Nats :
Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama
serta kelakuannya (Kolose
3:9)
Bacaan : Kolose 3:9-17
Bacaan : Kolose 3:9-17
Seorang
pelatih football universitas memutuskan untuk mengundurkan diri setelah mengaku
telah memalsukan ijazah akademis dan ijazah olahraganya. Seorang perwira militer
profesional mengaku bahwa lencana tanda jasa yang ia pakai bukan miliknya.
Seorang pelamar pekerjaan menyatakan bahwa pengalamannya sebagai "pengawas
makanan dan minuman" yang ia tulis sebenarnya hanyalah pengalaman
membuatkan kopi di pagi hari di kantornya.
Kita semua
cenderung melebih-melebihkan kebenaran supaya orang lain terkesan. Baik dalam
resume pekerjaan maupun percakapan biasa, sikap melebih-lebihkan tampak wajar,
padahal tindakan seperti itu sebenarnya berisiko. Kebohongan kecil akan
berkembang menjadi besar saat kita mencoba menutupinya. Lalu kita pun
bertanya-tanya mengapa kita bisa terjerumus dalam situasi sulit seperti itu.
Dalam
Alkitab tertulis, "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah
menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru
yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut
gambar Khaliknya" (Kolose
3:9,10). Dengan kata lain, jika kita mengimani Yesus sebagai Juruselamat
kita, maka kebohongan bukanlah apa yang Allah harapkan dari kita. Penangkal
sikap menyombongkan diri sendiri adalah dengan bertumbuh menjadi serupa dengan
Kristus yang penuh belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kesabaran,
pengampunan, dan kasih (ayat 12-14).
Jika kita
mau memperhatikan sesama kita dengan tulus, maka kita tidak perlu lagi berusaha
membuat mereka terkesan dengan cara apa pun --David McCasland
BERSIKAP
JUJUR BERARTI ANDA TIDAK PERLU TAKUT
DINILAI ORANG LAIN
DINILAI ORANG LAIN
Nats :
Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama
serta kelakuannya (Kolose
3:9)
Bacaan : Kolose 3:1-9
Bacaan : Kolose 3:1-9
Setibanya di
rumah setelah melakukan perjalanan, saya memberi tahu istri saya, "Aku mendapat
tiket [Ing: ticket, dapat berarti surat tilang] saat berkendaraan melintasi
Indiana." Istri saya tampak akan marah saat saya melanjutkan,
"Tunggu! Akan kujelaskan semuanya."
Saya
menceritakan kepadanya bahwa saya baru saja menyusuri jalan tol Indiana. Setiap
orang yang memasukinya menerima sebuah "tiket". Tiket itu diberikan
bukan karena pelanggaran lalu lintas, melainkan untuk menentukan biaya tol yang
harus dibayar berdasarkan jarak tempuh.
Ini
mengingatkan saya bahwa kita mungkin mengatakan kebohongan saat membuat
pernyataan yang benar. Ini terjadi jika kita menggunakan kata-kata bermakna
ganda, atau membuat pernyataan tak lengkap untuk meninggalkan kesan yang salah.
Orang sering
menceritakan kebenaran secara setengah-setengah dan menggunakan beberapa
istilah tertentu untuk menyesatkan orang lain. Sebagai contoh, saat menjual
sebuah TV bekas, si penjual mungkin menekankan kualitas gambar yang sangat
bagus, tetapi tidak memberi tahu si pembeli bahwa kontrol volumenya tidak
berfungsi dengan semestinya. Si penjual lalu mencari-cari alasan dan berkata,
"Saya berkata jujur. Saya berkata kepadanya bahwa gambarnya sangat bagus.
Ia tidak bertanya tentang suaranya." Padahal ini hanyalah bentuk lain dari
kebohongan.
Daripada
melebih-lebihkan atau membelokkan kebenaran demi memuaskan keinginan kita
sendiri, marilah kita memperhatikan kata-kata dalam Kitab Suci, "Jangan
lagi kamu saling mendustai" (Kolose
3:9) --Richard De Haan
PEMBOHONG
YANG PALING MEMPERDAYA
ADALAH MEREKA YANG HIDUP DI UJUNG KEBENARAN
ADALAH MEREKA YANG HIDUP DI UJUNG KEBENARAN
Nats : Hai
tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga
mempunyai tuan di surga (Kolose
4:1)
Bacaan : Kolose 3:22-4:1
Bacaan : Kolose 3:22-4:1
Saat Truett
Cathy memulai usaha restoran pertamanya pada tahun 1946, restoran selalu itu
tutup pada hari Minggu untuk memberi waktu bagi para karyawannya berkumpul
bersama keluarga dan pergi ke gereja. Hal itu masih berlaku sampai sekarang,
pada lebih dari 1.000 gerai cepat saji Chick-fil-A milik perusahaan Cathy.
Semboyan
Cathy adalah "utamakan orang dan prinsip dulu, baru keuntungan".
Semboyan ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri, baik saat memberikan
perintah maupun saat mempekerjakan seseorang.
Dalam Kolose
3:22-4:1, Rasul Paulus berpesan kepada para majikan dan hamba. Menurutnya,
kita perlu ingat bahwa kita mempunyai Tuan di surga (4:1).
Kita harus bekerja dengan segenap hati untuk menyenangkan-Nya, bukan hanya
untuk menyenangkan orang yang mengawasi kita (3:22-24).
Truett Cathy
berusaha untuk senantiasa menerapkan prinsip alkitabiah dalam menjalankan
usahanya. Larry Julian, pengarang God Is My CEO, sebuah buku tentang Cathy dan
para pemimpin usaha lainnya, berkata, "Allah tidak menjanjikan keuntungan
nyata atas investasi, tetapi Dia menjanjikan buah Roh, yakni kasih dan kedamaian
dan sukacita, dalam kehidupan pribadi seseorang. Cathy tidak hanya mengalami
kedamaian dan sukacita dan kasih dalam kehidupan pribadinya, tetapi juga
membuat perbedaan dalam hidup para anak asuh, anak-anak, cucu-cucu, dan para
karyawannya. Ia meninggalkan warisan tentang bagaimana melakukan segala sesuatu
dengan benar."
Inilah
teladan yang dapat kita terapkan --David McCasland
KETIKA
MANUSIA DIANGGAP LEBIH PENTING DARIPADA KEUNTUNGAN
MAKA SETIAP ORANG AKAN MEMPEROLEH KEUNTUNGAN
MAKA SETIAP ORANG AKAN MEMPEROLEH KEUNTUNGAN
Nats :
Neraca yang betul, batu timbangan yang betul ... haruslah kamu pakai; Akulah
Tuhan, Allahmu (Imamat
19:36)
Bacaan : Imamat 19:32-37
Bacaan : Imamat 19:32-37
Mantan ketua
Institut Akuntan Publik Bersertifikat Amerika mengatakan bahwa etika dalam
bekerja merupakan dasar dari kesuksesan bisnis. Ketika berbicara di hadapan
para pemimpin bisnis dan pemimpin komunitas, Marvin Strait berkata,
"Orang-orang ingin berbisnis dengan rekan yang dapat mereka percaya.
Kepercayaanlah yang membuat bisnis berjalan. Itu merupakan landasan bagi sistem
perusahaan bebas."
Di tengah
berkembangnya skandal korporat dan menipisnya kepercayaan publik, pernyataan
Marvin tersebut mengingatkan kita akan nilai kejujuran. Tanpa kejujuran, hidup
dan pekerjaan kita tidak akan pernah sesuai dengan rancangan Allah.
Hukum dalam
Perjanjian Lama mengatakan, "Neraca yang betul, batu timbangan yang betul
... haruslah kamu pakai; Akulah Tuhan, Allahmu" (Imamat
19:36). Selain itu Perjanjian Baru mengajarkan bahwa kebenaran dan
kejujuran dalam segala perkataan dan perbuatan seharusnya menjadi ciri
orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus (Efesus
4:25-28).
Salah satu
cara untuk menguji pilihan-pilihan kita setiap hari adalah dengan bertanya
kepada diri sendiri, "Akan malukah saya seandainya membaca berita mengenai
perbuatan saya di surat kabar, atau jika keluarga dan teman-teman saya
mengetahui perbuatan saya itu? Apakah saya membiarkan atau malah mencari
keuntungan dari tindakan tidak etis yang dilakukan orang lain?"
Kejujuran
bukan hanya kebijakan terbaik, melainkan kebijakan Allah bagi setiap aspek
kehidupan kita. Hidup berintegritas berarti menghormati dan memuliakan Dia
--David McCasland
KEJUJURAN
MERUPAKAN KEBIJAKAN TERBAIK --BENJAMIN FRANKLIN
Nats : Sifat
yang diinginkan pada seseorang adalah kesetiaannya; lebih baik orang miskin
daripada seorang pembohong (Amsal
19:22)
Bacaan : Keluaran 23:1-13
Bacaan : Keluaran 23:1-13
Seorang pria
yang jujur dan baik hati mengendarai mobil menyusuri sepanjang jalanan San
Fransisco lebih dari satu jam. Ia hendak menemukan seorang wanita pemilik
dompet berisi uang 1.792 dolar yang tertinggal di kursi belakang taksinya. Saya
menyukai hal yang dikatakannya pada saat beberapa rekannya sesama sopir taksi
mengolok-olok dirinya karena tidak mengambil uang itu. Ia menjawab mereka, Saya
adalah pembawa kartu anggota iman kristiani. Apa gunanya ke gereja jika kalian
tidak mempraktikkan apa yang sudah dikhotbahkan?
Dalam kitab Keluaran
23, prinsip kejujuran dan kebaikan diberikan secara bersamaan bagi bangsa
Israel dalam hukum yang diberikan Allah untuk mereka. Mereka harus cukup jujur
untuk mengembalikan ternak yang tersesat kepada pemiliknya, meskipun orang itu
adalah musuh (ayat 4).
Mereka harus cukup baik hati kepada musuh mereka untuk menolong keledai yang
keras kepala agar berdiri (ayat 5).
Mereka harus sangat perhatian sehingga orang miskin diperlakukan secara adil
dan diberi pertolongan, meski jika hal itu dilakukan dapat mendatangkan
kerugian (ayat 6-9).
Para pemilik tanah harus membiarkan lahan mereka pada tahun yang ketujuh, dan
mengizinkan orang-orang miskin dengan bebas mengumpulkan sedikit hasil dari
ladang tersebut (ayat 10,11).
Orang yang
jujur bisa menjadi orang yang kejam. Orang yang baik hati mungkin lembek dan
tak terlalu memerhatikan kebenaran. Namun, jika Anda menempatkan kejujuran dan
kebaikan bersama-sama, keduanya akan menjadi pasangan hebat yang menghormati
Allah dan memberkati sesama HVL
KEBIJAKSANAAN
ADALAH KEMAMPUAN
MENYATAKAN SESUATU TANPA MENGAKIBATKAN PERMUSUHAN
MENYATAKAN SESUATU TANPA MENGAKIBATKAN PERMUSUHAN
Nats : Siapa
yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela (Mazmur
15:1,2)
Bacaan : Mazmur 15
Bacaan : Mazmur 15
Pada Santa
Clara University di Kalifornia, seorang peneliti melakukan penelitian terhadap
1.500 orang manajer di bidang bisnis, yang menunjukkan nilai yang paling
dihargai oleh karyawan dari seorang pemimpin. Para karyawan tersebut mengatakan
bahwa mereka menghargai pemimpin yang dapat menunjukkan kompetensi, mampu
memberikan inspirasi kepada para pekerja, dan pandai memberikan arahan.
Akan tetapi,
ada sifat keempat yang lebih mereka kagumi, yaitu integritas. Lebih dari
segalanya, para pekerja menginginkan seorang manajer yang memiliki perkataan
yang baik, yang terkenal dengan kejujurannya, dan yang dapat dipercaya.
Walaupun
temuan dari hasil penelitian ini sangat penting bagi para manajer kristiani,
temuan ini juga menyampaikan sesuatu bagi setiap orang yang mengaku sebagai
pengikut Yesus. Integritas harus menjadi ciri semua orang yang percaya kepada
Kristus, apa pun posisi mereka.
Menurut
kitab Mazmur
15, kebenaran menjadi inti setiap perkataan dan perbuatan orang kudus.
Karena Allah selalu menepati kata-kata-Nya, maka wajar kiranya apabila orang
kudus dikenal sebagai orang yang tindakannya sesuai dengan apa yang ia katakan.
Kita semua
perlu lebih hati-hati dalam menjaga integritas kita. Apakah orang-orang di
sekitar kita mengagumi kejujuran kita? Apakah Tuhan melihat kita dengan setia
melakukan apa yang kita katakan-bahkan apabila hal itu akan menyakitkan bagi
kita? (Mazmur
15:4) -MRD II
HANYA DENGAN
HIDUP JUJUR
KITA DAPAT SEMAKIN BERMARTABAT DI MATA ORANG LAIN
KITA DAPAT SEMAKIN BERMARTABAT DI MATA ORANG LAIN
Nats : Jika
ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak (Matius
5:37)
Bacaan : Matius 5:33-37
Bacaan : Matius 5:33-37
Tak lama
sebelum kematian menjemputnya, Duke dari Burgundy memimpin Dewan Kabinet
Perancis. Pada saat itu, para menteri membuat sebuah proposal yang akan
melanggar sebuah perjanjian, namun akan mendatangkan berbagai keuntungan
penting bagi negara. Ada banyak alasan yang diberikan untuk membenarkan
perbuatan itu. Duke mendengarkan dengan diam, dan ketika semua orang telah
menyampaikan pendapatnya, ia kemudian menutup rapat tanpa memberikan
persetujuan. Sambil meletakkan tangannya di atas salinan perjanjian yang asli,
ia berkata dengan suara tegas, "Saudara-saudara, kita telah mempunyai
sebuah perjanjian!"
Orang
kristiani memang perlu bertindak dan berbicara agar Sang Juru Selamat
dimuliakan. Bila Anda berjanji, tepatilah janji itu. Jika Anda membuat suatu
komitmen, hormatilah itu. Jika Anda menerima suatu tanggung jawab, jalankanlah.
Yesus berkata dalam Matius
5:37, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya."
Kejujuran
dan kredibilitas kita harus dibuktikan sehingga kita dapat dipercaya dalam
perjanjian apa pun yang kita buat. Kesaksian indah yang dapat dikatakan tentang
orang kristiani adalah "Ia berjanji; itu sudah cukup bagi saya". Dan
jika orang-orang nonkristiani dapat memercayai kita dalam perkara-perkara
bisnis, maka mereka akan semakin mungkin memercayai kita ketika kita berbicara
tentang Injil.
Jika Anda
tergoda untuk ingkar janji, pikirkanlah kembali perkataan Duke dari Burgundy
tadi, "Saudara-saudara, kita telah mempunyai sebuah perjanjian!" -
JANGAN
PERNAH BERJANJI JIKA ANDA TIDAK BERNIAT MENEPATINYA
Nats :
Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah (Kisah
5:4)
Bacaan : Kisah 5:1-11
Bacaan : Kisah 5:1-11
Pada suatu
hari yang cerah, empat orang siswa SMA tidak dapat menahan godaan untuk
membolos sekolah. Keesokan harinya mereka menjelaskan kepada guru mereka bahwa
mereka tidak masuk sekolah karena salah satu ban mobil mereka kempes. Mereka
lega ketika guru itu tersenyum dan berkata, "Ya, kalian ketinggalan
mengikuti kuis kemarin." Namun kemudian ia menambahkan, "Duduklah dan
keluarkan pensil serta kertas. Pertanyaan pertama: Ban mana yang kempes?"
Tidak
seorang pun dapat lolos karena berbohong. Dalam Kisah
Para Rasul 5, Ananias dan Safira mengira mereka hanya berbohong kepada
Petrus dan jemaat lainnya. Namun rasul itu berkata, "Engkau bukan
mendustai manusia, tetapi mendustai Allah" (ayat 4).
Kebenaran
adalah salah satu sifat Allah. Jadi apabila kita berdusta, kita menyakiti
hati-Nya. Dan cepat atau lambat Dia akan mengungkapkan semua kepalsuan -- bila
tidak dalam kehidupan saat ini, maka akan terungkap pada saat pengadilan
terakhir, ketika kita masing-masing memberi pertanggungjawaban atas perbuatan
kita sendiri kepada Allah (Roma
14:10-12).
Kita hidup
dalam dunia persaingan yang ketat, dan terkadang kita dapat begitu tergoda
untuk menggelapkan kebenaran agar dapat terus maju. Akan tetapi, kenikmatan
sesaat karena berbohong tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan
keuntungan jangka panjang karena mengatakan kebenaran.
Bila Anda
menipu seseorang, akuilah itu kepadanya dan kepada Tuhan. Memang kita harus
merendahkan diri, tetapi ini adalah langkah awal untuk mengembalikan kejujuran
dalam hidup Anda --DJD
BILA ANDA
SELALU BERKATA JUJUR
ANDA TIDAK AKAN PERNAH TERJEBAK DALAM KEBOHONGAN
ANDA TIDAK AKAN PERNAH TERJEBAK DALAM KEBOHONGAN
Nats :
"Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau
mengampuni kesalahan karena dosaku (Mazmur
32:5)
Bacaan : Mazmur 32:1-5
Bacaan : Mazmur 32:1-5
Banyak
produk kosmetik menawarkan solusi bagi mereka yang ingin membuat kulit wajah
lebih putih, lebih cerah. Lalu, ada juga banyak merek pasta gigi yang
mengandung whitening untuk memutihkan gigi, agar lebih bersinar. Memutihkan
warna yang sudah kusam atau pekat tentu tak mudah. Namun, lebih dari semua
iklan "pemutih", Tuhan menawarkan kepada kita sesuatu yang dapat
"memutihkan" dosa: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan
menjadi putih seperti salju" (Yesaya
1:18). Warna semerah kirmizi (scarlet, merah tua seperti ungu) tentu tidak
mungkin diubah menjadi putih. Namun, oleh pengampunan-Nya, dosa semerah kirmizi
bisa menjadi seputih salju.
Dosa semerah
kirmizi, menyiratkan betapa pekatnya sebuah dosa, atau begitu lamanya satu dosa
mengendap dalam diri kita. Siapa yang tahan menyimpannya? Daud tak tahan
berkubang dalam dosa. Ia merasa dosa membuat tulang-tulangnya menjadi lesu (Mazmur
32:3). Ia merasa siang dan malam tangan Tuhan menekannya begitu berat (ayat
4).
Daud tak ingin dosa menjauhkannya dari Tuhan. Ia tak mau menyembunyikan
kesalahannya. Ia harus memberitahukan dosanya kepada Tuhan, "Aku akan
mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku" (ayat 5).
Daud mengakui dosanya, memohon pengampunan, dan Tuhan meng-ampuninya.
Jika dosa
kita sepekat kirmizi, masih sanggupkah kita bersembunyi di hadapan Tuhan?
Tidakkah hidup ini akan lebih ringan jika kita tidak menyembunyikan kesalahan
dan dosa kita, terhadap siapa pun, terlebih kepada Tuhan? Akuilah dosa itu.
Dan, seperti Tuhan mengampuni Daud, Dia pasti mengampuni kita .
HIDUP AKAN
LEBIH TENTERAM DAN NYAMAN
BILA KITA TAK MENYEMBUNYIKAN KESALAHAN
BILA KITA TAK MENYEMBUNYIKAN KESALAHAN
Nats :
Siapakah yang buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang
Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhan-Ku dan yang tuli seperti hamba
TUHAN? (Yesaya
42:19)
Bacaan : Yesaya 42:18-25
Bacaan : Yesaya 42:18-25
Doof indie
atau tuli gaya Hindia merupakan sikap kaum pribumi yang banyak dikritik oleh
para menir Belanda pada zaman penjajahan dulu. Kaum pribumi yang bekerja
sebagai pembantu para menir itu sering berpura-pura tidak mendengar perintah
tuannya. Kalau dimarahi, mereka berkilah, "Maaf saya tidak dengar, Tuan."
Namun, apabila tuannya adalah Tuhan semesta alam, ceritanya bisa lain.
Yesaya
42 berisi teguran Tuhan kepada umat-Nya. Awalnya, Israel punya julukan
hebat: hamba Tuhan. Namun, sang nabi menyindirnya sebagai hamba Tuhan yang buta
dan tuli. Bahkan satu-satunya bangsa yang buta dan tuli: "Siapakah yang
buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh?"
(ayat 19).
Bermata, tetapi tidak melihat. Bertelinga, tetapi tidak mendengar. Intinya,
nabi menohok dengan mengatakan si hamba Tuhan ini berindra, namun indranya tak
berfungsi. Mendengar itu bukan sekadar untuk menangkap bunyi yang datang,
melainkan juga untuk menyimak dan memahami. Begitu juga terhadap perintah Tuhan
(ayat 23).
Bila sungguh-sungguh mendengarkan, kita akan tahu maksud Tuhan; baik dalam
peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu, maupun peristiwa yang sekarang. Dan
menjadikan itu sebagai modal untuk mengantisipasi apa yang akan datang.
Dunia ini
begitu bising dengan suara, teori, pendapat, serta gagasan kita sendiri tentang
banyak hal. Mungkin itu sebabnya kita sedikit mendengarkan suara Tuhan. Kini,
sediakan diri untuk berdiam, mendengarkan, dan melihat realitas hidup. Lalu
bersiaplah untuk mendengarkan dengan telinga yang peka menangkap suara dan
kehendak-Nya -DKL
TELINGA YANG
MENDENGAR
MEMIMPIN LANGKAH KE ARAH YANG BENAR
MEMIMPIN LANGKAH KE ARAH YANG BENAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar