Epistel : Gal.
4:22-28 (Ceriterakan Makna Kebersamaan Melalui Bulan Keluarga ini Gal. 6:2; Ngambil Nasi Jgn Berebut; Pikirkan na parpudi/Kepedulian)
Allah yang
penuh anugerah
Allah melimpahkan anugerah-Nya kepada siapa pun semata-mata
berdasarkan kehendak-Nya dan bukan berdasarkan apa yang dilakukan orang
tersebut. Anugerah Allah dapat dibagi menjadi anugerah khusus dan anugerah
umum.
Walaupun di pasal 16 Sarai telah melakukan kesalahan dengan
memberikan solusi yang tidak sesuai dengan jalan Tuhan, Tuhan tetap mengingat
Sarai dan mengganti namanya menjadi Sara. Tuhan menyatakan bahwa ia akan
menjadi ibu bagi bangsa-bangsa dan akan melahirkan raja-raja (16). Ketika
Abraham meminta kepada Tuhan untuk memilih Ismael (17), Allah menegaskan bahwa anak yang lahir dari Saralah yang akan
mewarisi perjanjian Allah dengan Abraham (19). Allah memilih semata-mata
berdasarkan kasih karunia dan kedaulatan-Nya. Apa yang Allah janjikan merupakan
anugerah khusus karena ini adalah perjanjian yang kekal, yang akan menjadikan
keturunan Ishak sebagai umat Allah.
Meski Allah
tidak memilih Ismael untuk mewarisi perjanjian-Nya, tetapi dalam kasih
karunia-Nya Allah juga memberikan anugerah umum kepada Ismael sehingga ia pun
diberkati untuk menjadi bangsa yang
besar (20). Jadi, walaupun keturunan Ismael tidak akan menjadi umat Allah
dan mendapatkan anugerah khusus dari Allah, bukan berarti bahwa Allah tidak
akan memberkati dia beserta keturunannya.
Abraham merespons
anugerah Allah dengan menaati perintah-Nya. Ia memanggil Ismael, semua orang
yang lahir di rumahnya, dan budak-budaknya untuk melaksanakan sunat (23-27).
Allah kita memang adalah Allah yang penuh dengan kasih karunia dan
kemurahan. Ia selalu memberkati, terutama keturunan orang-orang yang berkenan
kepada-Nya. Jadi kita tidak perlu heran jika melihat bahwa secara umum manusia
tetap diberi anugerah yang berlimpah dari Tuhan. Namun sebagai umat percaya,
kita harus sadar bahwa anugerah yang Allah berikan kepada kita merupakan
anugerah yang khusus. Karena itu kita perlu mensyukurinya dan mewujudkan rasa syukur kita dengan menjalankan
apa yang telah Allah perintahkan.
1. Identitas baru
yang diberikan Allah kepada istri Abraham, Sarai menjadi Sara, adalah suatu
janji bahwa dia akan menjadi ibu bangsa-bangsa, dari keturunannya akan muncul
raja-raja bangsa-bangsa. Itulah janji Allah bagi Abraham dan istrinya Sara.
Janji itu merupakan lelucon bagi Abraham, dia tertawa; mungkinkah di usianya
yang ke-99 dengan seorang istri berusia 90 tahun dapat
melahirkan seorang anak?
2. Allah bukanlah manusia sehingga Dia berbohong, itu
berarti janji Allah adalah ya dan amin, sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil (Luk 1,37). Namun pikiran manusia sering sulit menerima janji dan cara
kerja Allah, sebagaimana Abraham yang mengandalkan pikirannya. Dia berpikir
bahwa usia subur seorang perempuan maksimal 50 tahun, maka janji Allah menjadi
hal yang lucu baginya, dan dia kurang menyakini apa yang dikatakan Tuhan
tentang Sarai menjadi Sara.
3. Ketidakpercayaan
Abraham menyebabkan dia memohon agar Ismail diperkenankan di hadapanNya,
tetapi Tuhan mengulang bukan Ismail, tapi seorang anak yang lahir dari Sara dan
akan diberi dia nama Ishak. Tentang Ismail anak Hagar, hambanya yang dijadikan
sebagai gundik, Tuhan akan memberkati dan memberi keturunan yang banyak
baginya, serta menjadikan bangsa yang besar di mana akan berdiri 12 raja dari
keturunannya, karena dia bukan anak perjanjian, tapi anak yang lahir atas
kehendak manusia, anak perjanjian adalah Ishak, karena kepada Ishak yang akan
lahir pada tahun depan lah Allah membuat perjanjian selama-lamanya. Dialah anak yang dijanjikan (Gal 4,
22-28).
4. Pengulangan janji Allah membuat Abraham mengubah pikiran, dia mengaminkan janji itu, sehingga melaksanakan sunat baginya, Ismail, dan semua laki-laki yang ada di rumahnya, yang dibeli dan lahir di rumahnya, setelah Allah naik meninggalkan Abraham. Sunat adalah lambang perjanjian umat Allah.
4. Pengulangan janji Allah membuat Abraham mengubah pikiran, dia mengaminkan janji itu, sehingga melaksanakan sunat baginya, Ismail, dan semua laki-laki yang ada di rumahnya, yang dibeli dan lahir di rumahnya, setelah Allah naik meninggalkan Abraham. Sunat adalah lambang perjanjian umat Allah.
5. Bagaimanakah
kita merespon janji Allah dalam hidup kita? Apakah kita mengandalakan
pikiran kita, jika janji itu bertentangan dengan ilmu pengetahuan, dengan
pemahaman kita atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan kita? Banyak
orang menertawakan janji dan cara kerja Allah dalam hidupnya, seolah-olah apa
yang dikatakan Tuhan adalah lelucon, sesuatu yang tidak masuk akal, sehingga
terkadang kita sulit menerima dan mengaminkan janji Allah dalam hidup
kita.
6. Saya sering mendengar orang melihat sesuatu dan
berkata bahwa tidak mungkin dia bisa memiliki barang tersebut. Jika saya
katakana bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, dia akan menentang, bukan
mengaminkan kekuatan dan kemampuan Tuhan mengatasi pikiran dan kemampuan kita.
Pikiran kita telah mengkonsepkan Allah sebatas yang dapat kita lakukan tentang
kehidupan kita, padahal Allah jauh melebihi apa yang kita pikirkan, apa yang
kita kotakkan tentang Allah. Dan satu hal yang harus kita ingat, bahwa
ketidakpercayaan manusia, tidak membatalkan perjanjian yang sudah Allah
Firmankan.
7. Menertawakan Firman adalah penyangkalan atas kuasa Firman itu, maka dampak dari ketidakyakinan akan janji yang telah dikatakan adalah ketidak sejahteraan. Bila kita pelajari lebih dalam lagi maka kita akan melihat bagaimana Hagar menertawai Sara yang melahirkan pada usia tua, dan bagaimana Ismail mengolok-olok Ishak yang kecil.
7. Menertawakan Firman adalah penyangkalan atas kuasa Firman itu, maka dampak dari ketidakyakinan akan janji yang telah dikatakan adalah ketidak sejahteraan. Bila kita pelajari lebih dalam lagi maka kita akan melihat bagaimana Hagar menertawai Sara yang melahirkan pada usia tua, dan bagaimana Ismail mengolok-olok Ishak yang kecil.
8. Firman Tuhan
mengajak kita untuk percaya penuh pada janji Tuhan,walaupun agak ‘lama’
janji itu diwujudkan dari yang kita harapkan. Janji Tuhan adalah ya dan amin,
maka ketika Tuhan berfirman, kita hanya percaya dan menunggu semua janji itu,
karena Tuhan berkarya tepat pada waktunya. Merancang masa depan yang baik bagi
kita, maka jangan andalkan pikiranmu tentang masa depanmu, percayalah bahwa
Tuhan tidak manusia yang mau berbohong. Allah berjanji, mari kira meraih janji
itu dengan iman dan perjuangan. Amin