Jumat, 20 Juli 2012

Khotbah Minggu 22 Juli 2012 Efesus 2:11-22 Kita semua adalah Keluarga di hadapan Allah.

Saya mau mengajak kita untuk membayangkan sejenak, apa bila peristiwa yang terjadi dalam perikop kita hari ini, terjadi juga dalam kehidupan kita: ditengah-tengah keluarga, jemaat, masyarakat, atau antar suku bangsa lainnya …apa kita ngak merasa ngeri ?? Ketika ada orang-orang yang merasa dirinya itu paling benar, paling hebat, paling bisa, paling dekat, paling suci dan semua yang pake paling-paling lagi … dan kemudian menganggap orang-orang lain disekitarnya itu lebih rendah, lebih buruk, lebih dibawah … lebih-lebih yang gak enak lah … Terbayangkan apa jadinya. Prasangka rasial mengandung dan melahirkan jauh lebih banyak kekejian, kekejaman dan kebencian, dibandingkan kejahatan lainya. Alkitab mencatat peristiwa dimana orang-orang Yahudi Kristen dalam perikop kita dalam kehidupan berjemaat pernah merasa diri lebih dibanding orang Kristen bukan Yahudi. Gimana rasanya hidup berjemaat ditengah-tengah prasangka seperti itu … ke gereja datang, ketemu, beribadah, tapi dalam hatinya: "Ni orang gak se-Level dengan saya!! Berani macam-macam, tak sikat nanti!!" … Ada rasa tak nyaman. Contoh yang lain: Sejarah mencatat peristiwa MahatmaGandhi, tokoh besar umat Hindu di India, yang sangat mengidolakan ajaran cinta kasih Yesus suatu kali pernah datang ke gereja, tapi apa yang terjadi … di depan gereja dia disambut oleh MJ-nya “Pak kalau mau ke gereja, jangan ke sini …. Ke sana aja, disana gereja khusus orang kulit hitam, disini khusus kulit putih”. Gandhi yang awalnya bersemangat ikut Yesus jadi mikir lagi: “buat apa jadi Kristen, kalo orang Kristennya aja gak mencerminkan Kasih Kristus!" Pulang Dia! … Hari ini, tantangan Firman Tuhan kepada kita mari kita lihat hidup kita saat ini … Kehidupan macam apa yang sedang kita bangun ditengah-tengah kebersamaan dengan orang lain disekitar kita!! Apakah kita sedang membangun jalan untuk bisa memberitakan cinta kasih Tuhan kepada yang lain atau ... justru kita sedang membangun tembok pemisah: disini calon sorga, diluar sana calon neraka!! Dalam suratnya ini, nampak jelas Paulus menekankan pentingnya persatuan di dalam tubuh gereja karena bila gereja terpecah karena perbedaan yang ada, maka hal itu sama sekali tidak berguna. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang di dalamnya tidak ada lagi pembedaan meskipun adanya perbedaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Gereja adalah tubuh Kristus. Semua anggota gereja, baik orang Yahudi maupun non Yahudi dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darahnya yang kudus. Gereja dipanggil menjadi alat Tuhan yang menyaksikan kasih Kristus di tengah dunia Gereja seharusnya menghargai perbedaan. Paulus melihat dan menggambarkan keragaman sebagai dasar untuk membentuk satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk kesatuan yang dianalogikan sebagai satu tubuh Kristus. Tugas Gereja, yakni bersekutu, bersaksi dan melayani akan semakin bertumbuh dan berkembang jika seluruh umat Kristen tidak mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada namun memaknai perbedaan itu sebagai satu kekuatan yang sangat berguna bagi orang lain. Dan pada akhirnya, gereja yang sejati adalah gereja yang meletakkan Kristus sebagai batu penjuru, penopang yang membuat ”bangunan” tersebut dapat kokoh berdiri. Jika Kristus mati di kayu salib juga untuk memperdamaikan bukan hanya antara manusia dengan Allah, tapi antara manusia dengan sesamanya, mengapakah kita mau memisah-misahkannya kembali? Jangan karena kita berbeda suku, bahasa, ras, budaya, bahkan hanya karena berbeda denominasi gereja, menganggap diri yang paling baik dan benar dihadapan Tuhan sementara yang lain itu jauh. Jangan ciptakan tembok pemisah lagi karena itu sudah dilenyapkan di kayu salib. Jika kita membangun kembali tembok pemisah di dalam gereja, itu sama saja menghina pengorbanan Kristus. Refleksi Pada tahun 1945 usai Perang Dunia II, kota Berlin dibagi empat ; dibawah kekuasaan Rusia, Amerika, Inggeris dan Perancis. Pada Agustus 1961 dibangun satu tembok tebal yang panjangnya ± 46 km memisahkan antara Berlin Barat yang dikuasai Amerika, Inggeris, Perancis dengan Berlin Timur yang dikuasai Rusia (Uni Soviet). Sehingga sejak tahun 1961 antara orang Berlin Barat dengan Berlin Timur tidak bisa saling bertemu. Tembok Berlin dikenal seluruh dunia dan tembok ini menjadi lambang pemisahan. Pemisahan antara anak dan orangtua, pemisahan keluarga dengan keluarga, pemisahan Saudara dengan saudara. Banyak orang berpikir apa mungkin tembok ini bisa runtuh. Tetapi pada bulan November 1989 kekuasaan komunis di Berlin Timur beramai-ramai merobohkan tembok itu sampai akhirnya rubuh total. Dan pada bulan Oktober 1990 Jerman Timur dan Jerman Barat menjadi satu negara. Ini sejarah yang luar biasa karena tembok yang menjadi lambang pemisahan itu roboh. Iblis juga membangun tembok tetapi bukan tembok yang kelihatan melainkan tembok yang tidak kelihatan. Tembok itu adalah perseteruan, pemisahan, permusuhan antara orang Yahudi dan orang non Yahudi, antara orang yang memegang hukum Taurat dengan orang yang disebut kafir. Sehingga tidak ada DAMAI SEJAHTERA antara keduanya tetapi justru permusuhan. Di dunia ini banyak permusuhan dan yang membangunnya adalah Iblis. Iblis membangun tembok-tembok permusuhan antara orang kulit putih dan kulit hitam, antara negara dan negara, antara bangsa dan bangsa, antara anak dan orang tua, antara gereja dengan gereja, antara organisasi dengan organisasi, dsb. Iblis tidak menghendaki adanya damai sejahtera. Iblis adalah anti damai sejahtera. Tetapi perlu kita ketahui bahwa tembok permusuhan bisa roboh oleh Damai Sejahtera Kristus (ayat 14). Dalam perikop di atas kata DAMAI SEJAHTERA diulang sebanyak 5 kali. Damai sejahtera tidak bisa kita peroleh dari manusia atau suatu lembaga yang didirikan manusia. Sebab satu-satunya Sumber damai sejahtera adalah Yesus Kristus. Iblis selalu memasang strategi untuk membangun tembok antara orang tua dan anak agar tidak cocok, antara suami dan istri agar tidak rukun. Tetapi di dalam Yesus tembok itu bisa dirobohkan. Yang jauh menjadi dekat, yang bermusuhan menjadi rukun. Tugas kita adalah meruntuhkan setiap tembok pemisah yang dibangun oleh iblis itu dengan pendamaian dan perdamaian di dalam kasih Kristus. Doa kita melalui Nats ini, kita tidak tertular dengan 2 virus ini: 1. Virus Menganggap diri lebih hebat. Aku yang paling hebat, keluargaku, suku-ku, agamaku … Bangsa kita terjangkit virus ini, dan kita sedang berusaha sama-sama menyembuhkan diri kita mulai terbuka mata ketika bencana di Wasior, di Mentawai, di Yogya, bahwa tembok pemisah itu harus diruntuhkan perbedaan suku, agama, tidak lagi jadi pemisah karena bencana datang tidak pandang bulu!! Ingat cerita tentang 10 orang Kusta: 9 orang Yahudi, 1 Orang Samaria. Kalo gak ada penderitaan mereka gak mungkin jalan bareng. Mungkin itu sebabnya Tuhan mengizinkan 1 penderitaan datang ditengah-tengah keluarga, jemaat atau bahkan bangsa .. Karena melalui penderitaan kita bisa belajar tentang arti kebersamaan, persatuan, dan menghilangkan virus SUPERIORITAS . 2, Virus Rendah diri. Itu sebabnya Paulus nulis surat ini kepada jemaat di Efesus: yang Yahudi Kristen kena Virus SUPERIORITAS, yang bukan Yahudi kena Virus Minderitas!! Merasa diri gak sebaik orang lain: minder. Makanya banyak orang suka lagu D’Masiv: "syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah, tetap jalani hidup kita, menjalani yang terbaik” Bersyukur Lakukan yang terbaik yang kita bisa!! Tuhan pasti tolong kita!! Ambil kesempatan yang diberikan Nya, Tuhan memang ada dan menolong kita yang mau menjawab panggilan Nya itu. Amen Dikutip dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar: