Jumat, 13 Januari 2017

Khotbah .MAZMUR 92:13, 14.



Thema: “Menjadi Tua itu Sudah Pasti, Tapi Bagaimana Menjadi Tua Dengan Bijaksana”
Bertumbuh Subur secara Rohani pada Saat Kepala Sudah Beruban
”Mereka yang ditanam di Bait Tuhan.....5M

“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah (exo anthropos) kami semakin merosot, namun manusia batiniah (eso anthropos) kami dibaharui dari sehari ke sehari” 2 Korintus 4:16
Siapakah orang bijaksana? Orang bijaksana tidak identik dengan orang yang berpengetahuan tinggi. Karena orang yang berpengetahuan tinggi, belum tentu berbijaksana, orang yang bijaksana belum tentu berpengetahuan tinggi. Bijaksana jauh lebih penting dari pengetahuan, karena bijaksana adalah arah dari pengetahuan
Realita Hidup Manusia
Menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum Termodinamika  II. bahwa segala sesuatu yang ada di dunia bersifat merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai tanpa digunakan pun tenaga yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot. Gedung yang megah bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya. Taman bunga yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar. Bahkan rumah tangga yang pada mulanya serasi bila tidak dibina keindahannya akan merosot dengan sendirinya. Demikian halnya dengan manusia.
Pertama, setiap hari, semua orang yang hidup bertambah usianya. Berdasarkan kronologis (urutan waktu), usia biologis manusia menurut pengalaman Pemazmur  pada umumnya adalah 70 tahun dan bisa mencapai 80 tahun. Pemazmur mengatakan “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”  (Mazmur 90:10). Dengan bertambahnya usia berarti hidup biologis kita berkurang bila dilihat dalam kronologis waktu. Inilah fakta pertama dan terpenting!
Kedua, berdasarkan hukum Termodinamika II, bahwa setiap orang seiring bertambahnya usia akan mengalami kemerosotan biologis (jasmniah). Sebagian orang berusaha menyangkali penuaan ini dan berusaha mempertahankan kemudaannya yang perlahan-lahan mulai hilang. Kosmetik dan krim kecantikan tidak mampu menyembunyikan keriput dan noda ketuaan. Inilah fakta kedua: siapapun tidak mampu menaham proses penuaan!
Ketiga, ciri-ciri penuaan adalah kemerosotan. Dalam gerontologi atau ilmu tentang lanjut usia, ada tiga bentuk kemorosotan yang akan dialami manusia. Secara kronologis, menjadi tua berarti merosotnya usia hidup. Seiring bertambahnya usia, berarti semakin berkurang kesempatan hidup, dengan kata lain, semakin dekat dengan kematian jasmaniah. Secara biologis, menjadi tua berarti merosotnya kondisi fisik dan keadaan kesehatan. Saat kita makin tua kemampuan reflek akan berkurang; lensa mata menjadi kurang elastis, penglihatan kurang tajam dan tidak dapat melihat jauh (istilah medis “presbiopa”); dan pada berbagai tingkat daya pendengaran mulai berkurang (istilah medis “presbikusis”). Secara psikologis, menjadi tua berarti merosotnya kemampuan berpikir dan mengingat (istilah medis “dimensia”) Karena itu jangan Tawar Hati sebab:
Amsal 24:10. Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.
Dari mana tawar hati itu? Ketika kita menghadapi berbagai macam tantangan, penderitaan, masalah, penyakit, banyak orang mulai tawar hati. Orang percaya anak-anak Tuhan, Saudara dan saya, tidak boleh tawar hati. Sayur saja tidak boleh tawar, tidak enak, apa lagi hidup kita. Jangan sampai tawar hati, karena kecillah kekuatanmu, tidak ada semangat.
 Bertambahnya usia itu sendiri bukan kutukan, karena tahun-tahun harus berlalu agar kita tetap ada. Malah, pertumbuhan dan kematangan adalah ciri-ciri yang diinginkan pada semua makhluk hidup.
 Bagaimana orang Kristen dapat terus ”bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban”?
Firman Allah meyakinkan kita bahwa ”mereka yang ditanam di rumah Allah . masih bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban”. (Mazmur 92:13, 14) Dengan bahasa kiasan, sang pemazmur menuturkan kebenaran yang mendasar bahwa hamba-hamba Allah yang setia dapat terus bertumbuh, makmur, dan sejahtera secara rohani, sekalipun mengalami kemerosotan jasmani. Banyak contoh pada zaman Alkitab dan zaman modern membuktikannya.
”Tidak Pernah Meninggalkan Bait”
Bagaimana nabiah Hana yang lanjut usia memperlihatkan pengabdiannya kepada Allah, dan bagaimana ia diupahi?
 Perhatikan Hana, seorang nabiah. Ia berusia 84 tahun, tetapi ”tidak pernah meninggalkan bait, memberikan dinas suci malam dan siang dengan berpuasa dan membuat permohonan”. Karena ayahnya bukan orang Lewi, melainkan ”dari suku Asyer”, Hana tidak dapat secara harfiah tinggal di bait. Bayangkan upaya yang mesti ia kerahkan untuk hadir di bait setiap hari dari waktu dinas pagi sampai waktu dinas malam! Namun, karena pengabdiannya, Hana diupahi dengan limpah. Ia mendapat hak istimewa berada di bait sewaktu Yusuf dan Maria membawa Yesus kecil ke bait untuk diserahkan kepada Yehuwa sesuai dengan Hukum. Saat melihat Yesus, Hana ”mengucapkan syukur kepada Allah dan berbicara tentang anak itu kepada semua orang yang menantikan pembebasan Yerusalem”.—Lukas 2:22-24, 36-38; Bilangan 18:6, 7.
Bagaimana banyak saudara-saudari lansia dewasa ini memperlihatkan semangat seperti Hana?
Dewasa ini, di antara kita ada banyak saudara-saudari lansia yang, seperti Hana, berhimpun secara teratur, sungguh-sungguh berdoa demi kemajuan ibadat yang sejati, dan memiliki hasrat membara untuk memberitakan kabar baik. Seorang saudara berusia 80-an yang berhimpun secara teratur bersama istrinya mengatakan, ”Berhimpun sudah menjadi kebiasaan kami. Kami tidak mau berada di tempat lain. Di mana umat Allah berada, di sana kami ingin berada. Di sanalah kami merasa nyaman.” Teladan mereka sungguh membesarkan hati kita semua!—Ibrani 10:24, 25.
Terus Mengasah Pikiran
7. Pada usia lanjut, bagaimana Musa mengungkapkan keinginannya memperdalam hubungannya dengan Allah?
7 Pengalaman hidup diperoleh seiring dengan berlalunya waktu. (Ayub 12:12) Namun, kemajuan rohani tidak otomatis diperoleh dengan bertambahnya usia. Musa tidak pernah merasa terlalu tua untuk belajar. Setelah puluhan tahun melayani Allah, menikmati banyak hak istimewa, dan mengemban berbagai tanggung jawab yang serius, Musa memohon
Menjadi Tua, Apa Seharusnya Dilakukan?
1., tetap bertumbuh dan semakin giat dalam hal-hal rohani. (2 Korintus 2:16; 1 Korintus 15:58). Semakin lama seseorang menjadi orang Kristen, kehidupan rohaninya pun harus bertambah kuat. Setiap hari manusia batiniah harus diperbaharui antara lain melalui persekutuan yang berkelanjutan dengan Kristus dan firman Tuhan (Yohanes 15:1-8); melalui doa dan perenungan firman (Yohanes 17:17); oleh iman dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus (Efesus 3:16). Hanya dengan cara demikian kehidupan batiniah akan bertumbuh. Walau jasminiah terus-menerus merosot.
2., hidup bijaksana dan menjadi teladan. Pemazmur, setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini, memohon kepada Tuhan, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Satu alasan untuk status penting yang diberikan kepada orang yang lanjut usia adalah kepercayaan bahwa lanjut usia disertai hikmat. Karena orang tua dianggap telah mencapai kebijaksanaan, kedudukan yang berkuasa diberikan kepada mereka.
3. utamakan hal-hal yang menjadi prioritas kita karena waktu yang terbatas (Efesus 5:15-17).  Orang-orang yang ada di sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua, teman-teman, akan mati dan kita pun akan mati. Kasihi dan  hargailah mereka selagi masih bisa. Sebab jika sudah tidak ada, kita tidak bisa berbuat apa-apa.  Ada pepatah yang mengatakan “Yesterday is history, tomorrow is misteri, today is reality” . Artinya, hari kemarin adalah sejarah, hari esok adalah misteri, hari ini adalah kenyataan. Waktu dan kesempatan yang kita punya dalam hidup ini sangat terbatas, karena ini manfaatkan dengan sebaik-baiknya. 4. bergantung dan berserah kepada Tuhan. Yesaya 46:4 mengatakan “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”.  Manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi, yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26). Sebagai mahluk berpribadi, kita memiliki kemandirian yang relatif (tidak mutlak), dalam pengertian bahwa kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-pilihan sendiri. Tetapi, sebagai mahluk ciptaan, kita bergantung pada Tuhan bagi keberlangsungan hidup kita; Kita tidak bisa berdiri sendiri; hidup kita bergantung pada Tuhan Pencipta dan Penebus kita. Di dalam Tuhanlah kita hidup, bergerak, dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para Rasul 17:28). Janji Tuhan bahwa Ia akan memelihara kita hingga kita tutup usia dapat kita andalkan.

Tidak ada komentar: