah karunia dari Tuhan. Dan semua itu bukan untuk dipakai bagi kepentingan kita sendiri, apalagi untuk diboroskan atau untuk tujuan yang berdosa, sebaliknya kita akan memakai semua itu dengan rendah hati, disiplin dan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan maksud dan ketetapan Allah.
Musuh setiap orang ialah dirinya sendiri: keegoisannya, hawa nafsu dan keinginan daging di dalam dirinya; bukanlah situasi luar seperti kurang pintar, kaya, kurang tampan atau kurang cantik, kurang mendapat kesempatan, dan sebagainya. Anak Tuhan harus berjuang menaklukkan dosa sehingga rencana Tuhan yang indah dapat terwujud dalam dirinya. Kemenangan pribadi atas atas diri sendiri inilah rahasia kemenangan rohani yang memberikan kesuksesan di bidang lain. Sebaliknya kegagalan untuk menaklukkan sifat-sifat buruk dalam diri kita secara pasti menghambat kemajuan yang diharapkan Tuhan dari kita. Kiranya Tuhan menolong kita menjadi muridNya yang sejati. Amin. 
Dari Berbagai Sumber






Tidak ada komentar: