Selasa, 31 Juli 2018

Khotbah Minggu 15 Juli 2018 Kisras 18:1-8 Mau Saling Melayani Dan Berbuat Baik.



(Pembukaan Pekan Keluarga Spy Setiap Kel. Melaksanakan Kebaktian dan Kolekte. Spirit Berbakti Dan Memberi hrs nyata dlm Kehidupan setiap Org Kristen Ams,3:9: Mz 37:25)

Darwin berpandangan bahwa dalam perjuangan hidup, hanya makhluk yang paling ulet dan paling mampu menyesuaikan diri dengan Alam yang dapat bertahan hidup. Ini adalah evolusi kompetitif. Namun dalam ilmu biologi evolusioner modern, banyak ilmuwan mulai beralih dari konsep evolusi kompetitif ke konsep koevolusi[1]. Dalam koevolusi diyakini bahwa perjuangan hidup spesies bukanlah hasil dari kompetisi, tetapi hasil bahu-membahu mutual antarspesies dalam ekosistem. Mereka yang dapat bertahan hidup justru bukan mereka yang berkompetisi satu dengan lainnya, tetapi mereka yang mau belajar bekerja sama satu sama lain. Hewan seperti rayap, semut, dan tawon bisa bertahan hidup justru karena mereka mampu bekerja sama atau tolong menolong dan menjalani kehidupan sosial yang mengagumkan, bukannya karena mengasingkan dan bermusuhan satu dengan lainnya.
Rasul Paulus memberi nasihat tentang cara hidup koevolusi, bukan kompetitif. Dari pada masing-masing memikirkan bagaimana kepentingan mereka sendiri terpenuhi, Paulus mengajarkan jemaat Galatia untuk saling tolong-menolong menanggung beban bersama[2].
Sebenarnya, dalam kehidupan orang Batak, cara hidup koevolusi bukan hal yang baru.”[3] 
Diceritakan tentang satu keluarga yaitu keluarga Akwila dan Priskila. Akwila adalah seorang laki-laki Yahudi dari Pontus dengan istrinya Priskila mengungsi dari Roma menuju Korintus untuk menghindari pengejaran terhadap orang-orang Yahudi di bawah pemerintahan Claudius. Lalu yang menjadi pertanyaannya, apa maksudnya kita harus belajar dari Akwila dan Priskila ?
dalam perikop ini diceritakan tentang pekabaran injil yang dilakukan oleh Paulus di Kota Korintus. Kota ini dalam cerita sejarahnya merupakan sebuah kota kuno yang terkenal sebagai kota perdagangan tetapi juga terkenal dengan kota yang dosa tumbuh subur . Salah satu yang terkenal adalah adanya rumah berhala Aphrodite yaitu dewi cinta kasih. Bisa dibayangkan bagaimana Paulus mempunyai suatu tugas yang berat untuk memberitakan injil di tempat ini. Di kota ini juga Paulus bertemu dengan Priskila dan Akwila. Dalam bacaan kita diceritakan bagaimana Akwila dan Priskila menerima Paulus dengan senang hati untuk tinggal bersama mereka dan melakukan pekerjaan yang sama dengan Paulus yaitu sebagai tukang tenda. Paulus tinggal bersama Akwila dan Priskila selama 1 tahun 6 bulan, ini bukan merupakan waktu yang singkat. Tentunya pekabaran injil yang dilakukan oleh Paulus tidak terlepas dari peranan penting keluarga ini. Paulus sebagai tokoh utama yang melakukan pekabaran injil dalam hal ini melakukan apa yang menjadi misinya yaitu mengenalkan Kristus yang sudah bangkit kepada jemaat dan berusaha keras meyakinkan orang-orang dalam rumah-rumah ibadat. Akwila dan Priskila dalam hal ini adalah adalah teman kerja Paulus yang sangat setia meskipun mereka berdua bukan tokoh utama dalam melakukan pekabaran injil tetapi mereka setia mendampingi Paulus, memberikan bantuan, membantu pelayanan Paulus dengan segenap hati. Jika dibaca sampai ayat terakhir akan ditemukan bahwa Perjalanan pekabaran injil Paulus setelah itu kembali ke Antiokhia, dan Akwila serta Priskila masih bersamanya sampai tiba di Efesus. Sesampainya di Efesus ternyata Paulus tidak tinggal lebih lama, hanya Akwila dan Priskila yang tinggal di situ, Paulus kembali ke Antiokhia meskipun jemaat disitu sudah memintanya untuk tetap tinggal bersama mereka tetapi ia berkata “Aku akan kembali padamu, jika Allah mengkehendakinya”. Paulus tidak berada di Efesus, yang ada hanyalah Akwila dan Priskila yang tadinya dengan setia bersama dengan Paulus memberitakan injil.
di Kota Efesus. Pada perikop berikutnya terlihat bahwa selain Paulus, ada juga seorang yang bernama Apolos yang datang ke Efesus untuk memberitakan injil. Sangat terlihat bahwa Apolos ini adalah seorang yang fasih berbicara, berasal dari Aleksandria sebuah kota yang terpandang sebagai pusat pendidikan pada masa itu. Dijelaskan fasih berbicara, dapat juga diterjemahkan sebagai seorang yang pandai dan baik dalam mengajar atau seorang yang terpelajar, yang tahu banyak hal khususnya dalam soal-soal tentang kitab suci. Dijelaskan pula bahwa Apolos ini adalah seseorang yang sudah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan, jalan disini lebih dimaksudkan kepada cara hidup atau cara berkelakuan yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam pekabaran yang Apolos lakukan, Apolos tidak takut sedikitpun, dia mengajar dengan penuh semangat. Hanya yang menjadi kendala adalah Apolos hanya tau sampai baptisan Yohanes, dia belum mengetahui tentang baptisan dalam nama Yesus. Akwila dan Priskila tampil untuk bersaksi kepada Apolos, memberitahu Apolos tentang injil sudah mereka ketahui sebelumnya, dalam pengalaman mereka dengan Paulus tentang Yesus Kristus. Akwila dan Priskila tidak takut, tidak malu bersaksi kepada Apolos sekalipun mereka tahu bahwa Apolos adalah orang terpandang, sementara mereka hanyalah tukang tenda.
hal pertama yang bisa kita pelajari dari kehidupan keluarga Akwila dan Priskila adalah mereka melayani secara total. Perkara menerima seorang asing masuk ke dalam rumah tangga untuk menetap dan menjadi anggota keluarga selama 1 tahun 6 bulan bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk orang-orang yang sudah nyaman dengan kehidupan pribadi, tidak ingin terganggu dengan keberadaan orang lain. Akwila dan Priskila berbeda, mereka sangat menunjukkan tekad mereka, kesetiaan mereka dalam melayani Tuhan. Bukan saja tempat tinggal yang mereka korbankan, waktu, tenaga, pikiran juga mereka persembahkan untuk membantu pekerjaan pekabaran injil. Lamanya waktu tinggal Paulus dengan mereka mungkin bisa sedikit memberi gambaran kepada kita betapa baiknya pelayanan yang diberikan keluarga ini kepada Paulus sehingga Paulus kelihatan betah berada di tengah-tengah keluarga ini.
Paulus, Akwila dan Priskila berprofesi sebagai pembuat tenda
Komitmen, kerelaan, pengorbanan, kesetiaan yang dimiliki oleh keluarga Akwila seharusnya bisa diteladani oleh keluarga-keluarga pada masa kini. Keluarga Akwila yang hanya profesi sebagai tukang tenda namun bisa melakukan pekerjaan besar memberi arti bahwa dalam kesederhanaan,keterbatasan secara manusiawi sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bisa melayani. Dalam keadaan apapun, jika sudah bertekad, berkomitmen melayani Tuhan, pasti akan ada jalan untuk mewujudkannya. Komitmen itu tentunya harus dilandasi dengan sikap kerelaan, pengorbanan rendah hati dan kecintaan terhadap Tuhan yang diakui memegang segala kendali atas hidup kita sebagai manusia.
Hal yang berikutnya adalah sebagian orang berpikir bahwa yang dipandang dalam melakukan pekerjaan mulia memberitakan injil hanyalah orang-orang yang secara langsung memberitakan injil, memberitakan Kristus, berkhotbah di depan umum, di atas mimbar, dan jarang melihat kepada orang-orang yang juga melalui apa yang dikerjakan mereka walaupun sederhana, bukan sebagai pengkhotbah tapi sebenarnya mereka turut mengambil bagian menjadi pekabar injil. Akwila dan Priskila diceritakan tidak pernah meninggalkan pekerjaan tukang tenda mereka, mereka tetap berprofesi sebagai tukang tenda, tapi apakah mereka bukan pekabar injil? dari cerita ini kita bisa menyebut mereka juga adalah para pekabar injil. Paulus dan Apolos bisa kita sebut sebagai pekabar injil secara verbal, sedangkan Akwila dan Priskila yang membantu Paulus, menyediakan fasilitas, membantu Apolos untuk lebih mengenal siapa Kristus bisa kita sebut sebagai pekabar injil non verbal. Mereka memang tidak tampil di hadapan umum untuk langsung menceritakan tentang Kristus, tetapi tindakan mereka memperlihatkan mereka juga mengabarkan injil, memperkenalkan Yesus Kristus lewat hidup mereka. Dalam PI Belajar dari Akwila dan Priskila, mereka tidak harus meninggalkan pekerjaan mereka sebagai tukang tenda, tetapi dalam keseharian mereka tetap bisa melakukan pekabaran injil. Mereka tidak mengejar kekayaan, kekuasaan, pengakuan sebagai tokoh-tokoh utama pekabar injil, yang penting bagi mereka adalah hidup mereka dalam pekerjaan yang sederhana, tetap bisa melayani Tuhan, membantu pekerjaan pekabaran injil.
Akwila dan Priskila, sepasang penginjil Yesus
Sdr/i seharusnya bisa mencontohi apa yang dilakukan oleh keluarga Akwila dan Priskila. Sekali lagi saya tekankan bahwa perkembangan gereja, perkembangan iman Kristen bukan saja tanggung jawab pendeta dan para majelis, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh keluarga Kristen yang menjadi anggota gereja tersebut. Tidak banyak di antara kita yang dalam kesederhanaan, mau melayani Tuhan dengan segenap hati. Tidak jarang orang yang kecil menurut ukuran manusia dipandang bisa dan bahkan mereka pun tidak memandang diri mereka sebagai seorang yang ingin dipakai Tuhan. Di dalam keterbatasan kita sebagai manusia, ingatlah bahwa perencanaan Allah itu baik adanya.
Sementara kota Korintus salah satu kota terkaya dan terpadat penduduknya di Yunani. Saat itu Yunani di bagi menjadi 2 Propinsi. Mekadonia dengan ibu kotanya Tesalonika dan Akhaya ibu kotanya Korintus. Korintus juga mempunyai penduduk yang menyembah berhala, terkenal karena kesombongannya dan kebejatan moralnya, sampai-sampai pada saat itu kalau ada orang yang bermoral bejat, lalu disebut dengan sebutan “orang Korintus”.
Di Korintus ini, Paulus bertemu dengan Akwila (seorang Yahudi) dan istrinya Priskila (mungkin dari bangsa Roma). Tidak di ketahui tentang pertobatan dari mereka. Dalam ayat 2 hanya disebutkan mereka berasal dari Pontus, dan baru datang dari Italia karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus, di samping seorang penginjil, juga mempunyai pekerjaan sampingan membuat kemah/tenda. Hal ini mempertemukannya dengan keluarga Akwila yang juga mempunyai pekerjaan yang sama. Walaupun sama-sama pembuat kemah/tenda, tidak membuat satu dengan yang lain merasa sebagai saingan atau tersaingi sehingga membuat jarak atau menggunakan teori evolusi kompetitif, tetapi sebaliknya menggunakan pemahaman koevolisi. Paulus tinggal di rumah keluarga ini. Mereka bersahabat, mereka bekerja sama. Dan mereka semakin berkembang baik usaha maupun kerohanian mereka. Dalam ayat 4,5 disebutkan bahwa tugas Paulus memberitakan Injil dapat terus dilakukan. Pekerjaan tidak boleh menghambat panggilan utama orang percaya yakni memberitakan Injil, baik melalui pekerkataan maupun perbuatan. Hal inilah yang dinampakkan Paulus. Dan bagaimana dengan Akwila dan Priskila? Kehadiran Paulus di rumah mereka, serta kerjasama yang dilakukan selama ini juga tidak hanya menambah pengetahuan atau pemahaman mereka tentang iman kristen tetapi juga menumbuhkan semangat memberitaka Injil kepada mereka. Kalau kita baca dalam Kisah Rasul 18:18 disebutkan bahwa Akwila dan Priskila menyertai Paulus ke Efesus, dan di Efesus Akwila/Priskila memberi pengajaran kepada Apolos mengenai jalan Tuhan[5]. Juga dalam Roma 16:3, Paulus mengatakan bahwa mereka kawan sekerjanya dalam Kristus.
(1) Salah satu ciri kehidupan di era globalisasi ini ialah kehidupan yang semakin kompetitif. Kehidupan demikian jelas memiliki plus minus. Bila kita berkemampuan, berkualitas dalam IPTEK, kita akan semakin maju, semakin berkembang, tetapi sebaliknya akan tersingkir. Juga manusia akan semakin individualistis. Kerjasama oke, bila selevel atau menguntungkannya. Tentu hal ini tidak sesuai dengan iman kristen[6].
(2) Memang benar bahwa di era globalisasi kita harus semakin berkualitas, kita harus semakin berkembang, semakin maju, tetapi bukan dengan menyingkirkan orang lain atau tidak mau peduli terhadap orang lain. Bagaimana caranya? Paulus mengatakan dengan bertolong-tolongan, dengan bekerjasama[7]. Dalam meningkatkan kemampuan berbisnis, misalnya kita dapat sharing, saling membangun dalam penegetahuan dan keterampilan. Meningkatkan usaha, misalnya, kita dapat bekerjasama, baik jaringan usaha maupun permodalan. Hal ini dapat dilakukan dan akan berjalan dengan baik bila kita masing-masing hidup takut akan Tuhan, hidup ber-iman. Artinya setiap kita dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan jujur.
(3) Dalam pembacaan kita (1 Timotius 6:6) disebutkan ibadah memang memberi keuntungan besar. Keuntungan besar yang dimaksud Paulus tentu berbeda dengan pemahaman guru-guru sesat pada waktu itu dimana motivasi mereka lebih tertuju kepada mencari keuntungan materi. Dan hal ini sangat berbahaya[8]. Keuntungan besar yang dimaksud Paulus dalam arti rohani, walaupun juga mempunyai dampak duniawi[9]. Artinya dalam ibadah (persekutuan) kita akan mengenal satu dengan yang lain, usahanya, pergumulannya, dll. Melaluinya kita dapat menjalin kerjasama dan saling tolong menolong sehingga sebagaimana Paulus dan keluarga Akwila tidak hanya kebutuhan mereka tercukupi tetapi juga bertumbuh dalam hal kerohanian dan hal tersebut nampak dalam semangat mereka memberitakan Injil.Amen.
Dari berbagai sumber


Tidak ada komentar: