Dalam Ulangan 16:1-17, secara
khusus Musa meringkaskan kembali dan menegaskan tentang tiga hari raya utama
orang Yahudi, yaitu Hari Raya Paskah,
Hari Raya Roti tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun. Hal ini penting untuk
disampaikan kepada generasi kedua dari umat Israel yang keluar dari tanah
Mesir, yang siap untuk memasuki tanah perjanjian. Penegasan Musa kepada umat
Israel untuk merayakan ketiga hari raya utama ini sesuai dengan perintah Tuhan
yang bertujuan: 1. Sebagai pertemuan
kudus umat Tuhan (Im. 23:2). 2. Sebagai peringatan
akan perbuatan besar yang dilakukan Allah dari Mesir hingga ke tanah perjanjian
(Ul.16:1, 3, 6). 3. Sebagai persiapan
bagi bangsa Israel memasuki tanah perjanjian supaya tetap mengingat apa yang
telah dikerjakan Tuhan bagi mereka (Kel. 12:24-27; Ul 8:11-16). 4. Sebagai simbol dan
bayangan dari hidup dan karya Mesias yang akan datang (Kol. 2:16-17; Ibr.
10:1).
Kilas balik karya besar
Allah. Perayaan agama sangat berarti bagi pembaruan iman umat. Itulah
sebabnya Allah selalu meminta umat-Nya untuk senantiasa merayakan perayaan
agama (ayat 1). Tiap-tiap perayaan memiliki keunikan makna masing-masing, namun
sama bertujuan agar umat menyadari semua kebaikan Tuhan dan hidup mengasihi
Tuhan. Khususnya perayaan Paskah bermaksud untuk mengingatkan
kembali peristiwa keluaran dari Mesir. Dalam perayaan ini umat harus melakukan
kegiatan-kegiatan ritual seperti mempersembahkan korban hewan (ayat 2), sebagai
tindakan simbolis dari penyerahan diri umat kepada Allah Israel satu-satunya.
Uniknya, kegiatan ini harus dilakukan di tempat yang dipilih Allah (ayat
2,6,7). Pemusatan ibadah di tempat yang dipilih Allah ini bertujuan agar, [1]
umat tidak memiliki hati dan sikap yang bercabang. Melalui merayakan Paskah itu
hati, pikiran dan jiwa umat ditujukan kepada Allah saja yang telah membebaskan
mereka dari perbudakan di Mesir. [2] Umat diingatkan untuk meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan jalan Tuhan, sesuai dengan
berbagai ketetapan, peraturan dan hukum yang relevan pada waktu itu seperti yang terdapat dalam Ulangan 12-26. Kepada
umat Israel Tuhan berfirman, "Janganlah engkau mempersembahkan
bagi Tuhan, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang
buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan
Allahmu." (Ulangan 17:1). Di zaman Perjanjian Lama dulu,
setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu
membawa persembahan berupa hewan korban. Tetapi tidak sembarang hewan
persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan
yang terbaik: gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai
persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.
Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau
saat datang menghadap Tuhan. Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan
sebagai persembahan? Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti
yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma
12:1). Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan
kehendak Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki: suatu kehidupan yang
tidak bercacat cela. Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada
Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi
kita! Dikatakan, "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa
kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap
dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus
2:24) Jadi,
sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi
Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara menyembah Dia dengan segenap
hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh
komitmen. Banyak orang Kristen yang datang ke gereja hanya sebagai
rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat
mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau
memainkan handphone. Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?Kesukaan
dan penderitaan merupakan pengalaman bukan saja umat Israel tetapi juga
pengalaman umat Allah masa kini. Keunikan perayaan umat Kristen adalah bahwa
perayaan-perayaan itu terjadi karena penderitaan: Penderitaan Allah di dalam
Kristus yang rela menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa. Terkadang Allah
mengizinkan kita menderita. Apabila kita menderita karena kebenaran, kita patut
bersyukur atas hak istimewa itu. Semua
orang laki-laki Israel harus datang menyembah TUHAN Allahmu di tempat yang
dipilih-Nya tiga kali setahun, yaitu pada Hari Raya Paskah, pada Pesta Panen
dan Pesta Pondok Daun. Setiap orang harus membawa persembahan menurut
kemampuannya, sesuai dengan banyaknya rezeki yang diberikan TUHAN Allahmu kepadanya." Umat
Allah dipanggil
untuk menikmati hidup yang enak, setelah mereka mengalami perbudakan di Mesir
selama bertahun-tahun. Kini mereka adalah orang yang bebas. Tapi, orang yang
bebas, bisa jadi lupa cara bagaimana dia menjadi bebas. Seperti bangsa kita,
bertahun-tahun lepas dari perbudakan dari bangsa asing, kita lupa diri dan kini
tidak sadar bahwa kita masih jadi bangsa yang terkekang dan berjuang untuk
lepas dari perbudakan kemiskinan, dan kelakuan jahat memiskinkan orang lain
melalui kegemaran mengambil apa yang bukan hak kita dengan korupsi. Kita masih
jadi bangsa yang diperbudak. Sebelum
mereka akan menikmati Tanah Perjanjian, Ulangan diturunkan. Maksudnya agar
semua sejarah di belakang mereka ini diulang sehingga mereka tidak lupa diri.
Bangsa Israel bisa hidup hanya karena belas kasih Allah, mereka tidak boleh
lupa itu. Jadi, mereka harus memelihara ikatan perjanjian itu seumur hidup
mereka. Teorinya sih begitu, tapi
bagaimana dengan prakteknya? Siapa masih ingat dengan semua janji? Apa
bapak ibu, masih ingat dengan janji nikahnya masing-masing? Ada tidak yang
kalau merayakan anniversarynya mengingat lagi bersama janji nikahnya? Apa
majelis, komisi, dan pengurus-pengurus yang diteguhkan masih ingat janji nya
ketika diteguhkan bersama jemaat kepada Tuhan? Dan, lebih penting lagi, apa
kita semua yang sudah disidi, ingat semua janji dan kepercayaan ketika kita
masuk dalam persekutuan? Bisa jadi lupa. Kenapa? Kebiasaan, manusia memang suka
lupa. Karena itu, Israel harus merayakan Hari Pembebasan itu dengan tujuan agar
mereka terus ingat. Sekali setahun, dalam berbagai bentuk: datang ke rumah
ibadah yang ditentukan Allah, memotong, memasak dan memakan ternak sebagai
korban bersama dengan seisi rumah, dan menjauhkan diri mereka dari segala yang
jahat sehingga mereka bisa berbuat adil pada tiap orang. Itulah cara mereka
harus menikmati pembebasan yang dikerjakan Allah dalam hidup mereka. Itu harus
diingat agar tidak lupa. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar