Mengikut orang atau seseorang yang belum kita kenal dan tidak
jelas arah tujuannya tentu saja rasanya berat sekali. Kalau kita dijanjikan
tentang hal-hal yang enak nantinya mungkin akan mau dan merasa senang, tetapi
bila kita disuruh menanggung beban yang berat dari orang yang kita ikuti tentu
hati kita akan menentangnya, bahkan kita sama sekali tidak sudi mengikutinya.
Mengikut Yesus
bukanlah perkara yang gampang, ada harga yang harus dibayar dan harga itu amat
mahal, “Setiap orang yang mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut aku”. Yesus menghendaki pengikut-pengikut yang sadar,
paham, tidak hanya ikut-ikutan, terpikat oleh janji-janji lalu lupa membuat
kalkulasi mampukah kubayar nanti?
Yesus katakan
bahwa harga sebuah kemuridan untuk mengikut Dia itu tinggi sakali, mengapa?
Sebab Yesus memang bukan barang murahan dan yang kita peroleh apabila
benar-benar mengikut Dia juga bukan hadiah sembarangan, “Dan setiap orang
yang karena namaKu meninggalkan segala sesuatu akan menerima seratus kali lipat
dan akan memperoleh hidup yang kekal” (Mat 19:29). Jadi wajar sekali
apabila kita mau memperoleh barang yang “bagus” kita mesti bersedia membayar
mahal. Masalahnya adalah apakah kita memang benar-benar menganggap Yesus itu
cukup berharga? Lebih berharga dari yang lain termasuk keluarga bahkan diri
kita?
Yang ketiga,
Yesus menghendaki agar kita yang mengikut Dia adalah pengikut yang konsekuen,
berani menanggung resiko dan menjadikan Dia yang nomer satu dan yang
satu-satunya dalam hidup kita. Ketika kita rela berkorban dan memikul salib
demi Yesus kita pasti akan memperoleh anugerah yang besar sekali. Bertahanlah!
Iman dan kesetiaan kita kepada Yesus tidak akan mengecewakan.
Tiga
Hal Penting : Dlm Mengikut Yesus
HARUS
MENYANGKAL DIRI
MEMIKUL
SALIB
MENGKUTI
PELAYANAN
Maknanya
berarti, keputusan untuk mengikut Yesus
adalah hal yang sangat “MAHAL” harganya. Sebab, manusia harus meletakkan
semua kepentingan dirinya kepada Kristus, Rela mati bagi Kristus, dan Rela
miskin melayani DIA dalam dunia ini.
Yesus
memberikan syarat itu, agar murid-muridnya berhenti berpolemik tentang apa yang
mereka makan, upah apa yang mereka dapatkan dari semua pengorbanan waktu.
Murid-muridnya
mulai berhitung-hitung, jika waktu saya habis, maka apa
imbalannya. Manusia memperhitungkan untung rugi dalam setiap kehidupannya,
itu sangat wajar. Tetapi, syarat mengikut Tuhan Yesus, tidak menjanjikan emas,
perak dan makanan seperti harapan manusia baik di zaman itu maupun di zaman
modern sekarang ini.
Harus Menyangkal Diri
Menyangkal Diri, adalah tindakan yang sangat berat dilakukan
manusia, sebab harus meletakkan semua hak-hak kepemilikkannya terhadap apapun
yang selayaknya manusia miliki. Jika saya seharusnya berhak mendapatkan
kesempatan untuk menginap di hotel bintang lima, karena alasan penghargaan dan
jabatan yang saya miliki, maka saya sangkal diri saya, bahwa hak itu
tidak saya terima, sebab saya bukan diriku lagi, saya lebih baik bersama-sama
dengan orang-orang yang papah. Penghormatan adalah penghargaan yang sia-sia di
dunia ini. “bukan aku lagi …..tetapi Yesus yang ada dalam diriku”
Sekarang bukan
lagi saya yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diri saya. Hidup ini yang
saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi
saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya. Galatia 2 : 20
Memilih hidup
seperti Yesus, sama dengan menyerahkan seluruh visi misi dan opsesi hidup kita
tanpa syarat. Mampukah ? Mampukan anda menyangkal diri sekarang dan hanya hidup
kepada KRISTUS?
Harus Memikul Salib
Memikul salib
adalah menanggung beban berat yang tidak biasa dialami oleh orang pada umumnya.
Seberapa beratnya salib itu Tuhan yang sudah menentukan ukuran yang pas untuk
setiap kita yang mau mengikuti DIA hari ini. Salib itu menyerupai dengan
penderitaan selama mengikut DIA, jadi sangat salah kalau para hamba TUHAN saat
ini berfoya-foya mengelola uang Gereja Tuhan, namun mereka seharusnya
menanggalkan jas dan jubahnya. Yesus memikul salibnya, bukan karena IA salah,
bukan karena dosaNya. Demikian juga kita yang hari ini mempersiapkan diri
menanggung beban yang berat seperti Yesus.
Tuhan Yesus,
babak belur dan hampir-hampir saja mati dalam perjalanan Fiadolorosa, menuju
Golgota. Namun, ukuran beban salib itu TUHAN yang MAHA KUASA, yaitu Bapa yang
baik itu, telah menentukan batas kemampuan yang wajar bagi setiap manusia.
Sekalipun rasanya mau mati karena begitu beratnya beban itu, namun pasti
berhasil sampai pada bukit Golgota. Bagaimana dengan anda?
Dalam Matius 10:38, denga tegas Tuhan Yesus bermaksud,
bahwa mereka yang takut
menahan beban, tidak rela mati, tidak mampu menderita, tidak layak untuk hidup.
Mat 10:38
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak
bagi-Ku.
Tidak layak
hidup bagi Tuhan Yesus, berarti tidak pantas, bahkan tidak berhak untuk
menikmati berkat dari ALLAH yaitu Bapa kita. Kata ini sangat tegas, bahwasanya
siapa pun manusia di bawah kolong langit ini yang mau sukses dalam hidupnya
haruslah ia memikul beban yang seharusnya bukan bebannya. Tetap beban yang
telah diletakkan oleh Tuhan di punggung kita, yaitu beban visi misi Yesus untuk
menyelamatkan manusia dari dosa. Sudah berapa jiwa yang engkau bawa kepada
Kristus? Dari cara hidupmu, apakah sudah membawa pengaruh yang besar merubah
hidup orang lain dan mengenal kasih Kristus?
Menyangkal diri berarti mengakui ketergantungan kita
kepada Allah,
dan karena itu, kita menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada
Allah. Kita mengakui bahwa hidup yang diserahkan kepada Tuhan, sebagai pemegang
hak dan otoritas penuh untuk menentukan bagaimana hidup kita dijalani bukan
saja sudah seharusnya tetapi juga akan membawa kebaikan bagi kita.
Dalam buku
kecil ‘Hatiku Rumah Kristus,’ Robert Boyd Munger mengungkapkan dengan indah
bagaimana suatu kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Kristus sebagai
penguasa hidup kita adalah cara terbaik untuk menjalani kehidupan Kristen. Ibu
Teresa pernah mengatakan bahwa dirinya hanyalah pensil sederhana yang
diserahkan ke dalam tangan Tuhan untuk Ia pakai sesukaNya untuk maksud Allah.
Menyangkal diri berarti pertempuran seumur hidup
menaklukkan dosa dalam
diri kita. Mau tidak mau, harus kita akui bahwa ada banyak sifat buruk di
dalam diri kita. Untuk lepas dari keinginan dosa yang melekat dalam dirinya
sampai inilah rasul Paulus bergumul sampai ia mendapatkan kemenangan rohani
dalam diri Allah Tritunggal (Rom
7:13-8:17).
Dalam Gal
5:19-21 Paulus memperingatkan kita bahwa orang yang menuruti keinginan daging
tidak layak mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah. Tidak seorangpun dari kita
yang bebas dari dosa; karena itu, jangan ada orang yang menyombongkan diri.
Biarlah setiap kita yang jatuh dalam berbagai macam dosa ini, berusaha untuk
bangkit kembali dengan pertolongan Tuhan. Biarlah kita menyalibkan tubuh dosa
kita sehingga dosa kehilangan kuasaNya di dalam diri kita. Inilah pengalaman
rasul Paulus: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup,
tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk
aku.“ (Gal 2:19-20)
Hanya setelah belajar untuk menyangkal diri, kita mampu
melakukan kebaikan sejati kepada orang lain dan kepada dirinya sendiri. Selama belum
menyangkal diri, bahkan ketika berbuat baik sekalipun, semua itu kita lakukan
demi dirinya. Kita hanya berbuat baik kepada yang baik kepada kita, kepada
orang yang kita sukai, kepada orang yang akan memberikan keuntungan kepada
kita, atau yang suatu hari dapat menolong kita. Bahkan berbuat amal pun itu
untuk mengumpulkan amal bagi kita, atau melaukan kebajikan yang sangat mulia,
karena itu memberikan kesenangan rohani kita. Demikian juga, hanya setelah
belajar untuk menyangkal diri kita baru dimampukan untuk mengampuni orang yang
bersalah kepada kita.
Penyangkalan diri memampukan kita untuk mengakui diri
kita hanya penatalayan Tuhan dan segala sesuatu yang ada pada diri kita: talenta,
kepandaian, kekayaan, waktu, kesempatan, kelancaran, kesehatan, dsb adalah
karunia dari Tuhan. Dan semua itu bukan untuk dipakai
bagi kepentingan kita sendiri, apalagi untuk diboroskan atau untuk tujuan yang
berdosa, sebaliknya kita akan memakai semua itu dengan rendah hati, disiplin
dan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan maksud dan ketetapan Allah.
Musuh setiap
orang ialah dirinya sendiri: keegoisannya, hawa nafsu dan keinginan daging di
dalam dirinya; bukanlah situasi luar seperti kurang pintar, kaya, kurang tampan
atau kurang cantik, kurang mendapat kesempatan, dan sebagainya. Anak Tuhan
harus berjuang menaklukkan dosa sehingga rencana Tuhan yang indah dapat
terwujud dalam dirinya. Kemenangan pribadi atas atas diri sendiri inilah
rahasia kemenangan rohani yang memberikan kesuksesan di bidang lain. Sebaliknya
kegagalan untuk menaklukkan sifat-sifat buruk dalam diri kita secara pasti
menghambat kemajuan yang diharapkan Tuhan dari kita. Kiranya Tuhan menolong
kita menjadi muridNya yang sejati. Amin.
Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar