(Pembukaan
Pekan Keluarga Spy Setiap Kel. Melaksanakan Kebaktian dan Kolekte. Spirit Berbakti
Dan Memberi hrs nyata dlm Kehidupan setiap Org Kristen Ams,3:9: Mz 37:25)
Darwin berpandangan bahwa dalam perjuangan hidup, hanya makhluk yang paling
ulet dan paling mampu menyesuaikan diri dengan Alam yang dapat bertahan hidup.
Ini adalah evolusi kompetitif. Namun dalam ilmu biologi evolusioner
modern, banyak ilmuwan mulai beralih dari konsep evolusi kompetitif ke konsep
koevolusi[1]. Dalam
koevolusi diyakini bahwa perjuangan hidup spesies bukanlah hasil dari
kompetisi, tetapi hasil bahu-membahu mutual antarspesies dalam ekosistem.
Mereka yang dapat bertahan hidup justru bukan mereka yang berkompetisi satu
dengan lainnya, tetapi mereka yang mau belajar bekerja sama satu sama lain. Hewan seperti rayap, semut, dan tawon bisa
bertahan hidup justru karena mereka mampu bekerja sama atau tolong menolong
dan menjalani kehidupan sosial yang mengagumkan, bukannya karena mengasingkan
dan bermusuhan satu dengan lainnya.
Rasul Paulus memberi nasihat tentang cara hidup
koevolusi,
bukan kompetitif. Dari pada masing-masing memikirkan bagaimana kepentingan
mereka sendiri terpenuhi, Paulus mengajarkan jemaat Galatia untuk saling
tolong-menolong menanggung beban bersama[2].
Sebenarnya,
dalam kehidupan orang Batak, cara hidup koevolusi bukan hal yang baru.”[3]
Diceritakan tentang satu keluarga yaitu keluarga Akwila
dan Priskila.
Akwila adalah seorang laki-laki Yahudi dari Pontus dengan istrinya Priskila mengungsi dari Roma menuju
Korintus untuk menghindari pengejaran terhadap orang-orang Yahudi di bawah
pemerintahan Claudius. Lalu yang menjadi pertanyaannya, apa maksudnya kita
harus belajar dari Akwila dan Priskila ?
dalam perikop
ini diceritakan tentang pekabaran injil yang dilakukan oleh Paulus di Kota Korintus. Kota ini dalam cerita sejarahnya
merupakan sebuah kota kuno yang terkenal sebagai kota perdagangan tetapi juga terkenal dengan kota yang dosa tumbuh subur
. Salah satu yang terkenal adalah adanya rumah berhala Aphrodite yaitu dewi cinta kasih. Bisa
dibayangkan bagaimana Paulus mempunyai suatu tugas yang berat untuk
memberitakan injil di tempat ini. Di kota ini juga Paulus bertemu dengan
Priskila dan Akwila. Dalam bacaan kita diceritakan bagaimana Akwila dan
Priskila menerima Paulus dengan senang hati untuk tinggal bersama mereka dan
melakukan pekerjaan yang sama dengan Paulus yaitu sebagai tukang tenda. Paulus
tinggal bersama Akwila dan Priskila selama 1 tahun 6 bulan, ini bukan merupakan
waktu yang singkat. Tentunya pekabaran injil yang dilakukan oleh Paulus tidak
terlepas dari peranan penting keluarga ini. Paulus sebagai tokoh utama yang
melakukan pekabaran injil dalam hal ini melakukan apa yang menjadi misinya
yaitu mengenalkan Kristus yang sudah bangkit kepada jemaat dan berusaha keras
meyakinkan orang-orang dalam rumah-rumah ibadat. Akwila dan Priskila dalam hal
ini adalah adalah teman kerja Paulus yang sangat setia meskipun mereka berdua
bukan tokoh utama dalam melakukan pekabaran injil tetapi mereka setia mendampingi
Paulus, memberikan bantuan, membantu pelayanan Paulus dengan segenap hati. Jika
dibaca sampai ayat terakhir akan ditemukan bahwa Perjalanan pekabaran injil
Paulus setelah itu kembali ke Antiokhia, dan Akwila serta Priskila masih
bersamanya sampai tiba di Efesus. Sesampainya di Efesus ternyata Paulus tidak
tinggal lebih lama, hanya Akwila dan Priskila yang tinggal di situ, Paulus
kembali ke Antiokhia meskipun jemaat disitu sudah memintanya untuk tetap
tinggal bersama mereka tetapi ia berkata “Aku akan kembali padamu, jika Allah
mengkehendakinya”. Paulus tidak berada di Efesus, yang ada hanyalah Akwila dan Priskila yang tadinya dengan
setia bersama dengan Paulus memberitakan injil.
di Kota Efesus. Pada perikop berikutnya terlihat
bahwa selain Paulus, ada juga seorang yang bernama Apolos yang datang ke Efesus
untuk memberitakan injil. Sangat terlihat bahwa Apolos ini adalah seorang yang fasih berbicara, berasal dari
Aleksandria sebuah kota yang terpandang sebagai pusat pendidikan pada masa itu.
Dijelaskan fasih berbicara, dapat juga diterjemahkan sebagai seorang yang
pandai dan baik dalam mengajar atau seorang yang terpelajar, yang tahu banyak
hal khususnya dalam soal-soal tentang kitab suci. Dijelaskan pula bahwa Apolos
ini adalah seseorang yang sudah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan, jalan
disini lebih dimaksudkan kepada cara hidup atau cara berkelakuan yang sesuai
dengan kehendak Allah. Dalam pekabaran yang Apolos lakukan, Apolos tidak takut
sedikitpun, dia mengajar dengan penuh semangat. Hanya yang menjadi kendala
adalah Apolos hanya tau sampai baptisan Yohanes, dia belum mengetahui tentang
baptisan dalam nama Yesus. Akwila dan Priskila tampil untuk bersaksi kepada
Apolos, memberitahu Apolos tentang injil sudah mereka ketahui sebelumnya, dalam
pengalaman mereka dengan Paulus tentang Yesus Kristus. Akwila dan Priskila
tidak takut, tidak malu bersaksi kepada Apolos sekalipun mereka tahu bahwa
Apolos adalah orang terpandang, sementara mereka hanyalah tukang tenda.
hal pertama yang bisa kita pelajari dari kehidupan
keluarga Akwila dan
Priskila adalah mereka melayani secara total. Perkara
menerima seorang asing masuk ke dalam rumah tangga untuk menetap dan menjadi
anggota keluarga selama 1 tahun 6 bulan bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk
orang-orang yang sudah nyaman dengan kehidupan pribadi, tidak ingin terganggu
dengan keberadaan orang lain. Akwila dan Priskila berbeda, mereka sangat
menunjukkan tekad mereka, kesetiaan mereka dalam melayani Tuhan. Bukan saja
tempat tinggal yang mereka korbankan, waktu, tenaga, pikiran juga mereka
persembahkan untuk membantu pekerjaan pekabaran injil. Lamanya waktu tinggal
Paulus dengan mereka mungkin bisa sedikit memberi gambaran kepada kita betapa
baiknya pelayanan yang diberikan keluarga ini kepada Paulus sehingga Paulus
kelihatan betah berada di tengah-tengah keluarga ini.
Paulus, Akwila
dan Priskila berprofesi sebagai pembuat tenda
Komitmen,
kerelaan, pengorbanan, kesetiaan yang dimiliki oleh keluarga Akwila seharusnya
bisa diteladani oleh keluarga-keluarga
pada masa kini. Keluarga Akwila yang hanya profesi sebagai tukang tenda
namun bisa melakukan pekerjaan besar memberi arti bahwa dalam kesederhanaan,keterbatasan secara manusiawi sebenarnya
tidak ada alasan untuk tidak bisa melayani. Dalam keadaan apapun, jika
sudah bertekad, berkomitmen melayani Tuhan, pasti akan ada jalan untuk
mewujudkannya. Komitmen itu tentunya harus dilandasi dengan sikap kerelaan,
pengorbanan rendah hati dan kecintaan terhadap Tuhan yang diakui memegang
segala kendali atas hidup kita sebagai manusia.
Hal yang
berikutnya adalah sebagian orang berpikir bahwa yang dipandang dalam melakukan
pekerjaan mulia memberitakan injil hanyalah orang-orang yang secara langsung
memberitakan injil, memberitakan Kristus, berkhotbah di depan umum, di atas
mimbar, dan jarang melihat kepada orang-orang yang juga melalui apa yang
dikerjakan mereka walaupun sederhana, bukan sebagai pengkhotbah tapi sebenarnya
mereka turut mengambil bagian menjadi pekabar injil. Akwila dan Priskila
diceritakan tidak pernah meninggalkan pekerjaan tukang tenda mereka, mereka
tetap berprofesi sebagai tukang tenda, tapi apakah mereka bukan pekabar injil?
dari cerita ini kita bisa menyebut mereka juga adalah para pekabar injil.
Paulus dan Apolos bisa kita sebut sebagai pekabar injil secara verbal,
sedangkan Akwila dan Priskila yang membantu Paulus, menyediakan fasilitas,
membantu Apolos untuk lebih mengenal siapa Kristus bisa kita sebut sebagai
pekabar injil non verbal. Mereka memang tidak tampil di hadapan umum untuk
langsung menceritakan tentang Kristus, tetapi tindakan mereka memperlihatkan
mereka juga mengabarkan injil, memperkenalkan Yesus Kristus lewat hidup mereka.
Dalam PI Belajar dari Akwila dan Priskila, mereka tidak harus meninggalkan
pekerjaan mereka sebagai tukang tenda, tetapi dalam keseharian mereka tetap
bisa melakukan pekabaran injil. Mereka tidak mengejar kekayaan, kekuasaan,
pengakuan sebagai tokoh-tokoh utama pekabar injil, yang penting bagi mereka
adalah hidup mereka dalam pekerjaan yang sederhana, tetap bisa melayani Tuhan,
membantu pekerjaan pekabaran injil.
Akwila dan
Priskila, sepasang penginjil Yesus
Sdr/i seharusnya
bisa mencontohi apa yang dilakukan oleh keluarga Akwila dan Priskila. Sekali lagi saya tekankan bahwa perkembangan
gereja, perkembangan iman Kristen bukan saja tanggung jawab pendeta dan para
majelis, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh keluarga Kristen yang
menjadi anggota gereja tersebut. Tidak banyak di antara kita yang dalam
kesederhanaan, mau melayani Tuhan dengan segenap hati. Tidak jarang orang yang
kecil menurut ukuran manusia dipandang bisa dan bahkan mereka pun tidak
memandang diri mereka sebagai seorang yang ingin dipakai Tuhan. Di dalam
keterbatasan kita sebagai manusia, ingatlah bahwa perencanaan Allah itu baik
adanya.
Sementara kota
Korintus salah satu kota terkaya dan terpadat penduduknya di Yunani. Saat itu
Yunani di bagi menjadi 2 Propinsi. Mekadonia dengan ibu kotanya Tesalonika dan
Akhaya ibu kotanya Korintus. Korintus juga mempunyai penduduk yang menyembah
berhala, terkenal karena kesombongannya dan kebejatan moralnya, sampai-sampai
pada saat itu kalau ada orang yang bermoral bejat, lalu disebut dengan sebutan
“orang Korintus”.
Di Korintus
ini, Paulus bertemu dengan Akwila (seorang Yahudi) dan istrinya Priskila
(mungkin dari bangsa Roma). Tidak di ketahui tentang pertobatan dari mereka.
Dalam ayat 2 hanya disebutkan mereka berasal dari Pontus, dan baru datang dari
Italia karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan
Roma. Paulus, di samping seorang penginjil, juga mempunyai pekerjaan sampingan
membuat kemah/tenda. Hal ini mempertemukannya dengan keluarga Akwila yang juga
mempunyai pekerjaan yang sama. Walaupun sama-sama pembuat kemah/tenda, tidak
membuat satu dengan yang lain merasa sebagai saingan atau tersaingi sehingga
membuat jarak atau menggunakan teori evolusi kompetitif, tetapi sebaliknya
menggunakan pemahaman koevolisi. Paulus tinggal di rumah keluarga ini. Mereka
bersahabat, mereka bekerja sama. Dan mereka semakin berkembang baik usaha
maupun kerohanian mereka. Dalam ayat 4,5 disebutkan bahwa tugas Paulus
memberitakan Injil dapat terus dilakukan. Pekerjaan tidak boleh menghambat
panggilan utama orang percaya yakni memberitakan Injil, baik melalui pekerkataan
maupun perbuatan. Hal inilah yang dinampakkan Paulus. Dan bagaimana dengan
Akwila dan Priskila? Kehadiran Paulus di rumah mereka, serta kerjasama yang
dilakukan selama ini juga tidak hanya menambah pengetahuan atau pemahaman
mereka tentang iman kristen tetapi juga menumbuhkan semangat memberitaka Injil
kepada mereka. Kalau kita baca dalam Kisah Rasul 18:18 disebutkan bahwa Akwila
dan Priskila menyertai Paulus ke Efesus, dan di Efesus Akwila/Priskila memberi
pengajaran kepada Apolos mengenai jalan Tuhan[5]. Juga dalam
Roma 16:3, Paulus mengatakan bahwa mereka kawan sekerjanya dalam Kristus.
(1) Salah satu ciri kehidupan di era
globalisasi ini ialah kehidupan yang semakin kompetitif. Kehidupan demikian
jelas memiliki plus minus. Bila kita berkemampuan, berkualitas dalam IPTEK,
kita akan semakin maju, semakin berkembang, tetapi sebaliknya akan tersingkir.
Juga manusia akan semakin individualistis. Kerjasama oke, bila selevel atau
menguntungkannya. Tentu hal ini tidak sesuai dengan iman kristen[6].
(2) Memang
benar bahwa di era globalisasi kita harus semakin berkualitas, kita harus
semakin berkembang, semakin maju, tetapi bukan dengan menyingkirkan orang lain
atau tidak mau peduli terhadap orang lain. Bagaimana caranya? Paulus mengatakan
dengan bertolong-tolongan, dengan
bekerjasama[7]. Dalam
meningkatkan kemampuan berbisnis, misalnya
kita dapat sharing, saling membangun dalam penegetahuan dan keterampilan.
Meningkatkan usaha, misalnya, kita dapat bekerjasama, baik jaringan usaha
maupun permodalan. Hal ini dapat dilakukan dan akan berjalan dengan baik bila
kita masing-masing hidup takut akan Tuhan, hidup ber-iman. Artinya setiap kita
dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan jujur.
(3) Dalam pembacaan kita (1 Timotius 6:6)
disebutkan ibadah memang memberi keuntungan besar. Keuntungan besar yang
dimaksud Paulus tentu berbeda dengan pemahaman guru-guru sesat pada waktu itu
dimana motivasi mereka lebih tertuju kepada mencari keuntungan materi. Dan hal
ini sangat berbahaya[8]. Keuntungan
besar yang dimaksud Paulus dalam arti rohani, walaupun juga mempunyai dampak
duniawi[9]. Artinya dalam
ibadah (persekutuan) kita akan mengenal satu dengan yang lain, usahanya,
pergumulannya, dll. Melaluinya kita dapat menjalin kerjasama dan saling tolong
menolong sehingga sebagaimana Paulus dan keluarga Akwila tidak hanya kebutuhan
mereka tercukupi tetapi juga bertumbuh dalam hal kerohanian dan hal tersebut
nampak dalam semangat mereka memberitakan Injil.Amen.
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar