1.
Topik : Harapan
Nats : Pengharapan itu
adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke
belakang tabir (Ibrani 6:19)
Bacaan : Roma 8:18-27
Ada dua wanita, yang
pertama adalah bekas teman sekerja yang telah saya kenal selama 20 tahun dan
yang kedua adalah istri bekas murid saya dulu ketika saya menjadi guru sekolah.
Keduanya sama-sama memiliki dua anak kecil, sama-sama menjadi misionaris, dan
sama-sama begitu mengasihi Yesus Kristus.
Lalu tanpa diduga,
hanya dalam selang waktu sebulan, keduanya meninggal. Yang pertama, Sharon
Fasick, meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Kematiannya tidak mengundang
perhatian publik, tetapi membuat keluarga dan teman-temannya sangat terpukul.
Yang kedua, Roni Bowers, meninggal bersama anak perempuannya, Charity, ketika
pesawat yang mereka tumpangi jatuh tertembak di hutan Peru. Tragedi itu
mendapat sorotan internasional.
Kematian mereka
menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi banyak orang. Namun, di samping
kesedihan, ada pula harapan. Kedua suami wanita itu sama-sama memiliki
pengharapan yang sangat kuat akan bertemu istri mereka lagi di surga. Kejadian
setelah kematian istri mereka menunjukkan bahwa iman kristiani bekerja. Kedua
laki-laki itu, Jeff Fasick dan Jim Bowers, sama-sama bersaksi tentang kedamaian
yang telah diberikan Allah bagi mereka. Mereka memberikan kesaksian bahwa
pengharapan itu membuat mereka sanggup melanjutkan hidup di tengah-tengah
kepedihan yang amat menyakitkan.
Paulus berkata bahwa
penderitaan kita sekarang ini "tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan
yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18). Pengharapan seperti itu hanya
datang dari Kristus. –Dave Branon
PENGHARAPAN AKAN SURGA
ADALAH SOLUSI YANG DIBERIKAN ALLAH UNTUK MENGATASI MASALAH
Nats : Berbahagialah
hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang (Lukas 12:37)
Bacaan : Lukas 12:35-40
Bacaan : Lukas 12:35-40
Seorang guru berkata
kepada murid-muridnya, “Anak-anak, saya akan ke kantor sekolah sebentar. Saya
harap saya tidak akan lama. Saya percaya kalian tidak akan ribut. Kerjakan tugas
kalian sementara saya pergi.”
Waktu pun berlalu; 15
menit, 20 menit, kemudian 40 menit. Tiba-tiba guru itu kembali. Saat itu Dennis
baru saja melemparkan penghapus ke arah Carol yang tengah mengerjakan tugas
matematikanya. Sementara Steven sedang berdiri di atas meja guru sambil
bertingkah. Murid-murid yang menaati perintah guru itu merasa senang atas
kembalinya guru itu ke kelas. Namun sebaliknya, Dennis dan Steven malah
berharap agar guru mereka tidak kembali.
Yesus akan kembali!
Dalam Perjanjian Baru, hal itu dapat berarti sebuah peringatan sekaligus janji,
seperti dalam bacaan hari ini yang terambil dari Lukas 12. Kabar itu dapat dibilang baik
atau buruk, tergantung kepada siapa yang mendengarnya.
Di gereja, kita
menyanyikan lagu seperti “Datanglah Yesus, Engkau yang Telah Lama Kami
Rindukan”. Ketika kita makan dan minum dalam Perjamuan Kudus Tuhan, kita
“memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26). Kedatangan Yesus yang kedua kalinya
kedengarannya menjadi suatu kabar yang luar biasa jika Dia datang pada hari
Minggu pagi. Namun, jika Dia datang dalam sisa minggu itu, apakah kita siap
menyambut kedatangan-Nya?
Yesus akan kembali!
Dia mungkin akan kembali dengan segera, atau mungkin dengan tiba-tiba. Apakah
itu kabar baik atau buruk? Semuanya tergantung kepada Anda --Haddon Robinson
KARENA ITU
BERJAGA-JAGALAH, SEBAB KAMU TIDAK TAHU
PADA HARI MANA TUHANMU
DATANG --Matius 24:42
Nats : Hari Tuhan akan
tiba .... Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat (2Petrus 3:10)
Bacaan : 2Petrus 3:1-13
Beberapa ilmuwan
berkata bahwa dalam waktu kurang dari sepuluh juta tahun, bumi tidak akan mampu
lagi menampung kehidupan karena matahari akan menjadi sangat panas. Kabar ini
membuat takut mereka yang menaruh segala pengharapannya kepada dunia ini,
karena ini berarti suatu hari nanti semua yang telah dicapai umat manusia akan
lenyap.
Namun bagi kita
anak-anak Allah, yang mempercayai kebenaran Alkitab, berita ini tidaklah
mengejutkan. Kita tahu bahwa suatu hari nanti, bumi dengan segala keberadaannya
sekarang ini akan dimusnahkan "dalam nyala api" (2Petrus 3:10). Namun, sesungguhnya Ini
bukan-lah kabar yang menakutkan. Sebaliknya, kita menantikan dengan gembira,
karena hari di mana planet kita yang telah rusak oleh dosa ini akan digantikan
oleh dunia "di mana terdapat kebenaran" (ayat 13). Pengharapan ini tentunya menjadi
motivasi yang kuat bagi setiap kita untuk hidup "suci dan saleh"
(ayat 11).
Kita juga menyadari
bahwa kehidupan kita di dunia ini sangat berarti, karena melalui doa, sikap,
dan kesaksian kristiani kita, kita menjadi mitra Allah selama Dia berkarya di
dalam dunia ini. Dan saat Dia menggantikan dunia kita sekarang dengan dunia
yang sempurna kelak, kita akan mendapat tempat di dalam rumah yang kekal (Yohanes 14:2).
Oleh iman kita di
dalam Kristus, kita dapat dipenuhi oleh sukacita dan pengharapan. Tuhan ingin
memakai kita selama hidup di dunia ini dan Dia menjanjikan dunia yang sempurna
kelak --Herb Vander Lugt
MASA DEPAN ANDA AKAN
CERAH
JIKA KRISTUS ADALAH
PENGHARAPAN ANDA
4. Kemurungan
Persekutuan Doa
Nats : Tuhan,
dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu (Mazmur 102:2)
Bacaan : Mazmur 102:1-17
Terkadang, persekutuan
doa dapat membuat Anda lesu. Meskipun Anda sangat senang dapat berkumpul dengan
teman-teman untuk berdoa, pokok-pokok doa dapat membuat kecil hati. Seorang
misionaris menghadapi masalah-masalah kesehatan. Seorang anak menderita kanker.
Sepasang suami-istri dalam kelas Sekolah Minggu akan bercerai. Pengabar Injil
yang ditunjuk kesulitan dalam mengumpulkan bantuan keuangan. Anda pun punya
pergumulan sendiri. Semakin banyak permohonan yang Anda dengar, Anda semakin
jemu.
Namun, kemudian
seorang pelayan doa yang tekun mulai berdoa. Dengan penuh keyakinan, ia
bersyukur kepada Allah atas pengendalian-Nya yang sempurna terhadap segala
masalah yang kami doakan. Dengan mencucurkan air mata ia memohon agar Allah
bekerja dalam hidup mereka yang didoakan. Dengan jujur ia mengakui bahwa kami
tidak selalu memahami apa yang sedang Allah perbuat. Seperti pemazmur, ia
mengubah keluh kesah menjadi pujian kepada Allah karena telinga-Nya selalu
mendengarkan kita. Doa berubah menjadi pujian karena seorang yang saleh percaya
bahwa Tuhan mendengar "doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang
hina doa mereka" (Mazmur 102:18).
Apakah Anda sedang
bergumul dalam kesulitan hidup Anda sendiri dan persoalan-persoalan yang
bertubi-tubi dari teman-teman terdekat serta orang-orang yang Anda kasihi?
Belajarlah untuk menyerahkan semua masalah itu kepada Allah yang kekal. Inilah
cara yang jitu untuk mengusir kejemuan dalam persekutuan doa --Dave Branon
SEKALIPUN PANDANGAN KE
SEKELILING TAMPAK SURAM
PANDANGAN KE ATAS
SELALU CERAH
Nats : Karena bagiku
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Bacaan : Filipi 1:12-26
Bacaan : Filipi 1:12-26
Sebuah bank di
Binghamton, New York mengirimkan bunga kepada pesaing bisnisnya yang baru-baru
ini pindah ke gedung baru. Kekeliruan terjadi di toko bunga, sehingga ucapan
yang tertulis pada kartu yang menyertai rangkaian bunga itu berbunyi,
"Diiringi rasa simpati kami yang terdalam."
Si pemilik toko bunga
yang merasa amat malu memutuskan untuk meminta maaf. Namun, ia merasa lebih
malu lagi ketika menyadari bahwa kartu yang ditujukan kepada bank itu
disematkan pada rangkaian bunga yang dikirim ke rumah duka untuk menghormati
orang yang telah meninggal. Kartu itu bertuliskan, "Selamat menempati
lokasi baru Anda!"
Sebenarnya ucapan
semacam itu tepat ditujukan bagi orang kristiani, karena mereka pindah ke suatu
tempat baru yang sangat indah saat mereka meninggal. Mereka pergi untuk bersatu
dengan Kristus, maka penderitaan serta dukacita selama keberadaan mereka di
dunia telah sirna untuk selama-lamanya. Mendekati akhir hidupnya, Paulus
mengatakan bahwa diam bersama-sama dengan Kristus "jauh lebih baik"
daripada tetap tinggal di dunia (Filipi 1:23).
Ya, perpisahan memang
menyakitkan. Namun, sebagai orang kristiani janganlah kita berduka seperti
mereka yang tidak berpengharapan. Sebaliknya, kita dapat bersukacita, bahkan
dengan berurai air mata, karena orang yang kita kasihi telah menempati rumah
yang baru di surga.
Pada saat orang
percaya di dalam Kristus meninggal, sangatlah tepat bagi kita untuk mengatakan
kepadanya (jika memungkinkan), "Selamat menempati lokasi baru Anda!"
--Richard De Haan
JANGAN MEMANCANG PASAK
TERLALU DALAM
KARENA KITA AKAN PERGI
ESOK PAGI
Nats : ... menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah
Yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus (Titus 2:13)
Bacaan : Yesaya 2:1-5
PERUNDINGAN PERDAMAIAN
GAGAL LAGI.
TINGKAT PENGANGGURAN
MENINGKAT.
ANGIN TORNADO MELANDA
KOTA.
Beberapa kepala berita
dalam surat kabar yang dipilih secara acak ini cenderung membuat kita putus
asa. Tampaknya sudah tidak ada harapan bagi dunia ini. Namun demikian, menurut
Kitab Suci, impian untuk mengakhiri perang bukanlah sekadar khayalan. Ide
kemakmuran bagi semua orang lebih dari sekadar tipu muslihat politik. Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa penguasaan atas alam ini pada akhirnya menjadi suatu
kepastian.
Namun demikian,
pengharapan bagi dunia ini tidak ditemukan pada usaha manusia, melainkan pada
kedatangan kembali Yesus Kristus. Yesus sendirilah yang dapat menyelesaikan
masalah yang membingungkan manusia.
Nabi Yesaya mengatakan
bahwa suatu hari nanti "bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap
bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang" (Yesaya 2:4). Harapan yang mulia ini akan
menjadi kenyataan ketika Tuhan Yesus sendiri datang kembali sebagai "Raja
di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (1 Timotius 6:15) untuk membangun kerajaan
damai dan kebenaran-Nya. Kita harus "menantikan penggenapan pengharapan
kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah Yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:13). Dengan memiliki pengharapan
yang mulia ini, kita dapat senantiasa bersikap optimis, bahkan saat berada di
tengah zaman yang penuh dengan kesuraman ini.
Tetaplah memandang ke
atas! --Richard De Haan
SATU-SATUNYA
PENGHARAPAN BAGI PERDAMAIAN DUNIA
ADALAH DATANGNYA RAJA
DAMAI
7. Tetap
Membicarakan Yesus
Nats : Jawab Yesus,
"Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan
hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25)
Bacaan : 1Korintus 15:51-57
Dalam upacara
pemakaman seorang jemaat, Pendeta Eloy Pacheco mengatakan bahwa Yesus adalah
satu-satunya sumber penghiburan yang abadi. Kemudian datanglah seorang wanita
kepadanya dan berkata, "Semua pendeta memang sama saja. Yang selalu Anda
bicarakan hanyalah Yesus, Yesus, Yesus!"
"Benar,"
jawabnya ramah. "Namun, penghiburan seperti apa yang bisa Ibu berikan
kepada keluarga yang sedang berkabung?"
Ibu itu terdiam
sebentar, kemudian menjawab, "Anda benar. Setidaknya Anda mempunyai
Yesus."
Cepat atau lambat
orang yang kita cintai akan meninggal, dan kita ingin dihibur. Pelukan,
ungkapan belasungkawa dan air mata, serta kehadiran seorang teman, bisa sedikit
meringankan penderitaan yang begitu pedih. Namun, semua ini tidak akan menjawab
pertanyaan- pertanyaan kita yang paling mendesak: Apa yang terjadi setelah
kematian? Di manakah orang yang kita cintai itu sekarang? Apakah kita akan
dipersatukan kembali di surga? Bagaimana saya bisa mendapat kepastian mengenai
kehidupan kekal?
Jawaban atas semua
pertanyaan itu ada pada Yesus. Dialah yang telah mengalahkan dosa dan kematian
dengan wafat di kayu salib bagi kita dan bangkit dari kubur (1 Korintus 15:1-28,57). Karena Dia hidup,
semua yang beriman kepada-Nya akan hidup selamanya (Yohanes 11:25).
Ketika orang yang
percaya kepada Kristus meninggal, kita yang ditinggalkan bisa menemukan
penghiburan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya. Maka marilah kita tetap
membicarakan Yesus--Dennis De Haan
DALAM HIDUP DAN MATI
YESUSLAH SATU-SATUNYA
HARAPAN KITA
Nats : Orang-orang
yang dibebaskan Tuhan ... kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka,
kedukaan dan keluh kesah akan menjauh (Yesaya 35:10)
Bacaan : Yesaya 35
Pendeta dan penulis
Joseph Parker (1830-1902) memberikan komentar atas kata-kata penutup dalam Yesaya 35:10 yang berbunyi demikian,
"Kedukaan dan keluh kesah akan menjauh." Ia mengatakan demikian,
"Saat mencari makna kata-kata tertentu dalam kamus, Anda sekali waktu akan
menemukan kata yang diberi tanda 'usang'. Sudah tiba waktunya kata kedukaan dan
keluh kesah menjadi usang dalam hidup kita. Hal-hal yang merusak kehidupan di
sini dan saat ini akan menjadi bagian dari masa lampau."
Keberadaan manusia
tentu telah diwarnai dengan banyak tragedi, dukacita, kekecewaan, dan
kejahatan. Oleh sebab itu sungguh menghibur ketika kita tahu bahwa akan tiba
waktunya kedukaan dan kehancuran berlalu, dan Allah sendiri akan menghapus
semua air mata kita. Pada saat itulah kita akan mengalami kebenaran yang telah
disuratkan dalam kitab suci bahwa "segala sesuatu yang lama itu telah
berlalu" (Wahyu 21:4).
Apakah hari ini Anda
terbebani oleh masalah yang tampaknya tidak dapat diatasi? Apakah Anda merasa
sepi, patah hati, dan kecewa? Jika Anda adalah anak Allah, renungkanlah
kata-kata yang meneguhkan ini: "Penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18). Hari yang lebih cerah akan
tiba. Pada hari yang indah itu, kata-kata seperti keluh kesah, kehancuran, dan
air mata menjadi usang.
Jadi, janganlah bersedih
hai anak Allah yang terkasih. Pandanglah ke atas!--Richard De Haan
SURGA--TAK ADA DERITA,
TAK ADA MALAM,
TAK ADA KEHANCURAN,
TAK ADA AIR MATA
Nats : Kami tidak mau,
saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal,
supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai
pengharapan (1Tesalonika 4:13)
Bacaan : 1Tesalonika 4:13-18
Saat itu seharusnya
menjadi musim panas yang menyenangkan bagi keluarga kami. Kami telah menyusun
banyak rencana, termasuk pergi ke Florida untuk membantu putri kami, Julie, memulai
karier mengajarnya.
Namun, musim panas
tahun 2002 itu diawali dengan tragedi. Putri kami, yang masih remaja, Melissa,
tewas dalam sebuah kecelakaan mobil pada hari terakhir sekolahnya. Kejadian ini
mengubah musim panas kami yang penuh harapan menjadi mimpi buruk.
Saat itu juga saya
berdoa agar kematian putri kami yang cerdas, atletis, dan ramah, dapat
berpengaruh positif terhadap para remaja-- pertama-tama di antara
teman-temannya dan kemudian di antara orang- orang lain.
Menjelang akhir musim
panas itu, kami tetap berangkat ke Florida untuk mengantar Julie, meski dengan
perasaan sedih. Saat mulai mengajar, Julie tidak pernah melupakan kerinduannya
untuk melihat hidup Melissa mengubah hidup orang lain. Sebab itu ia bercerita
kepada murid-muridnya tentang sang adik dan imannya.
Suatu hari seorang
murid berbicara kepada Julie seusai pelajaran. "Saya takut," katanya,
"karena saya bukan seorang kristiani seperti Melissa." Kemudian Julie
membimbingnya untuk mempercayai Yesus Kristus. Saya membayangkan betapa Melissa
bersukacita di surga.
Musim panas kami di
tahun 2002 itu memang tidak berlangsung sesuai rencana, tetapi kami bersyukur
dapat melihat buah dari hidup yang telah dijalani dengan baik. Bahkan dalam
dukacita kami, Allah memberi secercah harapan --Dave Branon
BAHKAN SAAT HIDUP INI
BEGITU GELAP
ORANG-ORANG KRISTIANI
MEMILIKI TERANG PENGHARAPAN
Nats : "Tuhan
adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya (Ratapan 3:24)
Bacaan : Ratapan 3:1-9,24
Seorang ibu diberi
tahu bahwa putranya tewas dalam suatu kecelakaan kerja. Seketika itu juga,
hidup ibu tersebut dipenuhi deraian air mata. Di keluarga lain, serangan
jantung mendadak telah merenggut nyawa seorang suami, meninggalkan istrinya
menghadapi hidup seorang diri. Begitu banyak air mata yang tercurah! Kita hidup
dalam dunia yang menangis.
Kitab Ratapan ditulis
oleh Yeremia, yang disebut nabi peratap. Penduduk Yehuda telah dijadikan
tawanan (1:3); Yerusalem tinggal reruntuhan (2:8,9); orang-orang dalam keadaan
berkekurangan (2:11,12); penderitaan mereka sangat hebat
melampaui batas (2:20); dan Nabi Yeremia terus-menerus
meratap (3:48,49). Namun demikian, Yeremia masih
yakin akan anugerah, belas kasihan, dan kesetiaan Allah.
Dari lubuk hatinya
yang terdalam, jiwanya berkata, "Tuhan adalah bagianku, ... oleh sebab itu
aku berharap kepada-Nya" (3:24).
Betapa luar biasa
ratapan yang menyayat hati itu! Dari sini suatu kenyataan bahwa tangisan dan
ratapan tidak selalu mencerminkan iman yang lemah atau kurangnya kepercayaan
kepada Allah. Sebagian dari kita mungkin berpikir orang kristiani harus selalu
merasakan sukacita, bahkan saat hatinya hancur. Atau paling tidak, berusaha
tampak bersukacita. Namun, pengalaman Yeremia membuktikan bahwa itu tidak
benar. Air mata adalah bagian alami dari kehidupan kristiani. Akan tetapi, syukur
kepada Allah karena pada suatu hari kelak Juruselamat kita yang penuh berkat
akan datang dalam Kemuliaan untuk menghapus segala air mata (Wahyu 21:4) --Dennis De Haan
TANPA AIR MATA, TAK
AKAN ADA PELANGI DALAM JIWA KITA
Nats : Tak
berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap
pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22,23)
Bacaan : Ratapan 3:19-33
Meskipun menjadi salah
satu kisah paling menyedihkan di dalam Alkitab, kisah ini telah menjadi
inspirasi dari salah satu himne yang penuh pengharapan di abad ke-20.
Nabi Yeremia menjadi
saksi kengerian yang tak terbayangkan ketika orang Babilonia melakukan
penyerangan ke Yerusalem pada tahun 586 SM. Bait suci Salomo runtuh menjadi
puing-puing. Dan tidak hanya pusat penyembahan, jantung kehidupan masyarakat
pun turut lenyap, bersamaan dengan hal itu. Orang-orang menjadi telantar; tanpa
makanan, tempat bernaung, kedamaian, dan tanpa pemimpin. Namun, di
tengah-tengah penderitaan dan kepedihan itu, salah seorang nabi mereka
menemukan alasan untuk berharap. Yeremia menulis, "Tak berkesudahan kasih
setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar
kesetiaan-Mu" (Ratapan 3:22,23).
Pengharapan Yeremia
berasal dari pengalaman pribadinya saat merasakan kasih setia Tuhan, dan dari
pengetahuannya akan janji- janji Allah di masa lalu. Tanpa semua ini, ia tidak
akan mampu menyejukkan hati umatnya.
Pengharapan dalam Ratapan 3 ini digemakan dalam sebuah himne
karya Thomas Chisholm (1866-1960). Meskipun menderita sakit dan mengalami
banyak kemunduran fisik di sepanjang hidupnya, Chisholm menulis lagu
"Besar Setia-Mu". Lagu ini meyakinkan kita bahwa meskipun dalam
ketakutan yang sangat, kehilangan yang tragis, dan penderitaan yang berat, kita
dapat menemukan penghiburan dan rasa percaya diri apabila kita percaya kepada kasih
setia Allah yang besar --Julie Link
ALASAN TERBAIK UNTUK
BERHARAP ADALAH KASIH SETIA ALLAH
Nats : Mereka akan
melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka (Wahyu 22:4)
Bacaan : Yohanes 13:36-14:3
Bacaan : Yohanes 13:36-14:3
Sewaktu naik pesawat
dari Chicago ke Tampa, saya memerhatikan sebuah keluarga di dalam pesawat yang
saya naiki. Dari kegembiraan yang terpancar di raut wajah kedua anak mereka,
saya menduga keluarga itu belum pernah pergi ke Florida. Saat pesawat mendekati
tujuan, awan menutupi pandangan kami sehingga kami tidak dapat melihat daratan.
Hanya saat pesawat mulai terbang menurunlah, kami akhirnya berhasil menerobos
gumpalan awan itu.
Ketika pertama kali
melihat daratan kembali, sang ibu berseru kepada kedua anaknya yang duduk di
sebelahnya, "Lihat, itu pasti Florida!" Setelah hening sejenak, si
anak laki-laki memprotes, "Tapi Bu, di mana pohon palemnya? Saya tidak
melihatnya!" Saat berpikir tentang Florida, hal pertama yang melintas di
benak anak laki-laki itu adalah pepohonan tropis, dan itulah yang pertama kali
ingin dilihatnya.
Hai orang kristiani, ketika
Anda bersiap untuk mendarat di surga, apa yang pertama kali ingin Anda lihat?
Betapa indahnya jika kita bisa menyapa orang-orang terkasih yang telah
mendahului kita. Wow, betapa bahagianya jika kita bisa mengunjungi orang-orang
percaya dari masa lampau, dan betapa menyenangkan bisa melihat pemandangan
surga yang penuh dengan kemuliaan! Namun demikian, betapa pun menyenangkan
semuanya ini, sukacita kita yang terbesar adalah melihat Tuhan Yesus Sendiri
karena Dialah yang membuat kita mungkin untuk pergi ke sana.
Ya, dalam syair sebuah
himne lama pun dikatakan bahwa, "Saya rindu untuk pertama-tama melihat
Juruselamat saya" --Richard De Haan
MELIHAT YESUS
MERUPAKAN SUKACITA SURGAWI TERBESAR
Nats : Ia menunjukkan
diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia
membuktikan, bahwa Ia hidup (Kisah Para Rasul 1:3)
Bacaan : Kisah Para Rasul 1:1-10
Ketika menara World
Trade Center runtuh disertai suara gemuruh bangunan yang hancur
berkeping-keping, warga kota New York mengalami apa yang sudah dialami oleh
banyak orang dari belahan dunia lain, yaitu ketakutan akan terorisme. Berbagai
serangan susulan di negara-negara lain telah meningkatkan keprihatinan bahwa
umat manusia mungkin sedang menuju kehancuran diri.
Semua kerusuhan di
dunia mungkin membuat kita berpikir bahwa masa depan kita tampak begitu suram.
Kita bahkan mungkin menyimpulkan bahwa dunia ini bukanlah tempat yang layak
untuk membesarkan anak-anak.
Meskipun demikian,
tetap ada secercah cahaya pengharapan yang dapat menerangi pandangan kita akan
masa depan. Bill Gaither menggambarkan hal itu dalam lagunya yang berjudul
"S'bab Dia Hidup". Gagasan tentang lagu itu muncul di kepalanya pada
akhir tahun 1960-an. Saat itu sedang terjadi kerusuhan sosial di AS dan konflik
di Asia Tenggara. Istrinya, Gloria, sedang hamil, dan mereka berpendapat bahwa
saat itu bukanlah saat yang tepat untuk melahirkan seorang anak ke dunia. Namun
ketika anak laki-lakinya lahir, Bill berpikir tentang Juruselamat yang hidup,
lalu kata-kata ini melintas di dalam benaknya: "Anak ini dapat menghadapi
hari-hari yang tidak pasti karena Dia hidup."
Dua ribu tahun yang
lampau Yesus bangkit dari kubur dan memberikan "banyak tanda" bahwa
Dia hidup (Kisah Para Rasul 1:3). Karena itu, kita dapat
terus melangkah saat menghadapi ketakutan. Sebab Yesus hidup, kita dapat
menghadapi hari esok --Dave Branon
KUBUR KRISTUS YANG
KOSONG
MEMENUHI KITA DENGAN
HARAPAN
Nats : Hamba-hamba-Nya
akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan
tertulis di dahi mereka (Wahyu 22:3,4)
Bacaan : Wahyu 22:1-5
Terkadang saya
bertanya apa yang akan kita lakukan di surga. Apakah kita akan duduk di awan
dan memetik harpa surgawi? Apakah kita akan terbang dengan sayap kain yang
halus? Dalam penglihatannya, Yohanes menyaksikan tiga kegiatan di surga kelak.
Yang pertama adalah
melayani (Wahyu 22:3). Mungkin kita akan menjelajah
sudut jagat raya yang tak terbatas, atau seperti kata C. S. Lewis, memerintah
bintang yang sangat jauh. Apa pun pelayanan yang diperintahkan bagi kita,
takkan ada rasa kekurangan, kelemahan, dan keletihan. Di surga kita akan
memiliki pikiran dan tubuh yang setara dengan tugas yang dirancang bagi kita.
Aktivitas kedua adalah
memandang: Kita akan "memandang wajah-Nya" (ayat 4). "Sekarang kita melihat dalam
cermin suatu gambaran yang samar-samar" (1Korintus 13:12), tetapi di surga kita akan
melihat wajah Juruselamat kita, dan kita "akan menjadi sama seperti
Dia" (1Yohanes 3:2). Ini yang dimaksud dalam Wahyu 22:4, "Nama-Nya akan tertulis di
dahi mereka." Nama Allah menyatakan kepribadian-Nya yang sempurna. Jadi,
menyandang nama-Nya berarti menjadi seperti Dia. Di surga kita takkan bergumul
dengan dosa lagi, tetapi akan mencerminkan keindahan dari kekudusan-Nya
selamanya.
Yang terakhir adalah
memerintah. Kita akan melayani Raja kita dengan memerintah dan bertakhta
bersama Dia "selama-lamanya" (ayat 5).
Apakah yang akan kita
lakukan di surga? Kita akan melayani Allah, memandang Juruselamat kita, dan
memerintah bersama Dia selamanya. Kita akan sibuk! --David Roper
MEREKA YANG MENGASIHI
DAN MELAYANI ALLAH DI BUMI
AKAN MERASA BETAH DI
SURGA
Nats : Aku akan
memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang (Yoel 2:25)
Bacaan : Yoel 2:12-27
Berapa banyak
tahun-tahun Anda yang hasilnya hilang dimakan belalang? Apakah keinginan
pribadi, hawa nafsu, motivasi penuh dosa, dan ambisi pribadi Anda telah
merampas sukacita, kedamaian, dan keberhasilan dari hidup Anda? Mungkin Anda
merasa putus asa memikirkan waktu-waktu yang terbuang dan tidak dapat terulang
lagi.
Jika memang demikian,
perhatikanlah perkataan Tuhan melalui Nabi Yoel. Allah memberi tahu umat Israel
bahwa sekalipun mereka pernah tidak menaati Tuhan dan mengalami pendisiplinan
Tuhan melalui wabah belalang, tetapi masih ada pengharapan bagi mereka. Tuhan
berkata bahwa Dia "pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia" (Yoel 2:13). Dan Dia berjanji, "Aku
akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh
belalang" (ayat 25).
Apabila kita mengaku
dosa kepada Tuhan, maka Dia akan segera mengampuni masa lalu dan mengisi hari
depan kita dengan pengharapan. Dia dapat memunculkan kebaikan dari tahun-tahun
kita yang terbuang. Dia melakukannya dengan cara mengajari kita kerendahan hati
melalui kegagalan yang kita alami, dan menolong kita memahami kelemahan yang
sering kita perbuat terhadap orang lain.
Meskipun tahun-tahun
kita yang lalu telah dirusak oleh dosa, Allah sangat rindu untuk memulihkan
kita dan memberi hasil terhadap pekerjaan kita. Apa yang telah kita pelajari di
masa lalu menghasilkan pelayanan yang produktif dan pujian yang sepenuh hati
bagi Dia. Tahun yang sedang kita jelang ini dipenuhi dengan pengharapan!
--David Roper
BETAPA PUN GELAPNYA
MASA LALU ANDA
BERSAMA KRISTUS HARI
DEPAN ANDA CERAH
Nats : Allah … telah
melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus … kepada suatu hidup yang
penuh pengharapan (1 Petrus 1:3)
Bacaan : 1 Petrus 1:3-12
Anda mungkin mengenal
seseorang yang tidak mendapatkan warisan yang telah disiapkan oleh orangtuanya
karena adanya kekeliruan dalam surat wasiat. Dalam artikel berjudul “Uang dan
Hukum”, pengacara Jim Flynn mengatakan jika Anda ingin mewariskan tanah Anda
kepada penerima yang Anda pilih dan bukan pada pejabat hukum, sebaiknya jangan
membuat surat wasiat sendiri. Dokumen ini memang sah, tetapi sering tidak jelas
sehingga gagal memberikan kepastian hukum dalam situasi tak terduga. Flynn
menganjurkan agar kita membuat surat wasiat resmi yang memastikan bahwa
keinginan kita tersampaikan.
Surat wasiat yang
dibuat oleh tangan manusia bisa saja gagal, tetapi tak ada kata-kata yang
kurang jelas tentang warisan yang disediakan Allah bagi kita. Rasul Petrus
menegaskan bahwa Allah “telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus
Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan
yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu” (1 Petrus 1:3,4).
Tak ada fluktuasi
ekonomi yang dapat mengurangi warisan ini. Warisan ini tak dapat ditinjau ulang
oleh pengadilan atau diperdebatkan dalam keluarga yang tidak akur. Tak ada
penderitaan atau pencobaan yang dapat mengurangi atau mengubah apa yang telah
disediakan Allah bagi kita. Warisan kita pasti dan kekal (Ibrani 9:15). Dan jika kita hidup bagi Dia,
kita beroleh kepastian bahwa surat wasiat-Nya bagi hidup kita hari ini adalah
“baik, berkenan, dan sempurna” (Roma 12:2) —David McCasland
WARISAN UMAT KRISTIANI
TERJAMIN SELAMA-LAMANYA!
Nats : Semoga Allah,
sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera
dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam
pengharapan (Roma 15:13)
Bacaan : Roma 15:5-13
Grant Murphy adalah
seorang pria aktif dari Seattle yang melakukan segalanya serbacepat.
Bermalas-malasan dan bersantai di pantai bukanlah sifatnya. “Orang bahkan
menyebutnya hiperaktif,” kenang seorang teman.
Namun, penyakit
multiple sclerosis menghambat gerak Grant. Mulanya ia membutuhkan kruk untuk
berjalan berkeliling. Lalu ia hanya bisa duduk di kursinya. Dan akhirnya, ia
tidak mampu bangkit dari ranjang.
Menjelang akhir
hayatnya, ia hampir tidak dapat berbicara. Namun, temannya teringat bahwa “ia
selalu menampakkan sukacita dan syukur, dengan pengharapan untuk senantiasa
berada dalam hadirat Tuhan”. Sebelum meninggal, Grant membisikkan Roma 15:13 kepada temannya. Ia mengulang
kata-kata “dalam iman kamu”, lalu menambahkan, “Aku tak dapat melakukan apa pun
sekarang.”
Ketika kita tidak
dapat melakukan apa pun, Allah yang melakukan segala sesuatunya. Di sini
terletak paradoks yang mendalam dari pengalaman orang kristiani. Iman merupakan
perpaduan tindakan dari yang berdasarkan pada kehendak kita dan campur tangan
kekuatan ilahi. Dari perpaduan menakjubkan itu timbullah sukacita, damai
sejahtera, dan pengharapan yang berlimpah.
Apakah kini Anda
benar-benar tak berdaya? Kekuatan Anda lenyap? Tak ada pilihan lagi? Bila Anda
telah memercayai Yesus sebagai Juruselamat, Allah akan menguatkan Anda untuk
tetap beriman. Bila Anda memercayai-Nya, Dia tidak hanya memberi Anda sukacita
dan damai sejahtera, melainkan juga pengharapan tatkala seluruh pengharapan
yang ada telah sirna —Dennis De Haan
TIADA ORANG YANG TAK
BERPENGHARAPAN
APABILA IA BERHARAP
KEPADA ALLAH
Nats : Bergembiralah
akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh
berbagai-bagai pencobaan (1 Petrus 1:6)
Bacaan : 1 Petrus 1:3-9
Pernahkah Anda
mengalami suatu liburan seperti berikut ini? Anda berencana untuk mendatangi
suatu tempat yang jauh. Anda tahu bahwa di sana Anda akan melewatkan saat yang
menyenangkan. Namun, Anda mengalami begitu banyak kesukaran dalam perjalanan ke
sana sehingga Anda bertanya-tanya apakah perjalanan tersebut memang layak
dilakukan.
Mobil mogok. Kemacetan
lalu lintas. Tersesat. Anak-anak sakit. Teman-teman seperjalanan yang
menjengkelkan. Anda tahu bahwa tujuan perjalanan itu akan menyenangkan, tetapi
perjalanan itu sendiri tidak mulus. Tetapi, Anda tetap menjalaninya karena Anda
tahu bahwa segala jerih payah itu sepadan dengan hasilnya.
Itulah gambaran
kehidupan kristiani. Mereka yang telah memercayai Yesus sebagai Juruselamat
tengah melakukan perjalanan yang penuh dengan berbagai kesukaran, hambatan,
tragedi, dan gangguan. Kesukaran tampaknya selalu ada atau siap menghadang.
Namun, kita tahu bahwa di depan kita ada tujuan luar biasa yang tak terlukiskan
(1 Petrus 1:4). Dan terkadang keyakinan
mengenai apa yang tersedia bagi kita di surga itulah yang membuat kita terus
bertahan.
Petrus mengerti. Ia
mengatakan bahwa saat menjalani hidup, kita akan menderita sebagai akibat dari
persoalan yang kita hadapi. Tetapi sesungguhnya kita dapat bersukacita melalui
segala kesukaran tersebut, sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang istimewa
di akhir perjalanan kita.
Apakah Anda menghadapi
persoalan hari ini? Pandanglah ke depan. Surga membuat perjalanan kita tidak
sia-sia —Dave Branon
APA YANG KITA PEROLEH
DI SURGA AKAN JAUH LEBIH BERHARGA
DARIPADA APA YANG HILANG DI BUMI
DARIPADA APA YANG HILANG DI BUMI
Nats : Lalu kata Yesus
kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Lukas 10:18)
Bacaan : Lukas 10:1-12; 17-20
Bacaan : Lukas 10:1-12; 17-20
Jika Yesus telah
menang atas dosa, penderitaan, dan kematian, lalu mengapa kita masih berdosa,
menderita, dan mati? Untuk memahami hal yang tampaknya kontradiksi ini, kita
harus mengenali dualisme “sudah, tetapi belum”dari Injil.
Di satu pihak,
kerajaan Allah telah datang dalam pribadi Yesus. Sebagai perwujudan dari
manusia sekaligus Allah, Dia mati di atas salib sehingga melalui kematian dan
kebangkitan-Nya, Dia dapat menghancurkan iblis (Ibrani 2:14).
Di lain pihak,
kerajaan sempurna yang dijanjikan-Nya belum datang. Kerajaan tersebut akan
datang saat diri-Nya kembali ke bumi. Kita mengalami pertentangan antara aspek
“sudah, tetapi belum” mengenai kerajaan Allah.
Lukas 10 menggambarkan dualisme ini. Ketika
kembali dari berkhotbah, para murid merasa gembira sekali, dan mereka berkata
kepada Yesus, “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu” (Lukas 10:17). Yesus menjawab bahwa Dia
telah melihat Setan “jatuh seperti kilat dari langit” (ayat 18). Dia juga meyakinkan mereka bahwa tidak
ada satu pun yang akan menyakiti mereka (ayat 19). Namun, banyak di antara mereka yang
menderita dan mati sebagai martir, dan kejahatan masih merajalela hingga
sekarang.
Meskipun demikian kita
dapat menghadapi apa pun yang terjadi, karena suatu hari nanti kita akan
benar-benar masuk dalam kemenangan yang telah Yesus menangkan. Sementara itu,
kita dapat merasa tenang karena mengetahui bahwa tiada satu pun yang dapat
memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:35-39) —Herb Vander Lugt
SETAN MUNGKIN
MEMENANGKAN BEBERAPA PERTEMPURAN
TETAPI IA TELAH KALAH PERANG
TETAPI IA TELAH KALAH PERANG
Nats : Cukuplah itu!
Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku (1Raja-raja 19:4)
Bacaan : 1Raja-raja 19:1-18
Bacaan : 1Raja-raja 19:1-18
Keputusasaan dan
kemarahan menyebabkan kematian seorang pemuda di lingkungan saya. Seseorang
telah memukul dia karena ucapannya. Untuk membalas dendam, pemuda itu kembali
sambil membawa senjata. Saat polisi tiba di tempat kejadian, ia lari sambil
menembaki mereka. Untuk melindungi semua orang, polisi menembak pria tersebut.
Ia kehilangan nyawanya pada usia 21 tahun. Setelah itu ada laporan bahwa pada
pagi harinya, pemuda tersebut berkata kepada seorang anggota keluarganya,
"Hari ini adalah hari yang baik untuk mati." Saya bertanya-tanya
apakah yang membuat ia begitu putus asa.
Suatu hari Nabi Elia
pun merasa putus asa dan ingin mati. Ia baru saja mengalami kemenangan besar
atas nabi-nabi Baal, namun kini nyawanya diancam oleh Izebel istri raja. Di
dalam ketakutan, ia melarikan diri ke padang gurun (1 Raja-raja 19:4). Di sana ia "ingin
mati, katanya: 'Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku!'"
Kita mungkin berpikir
bahwa Elia bersikap terlalu berlebihan, namun perasaan putus asa itu nyata. Ia
dengan bijaksana mencari pertolongan ke sumber yang benar, ia berseru kepada
Allah. Karena Tuhan tahu bahwa Elia membutuhkan pemulihan, maka Dia mencukupi
kebutuhan-kebutuhannya (ayat 5-7). Dia menyatakan diri kepada Elia (ayat
9-13) dan memperbarui panggilan Elia dengan
memberinya tugas untuk dikerjakan (ayat 15-17). Allah mendatangkan pengharapan
baginya dengan mengingatkan bahwa ia tidak sendirian (ayat 18).
Pandanglah Allah. Dia
adalah sumber pengharapan Anda --Anne Cetas
ORANG YANG BERHARAP
KEPADA ALLAH
SELALU BERPENGHARAPAN
SELALU BERPENGHARAPAN
Nats : Maria menyimpan
segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah
gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah (Lukas 2:19,20)
Bacaan : Lukas 2:8-20
Bacaan : Lukas 2:8-20
Malam kelahiran Yesus
benar-benar malam yang menakjubkan bagi Maria dan Yusuf. Di hadapan mereka
terbaring Bayi Ajaib yang kedatangan- Nya ke dunia telah diberitahukan oleh
malaikat. Para gembala juga terpana ketika mereka melihat dan mendengar
“sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah” dan memuliakan
kelahiran-Nya (Lukas 2: 13).
Tetapi tidak lama
kemudian, Maria dan Yusuf akan segera menghadapi tugas-tugas harian merawat
bayi dan semua tanggung jawab lainnya. Para gembala akan kembali ke lereng
bukit untuk menjaga domba-domba mereka. Semua unsur yang dapat membawa pada
kehampaan emosi ada di sana. Perasaan hampa memang acap kali muncul setelah
seseorang merasakan puncak kebahagiaan.
Namun, saya tak
percaya bila mereka mengalami “masa kelabu sesudah Natal”. Maria tak akan
dengan mudah melupakan semua peristiwa yang telah terjadi, dan para gembala
tidak begitu saja melupakan apa yang telah mereka lihat dan yang telah mereka
dengar (ayat 19,20). Pesan malaikat telah terbukti
kebenarannya, dan hidup mereka dipenuhi dengan harapan baru dan penantian.
Tidak ada alasan untuk
merasa hampa sesudah Natal. Kita tahu seluruh jalan ceritanya. Yesus datang
untuk wafat bagi dosa-dosa kita, kemudian mengalahkan kematian bagi kita dengan
bangkit dari kubur. Dengan demikian, kita memiliki lebih banyak kebenaran untuk
direnungkan dan lebih banyak alasan untuk memuliakan Allah daripada yang
dialami oleh Maria serta para gembala —Herb Vander Lugt
APAKAH ANDA MERASA
HAMPA HARI INI?
COBALAH MEMANDANG KE
ATAS
Nats : Jalan-jalan
kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening (Wahyu 21:21)
Bacaan : Filipi 1:19-26
Bacaan : Filipi 1:19-26
Tetangga saya Jasmine,
berumur 9 tahun, sedang duduk di serambi muka dengan saya pada suatu petang di
musim panas. Tiba-tiba ia mulai bercerita mengenai keputusan buruk yang telah dibuatnya
dan betapa ia memerlukan pengampunan Allah. Kami berbincang dan berdoa bersama
dan ia memohon kepada Yesus untuk menjadi Juruselamatnya.
Lalu
pertanyaan-pertanyaan mengenai surga mulai mengalir darinya, “Apakah
jalan-jalan di sana benar-benar dari emas? Apakah ibu saya akan ada di sana?
Bagaimana jika ia tidak ada di sana? Apakah saya akan mempunyai tempat tidur,
atau apakah saya akan tidur di atas awan-awan? Apakah yang akan saya makan?”
Saya meyakinkannya bahwa surga akan menjadi rumah yang sempurna, dan bahwa ia
akan bersama Yesus, yang akan memberikan segala sesuatu yang ia perlukan. Ia
menjawab dengan girang, “Baiklah, kalau begitu mari kita pergi sekarang!”
Rasul Paulus juga
memiliki pandangan surgawi (Filipi 1:23). Kesaksiannya adalah, “Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (ayat 21). Ia menyadari bahwa hidup ini adalah
untuk mengenal, memercayai, dan melayani Allah. Akan tetapi ia juga tahu bahwa
kehidupan di surga akan “jauh lebih baik” karena ia akan “bersama-sama Kristus”
(ayat 23). Ia memang ingin tinggal di sini supaya
dapat melayani orang-orang Filipi dan orang-orang lainnya, namun ia siap untuk
pergi ke surga setiap waktu untuk bertemu Yesus.
Jasmine siap untuk
pergi sekarang. Apakah kita memiliki hasrat sebesar itu? —Anne Cetas
ORANG YANG HATINYA
TERTAMBAT DI SURGA
TIDAK AKAN MEMEGANG
ERAT-ERAT HAL-HAL DUNIAWI
Nats : Maka tidak akan
ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya ... (Wahyu 22:3)
Bacaan : Wahyu 22:1-5
Betapa bersyukurnya
kita atas keajaiban dunia yang telah diciptakan Allah bagi kita sebagai tempat
tinggal saat ini. Sekalipun telah rusak oleh kejahatan dan kesengsaraan, bumi
ini penuh dengan hal-hal indah yang memesona indra kita. Pagi-pagi benar di
hari yang cerah, berjalanlah di taman bunga dan nikmati keindahan serta
aromanya. Lalu renungkanlah tentang keindahannya. Keindahan itu adalah sekilas
pemandangan samar akan kemuliaan surga.
Beberapa tahun lalu,
saya berdiri di luar sebuah pondok di ketinggian pegunungan Rocky. Sejauh mata
memandang, saya dapat melihat seluruh puncak bukit diselimuti salju dan
bercahaya di bawah sinar bulan purnama. Pemandangan yang sangat menakjubkan!
Namun tetap saja, itu hanyalah sekilas gambaran kemuliaan surga.
Dengarlah alunan
harmoni yang menggetarkan dalam Simfoni No. 9 ciptaan Beethoven. Lalu bayangkan
nyanyian paduan suara malaikat yang meriah.
Juruselamat kita
meyakinkan para murid-Nya bahwa Dia akan kembali ke rumah Bapa-Nya, yaitu
rumah-Nya yang kekal, untuk menyiapkan tempat bagi mereka yang percaya
kepada-Nya. Itu akan menjadi tempat yang sangat megah, dan tidak satu pun
tempat di bumi ini yang dapat menyamainya.
Satu-satunya syarat
agar dapat memasukinya adalah dengan beriman secara pribadi kepada Kristus,
serta pada kematian dan kebangkitan-Nya. Percayalah akan pengurbanan-Nya, maka
suatu hari Dia akan menyambut Anda dalam keindahan dan sukacita yang mulia —VCG
KRISTUS MEMBUKA PINTU
SURGA
BAGI MEREKA YANG
MEMBUKA HATI BAGI-NYA
Nats : Sesungguhnya
engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah
engkau menamai Dia Yesus (Lukas 1:31)
Bacaan : Lukas 1:26-38
Banyak gereja yang
merayakan 25 Maret sebagai hari peringatan Maria diberi kabar oleh malaikat
Tuhan. Hari ini dihormati sebagai peringatan pemberitahuan malaikat kepada
Maria bahwa ia akan menjadi ibu Yesus, Mesias. Di masyarakat kita yang
berorientasi pada keberhasilan, perayaan ini adalah peringatan yang dibutuhkan
untuk mengakui dan bersukacita atas dimulainya pekerjaan Allah dalam hidup
seseorang. Kita tidak menahan kegembiraan atas suatu keberhasilan.
Karena kita sering
membaca Injil Lukas pada hari Natal, kita mungkin lupa bahwa ada 9 bulan masa
kepercayaan dan penantian sejak Maria menanggapi penyataan Gabriel hingga
kelahiran Yesus. Ketika kita membaca kata-kata penyerahan Maria dalam konteks
masa penantian ini, kita akan mendapat tambahan pemahaman: "Sesungguhnya
aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lukas 1:38). Maria pasti telah menerima
dorongan semangat yang besar ketika sepupunya mengatakan, "Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari
Tuhan, akan terlaksana" (ayat 45).
Kita dapat merayakan
suatu permulaan dengan memberikan pelukan atau jabat tangan kepada seorang
percaya baru yang mengakui imannya di dalam Kristus. Kita dapat menulis sebuah
catatan yang menyemangati kepada seorang teman yang telah memilih untuk menaati
firman Allah.
Marilah kita meraih
setiap kesempatan yang ada untuk merayakan permulaan pekerjaan Allah di dalam
kehidupan orang lain —DCM
ROH MANUSIA MEMBUBUNG
DENGAN PENGHARAPAN
KETIKA DIANGKAT OLEH
PERKATAAN YANG MEMBERIKAN SEMANGAT
Nats : Aku telah
memerhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan aku telah
mendengar seruan mereka (Keluaran 3:7)
Bacaan : Keluaran
5:24-6:8
Saat kita mengalami
dukacita yang dalam atau situasi yang sulit, kita barangkali merasa tersinggung
apabila seseorang mengatakan bahwa sesuatu yang baik dapat muncul dari
kesukaran kita. Seseorang bermaksud baik yang mencoba untuk mendorong kita
untuk memercayai janji-janji Allah, dapat dianggap sebagai orang yang tidak
memiliki perasaan atau bahkan tidak realistis.
Hal itu terjadi
terhadap bangsa Israel, yaitu ketika Allah sedang mengusahakan pembebasan
mereka dari tanah Mesir. Firaun mengeraskan hatinya terhadap perintah Allah
untuk membiarkan umat-Nya pergi, dan ia memperberat beban kerja budak-budak
Ibrani dengan memaksa mereka mengumpulkan jerami yang diperlukan untuk membuat
batu bata (Keluaran 5:10,11). Mereka menjadi begitu
patah semangat, sehingga tidak dapat menerima jaminan Musa bahwa Allah telah
mendengar seruan mereka dan berjanji untuk membawa mereka ke tanah milik mereka
sendiri (6:8).
Kadang-kadang luka dan
ketakutan yang kita alami dapat menutup telinga kita terhadap kata-kata Allah
yang penuh dengan pengharapan. Akan tetapi, Tuhan ternyata tidak berhenti
berbicara kepada kita pada saat kita mengalami kesulitan untuk mendengarkan.
Dia justru akan terus-menerus berusaha demi kepentingan kita. Hal itu terjadi
sama seperti ketika Dia membebaskan umat-Nya dari tanah Mesir.
Pada saat kita
mengalami belas kasihan Allah dan kepedulian-Nya, maka kita akan dapat
mendengar suara-Nya kembali, sekalipun luka itu belum sembuh —DCM
BAHKAN SAAT KITA TIDAK
MERASAKAN KEHADIRAN ALLAH
KASIH-NYA BERADA DI
SEKELILING KITA
Nats : Biarlah hilang
lenyap hari kelahiranku (Ayub 3:3)
Bacaan : Ayub 3:20-26
Pada usia 30 tahun,
wanita itu sudah ingin menyerah. Ia menulis di buku hariannya, Allahku, apa
yang akan terjadi padaku? Aku ingin mati saja. Namun awan gelap keputusasaan
justru menuntunnya pada kecemerlangan. Saat itulah ia menemukan tujuan hidup
yang baru. Ketika ia meninggal pada usia 90, ia meninggalkan jejak sejarah.
Banyak orang percaya bahwa ia dan orang-orang yang memperkenalkan antiseptik
dan kloroform untuk kepentingan pengobatan telah melakukan sesuatu yang lebih
dari sekadar meringankan penderitaan sesama pada abad ke-19. Nama wanita tersebut
adalah Florence Nightingale, pemrakarsa profesi perawat.
Ayub sangat berharap
ia tak pernah dilahirkan di dunia ini (Ayub 3:1-3). Namun puji Tuhan, ia tak
mengakhiri hidupnya. Sama seperti Nightingale yang berhasil keluar dari tekanan
dan menemukan cara untuk menolong orang lain, Ayub pun behasil melewati
kesedihannya, dan pengalamannya telah menjadi sumber penghiburan yang tidak
berkesudahan bagi jiwa yang menderita.
Mungkin Anda kini
berada pada titik di mana Anda tak mau hidup lagi. Menjadi anak Allah justru
meningkatkan keputusasaaan Anda, karena Anda menjadi bertanya-tanya bagaimana
seorang percaya dapat merasa sendirian dan terlupakan. Jangan menyerah.
Perasaan ingin mengakhiri hidup Anda sendiri mungkin merupakan suatu pengalaman
paling menyakitkan yang pernah Anda hadapi. Namun kobarkan semangat Anda.
Bergantunglah kepada Tuhan dalam iman dan mulai lagi dari awal. Allah dapat
memakai permulaan dari suatu akhir MRD
DI DALAM KRISTUS
ORANG YANG PUTUS ASA
MENEMUKAN HARAPAN
Nats
: Tak habis-habisnya
rahmat-Nya (Ratapan 3:22)
Bacaan : Ratapan 3:19-41
Apa gunanya iman jika
semuanya tampak sia-sia? Saya telah melontarkan pertanyaan yang mendalam itu
dalam hidup saya, dan belum lama ini saya menerima surat dari seorang ibu yang
menanyakan hal yang sama.
Ia menceritakan bahwa
ia dan suaminya memulai pernikahan mereka dengan mencari kehendak Allah bagi
hidup mereka dan memercayakan masa depan mereka kepada-Nya. Kemudian anak kedua
mereka terlahir dengan sindrom Down. Respons awal mereka atas hal itu adalah
sedih, terkejut, dan tak percaya. Namun pada hari kelahiran anak itu, Allah
memakai Filipi 4:6,7 untuk meletakkan kedamaian di
dalam hati mereka dan memberikan kasih yang abadi bagi anak mereka yang
istimewa itu. Ayat itu berbunyi: Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu
kepada Allah .... Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal akan
memelihara hati.
Namun, hari-hari yang
mereka lalui di gurun belum usai. Sembilan tahun kemudian, anak mereka yang
keempat didiagnosa mengidap kanker. Sebelum usianya genap tiga tahun, ia
meninggal. Keterkejutan, kesakitan, dan kesedihan menyeruak sekali lagi ke
dalam kehidupan mereka. Dan sekali lagi, mereka menemukan pertolongan di dalam
Allah dan firman-Nya. Ketika kesengsaraan mengimpit kami, kata ibu ini, kami
kembali kepada firman Allah dan anugerah hidup kekal melalui Yesus Kristus.
Ketika persoalan hidup
menghantam kita seperti gelombang pasang, kita dapat mengingat bahwa belas
kasih Allah tak pernah meninggalkan kita (Ratapan 3:22). Dia dapat memberikan
pengharapan yang kita perlukan JDB
PERASAAN TAK
BERPENGHARAPAN AKAN MENGINGATKAN KITA
BAHWA KITA TAK BERDAYA
TANPA ALLAH
Nats : Sekarang kita
melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan
melihat muka dengan muka (1Korintus 13:12)
Bacaan : Wahyu 22:1-5
Menjelang ulang tahun
saya yang ke90, ada dua emosi muncul di dalam hati saya. Salah satunya adalah
kepastian, yaitu jaminan positif akan kehidupan yang akan datang. Tentu saja.
Yesus berkata, Sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup (Yohanes 14:19).
Namun jaminan itu acap
kali diikuti oleh sebuah emosi yang lain, yaitu rasa penasaran. Seperti apakah
dunia berikutnya itu? Bahkan penjelasan yang penuh inspirasi dalam kitab
terakhir Alkitab tentang tempat tinggal surgawi tidak cukup untuk menyampaikan
apa yang sudah terbentang di depan kita. Namun semua itu memperkuat kerinduan kita
untuk meninggalkan keberadaan duniawi yang gelap dan memasuki realitas surgawi.
Kita membaca tentang sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan
mengalir ke luar dari takhta Allah, pohon-pohon kehidupan, dan tidak akan ada
lagi laknat (Wahyu 22:1-3).
Apakah reaksi Anda
pada saat memikirkan hidup setelah kehidupan di dunia ini? Barangkali Anda
tidak secara khusus merasa penasaran. Namun demikian, apakah Anda diberkati
dengan kepastian surga, yang dapat Anda miliki oleh iman di dalam Yesus? Pikirkanlah
kata-kata yang diucapkan-Nya di kubur Lazarus: Akulah kebangkitan dan hidup;
barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan
setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati
selama-lamanya (Yohanes 11:25,26).
Apakah janji itu
merupakan dasar kepastian hidup Anda? Anda dapat menjadikannya sebagai
kepastian dengan percaya kepada Yesus VCG
APA YANG ANDA LAKUKAN
BERSAMA YESUS SEKARANG
MENENTUKAN APA YANG AKAN DIA LAKUKAN BERSAMA ANDA NANTI
MENENTUKAN APA YANG AKAN DIA LAKUKAN BERSAMA ANDA NANTI
Nats : Biarlah
rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup (Mazmur 119:77)
Bacaan : Mazmur 119:25-32
Bacaan : Mazmur 119:25-32
Apakah Anda merasa
sedih? Apakah Anda sedang bergumul dengan salah satu hal terburuk dalam hidup?
Anda tidak sendirian.
Alangkah
menakjubkannya jika kita dapat merapal kata-kata rohani tertentu yang dapat
membuat semua masalah kita lenyap, tetapi itu tidak akan terjadi. Hidup
tidaklah terdiri dari senyuman dan hati yang gembira sajabahkan bagi umat
Allah.
Tetapi dari
pengalaman-pengalaman kelamlah timbul harapan akan pertolongan. Keputusasaan
pemazmur, yang tercatat dalam Mazmur 119, menuntun pada janji akan
kelegaan dan belas kasihan. Dari masalah timbul pengertian dan kekuatan baru.
Pemazmur dengan bebas mengungkapkan perasaan dan keyakinannya bahwa Allah akan
menjaganya.
Jiwaku melekat kepada
debu (ayat 25). Kemudian ia mengajukan permohonan
kepada Allah: Hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.
Jiwaku menangis karena
duka hati (ayat 28). Lalu ia berharap dalam pemeliharaan
Allah: Teguhkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.
Aku akan mengikuti
petunjuk perintah-perintah-Mu (ayat 32). Sekalipun di masa pencobaan berat,
sang pemazmur berketetapan untuk mematuhi Allah.
Ya, ungkapkanlah
keputusasaan Anda kepada Tuhantetapi jangan hanya berhenti di situ. Mintalah
belas kasihan dan kekuatan-Nya. Tetaplah taat kepada-Nya. Berpeganglah pada
janji-janji-Nya dalam Kitab Suci. Dia akan tetap menemani Anda melewati
pencobaan apa pun JDB
JIKA KITA MEMILIKI
PENGHARAPAN
KITA DAPAT TERUS
MELANGKAH
Nats : Tatkala aku
melihat [kemuliaan Allah] aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang
berfirman (Yehezkiel 1:28)
Bacaan : Yehezkiel 1:1-5, 22-28
Seperti apa kelak saat
kita melihat Tuhan pertama kalinya? Lagu “I Can Only Imagine” (Aku Hanya Dapat
Membayangkan) bertanya,
Dikelilingi oleh
kemuliaan-Mu,
apakah yang akan
dirasakan hatiku?
Akankah aku menari
bagi-Mu, Yesus,
atau terdiam dalam
ketakjuban-Mu?
Akankah aku berdiri di
hadapan-Mu,
atau jatuh berlutut?
Akankah aku bernyanyi
Haleluya?
Akankah aku sanggup
berkata-kata?
Aku hanya dapat
membayangkan!
Yehezkiel adalah
seorang imam di antara orang buangan Yahudi di Babel dan ia memperoleh
penglihatan dari Tuhan (lihat pasal 1,8,10,11). Ia menggambarkan kehadiran
Allah sebagai “api yang dikelilingi sinar”, “seperti suasa mengilat”, dan
“seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan”. Dan reaksi
Yehezkiel saat itu adalah tersungkur dan mendengarkan firman-Nya (1:27,28).
Rasul Yohanes pun
memperoleh penglihatan akan kehadiran Allah. Ia mungkin kawan terdekat Yesus di
bumi ini. Pada Perjamuan Malam Terakhir, sebelum penyaliban, Yohanes “bersandar
dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya” (Yohanes 13:23). Namun, saat ia memperoleh
penglihatan akan Putra Allah dalam segala kemuliaan dan kuasa-Nya, ia bereaksi
seperti Yehezkiel. Ia “tersungkur … di depan kaki-Nya sama seperti orang yang
mati” (Wahyu 1:10-17).
Kita tak dapat
memahami betapa luar biasa kemuliaan Tuhan, sehingga kita tak tahu bagaimana
reaksi kita nanti saat di hadirat-Nya. Akankah kita menari atau terdiam?
Akankah kita berdiri dengan penuh ketakjuban atau jatuh berlutut? Akankah kita
bernyanyi atau tidak sanggup berbicara sama sekali? Bayangkan saja! -AMC
SEKARANG KITA MELIHAT
YESUS DI DALAM ALKITAB
NAMUN NANTI KITA
MELIHAT DIA MUKA DENGAN MUKA
Nats : Meskipun
manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibarui dari
sehari ke sehari (2 Korintus 4:16)
Bacaan : 2Korintus 4:16-18
Proses penuaan
memiliki kesulitan sendiri-pendengaran dan penglihatan menurun, pikun, sakit
punggung, atau encok di tangan. Inilah tanda bahwa kita semakin lemah. Namun,
Paulus menegaskan bahwa secara batiniah kita “dibarui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan
kekal yang melebihi segala-galanya” (2 Korintus 4:16, 17). Bagaimana bisa
demikian?
Proses penuaan dan
kelemahan akan memusatkan pikiran kita kepada Allah. Kita belajar memusatkan
pandangan kepada-Nya dan pada fakta-fakta yang tidak kelihatan; kita belajar
membedakan antara hal-hal yang kekal dan hal-hal yang fana. Kita ditarik oleh kasih
Allah untuk mengarahkan kasih kepada hal-hal di atas dan bukan kepada hal-hal
yang ada di bumi.
Karena itu kita
memusatkan pandangan pada hal-hal “yang tak kelihatan” (ayat 18). Pandangan kita harus melampaui
kelemahan kita saat ini, dan mengarahkannya pada keberadaan kita
nanti-makhluk-makhluk agung, yang memancarkan kecantikan yang bersinar dan
energi yang tak terhingga!
Sebab itu “kami tidak
tawar hati” (ayat 16). Kita dapat “bekerja sama” dengan
penderitaan kita dan terus melayani, berdoa, mengasihi, bersikap peduli hingga
akhir hidup kita. Kita dapat memiliki karakter yang kuat meskipun kemanusiaan
kita lemah; kita dapat menunjukkan ketabahan dan kasih bagi orang lain di
tengah kegelisahan kita. Meskipun kita memiliki kesulitan sementara, kita dapat
terus melangkah maju, karena kita telah memandang secercah kemuliaan yang jauh
melebihi semuanya itu -DHR
JIKA TIDAK ADA
PENGHALANG DI ANTARA KITA DAN ALLAH
WAJAH KITA DAPAT
MENCERMINKAN KEMULIAAN-NYA
Nats : Tetapi
orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama
rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya (Yesaya 40:31)
Bacaan : Yesaya 40:27-31
Bacaan : Yesaya 40:27-31
Perkataan Nabi Yesaya
tentang menanti-nantikan Tuhan dengan sabar merupakan suatu penantian terhadap
masa depan dengan pengharapan yang pasti. Pada saat kita mengalami pencobaan,
kita menantikan keselamatan yang pasti akan datang. Yesus sendiri memberikan
jaminan berikut ini kepada pengikut-pengikut-Nya, "Berbahagialah orang
yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Matius 5:4).
Karena kita telah
mengetahui bahwa kita memiliki tujuan akhir yang sangat mulia, yaitu bahwa kita
memiliki harapan yang pasti akan surga, maka kita akan sanggup menjalani hidup
di dunia ini. Meskipun perjalanan hidup ini melelahkan, kita senantiasa dapat
membentangkan sayap-sayap iman kita dan terbang! Kita dapat hidup dengan penuh
ketaatan tanpa kemudian merasa lelah. Kita dapat melewati hari-hari yang rutin
tanpa menjadi letih. Dunia yang lebih baik akan segera tiba, yaitu pada saat
roh kita memanggil, maka tubuh kita pun akan dapat berlari, melompat dan
terbang! Demikianlah harapan kita.
Sementara itu, apa
yang akan digenapi pada suatu hari nanti, akan mulai terjadi sekarang. Kita
dapat menjadi kuat, sabar, penuh sukacita walaupun merasa sangat kelelahan.
Kita akan menjadi ramah dan tenang, tidak terfokus hanya pada kelemahan dan
keletihan kita. Kita akan lebih memerhatikan orang lain daripada diri sendiri
dan senantiasa siap mengucapkan kata-kata yang penuh kasih kepada mereka yang
sedang berada dalam pergumulan. Kita dapat bersiap-siap sejak dari sekarang
untuk menyambut hari saat jiwa kita akan terbang --DHR
SAAT ANDA LELAH DALAM
PERGUMULAN HIDUP
TEMUKAN KELEGAAN DI
DALAM TUHAN
Nats : Terpujilah
Allah ... yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali
... kepada hidup yang penuh pengharapan (1Petrus 1:3)
Bacaan : 1Petrus 1:3-9
Hidup ini sulit bagi
semua orang, tetapi beberapa orang merasakan kesulitan yang lebih berat
dibanding orang lain. Menaruh kepercayaan kepada Kristus sebagai Juru Selamat
tidak banyak mengubah hal itu. Tak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang
menjanjikan bahwa kita bebas dari kesulitan karena kita adalah pengikut
Kristus. Kenyataannya, beberapa penyakit kita tidak dapat disembuhkan, dan
beberapa kekurangan kita tidak dapat diperbaiki sepanjang hidup kita. Bahkan
ada di antaranya yang bertambah parah. Namun, seluruh kekurangan dan kelemahan
kita hanya bersifat sementara.
Kesadaran bahwa Allah
menyediakan kebutuhan kita dapat menyunggingkan senyum dalam hati kita.
Pengharapan memberi kita ketenangan dan memampukan kita hidup dengan kekuatan batiniah,
karena kita tahu bahwa suatu saat nanti keadaan kita akan berubah secara
dramatis dari keadaan sekarang.
Jika masa lalu merusak
Anda atau Anda merasa dilemahkan oleh dosa, atau jika Anda merasa begitu tidak
berarti dibanding dengan orang lain sehingga Anda merasa rendah diri,
percayalah pada apa yang disediakan Allah bagi Anda. Hiduplah hari ini dengan
semangat yang disediakan Allah bagi Anda. Dapatkanlah sesuatu yang baik dari
penderitaan yang Anda alami. Namun bersukacitalah, karena semua yang menjatuhkan
dan membatasi Anda hanya bersifat sementara. Semua itu akan berlalu -- bahkan
ada yang lebih cepat berlalu daripada yang kita duga.
Jika Anda memiliki
pengharapan yang hidup dalam Kristus, Anda dapat membereskan masa lalu karena
memiliki masa depan. Kemuliaan Allah yang terbaik disediakan bagi Anda di depan
--HWR
ORANG KRISTIANI DAPAT
MENGATASI MASA LALU
KARENA MEMILIKI
PENGHARAPAN AKAN MASA DEPAN
Nats : Anugerah dan
damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan
kita (2Petrus 1:2)
Bacaan : Lukas 2:8-15
Pada masa Natal kita
senang mendengar pesan malaikat tentang damai di bumi. Namun, pesan yang
diulangulang dalam banyak nyanyian dan khotbah itu perlu didengar dan
diperhatikan setiap hari sepanjang tahun. Kita masih saja mendengar berita
tragedi dari seluruh dunia. Dan mungkin kita gundah mendengar berbagai krisis
dan masalah manusia. Kita merindukan dan berdoa untuk kedamaian.
Alkitab memberikan
jawaban permohonan bagi kedamaian itu. Rasul Paulus meyakinkan kita dalam Roma 5:1 bahwa kita dapat hidup berdamai
dengan Allah. Ya, kita umat yang tidak taat dan penuh dosa dapat didamaikan
dengan Allah melalui iman dalam anak-Nya, Yesus (ayat 11).
Kita dapat menikmati
kedamaian batin saat menyerahkan kekhawatiran kepada Sang Juru Selamat (Filipi 4:6,7; 1Petrus 5:7). Kita pun dapat menerima
kedamaian antarsesama. Dalam Roma 12:18, Paulus meyakinkan orang-orang
percaya, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah
dalam damai dengan semua orang!" Perdamaian dengan orang lain dapat
menjadi kenyataan. Yang lebih baik lagi adalah kita dapat mengharapkan
kedamaian bagi seluruh dunia ketika Juru Selamat kita, Sang Raja Damai, datang
kembali.
Melalui doa dan
teladan kita, marilah kita menjadi pembawa damai yang turut serta menggenapi
pesan yang dibawa oleh malaikat: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya" (Lukas 2:14) --VCG
HANYA RAJA DAMAI
YANG DAPAT MEMBAWA
DAMAI ABADI
Nats : Jawab Yesus kepadanya,
"Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan
hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25)
Bacaan : Yohanes 11:14-27
Meskipun para penulis
dan filsuf telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun berbagai argumen
penting perihal kehidupan setelah kematian, mereka tetap belum berhasil
memberikan penghiburan bagi hati yang terluka, resah, dan dipenuhi pertanyaan.
Sebaliknya, Yesus
selalu dapat memuaskan kita. Dia tidak menyodorkan beragam argumen filosofis.
Dia tidak berusaha membuktikan bahwa kekekalan itu masuk akal; Dia benar-benar
menyatakan hal itu! Dia mengatakan hal yang diketahui-Nya, dan menjawab dengan
kuasa surgawi, "Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25). Kebangkitan ini mempunyai
dua aspek. Tubuh orang percaya akan dibangkitkan, dan roh mereka akan hidup di
surga.
Apa artinya hal ini
bagi kaum kristiani yang berduka karena kematian orang-orang terkasih? Kematian
tidak memutuskan tali kasih kita bagi mereka, karena kasih itu ada pada roh,
bukan pada tubuh. Renungkan saja, ketika orang-orang yang kita kasihi harus
melakukan suatu perjalanan yang panjang, pikiran mereka dapat melintasi jarak
yang jauh sehingga seolah-olah jarak itu hanya tinggal sejengkal, dan kasih
mereka menyelimuti kita seolah-olah mereka di sisi kita. Begitu pula yang
terjadi dengan orang-orang terkasih yang telah mendahului kita.
Apakah saat ini Anda
sedang berdukacita karena seseorang telah dipanggil ke surga? Yesus berjanji
bahwa kita akan dipersatukan kembali pada suatu hari kelak ketika Allah
mengembalikan orang-orang berharga yang kita kasihi --MRD
KRISTUS TELAH
MENGGANTIKAN PINTU MAUT
DENGAN PINTU GERBANG
KEHIDUPAN YANG BERCAHAYA
Nats : Karena bagiku
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Bacaan : Filipi 3:1-11
Bacaan : Filipi 3:1-11
Isaac Asimov
menceritakan kisah penyeberangan di laut yang berombak besar. Selama
penyeberangan, Pak Jones mabuk laut. Di saat yang sulit itu seorang pelayan
yang ramah menepuk pundak Pak Jones sambil berkata, "Pak, kondisi seperti
ini memang mengerikan. Tetapi ingatlah, tak pernah ada orang yang mati karena
mabuk laut." Pak Jones mengangkat wajahnya yang pucat pasi, memandang
pelayan yang penuh perhatian itu, "Nak, jangan berkata begitu! Justru
pengharapan yang indah akan kematianlah yang membuat saya bertahan hidup."
Perkataan Pak Jones
ini bukanlah sekadar ironi. Kata-katanya itu menggemakan perkataan Paulus
kepada jemaat di Filipi. Ia mengatakan bahwa pengharapan yang indah akan
kematianlah yang membuatnya terus bertahan (1:21). Namun demikian, ia tidak mencari
pembebasan dari penderitaannya. Pengharapan Paulus berakar di dalam Kristus,
yang telah mati di kayu salib bagi para pendosa, yang bangkit dari kubur pada
pagi Paskah pertama, yang hidup di surga, dan yang suatu hari kelak akan
membawa pulang Paulus ke hadirat-Nya.
Namun, bagaimana
pengharapan untuk melihat Kristus, entah setelah kematian atau ketika Dia
datang kembali, dapat membuat Paulus bertahan hidup? Pengharapan itu memberi
makna pada setiap momen kehidupannya. Pengharapan itu memberinya alasan untuk
hidup bagi Kristus. Itu juga memberinya semangat untuk memerhatikan sesama yang
membutuhkan dorongannya. Paulus mengenal Kristus sebagai kehidupannya.
Ya Bapa, terima kasih
atas Kristus yang telah bangkit. Dialah yang menjadi alasan bagi kami untuk
hidup --MRD
MEREKA YANG SIAP UNTUK
MATI ADALAH
MEREKA YANG SANGAT
SIAP UNTUK HIDUP
Nats : Bergembiralah
akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh
berbagai-bagai pencobaan (1Petrus 1:6)
Bacaan : 1Petrus 1:3-9
Segala sesuatu yang
kita selesaikan dalam kehidupan ini membutuhkan komitmen kuat untuk jangka
waktu yang pendek, tetapi hasilnya bernilai seumur hidup.
Renungkan, misalnya,
orang-orang yang telah meraih gelar doktor dalam bidangnya. Orang-orang yang
rajin itu mengabaikan tujuan-tujuan lain dan mengabdikan waktu, uang,
kecakapan, dan kerja kerasnya selama jangka waktu tertentu agar dapat menekuni
sesuatu yang untuk 50 tahun ke depan masih akan menempel pada nama-nama mereka.
Usaha tekun yang sementara itu menghasilkan penghargaan seumur hidup.
Dalam surat Petrus
yang pertama, sang rasul menggambarkan bagaimana suatu masa yang berat
memberikan hasil yang baik. Dalam hal ini, Petrus tidak hanya berbicara tentang
pendidikan formal, walaupun kita bisa menyebutnya sebagai sekolah dengan
latihan yang berat. Ia telah menulis tentang masa-masa berat yang kita alami,
yang tidak kita minta. Petrus menunjukkan bahwa itu semua dapat memberi manfaat
abadi. Kita bersukacita selama mengalami pencobaan, bukan karena pencobaan itu
sendiri, melainkan karena kemuliaan dan penghargaan abadi yang akan dinikmati.
Masa-masa berat dapat
mendatangkan penderitaan dan kesedihan. Selain itu, masa-masa tersebut
tampaknya tidak menjanjikan berita baik sedikit pun. Akan tetapi, Petrus
meminta kita untuk "bergembira" selama menjalani masa-masa itu (1:6,7). Ia menginginkan kita untuk melihat
ke depan pada kebahagiaan abadi yang dijanjikan, yaitu sukacita yang akan
membantu kita memahami masa-masa berat yang harus berlangsung sementara waktu
-JDB
KITA DAPAT MENANGGUNG
BERBAGAI COBAAN HIDUP INI
DEMI SUKACITA HIDUP YANG AKAN DATANG
DEMI SUKACITA HIDUP YANG AKAN DATANG
Nats
: Sebab tujuh kali orang benar jatuh,
namun ia bangun kembali (Amsal 24:16)
Bacaan : Amsal 24:13-20
Bacaan : Amsal 24:13-20
Saat menjabat sebagai
Menteri Luar Negeri AS, Jenderal Colin Powell mendapati sebagian pidato yang
disampaikannya di PBB ditulis berdasarkan informasi yang salah. Selama
perjalanan kariernya yang bertahan lama dan cemerlang, pidato tersebut menjadi
noda yang mencoreng perjalanan kariernya. "Saya kecewa," ujarnya pada
seorang pewawancara. "Saya menyesal kejadian itu bisa terjadi dan berharap
seandainya mereka yang mengetahui informasi itu memberi tahu saya saat itu
juga, tetapi saya tak dapat mengatakan apa pun lagi tentang ini."
Alih-alih terkurung
dalam kungkungan masa lalu, Powell berkata bahwa ia memilih "fokus ke
depan dan tak menengok ke belakang."
Kita memiliki masa
lalu yang kita sesali sekarang. Mungkin berupa kesalahan tak disengaja,
kegagalan moral, atau keputusan bodoh. Kita berharap, seandainya semua itu tak
pernah terjadi. Namun, itu terus terngiang dalam pikiran kita dan sering
membuat kita jatuh.
Penulis kitab Amsal
berkata, "Tetesan madu manis untuk langit-langit mulutmu. Ketahuilah,
demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan
[pengharapan di masa yang akan datang], dan harapanmu tidak akan hilang" (Amsal 24:13,14).
Meski masa lalu
menjadi bagian hidup kita, masa lalu tak harus menentukan masa depan kita.
Dengan hikmat Allah dan ampunan yang ditawarkan-Nya (Mazmur 130:3,4; Kisah 13:38,39), kita dapat memusatkan
pikiran pada masa depan dengan penuh harapan --DCM
Penyesalan sia-sia hari-hari yang dahulu
Lenyap sudah dalam
anugerah pengampunan Allah;
Ketakutan penuh rasa
bersalah pun berlalu,
Dan sebagai gantinya,
sukacita merekah. --Ackley
LEBIH BAIK MELIHAT KE
DEPAN DAN BERSIAP DIRI
DARIPADA MELIHAT KE
BELAKANG DAN BERPUTUS ASA
Nats : Mengapa engkau
tertekan, hai jiwaku? ... Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur
lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:6)
Bacaan : Mazmur 42
Bacaan : Mazmur 42
Setelah melihat pantai
sebelah barat Sri Lanka, saya tidak bisa membayangkan bahwa bencana tsunami
pernah melanda daerah itu hanya beberapa bulan sebelumnya. Laut itu kelihatan
tenang dan indah, banyak pasangan kekasih berjalan-jalan di bawah sinar
matahari yang cerah, dan orang-orang sibuk melakukan aktivitas mereka
masing-masing. Semuanya itu memberi sebuah perasaan yang aneh kepada saya.
Dampak dari bencana itu masih tetap ada, tetapi telah menyusup jauh ke dalam
lubuk hati dan pikiran orang-orang yang selamat. Trauma itu sendiri tidak akan
mudah mereka lupakan.
Malapetaka yang besar
mendorong sang pemazmur untuk berseru dalam keluh kesahnya, "Air mataku
menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata
kepadaku: ‘Di mana Allahmu?’" (Mazmur 42:4). Pergumulan hati sang pemazmur
pun telah menyusup ke dalam. Pada saat orang-orang lainnya melanjutkan
aktivitas mereka seperti biasa, ia membawa kebutuhan akan kesembuhan yang dalam
dan sempurna di dalam hatinya.
Hanya dengan
menyerahkan kehancuran kita kepada Gembala hati kita yang baik dan besar, kita
dapat menemukan kedamaian yang memampukan kita untuk menanggapi hidup:
"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku
dan Allahku!" (ayat 6).
Marilah kita berharap
hanya kepada Allah. Karena, itu merupakan satu-satunya jawaban bagi trauma hati
kita yang mendalam --WEC
ORANG-ORANG YANG
BERHARAP KEPADA ALLAH
TIDAK AKAN PERNAH
PUTUS ASA
Nats : Tak
berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya (Ratapan 3:22)
Bacaan : Ratapan 3:19-29
Bacaan : Ratapan 3:19-29
Ketika bus-bus tingkat
Routemaster warna merah di London ditarik dari layanan reguler pada Desember
2005, banyak orang merasa kehilangan teman. Routemaster telah menyediakan
layanan yang andal selama 51 tahun, dan telah menjadi sangat populer di
kalangan penduduk London dan juga wisatawan karena orang bisa dengan mudah
melompat naik atau turun dari bus-bus tersebut. Beberapa bus tua itu masih
beroperasi di dua rute wisata Heritage, tetapi di bagian lain kota yang tak
beraturan itu, bus-bus tersebut sudah menghilang.
Banyak perubahan dalam
kehidupan ini yang kita rasakan sebagai kehilangan, entah itu kehilangan
sekecil kenangan akan bus yang menyenangkan ataukah sebesar rumah keluarga yang
hancur, impian akan keberhasilan yang tidak tercapai, atau kematian orang yang
sangat kita cintai. Dalam setiap kehilangan, kita merindukan sentuhan
penyembuhan dan harapan.
Kitab Ratapan disebut
sebagai kitab "penguburan sebuah kota". Di dalamnya, Nabi Yeremia
meratapi umatnya yang ditawan musuh dan kehancuran kota Yerusalem. Namun, di
tengah-tengah kesedihan yang dirasakannya, ada penghiburan karena kesetiaan
Allah, "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! ‘Tuhan adalah bagianku,’ kata
jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya" (Ratapan 3:22-24).
Ketika hati kita
terluka karena kehilangan yang kita alami, kita dapat menemukan harapan di
dalam Tuhan yang tidak pernah berubah --DCM
SAAT SINAR KASIH ALLAH
BERTEMU DENGAN DERAI KESEDIHAN KITA
MUNCULLAH PELANGI JANJI ALLAH
MUNCULLAH PELANGI JANJI ALLAH
Nats : Karena itu,
hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh (Yakobus 5:16)
Bacaan : Yakobus 5:14-18
Saat perang Vietnam,
seorang tentara Amerika menjatuhkan bom dari pesawat dan melukai bocah
perempuan berusia 9 tahun, bernama Kim Phuc. Sekujur tubuh Kim terbakar. Namun,
karena keajaiban Tuhan, setelah 17 kali dioperasi, Kim bisa terus hidup sampai
kini. Setelah mengikut Kristus, ia menyatakan sudah mengampuni orang yang
melukainya. Suatu hari, seorang pendeta menemuinya dan memohon maaf kepadanya
dengan air mata berlinang. Rupanya, dialah mantan tentara yang menjatuhkan bom
waktu itu! Ia telah bertobat, bahkan menjadi pendeta. Namun, ia tetap diburu
rasa bersalah, sebelum mengaku dosa dan meminta maaf kepada Kim.
Setiap orang
membutuhkan pengakuan dosa. Itu sebabnya, Yakobus menasihati jemaat agar
"saling mengaku dosa" (ayat 16). Dosa yang tidak kita selesaikan bisa
mengakibatkan penderitaan, bahkan penyakit. Bagaikan sampah yang dipendam di
hati. Jika dibiarkan, sampah itu akan merusak dan membuat kita hidup dalam
dendam dan kepahitan. Hanya lewat pengakuan, hidup kita akan dilegakan, batin
pun dibebaskan dari rasa bersalah. Dan, alangkah baiknya bila pengakuan itu
kita lakukan di hadapan Tuhan, juga di hadapan orang yang telah kita lukai. Ini
akan menjadikan kita "benar". Kita disebut "benar" bukan
karena tak pernah berbuat dosa, melainkan karena kita mau mengakui dosa, hingga
dibenarkan Tuhan.
Mari periksa diri
kita; adakah dosa yang telah lama kita simpan dan belum diakui di hadapan
Tuhan? Bila ada, mari segera mengaku dosa kepada-Nya. Juga meminta maaf kepada
orang yang kita lukai. Dia akan membuang beban di hati kita! -JTI
DOSA YANG
DISEMBUNYIKAN AKAN MEMBELENGGU KITA
PENGAKUAN DOSA AKAN
MEMBEBASKAN KITA
Nats : Mereka bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah 2:42)
Bacaan : Kisah 2:41-47
Waktu masih kecil,
saya sering mendengar pernyataan demikian, "Buat apa kamu terus ke gereja,
apakah gereja akan memberimu makan?" "Bukankah kamu justru kehilangan
uang karena harus memberi untuk persembahan?" Pemikiran semacam itu terus
mengisi benak saya selama bertahun-tahun, hingga suatu saat Tuhan mengubah
haluan hidup saya dan membuat saya bertobat.
Alkitab memberi
perspektif yang lain tentang ibadah. Ternyata Tuhan menyediakan berkat yang
khusus dalam ibadah. Bacaan kita hari ini diawali dengan khotbah Petrus yang
membawa perubahan hidup. Jemaat yang pertama mendapat pencurahan Roh Kudus.
Setelah itu, cara mereka beribadah pun diperbarui. Ibadah yang selama ini
dijalankan biasa-biasa saja, kini berubah menjadi kebutuhan mutlak. Jemaat
memiliki kehausan yang mendalam akan firman Tuhan. Mereka bertekun dalam
pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Setiap hari mereka berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa (ayat 42). Peristiwa-peristiwa ajaib terjadi
sebagai bukti penyertaan Tuhan atas firman-Nya. Dan lebih hebat lagi, Tuhan
menambahkan jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan (ayat 47). Sungguh besar segala berkat dalam
ibadah!
Menghayati makna
ibadah dengan benar adalah keharusan. Jika kita beribadah sebagai rutinitas
belaka, maka tidak akan ada dampak apa pun. Ibadah gereja mula-mula membawa
berkat rohani dan jasmani, sebab berawal dari kehausan akan kehadiran Tuhan dan
firman-Nya. Karena itu, mari kita sama-sama berusaha menumbuhkan kerinduan yang
dalam untuk bertemu Tuhan dalam setiap ibadah! -MZ
IBADAH AKAN MENJADI
BERKAT
JIKA BERTOLAK DARI
KEHAUSAN AKAN KEHADIRAN TUHAN
Nats : Dan [Yesus]
berkata: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan
menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Surga" (Matius 18:3)
Bacaan : Kejadian 22:1-19
Bacaan : Kejadian 22:1-19
Saat merenungkan
pengorbanan Ishak oleh Abraham, tak ayal perhatian kita terfokus pada kebesaran
dan kerelaan hati Abraham untuk mempersembahkan anak tunggalnya sebagai wujud
ketaatan pada Allah. Sisi Ishak nyaris tak pernah dibicarakan, padahal sisi ini
menawarkan pelajaran yang tak kalah berharga.
Ketika itu Ishak sudah
cukup besar sehingga Abraham menyuruhnya memikul kayu untuk korban bakaran
(ayat 6). Saya membayangkan ia cukup kuat untuk
melawan Abraham yang berusia seratus tahun lebih tua darinya. Ketika Abraham
hendak mengikatnya, bisa saja ia memberontak dan melarikan diri. Nyatanya,
Ishak pasrah (ayat 9). Ia membiarkan dirinya diletakkan di
atas mezbah, siap dikorbankan. Ia memercayai kehendak baik ayahnya, dan juga
memercayai kehendak baik Allah yang disembah oleh ayahnya. Ia tampaknya
mengerti bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya, semuanya itu berlangsung demi
suatu kebaikan. Di sini Ishak menjadi simbol Kristus yang berserah pada
kehendak Bapa-Nya.
Sikap Ishak
meneladankan penyerahan diri yang total. Penyerahan diri semacam itu berangkat
dari pengertian bahwa Allah itu selalu baik dan tidak mungkin mencelakakan kita.
Meskipun kita harus melewati pengorbanan yang menyakitkan, pada akhirnya
rencana Allah bagi kehidupan kita senantiasa mendatangkan damai sejahtera.
Sosok Ishak mewakili iman seperti seorang anak kecil, yang menandai orang-orang
yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3).
Sebagai anak-Nya,
siapkah kita juga "diikat dan dikorbankan" dengan tetap memercayai
hati-Nya? —ARS
KESEDIAAN KITA UNTUK
BERKORBAN BAGI ALLAH
MENUNJUKKAN SEDALAM
APA IMAN KITA KEPADA-NYA
Nats : Akuilah Dia
dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan segala jalanmu (Amsal 3:6)
Bacaan : Hosea 8:1-6
Bacaan : Hosea 8:1-6
Beberapa waktu yang
lalu, seorang kolega marah terhadap saya. Usut punya usut ternyata ia kecewa
karena saya lupa tidak memberitahukan suatu berita penting kepadanya. Kelalaian
saya ternyata menyebabkan dia merasa bahwa saya tidak menghargainya, tidak
menganggapnya penting. Sikap saya telah menyakiti hatinya.
Di masa Nabi Hosea
hidup, bangsa Israel juga pernah menyakiti Tuhan dengan cara yang serupa.
Walaupun Allah telah menyatakan diri secara jelas dalam memimpin kehidupan
mereka dari waktu ke waktu, namun mereka malah beribadah kepada dewa-dewa
asing. Lebih dari itu, mereka juga mulai "menyingkirkan" Tuhan dari
kehidupan mereka. Mereka tidak lagi merasa perlu bertanya kepada Tuhan dalam
mengambil keputusan penting; seperti mengangkat raja maupun pemuka umat (ayat 4). Mereka tidak lagi merasa perlu meminta
persetujuan Tuhan dalam melakukan sesuatu.
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita menganggap Tuhan sebagai yang nomor satu dalam hidup kita? Apakah
Tuhan adalah Pihak yang begitu penting bagi kita, sehingga kita selalu merasa
perlu bertanya kepada-Nya sebelum bertindak? Atau kita merasa dapat membuat
keputusan kita sendiri tanpa persetujuan-Nya? Amsal 3:6 mengingatkan bahwa kita harus
mengakui Dia, sebagai Tuhan yang memimpin hidup kita. Dari situ kita akan
selalu merasa perlu bertanya kepada-Nya dalam mengambil suatu langkah. Dengan
demikian, Dia akan meluruskan langkah kita. Tiap-tiap hari, selalu ada banyak
hal perlu kita pertimbangkan. Apakah Anda rindu mengakui Dia sebagai Pemimpin
Hidup kita? —GS
BILA DIA YANG MEMIMPIN
LANGKAH
MAKA HIDUP ANDA AKAN
TERTATA. YAKINLAH!
Nats : Apabila kamu
menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam,
sebelum padam kemarahanmu (Efesus 4:26)
Bacaan : Efesus 4:20-32
Seorang perempuan yang
suka marah-marah berusaha membenarkan kebiasaannya, "Kalau amarah saya
sudah bisa meledak, berarti persoalan selesai. Jadi daripada dipendam, lebih
baik diluapkan saja. Betul, tidak?" Temannya pun menimpali, "Yah,
tapi kemarahanmu itu seperti pistol. Hanya dengan satu ledakan, kerusakan yang
terjadi bisa sangat fatal." Kemarahan memang emosi yang pelik. Ada orang
yang gampang sekali meledak amarahnya, seperti perempuan di atas. Ada orang
yang suka menyimpan kemarahannya; sehingga menjadi akar pahit. Namun, ada pula
orang yang tak bisa marah. Ia cukup menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya
depresi.
Apakah marah itu dosa?
Alkitab tidak menyatakan bahwa kita tidak boleh marah. Hanya, kita perlu
menghadapi kemarahan secara wajar. Ada saatnya kita juga perlu marah. Namun,
Alkitab membatasi agar kita jangan memendam kemarahan hingga menjadi dendam
(ayat 26). Kita mesti berjaga-jaga agar tak
terjebak dalam amarah yang mengundang pengaruh Iblis (ayat 27).
Dalam suratnya kepada
jemaat di Efesus, nasihat Paulus tentang amarah ini ditaruh dalam konteks
pelatihan rohani untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru
(ayat 23,24). Dalam proses ini kita ditantang
untuk secara lebih tenang dan dewasa mengenali hal-hal yang memang sepatutnya
memicu kemarahan, menyadari bahaya amarah yang tak terkendali, serta menjauhi
amarah yang mendatangkan dosa.
Saat terjadi
kecurangan atau ketidakadilan, misalnya, kita boleh marah. Namun, jangan asal
meledak seperti pistol. Belajarlah mengungkapkan kemarahan dengan semestinya
—ARS
KEMARAHAN TIDAKLAH
JAHAT. APA YANG KITA LAKUKAN DENGAN KEMARAHAN ITULAH YANG MEMBUAT PERBEDAAN
Nats : Sebab semua
orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi
yang sulung di antara banyak s (Roma 8:29)
Bacaan : Roma 8:18-30
Saya pernah mendengar
seorang tokoh mengatakan, 'Saya menyukai Kristus, namun saya tidak suka pada
orang-orang kristiani. Orang-orang kristiani itu sangat tidak mirip dengan
Kristus.' Memang begitu ya?" tanya saya kepada seorang teman.
"Yah, begitulah.
Menjadi seperti Kristus memang berat. Beberapa kawan non-kristiani berkomentar
serupa. Kristus yes, orang kristiani no," jawab teman saya.
Kegagalan seperti itu
bisa mematahkan semangat. Bisa juga malah memberi dalih, membenarkan kegagalan
kita dalam upaya meneladani Kristus, membuat kita tidak bersungguh-sungguh
mengikuti Dia. Kalau toh itu mustahil, kenapa mesti dicoba juga? Demikian kita
berpikir.
Nyatanya, firman Tuhan
menunjukkan bahwa tujuan pembaruan hidup kita tak lain agar kita semakin serupa
dengan Kristus (ayat 29). Hanya, kebanyakan dari kita salah
berpikir dengan mengira hal itu harus diusahakan dengan kekuatan sendiri.
Tidak. Alkitab menegaskan, kita hanya mungkin mengalami pembaruan jika
mengandalkan kekuatan anugerah Allah.
Dalam proses menjadi
semakin serupa dengan Kristus, kita akan menemukan jati diri dan tujuan hidup
kita dalam rencana Tuhan. Dan kita menempuh proses itu dengan menyimak dan
menekuni firman, memerhatikan kehidupan Yesus di bumi yang tercatat dalam
Injil, menjalin relasi yang akrab dengan-Nya, meminta kepenuhan Roh-Nya, dan
menjalankan pelayanan-Nya di dunia.
Memang, seperti kata
teman saya, itu proses yang berat. Namun, tidak berarti kita menyerah saja
sebelum bertanding, bukan? Apalagi kita tidak berjuang seorang diri! (ayat 28) -ARS
MENJADI SERUPA DENGAN
KRISTUS BUKAN PERISTIWA SEKALI
JADI MELAINKAN PERJALANAN IMAN HARI DEMI HARI
JADI MELAINKAN PERJALANAN IMAN HARI DEMI HARI
Nats : Kata Yesus
kepadanya, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Lukas 10:37)
Bacaan : Lukas 10:29-37
Bacaan : Lukas 10:29-37
Cerita orang Samaria
yang baik hati sudah sangat terkenal. Banyak film, drama, novel, dan cerpen
yang ditulis berdasarkan cerita ini. Cerita ini bukan kisah nyata, tetapi maknanya
sangat riil. Orang yang membutuhkan pertolongan, orang yang baik hati, dan
orang yang tidak mau peduli terhadap sesama yang menderita adalah sosok-sosok
nyata yang ada di dunia ini dari dulu sampai sekarang.
Bukan tanpa sengaja
kalau Tuhan Yesus menjadikan orang Samaria sebagai "tokoh baik",
sedangkan imam dan orang Lewi sebagai "tokoh buruk". Orang Samaria di
mata orang-orang Yahudi adalah kelompok marginal, yang dianggap hina, sedangkan
imam dan orang Lewi dianggap sebagai kalangan elite masyarakat dan terhormat.
Cerita ini seakan-akan hendak menjungkirbalikkan anggapan umum yang ada pada
waktu itu, bahwa yang Tuhan hargai dari manusia bukanlah status atau kedudukan
sosial yang disandangnya, tetapi karya kasihnya kepada orang lain yang
menderita.
Di dalam cerita itu,
imam dan orang Lewi digambarkan sebagai orang-orang yang tidak memiliki
kepedulian dan kepekaan terhadap sesama. Sebaliknya orang Samaria, dengan sigap
menyingsingkan lengan baju untuk menolong si korban. Bahkan, ia memberi
pertolongan tanpa pamrih dan gembar-gembor. Tuhan Yesus menutup cerita ini
dengan satu nasihat praktis, "Pergilah dan perbuatlah juga demikian"
(ayat 37). Dalam hidup bermasyarakat, kita akan
selalu bertemu dengan "korban", yakni mereka yang memerlukan
pertolongan. Tuhan menghendaki kita perbuat seperti orang Samaria itu -AYA
TUHAN MENGHARGAI KARYA
KASIH KITA
BUKAN STATUS SOSIAL
KITA.
Dari Berbagai Sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar