Kamis, 29 Desember 2016

Belajar dari Bendahara yang tidak jujur Lukas 16;1-13

Mengapa Tuhan Yesus memuji bendahara yang kelihatannya tidak jujur ini dalam perumpamaanNya? Mengapa ia dikatakan telah melakukan sesuatu yang baik? Apakah ini berarti Yesus setuju dengan tindakan menipu? Apakah Yesus berpihak kepada ketidak jujuran?
Untuk memahami bagian ini kita perlu memahami budaya pada masa itu dalam hal pengelolaan keuangan yang dipercayakan kepada seorang bendahara. Pada masa itu, si pemilik modal hanya menyediakan suatu dana agar manajer yang diangkatnya mampu mengelola uang tersebut sehingga usaha tersebut menghasilkan keuntungan. Karena itu manager yang disebutnya sebagai bendahara yang menentukan tingkat besarnya suatu bunga. Sehingga risiko kerugian harus ditanggung penuh oleh bendahara; tetapi kalau dia berhasil, maka dia akan memperoleh keuntungan lebih. Dalam perumpamaan tersebut si pemilik modal mengetahui bahwa bendaharanya telah menghambur-hamburkan uang. Oleh sebab itu, sang bendahara ini segera dipanggil oleh tuannya untuk mempertanggungjawabkan  seluruh keuangan yang telah dikelolanya. Apa yang kemudian dilakukan oleh bendahara tersebut?
Di Luk. 16:5-7, bendahara tersebut mengurangi jumlah hutang dari para krediturnya. Dengan pengurangan jumlah hutang tersebut para kreditur dapat membayar hutangnya dan pada akhirnya sang bendahara dapat membayar apa yang menjadi kewajibannya kepada sang pemilik  modal sehingga dia akhirnya dapat menyelamatkan masa depan dan kariernya. Uang yang menjadi hak tuannya tidak berkurang sedikit pun sehingga ia tidak jadi dipecat. Yang dia potong sebenarnya adalah apa yang menjadi hak keuntungannya dari menjalankan usaha tersebut. Dari perumpamaan Tuhan Yesus ini, kita dapat belajar bagaimana sang bendahara memikirkan masa depannya secara cerdik. Walaupun dia pernah berbuat kesalahan besar, tetapi dia segera memperbaikinya.
Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan sang bendahara dalam perumpamaan ini bagi kehidupan kita?
Di dalam situasi kritis ia mengambil langkah yang tepat untuk masa depannya. Ia tidak mudah menyerah dan berputus asa saat menghadapi kegagalan. Ia tidak jatuh dalam keputusasaan atau meratapi keadaan melainkan berpikir taktis dan kreatif untuk mengatasi masalah yang ada dihadapannya.
Ia tidak sembunyi dari masalah atau mencari kambing hitam dari masalahnya, melainkan menghadapinya dan menyelesaikannya.
Ia adalah pribadi yang berorientasi pada penyelesaian masalah, bukan berfokus pada  masalah. Ia menggunakan uang yang ada dalam pengelolaannya untuk menjadi modal dalam membangun pertemanan, atau lebih tepatnya membeli pertemanan, dengan sesama yang dapat menolongnya kelak jika ia mendapat masalah, dipecat dari pekerjaannya, seperti ia pernah menolong mereka.
Meskipun Yesus memuji bendahara yang tidak jujur ini dalam memikirkan masa depan kehidupannya, Yesus pun memberikan kritiknya terhadap bendahara ini. Ayat ke-9 dapat kita lihat sebagai teguran Yesus. Bagi Yesus membangun persahabatan dengan berdasarkan materi/uang adalah sebuah kesia-siaan. Hubungan itu dibangun di atas dasar yang rapuh. Ucapan Yesus di ayat ini merupakan sindiran yang halus tetapi tajam menghujam. Barangsiapa membangun persahabatan dengan mamon (materi) yang tidak jujur akan menghasilkan perbuatan yang licik dan mendapatkan persahabatan yang semu sifatnya.
Bagi Yesus, apabila mereka yang tidak mengenal Tuhan, di saat-saat yang sulit dan kritis mampu berpikir kreatif, bukankah anak-anak Allah harusnya juga mampu berpikir lebih cerdik dan kreatif dalam menghadapi masalah dengan tetap berpedoman pada iman kita kepada Yesus Kristus.  Kreatif dan cerdik tanpa berlandaskan iman hanya akan menghasilkan tindakan memperdaya dan merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Ia akan menjadi pribadi yang cerdik tetapi licik, lihai tetapi jahat. Sikap kritis dan kreatif yang berlandaskan sikap iman akan membawa kita pada kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi masalah dengan tetap memerhatikan apa yang menjadi hak orang lain dan kewajiban kita kepada sesama.
Iman kepada Kristus seharusnya mendorong kita untuk selalu berpikir kritis, kreatif, dan dinamis. Iman kepada Kristus Yesus adalah iman yang mampu mengalahkan pencobaan dan pergumulan hidup tanpa harus kehilangan hati nurani pada sesama, pada diri sendiri, dan kesetiaan kepada Kristus.
Tuhan memberkati.


Tidak ada komentar: