Pengantar:
Kitab Injil beberapa
kali mengisahkan Yesus mengusir setan yang merasuki tubuh seseorang. Misalnya
setan yang membuat bisu sehingga setelah setan diusir orang tersebut dapat
kembali bicara (Mat. 9:32-33). Lalu
di Markus 1:34 Yesus mengusir banyak setan, yaitu: “Ia menyembuhkan banyak
orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia
tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.”
Tetapi kisah di Lukas 8:26-39 merupakan kisah pengusiran setan yang sangat
berbeda dan unik. Sebab di Lukas 8:26-39 mengisahkan bagaimana setan-setan
berkumpul menjadi satu pasukan dalam tubuh seorang pria dari Gerasa, seberang
Galilea.
Ketika pria dari
Gerasa yang kerasukan setan tersebut melihat Yesus, Lukas 8:28 menyatakan: “Ia
berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: Apa
urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon
kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.” Sikap “tersungkur” yang dilakukan setan-setan itu menunjuk pada
tindakan menyembah dan pernyataan menyerah sebab tidak sanggup menghadapi
Yesus. Para setan itu mengakui kalah dalam kekuatan dan kewibawaan di hadapan
Yesus. Selain itu setan-setan yang menguasai pria Gerasa itu membuat pengakuan
bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi. Pengakuan dari para setan itu menunjukkan bahwa setan sebagai
mahluk ilahi yang dihukum Allah mampu mengenal identitas diri Yesus yang sesungguhnya,
yaitu Anak Allah yang Mahatinggi. Umat manusia pada umumnya tidak mampu melihat
keberadaan diri Yesus yang sesungguhnya sebagai Anak Allah yang Mahatinggi
sebab Dia mengenakan kodrat manusiawi. Keilahian Yesus sebagai Anak Allah
tersembunyi dalam kodrat manusiawi-Nya. Di lain pihak setan-setan itu juga
menyampaikan permohonan kepada Yesus agar Dia
tidak menyiksa mereka. Bukankah hanya Allah saja yang berhak menyiksa
manusia dan para setan serta Iblis di dalam Syeol atau Gehena? Makna ucapan
permohonan para setan itu adalah Yesus memiliki wewenang dan kuasa untuk
menghukum para setan baik di dunia maupun di neraka. Lukas 8:31 menyatakan:
“Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan
mereka masuk ke dalam jurang maut.”
Di Lukas 8:30 Yesus
menanyakan nama dari para setan yang menguasai pria Gerasa tersebut, yaitu:
“Siapakah namamu? Jawabnya: Legion,
karena ia kerasukan banyak setan. Setan-setan yang berkumpul menjadi satu
tersebut menyebut dirinya sebagai “Legion.”
Makna kata “legion” menunjuk pada unit tentara Romawi yang terdiri dari
3000-6000 pasukan infantri. Pasukan infantri merupakan pasukan darat yang
dilengkapi dengan persenjataan ringan. Mereka dilatih dan disiapkan untuk
melaksanakan pertempuran jarak dekat. Dengan demikian pasukan para setan sedang
menjajah dan menguasai tubuh dan jiwa dari pria Gerasa tersebut secara
langsung.
Dengan demikian para
setan yang berkumpul menjadi satu unit dalam tubuh pria di Gerasa tersebut
terdiri dari 3000-6000 pasukan tempur jarak dekat dengan kemampuan berkelahi
dan menyerang yang luar biasa. Dengan kekuatan ganda untuk bertempur yang luar
biasa itu bisa dipahami bahwa pria dari Gerasa tersebut tidak terkalahkan oleh
siapapun.
Kesaksian di Markus 5:4 menyatakan: “Karena
sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan
belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk
menjinakkannya.” Semua rantai besi berhasil diputuskan dan tidak ada seorangpun
yang berhasil menguasai dirinya (bdk.Luk. 8:29b). Para setan dengan nama
“Legion” tersebut memiliki kekuatan yang supranatural sehingga tidak bisa ditundukkan oleh manusia biasa, kecuali
Yesus Sang Mesias. Sebab Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi dan memiliki
kuasa untuk menghukum para setan dan Iblis. Dia memiliki segala kuasa di sorga
dan di bumi (Mat. 28:18).
Penyebutan nama
“legion” bersifat plural/jamak karena di dalam tubuh pria Gerasa berdiam ribuan
setan. Dengan demikian makna teologis
dari “legion” untuk menunjuk kepada kehidupan seseorang dengan “kepribadian
ganda” yang dikendalikan berbagai kekuatan yang bersifat najis
sehingga ia tidak mampu memperlihatkan konsistensi dan kejernihan pikiran serta
kemurnian hati dalam dirinya. Karena itu dalam “kepribadian ganda”
tersebut seseorang kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri. Dia tidak
mampu melawan kekuatan yang menguasainya. Dia tidak lagi menjadi tuan atas
dirinya tetapi budak yang harus selalu tunduk atas perintah “tuan” yang
menguasai tubuh dan jiwanya. Dalam situasi demikian seseorang cenderung
menyakiti dan melukai dirinya sendiri. Markus 5:5 menyatakan keberadaan pria
Gerasa yang dirasuki oleh “legion” yaitu: “Siang malam ia berkeliaran di
pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya
dengan batu.” Gambaran kepribadian pria Gerasa yang dirasuk oleh “legion”
adalah saat itu dia tidak lagi mampu berkomunikasi dengan santun dan
menggunakan bahasa yang terstruktur tetapi berteriak-teriak tanpa makna yang
jelas serta gemar menyakiti dirinya sendiri. Teriakan-teriakannya menunjukkan
penderitaan dan kekacauan batin yang sulit dilukiskan, sehingga dia lebih suka
melukai diri daripada mengasihi diri sendiri. Dengan demikian umat yang
dikuasai oleh “legion” menjadi para pribadi yang tidak lagi mandiri, dia
kehilangan identitas diri yang sesungguhnya, batin yang terpecah-pecah, tidak
mampu konsisten, menyakiti diri sendiri, kehilangan komunikasi dan relasi yang
sehat dengan sesama, hidup tanpa tujuan yang jelas, dan hidup dalam kenajisan.
Pemahaman yang lain
tentang makna “legion” adalah menunjuk situasi riil yang pada masa itu bangsa
Romawi sedang menjajah umat Israel. Sebab asal kata “legion” untuk menunjuk
pada jumlah kesatuan tentara dan militer bangsa Romawi. Tentara bangsa Romawi
menduduki dan menguasai tubuh umat Israel seperti halnya setan-setan dalam
“legion” tersebut telah menguasai tubuh pria Gerasa. Karena itu kehidupan umat
Israel dikendalikan oleh kuasa yang najis dan merusak. Mereka membutuhkan
pembebasan Allah dari kuasa penjajahan bangsa Romawi yang saat itu memiliki
kekuatan militer yang sangat luar biasa. Ternyata hanya Kristus saja yang mampu
membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi tetapi bukan dengan kekuatan
militer atau politis. Kristus membebaskan mereka dari kuasa dosa melalui kuasa
firman-Nya.
Di Lukas 8:32
mengisahkan para setan yang menyebut diri sebagai “legion” itu mohon agar Yesus
menyuruh mereka berpindah kepada babi-babi yang sedang berkerkeliaran. Yesus
mengabulkan permintaan mereka. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke
dalam danau lalu mati lemas” (Luk. 8:33). Pemilik para babi itu mengalami kerugian yang sangat besar sebab semua
babi pemeliharaanya mati lemas. Namun pada sisi lain pria Gerasa tersebut kini
telah bebas sepenuhnya dari kuasa
“legion.” Lukas 8:35 menyatakan: “Ia duduk di kaki Yesus, dan berpakaian
serta sudah waras.” Kesaksian Injil Lukas hendak menyatakan betapa berharga
nyawa atau kehidupan seseorang, sehingga harus dibayar dengan ribuan hewan
ternak untuk membebaskan dia dari cengkeraman kuasa “legion.” Dengan kata
“waras” yang diambil dari kata “sophroneo” untuk menunjuk pada kondisi pikiran
seseorang yang sehat dan berada dalam pengendalian diri.” Kata “menguasai diri”
dalam konteks ini memakai kata sophroneo. Dengan demikian pria Gerasa tersebut
telah kembali menjadi pribadi yang menguasai tubuh dan jiwanya sendiri. Harkat
dan martabatnya sebagai manusia telah pulih kembali. Ia telah lahir kembali
menjadi manusia baru yang memilih berada di bawah kaki Yesus.
Khotbah:
Kehadiran Kristus pada
hakikatnya melaksanakan karya keselamatan Allah yang memulihkan, sehingga
mendatangkan hidup yang baru. Karya Kristus di Gerasa mencerminkan karya Allah
yang mengulurkan tangan-Nya kepada orang-orang yang memberontak dengan
mengikuti rancangannya sendiri. Yesaya 65:2 menyatakan: “Sepanjang hari Aku
telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh
jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri.” Kata “sepanjang
hari” berasal dari kata “yown” untuk
menunjuk pada rangkaian waktu “petang dan pagi” sebagaimana hari-hari dalam
kisah penciptaan semesta di Kitab Kejadian pasal 1. Dengan demikian karya
keselamatan Allah tidak pernah berhenti. Tangan-Nya terus terulur untuk
menyelamatkan dan memulihkan. Allah mendatangkan berkat sehingga terbuka
harapan dan keselamatan bagi mereka yang hidup dalam belenggu dosa. Di Yesaya
65:8 Allah berfirman: “Seperti kata orang jika pada tandan buah anggur masih
terdapat airnya: Janganlah musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat! demikianlah
Aku akan bertindak oleh karena hamba-hamba-Ku, yakni Aku tidak akan memusnahkan
sekaliannya.” Karena itu pria Gerasa yang dirasuki oleh Legion diselamatkan
oleh Yesus dan identitasnya dirinya dipulihkan. Yesus tidak memusnahkan
kehidupan pria Gerasa tersebut walau tubuhnya telah dinajiskan oleh ribuan
pasukan setan.
Sikap berbeda
dilakukan oleh penduduk daerah Gerasa. Mereka meminta kepada Yesus supaya Ia
meninggalkan mereka (Luk. 8:37). Alasan penduduk daerah Gerasa meminta Yesus
pergi meninggalkan mereka karena mereka sangat ketakutan. Pertanyaannya adalah mengapa mereka sangat ketakutan? Bukankah pria
Gerasa yang dirasuki oleh pasukan setan sudah dipulihkan? Dia tidak lagi
berbahaya. Pasukan setan juga telah dilumpuhkan oleh Yesus sebab mereka telah
merasuki kelompok babi dan mati lemas. Jika demikian mengapa penduduk Gerasa
masih merasa takut? Dugaan yang realistis adalah karena mereka takut Yesus merugikan mereka secara finansial.
Kehadiran Yesus telah menyebabkan mereka kehilangan
ribuan babi untuk menyelamatkan kehidupan satu orang yang telah dirasuki
oleh setan-setan. Dengan perkataan lain mereka lebih menghargai keselamatan para babi dibandingkan
keselamatan seorang manusia. Mereka
lebih takut kehilangan harta dan properti mereka dibandingkan dengan orang yang
kerasukan setan yang selama ini mengganggu kehidupan dan keamanan mereka.
Karena itu mereka menyuruh Yesus agar segera meninggalkan daerah mereka.
Bila penduduk Gerasa
bersikap mengusir Yesus agar segera meninggalkan daerah mereka, tidak demikian
sikap Yesus kepada pria Gerasa yang telah pulih. Yesus menyuruh dia pergi sebagai utusan. Yesus tidak mengusir pria
Gerasa tetapi mengutus dia untuk menceritakan segala sesuatu yang telah dialami
sebagai perbuatan keselamatan dari Allah. Dalam konteks ini keduanya mengandung
kata “pergi.” Penduduk Gerasa menyuruh Yesus pergi dalam arti mengusir Dia.
Tetapi kata “pergi” yang diucapkan Yesus kepada pria Gerasa tersebut justru
merupakan kehormatan sebab dia dipercaya untuk memberitakan karya keselamatan
Allah. Karena itu di Lukas 8:39b menyatakan: “Orang itupun pergi mengelilingi
seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas
dirinya.” Pria Gerasa itu menyampaikan kabar baik yaitu Injil tentang karya
keselamatan Allah kepada banyak orang, namun penduduk wilayah Gerasa telah
menghalangi Yesus untuk berkarya lebih dalam di wilayah mereka. Jika demikian
pria Gerasa telah bebas dari kuasa dan cengkeraman Legion, tetapi penduduk
Gerasa justru membiarkan diri dikuasai oleh kuasa Legion dalam bentuk yang lain
yaitu jiwa yang materialistis.Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar