Dari
teks ini kita belajar sikap dari murid-murid Tuhan Yesus, mereka pun
pergilah memberitakan injil ke segala penjuru...(ayat 20). Mereka taat dan segera pergi memberitakan
injil seperti yang diperintahkan kepada mereka, dan Tuhan turut bekerja
serta tanda-tanda itu menyertai mereka. Bagaimana dengan kita, sudahkah kita
pergi? Atau selama ini kita hanya memikirkan diri sendiri atau hanya memikirkan
gereja kita? Pernahkah kita berpikir untuk orang lain dan bangsa yang belum
mendengar injil? Bersyukurlah karena hari ini kita dingatkan
bahwa “Misi Gereja untuk semua orang, Segala Mahluk dan bangsa”.
Ada 3 hal yang dapat kita pergumulkan melalui nas ini:
Setelah
kebangkitan Yesus, berita tentang kebangkitanNya langsung tersiar melalui
penampakan Yesus kepada Maria Magdalena dan juga kepada dua orang yang dalam
perjalanan. Apa yang mereka saksikan dan rasakan itu pula yang disampaikan pada
murid-murid Yesus. Namun mereka tidak percaya akan apa kesaksian dari orang
yang telah bertemu dengan Yesus yang hidup.
Bisa muncul
pertanyaan “mengapa Yesus tidak langsung memberitakan kebangkitanNya langsung
kepada murid-muridNya?” Mengapa Yesus menyatakan kebangkitanNya pertama kepada
orang lain? Jawabnya adalah: Tuhan Yesus punya maksud yang dalam disi. Yaitu:
a. Kebenaran berita tentang kebangkitan Yesus.
Bahwa lebih baik orang-orang yang ada di luar murid Yesus yang lebih dahulu
mengetahuinya, sebab jika murid-muridNya yang mengetahui lebih dulu, maka
berita yang mereka sampaikan nantinya akan sulit dipercayai, karena bisa saja
orang lain menganggap murid Yesus sedang berhalusinasi karena kesedihan.
b. Karena
kebangkitan Yesus menjadi inti dari iman para pengikut Yesus, maka sangat
penting bagi Yesus benar-benar mempersiapkan murid-muridNya memahami dan
mempercayai dengan baik tentang kebangkitan Yesus. Bahwa murid-murid Yesus
memang benar-benar teguh meyakini, menyaksikan, melihat dan menggumuli apa yang
telah terjadi pada Yesus, bahwa Yesus telah bangkit dari kematian.
Hal ini
menjadi sangat penting, sebagaimana kita melihat bagaimana murid-murid Yesus
saja yang telah bersama-sama melayani dengan Yesus memperlihatkan
ketidakpercayaannya pada hari kebangkitan Yesus, maka pertanyaannya, bagaimana
pula dengan kita saat ini, dan bagaimana pula puluhan ribu tahun yang akan
datang. apakah pengikut Yesus akan tetap memiliki iman yang teguh tentang
kebangkitan Yesus?
Yesus
meneguhkan kita, sebagaimana dikatakanNya kepada Tomas: “Karena engkau
telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat
namun percaya” (Yoh. 20:29).
Maka yang
menjadi pertanyaan untuk kita gumuli saat ini adalah: “Apakah kebangkitan
Yesus memiliki relevansi dengan hidup kita saat ini?”; “Sejauhmana
kebangkitan Yesus itu berdampak pada kita?” Atau jangan-jangan kebangkitan
Yesus itu sudah ditelan oleh rutinitas, hanya memperlihatkan kepercayaan yang
tidak berdampak apa-apa. Apakah Yesus memang benar-benar hidup pada diri kita?
2. Amanat
Agung (ayat 15-16)“penginjilan”
adalah “Tugas” dan “tanggung jawab setiap orang “YANG SUDAH MENJADI MURID
YESUS DAN SUDAH MENERIMA ROHKUDUS” didalam hidupnya. Dan itu adalah “PERINTAH”
Yesus sendiri,tidak mesti melihat apakah dia itu seorang “pejabat-Gerejawi atau jabatan suatu kelembagaan/denominasi
tertentu”. Pemaknaan yang lebih tegas tentang arti Penginjilan dapat dipahami
dengan: “buah” dan “berbuah” atau
“tuaian” dan “menuai”. Lukas 10:2-3, Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu
seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Yohanes15:2,5-6, Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,
dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih
banyak berbuah.Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku
kamu tidak dapat berbuat apa-apa.Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia
dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang
dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Dari nats tersebut, nyata bahwa:
“Penginjilan” adalah “Proses mempersiapkan, menyediakan BUAH-BUAH bagi
KerajaanNya”, tidak hanya dalam hal menuai saja, tetapi juga membentuk diri
sendiri supaya menjadi “RANTING YANG BERBUAH” dan “BERBUAH-BANYAK”, karena:
“SETIAP RANTING YANG TIDAK BERBUAH” (meskipun sudah ada dalam Yesus), akan “dipotongNya”.Sering, penginjilan
itu dipahami secara “pemahaman-sempit” dalam arti: “Penginjilan hanya eksternal
saja atau hanya bagi mereka yang non Kristiani”. Padahal “INTI-PENGINJILAN”
adalah: “MENYAMPAIKAN BERITA KESELAMATAN ITU DAN MEMPERSAKSIKAN KARYA
JURUSELAMAT/YESUS DIDALAM HIDUPNYA” kepada orang lain (Siapa saja, dimana saja
dan kapan saja), supaya mereka juga: “MENDAPAT KESELAMATAN ITU DARI YESUS”.
Setelah para
murid Yesus mempercayai akan apa yang telah terjadi, maka Yesus memberikan
amanat. Amanat ini menjadi tugas setiap orang percaya, bahwa setiap orang
beriman harus memberitakan kabar baik. Kabar baik itu adalah tongkat estafet yang harus dibawa dan dilanjutkan. Jika kita
mempercayai kebangkitan Yesus, maka beritakanlah, saksikanlah.
Dalam buku
Markus ini, amanat agung Yesus memiliki ciri khas, bahwa kabar baik itu harus
diberitakan kepada segala mahluk,
maka tumbuh-tumbuhan dan binatang bahkan semua alam semesta harus diberitakan tentang kebangkitan Yesus.
Artinya disini
bahwa setiap orang percaya harus memakai kehidupannya menjadi hidup yang
bersaksi, yang memberitakan firman Tuhan dalam segala lini kehidupan. Dengan
penuh keyakinan kita memberitakan bahwa satu-satunya keselamatan bagi dunia ini
adalah percaya kepada Yesus, diluar kepercayaan kepada Yesus adalah hukuman.
Mau selamat? Ikut Yesus, percaya kepada kebangkitan Yesus. Maka jika dikatakan
percaya, beriman kepada Yesus maka harus berbuat - “to do something”.
3. Orang
percaya diberi kemampuan ( ayat 17-18)
Bahwa
kebangkitan Yesus telah memberikan kuasa dan kemampuan kepada setiap orang yang
percaya. Yaitu kemampuan dan kuasa yang berasal dari luar kemampuan manusia.
Jika hanya mengandalkan kemampuan diri kita sebagai manusia tentu kita tidak
akan mampu menjadi orang percaya. Tetapi Tuhan memberikan kepada kita kekuatan
dan perlindungan Tuhan untuk memampukan untuk dapat hidup dalam iman percaya
kita.
Sebagaimana
rasul Paulus katakana “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” – Efesus 2: 8. Kita
bertekun dalam firman Tuhan, rajin bersekutu dalam ibadah, mendekatkan diri
kepada Tuhan dalam kidung pujian dan doa – itu semua adalah penampakan kuasa
Tuhan yang bekerja dalam diri kita, bukan karena kekuatan kita mampu berbuat
seperti itu, tetapi itu adalah tanda penyertaan Tuhan ada dalam diri kita. Itu
bukan kemampuan fisik kita, tetapi itu adalah pemberian Allah yang patut kita
syukuri, bahwa kita tetap dapat teguh di dalam keselamatan yang telah diberikan
oleh Tuhan. Hanya karena kekuatan dari Tuhan saja kita dapat dan mampu berjalan
dalam terang Tuhan.
Itu pula
sebabnya Yesus mengatakan “Berjaga-jagalah
dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang
penurut, tetapi daging lemah” – Markus 14:38. Sebab iman kita bisa
tertidur dan bahkan mati jika kita membiarkan diri kita ini dikuasai oleh
kelemahan kita sebagai manusia. Maka kita membutuhkan kekuatan kepada Tuhan
supaya mampu hidup di dalam panggilanNya. Sebagaimana Yesus yang memberikan
teladan bagi kita, Dia berdoa di taman Getsemani ketika hendak memasuki
penderitaanNya untuk dimampukan menyelesaikan misi dari BapaNya.
Maka kita
patut bersyukur, sebagai orang percaya menjalankan tugas panggilan kita sebagai
pengikut Yesus, kita dipersiapkan, kita diteguhkan, kita diarahkan dan kita
diberikan kemampuan untuk menjadi panggilan kita sebagai seorang Kristen. Bahwa
kuasa Allah bekerja dalam diri kita. Amin. RHLT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar