Jumat, 10 Juni 2016

Khotbah Minggu 12 Juni 2016 2 Samuel 12 : 1-16



Thema:”Pengakuan Dosa Menghasilkan Pengampunan
Pengantar:
Perbuatan Daud mengusik kekudusan Allah adalah dosa yang menyakitkan hati Allah. Oleh karena itu Nabi Natan, yang memberitahukan janji bahwa Kerajaan Daud akan kokoh selama-lamanya (2 Samuel 7:16), kini menyampaikan celaan Tuhan terhadap dia.
Hal itu Natan sampaikan dengan perumpamaan yang bisa kita lihat 2 Samuel 12 : 1-7: Perumpamaan itu menggambarkan dimana ada seorang miskin ( Uria ) yang memiliki hanya  seekor domba betina (Batsyeba) direbut oleh seorang kaya (Daud) ketika “tamunya” ( hawa nafsu ) datang kepada dia. Gambaran keakraban antara domba dan pemiliknya dalam kehidupan sehari-hari, mencerminkan kebahagiaan perkawinan yang dirusak oleh egoisme dan kekejaman Daud. Dan hal itulah yang saya katakana mengusik kekudusan Allah. “Tamu” yang dimaksud dalam ayat 4, maksudnya adalah hawa nafsu yang datang. Pada saat kedatangan “tamu” dan hendak meladeni/menjamu “tamunya” itu si Kaya tidak mengambil domba-dombanya sendiri melainkan merampas domba satu-satunya dari si Miskin itu. Meskipun dalam perumpamaan itu tidak dikatakan apa-apa tentang pembunuhan, Daud tiba-tiba menyela dan menyatakan bahwa orang kaya itu harus mati. Ia juga mengatakan bahwa domba itu harus diganti empat kali lipat.
Apakah ini secara tidak sengaja ternyata Daud meramalkan sendiri kematian anak-anaknya, yakni seperti: anak pertamanya dengan Betsyeba, Amnon, Absalom dan kemudian Adonia.
Ketika menyampaikan Firman Tuhan, Natan menyebutkan semua kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada Daud; Pemerintahan atas Yehuda-Israel, istri-istri Saul, kenyataan yang sebelumnya tidak pernah disinggung. Apakah semuanya itu belum cukup? Tuhan pasti akan menambahkan seandainya Daud memintanya (ayat 8 ). Sebenarnya Tuhan amat menyayangi Daud. Tetapi, Daud ibarat anak yang bandel, yang tidak bisa dikendalikan. Ia telah mengkianati kemurahan Tuhan baginya, dengan mengambil hak orang lain dalam hal isteri Uria itu.
Kisah yang ditulis dalam pasal sebelumnya dalam 2 Samuel 11 & 12 mencatat kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya. Pengalaman hidup Daud tersebut bisa kita ambil sebagai suatu contoh. Kisah dosa-dosa dan aneka kejadian yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan keluarga Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap orang percaya, bukan hanya untuk bangsa Israel. Pengalaman Daud menunjukkan bagaimana jauhnya seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan pimpinan-Nya dan mulai mengandalkan diri sendiri dalam suatu tindakan.
Khotbah/Penerapan:
Lalu apa pelajaran yang bisa kita ambil dari Kisah Daud yang diperingatkan oleh Natan diatas.? 1. Jika kita adalah seorang yang pernah melakukan tindakan yang mengusik kekudusan Allah, misalnya berzinah, mencuri, mengambil hak orang lain (korupsi, menipu dsb). Kita diingatkan Allah melalui nats ini. Bahwa siapapun kita, apakah kita adalah : seorang Pendeta, Penatua, Raja, Presiden, sampai rakyat biasa, jika kita merasa pernah melakukan hal-hal yang  mengusik kekudusan Tuhan dengan tindakan dosa tersebut maka mari kita sadari dan melihat respon Allah terhadap dosa yang kita lakukan, datanglah kepadaNya dan mohon ampun.
2. Allah membenci yang namnya dosa. Allah tidak akan membiarkan orang-orang pilihanNya hidup dalam dosa. itu sebabnya Allah mengutus nabi Natan kepada Daud. Allah memakai Natan untuk menegur dosa yang telah dilakukan Daud. Allah tidak pernah berkompromi dengan hamba-hambaNya yang telah melakukan dosa. Ia akan memberikan teguran agar mereka dapat bertobat dan kembali pada jalanNya. Sekalipun tidak ada yang tahu dosa apa yang telah kita lakukan, namun mata Tuhan tidak pernah lepas memandang kehidupan kita setiap detik dan waktu.
3. Ketika kita berbuat kesalahan, maka Tuhan maka Tuhan menegor kita lewat 3 cara:
a. Hati Nurani (Insting) ketika kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan,maka hhati nurani kita merasa tidak enak dan tidak merasa tenang.
b. Pikiran (Intelek) Kalau kita mengabaikan hati nurani kita, maka Tuhan memakai pikiran kita. Kita pasti merasa terganggu karena mengetahui bahwa hal itu tidak benar dan tidak berkenan di hati Tuhan.
c. Bisikan hati  (Instuisi) Jika kita mengabaikan ke dua hal diatas maka Tuhanakan menegor kita lewat FirmanNya atau orang lain (teman, saudara atau hamba Tuhan).
Terkadang Tuhan memakai orang lain untuk menegor dan membongkar dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Namun yang terpenting, bagaimana kita merespons tegorang yang demikian.
Kita lihat sikap Daud menerima teguran yang cukup keras? Daud tidak mengelak, tidak berbantah, tidak membuat alasan tetapi Daud memberikan respon yang sangat baik. Ia menerima teguran dari Tuhan dan mengakui bahwa ia bersalah. Tidak mudah baginya mengakui bahwa dirinya berdosa dihadapan Tuhan maupun rakyat. Tetapi Daud sungguh pemimpin yang sejati dan berjiwa besar. Ia tidak takut kehilangan popularitasnya, pendukungnnya, atau jabatannya karena harus mengakui kesalahan yang diperbuatnya. Karena Daud tahu betul bahwa posisi dan jabatan, keberhasilan dan kesuksesan datangnya dari Tuhan. Daud pun menyadari bahwa yang membangun kerajaanya adalah Tuhan. Daud belajar untuk rendah hati dan tidak takut kehilangan segala sesuatu yang dia miliki. Sebagaimana Raja Daud Bertobat dengan sungguh-sungguh dari dosanya. Marilah kita belajar seperti Daud yang memiliki kerendahaan hati untuk menerima teguran dan mau mengakui kesalahannya. Banyaknya orang yang akan mengikuti saudara sebagai pemimpin bukan karena keberhasilan yang saudara raih, tetapi karena berani menerima teguran dan mengakui kesalahan. Dalam hal ini peringatan Allah melalui Nabi Natan kepada Daud boleh menjadi sebuah pesan yang memberikan ruang kepada kita untuk SEGERA bereaksi dengan cepat berbalik kepada Allah dengan sungguh-sungguh dari dosa kita.
Kita bisa respon Daud :
Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." Dan Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati."
(ayat 13). Amin. RHL

Tidak ada komentar: