Pendahuluan
Kitab Wahyu merupakan
kitab yang ditempatkan paling terakhir dalam urutan kitab-kitab Perjanjian
Baru. Kata “Wahyu” dalam nama kitab
ini merupakan terjemahan dari kata Bahasa Yunani
Apokalypsis yang berarti menyingkapkan sesuatu yang tersembunyi.
Kata ini sebenarnya
menunjuk pada jenis sastra yang terdapat dalam kitab ini. Pada umumnya, sastra
apokaliptik dalam konteks Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sebenarnya
dimaksudkan untuk menyatakan rahasia-rahasia yang berhubungan dengan akhir
zaman atau makna sejarah.
Kitab ini berisi
simbol-simbol dan lambang-lambang yang pada zaman sekarang menimbulkan pelbagai
tafsiran yang tidak hanya beragam tetapi juga seringkali kontroversial
(berbahaya).
Salah satu tema yang
menarik didiskusikan selain “ Kota Babel” [Why. 14-18] adalah tema tentang “Yerusalem baru [Why. 21: 2-22: 5]”.
Kota Yerusalem Baru ini merupakan sebuah tema yang menarik bukan pertama-tama
karena ditempatkan sebagai salah satu kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu
dan juga bukan karena sebagai kota terakhir yang disebutkan dalam bab-bab
terakhir Kitab Wahyu; [Why. 21:2-22:5] tetapi bahwa kota ini dipersaksikan
sebagai “kota kudus, yang turun dari surga, dan penuh dengan kemuliaan Allah.”
Tafsiran:
SUNGAI AIR KEHIDUPAN.
Ini bisa sebagai yang
sesungguhnya, yang melambangkan Roh
Kudus dan hidup, berkat serta kuasa rohani yang dikaruniakan-Nya (bd. Wahy
7:17 ; Wahy 21:6; 22:17 ; Yes 44:3 ; Yoh 7:37-39 ).
POHON-POHON KEHIDUPAN
Nas : Wahy 22:2
Pohon ini menunjuk kepada hidup kekal yang dikaruniakan
kepada semua orang yang mendiami kota yang baru itu ( Kej 2:9; 3:22 ).
Daun-daun yang berkhasiat menyembuhkan itu menggambarkan ketidakhadiran apa pun
yang menyebabkan kesakitan jasmani ataupun rohani (bd. Yeh 47:12 );
perhatikanlah bahwa dalam tubuh baru kita nanti, kita masih akan terus
bergantung pada Tuhan untuk kehidupan, kekuatan, dan kesehatan.
MEREKA AKAN MELIHAT
WAJAH-NYA.
Nas : Wahy 22:4
Ini merupakan tujuan
terakhir dari sejarah penebusan: Allah yang berdiam di antara umat-Nya yang
setia di suatu bumi yang bersih dari segala yang jahat. Di bumi yang baru ini,
orang kudus akan melihat dan tinggal bersama dengan Yesus, Anak Domba Allah,
yang oleh kasih-Nya telah menebus mereka dengan kematian-Nya di kayu salib.
Kesukacitaan mereka yang terbesar adalah, "Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka yang akan melihat Allah" ( Mat 5:8 ; bd. Kel
33:20,23 ; Yes 33:17 ; Yoh 14:9 ; 1Yoh 3:2 ).
Gambaran
tentang langit dan bumi
yang baru serta tentang Yerusalem yang baru (pasal 21-22) seharusnya membuat
kita merindukan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Bila kita takut
menghadapi kedatangan Tuhan Yesus, berarti ada yang harus dibereskan dalam
hidup kita!
Apa
yang kita rasakan dan kita pikirkan ketika kita merenungkan uraian tentang masa
depan yang akan dinikmati oleh orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam
Wahyu 21-22? Apakah ada pengharapan yang lebih tinggi daripada pengharapan
untuk menikmati kehidupan di kota Yerusalem Baru dengan langit dan bumi yang
baru? Apakah ada pengharapan yang lebih nikmat daripada terbebas dari godaan
dosa, kemerosotan fisik, dan kemerosotan lingkungan? Apakah ada tempat di bumi
ini yang lebih indah daripada tempat yang disediakan Allah bagi orang-orang
yang beriman kepada Yesus Kristus (22:1-5)? Apakah ada pengharapan yang lebih
menggetarkan hati daripada menerima upah atas jerih payah yang kita lakukan
untuk membangun Kerajaan Allah di bumi ini (22:12)?
Ada
tiga hal yang bisa membuat kita ragu-ragu untuk mengharapkan kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali: Pertama: kita
tidak akan menantikan kedatangan Tuhan Yesus bila kita tidak sungguh-sungguh beriman kepada karya Kristus di
kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kedua:
kita tidak akan menantikan kedatangan Tuhan Yesus bila kita masih menyimpan
dosa kesayangan yang belum ingin kita lepaskan. Ketiga: kita tidak akan mengharapkan Tuhan Yesus segera datang bila
kita belum melakukan apa pun untuk ikut membangun Kerajaan Allah. Bila ketiga penghalang di atas telah bisa
kita singkirkan, kita akan dengan berani mengatakan, “Amin,
Dari gambaran kota
yang begitu mulia, perhatian Yohanes diajak beralih pada gambaran taman Eden
yang baru (22:1-5; bdk. Kejadian 2). Taman Eden yang lama, di mana manusia
bekerja mengelolanya dan beribadah dan bersekutu kepada Allah dari waktu ke
waktu, digantikan dengan taman Eden yang baru, di mana yang ada hanyalah ibadah
(3) dan bersama memerintah sebagai raja (5).
Saat Yohanes
diperlihatkan semua ini, tentu kerinduannya agar segera langit dan bumi yang
lama berlalu, langit dan bumi yang baru, serta Yerusalem dan taman Eden yang
baru datang. Kenyataannya, dua ribu tahun berlalu, kita masih di tengah langit
dan bumi yang lama. Mengapa? Karena belas kasih Allah yang ingin tak seorang
pun binasa. Marilah selama waktu masih ada, yang sudah sangat singkat ini, kita
memberitakan kabar baik ini kepada lebih banyak orang! Amen RHL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar