Sabtu, 27 Oktober 2018

Khotbah Minggu 14 Okt 2018 Pesta HUT/Panen GKPI Ciliwung Ulangan 16”16-17


Dalam Ulangan 16:1-17, secara khusus Musa meringkaskan kembali dan menegaskan tentang tiga hari raya utama orang Yahudi, yaitu Hari Raya Paskah, Hari Raya Roti tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun. Hal ini penting untuk disampaikan kepada generasi kedua dari umat Israel yang keluar dari tanah Mesir, yang siap untuk memasuki tanah perjanjian. Penegasan Musa kepada umat Israel untuk merayakan ketiga hari raya utama ini sesuai dengan perintah Tuhan yang bertujuan: 1. Sebagai pertemuan kudus umat Tuhan (Im. 23:2). 2. Sebagai peringatan akan perbuatan besar yang dilakukan Allah dari Mesir hingga ke tanah perjanjian (Ul.16:1, 3, 6). 3. Sebagai persiapan bagi bangsa Israel memasuki tanah perjanjian supaya tetap mengingat apa yang telah dikerjakan Tuhan bagi mereka (Kel. 12:24-27; Ul 8:11-16). 4. Sebagai simbol dan bayangan dari hidup dan karya Mesias yang akan datang (Kol. 2:16-17; Ibr. 10:1).
Kilas balik karya besar Allah. Perayaan agama sangat berarti bagi pembaruan iman umat. Itulah sebabnya Allah selalu meminta umat-Nya untuk senantiasa merayakan perayaan agama (ayat 1). Tiap-tiap perayaan memiliki keunikan makna masing-masing, namun sama bertujuan agar umat menyadari semua kebaikan Tuhan dan hidup mengasihi Tuhan. Khususnya perayaan Paskah bermaksud untuk mengingatkan kembali peristiwa keluaran dari Mesir. Dalam perayaan ini umat harus melakukan kegiatan-kegiatan ritual seperti mempersembahkan korban hewan (ayat 2), sebagai tindakan simbolis dari penyerahan diri umat kepada Allah Israel satu-satunya. Uniknya, kegiatan ini harus dilakukan di tempat yang dipilih Allah (ayat 2,6,7). Pemusatan ibadah di tempat yang dipilih Allah ini bertujuan agar, [1] umat tidak memiliki hati dan sikap yang bercabang. Melalui merayakan Paskah itu hati, pikiran dan jiwa umat ditujukan kepada Allah saja yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. [2] Umat diingatkan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan jalan Tuhan, sesuai dengan berbagai ketetapan, peraturan dan hukum yang relevan pada waktu itu seperti yang terdapat dalam Ulangan 12-26. Kepada umat Israel Tuhan berfirman,  "Janganlah engkau mempersembahkan bagi Tuhan, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk;  sebab yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan Allahmu."  (Ulangan 17:1).  Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban.  Tetapi tidak sembarang hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik:  gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.      Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan.  Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan?  Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma,  "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:  itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan.  Inilah yang Tuhan kehendaki:  suatu kehidupan yang tidak bercacat cela.  Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita!  Dikatakan,  "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran."  (1 Petrus 2:24)     Jadi, sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan.  Dengan cara apa?  Dengan cara menyembah Dia dengan segenap hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh komitmen.  Banyak orang Kristen yang datang ke gereja hanya sebagai rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau memainkan handphone.  Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?Kesukaan dan penderitaan merupakan pengalaman bukan saja umat Israel tetapi juga pengalaman umat Allah masa kini. Keunikan perayaan umat Kristen adalah bahwa perayaan-perayaan itu terjadi karena penderitaan: Penderitaan Allah di dalam Kristus yang rela menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa. Terkadang Allah mengizinkan kita menderita. Apabila kita menderita karena kebenaran, kita patut bersyukur atas hak istimewa itu. Semua orang laki-laki Israel harus datang menyembah TUHAN Allahmu di tempat yang dipilih-Nya tiga kali setahun, yaitu pada Hari Raya Paskah, pada Pesta Panen dan Pesta Pondok Daun. Setiap orang harus membawa persembahan menurut kemampuannya, sesuai dengan banyaknya rezeki yang diberikan TUHAN Allahmu kepadanya." Umat Allah dipanggil untuk menikmati hidup yang enak, setelah mereka mengalami perbudakan di Mesir selama bertahun-tahun. Kini mereka adalah orang yang bebas. Tapi, orang yang bebas, bisa jadi lupa cara bagaimana dia menjadi bebas. Seperti bangsa kita, bertahun-tahun lepas dari perbudakan dari bangsa asing, kita lupa diri dan kini tidak sadar bahwa kita masih jadi bangsa yang terkekang dan berjuang untuk lepas dari perbudakan kemiskinan, dan kelakuan jahat memiskinkan orang lain melalui kegemaran mengambil apa yang bukan hak kita dengan korupsi. Kita masih jadi bangsa yang diperbudak. Sebelum mereka akan menikmati Tanah Perjanjian, Ulangan diturunkan. Maksudnya agar semua sejarah di belakang mereka ini diulang sehingga mereka tidak lupa diri. Bangsa Israel bisa hidup hanya karena belas kasih Allah, mereka tidak boleh lupa itu. Jadi, mereka harus memelihara ikatan perjanjian itu seumur hidup mereka. Teorinya sih begitu, tapi bagaimana dengan prakteknya? Siapa masih ingat dengan semua janji? Apa bapak ibu, masih ingat dengan janji nikahnya masing-masing? Ada tidak yang kalau merayakan anniversarynya mengingat lagi bersama janji nikahnya? Apa majelis, komisi, dan pengurus-pengurus yang diteguhkan masih ingat janji nya ketika diteguhkan bersama jemaat kepada Tuhan? Dan, lebih penting lagi, apa kita semua yang sudah disidi, ingat semua janji dan kepercayaan ketika kita masuk dalam persekutuan? Bisa jadi lupa. Kenapa? Kebiasaan, manusia memang suka lupa. Karena itu, Israel harus merayakan Hari Pembebasan itu dengan tujuan agar mereka terus ingat. Sekali setahun, dalam berbagai bentuk: datang ke rumah ibadah yang ditentukan Allah, memotong, memasak dan memakan ternak sebagai korban bersama dengan seisi rumah, dan menjauhkan diri mereka dari segala yang jahat sehingga mereka bisa berbuat adil pada tiap orang. Itulah cara mereka harus menikmati pembebasan yang dikerjakan Allah dalam hidup mereka. Itu harus diingat agar tidak lupa. Amen

Tidak ada komentar: